PENDAHULUAN
1
BAB II
BIMBINGAN PASIEN MENGHADAPI
SAKARATUL MAUT
2
Mengucapkan kalimat thayylibah bagi seseorang yang menghadapi ajalnya
dan memberi pengaruh besar didalam pelepasan dosa-dosa dan peleburan segala
kejahatanya, sebab hal itu menjadi bukti nyata atas keyakinan hatinya dan ke’arifan
tentang kandungan maknanya, dimana saat itu segala hawa nafsu orang tersebut telah
melemah dan menjadi kendur, dan kerasukannya terhadap duniawi telah lenyap dan
kebanggaan atas kedudukanya telah musnah dan kesombongannya atas kedudukanya
telah musnah, kepopuleran dirinya menjadi hina di hadapan Tuhannya, pencipta,
pengasuh dan pemeliharaannya yang baik.
Ketulusan hatinya dalam mengucpkan kalimah thayyibah itulah yang
melepaskan adanya ketergantungan serta keterhubungan dengan yang lainnya. Dunia
telah keluar dari dalam jiwanya dan legalah hatinya untuk segera menghadapi
Tuhannya. Semua hawa nafsu telah padam berganti dengan keinginan yang keras
untuk memasuki alam akhirat. Dunia telah tertutup dalam pandangan yang telah
tertuju ke alam akhirat. Syahadat yang ikhlas itulah yang menjadi ukuran umat-Nya
yang mensucikan dirinya dari segala dosa, yang menyatakannya untuk dapat bertemu
dengan Tuhannya.
Andaikan syahadat ini sepenuh hati dan diucapkan seperti keadaan arang
yang menghadapi ajal, niscaya kehidupan yang ia jalani dan penjelasan tentang
datangnya hari kiamat, hisab, hasyr dan pembalasan. Dengan membacanya itu
menjadikan hatinya ingat kembali serta mengenang masalah yang bersangkut paut
dengan alam barzakh dan alam akhirat.
3
BAB III
PERAWATAN JENAZAH MENURUT AGAMA
4
Beberapa Kewajiban Umat Islam terhadap Mayat seseorang Muslim.
1. Wajib ‘aini (fardhu’ ain) :
Yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap pribadi muslim yang
mukallaf (telah baleg dan berakal), seperti : salat fardhu yang lima, siyam
Ramadan dan lain-lain sebagainya.
2. Wajib Kifayah (fardhu kifa’ iy) :
Yaitu kewajiban yang dibebankan kepada Umat Islam, tetapi apabila sebagian
dari mereka ada yang melaksanakannya, maka terlepaslah kewajiban itu dari
yang lainnya.
5
2. Istri lebih berhak memandikan suaminya, dan suaminya lebih berhak
memandikan istrinya.
3. Anak boleh memandikan kedua orang tuanya, demikian pula kedua orang
tua (Ibu/Bapak) boleh memandikan anaknya.
6
4. Kafan yang paling baik adalah tiga helai kain untuk mayat laki-laki, dan
lima helai untuk mayat perempuan
5. Mengenakan harum-haruman seperti cendana, kasturi dan lain-lain pada
tubuh atau kafan mayat.
6. Terhadap orang yang meninggal dalam keadaan ihram, hendaknya
dikafankan sebagaimana pakaiannya sewaktu ihram, tidak ditutup
badannya dan tidak pula dikenakan harum-haruman. Adapun wanita tetap
dikafani sebagaimana mestinya, hanya dilarang mengenakannya dengan
harum-haruman.
7. Dilarang oleh syara’ berlebih-lebihan dalam mengkafankan mayat.
7
3. Cara melaksakannya
Salat jenazah cukup dilakukan dengan berdiri tegak, dengan takbir 4 kali
dan mengangkat kedua tangan.
a. Takbir I : Membaca Al Fatinah
b. Takbir II : Membaca salawat atas nabi Muhammad SAW.
c. Takbir III : Membaca doa bagi si mayat
“Alla-humma la-tahrimna-ajrahu-wala-taftinna-ba’dahu”
e. Salam
8
Persiapan sebelum pelaksaan salat jenasah adalah sebagai berikut :
1. Mayat itu hendaknya diletakkan disebelah kiblat orang-orang akan
mensalatkannya. Jika mayat itu laki-laki, Imam hendakdaklah berdiri
diarah kepalanya. Tetapi jika mayat itu perempuan, maka tempat
berdirinya Imam sejajar dengan pinggulnya (ditengah-tengah mayat
tersebut).
2. Bila mayat itu banyak, maka dijejerkan dihadapan orang yang
menshalatkan. Dengan urutan, yang paling dekat dengan imam adalah
mayat laki-laki dewasa, sesudah itu anak-anak, kemudian wanita.
9
“Bismilla-hi-wa’ala-millati Rasu-lilia-h”
Artinya :
Dengan Asma Allah dan atas agama Rasulullah. (Riwayat Ahmad, Abu
Dawud, Nasa’i dan disahkan oleh Hibban dari Ibnu ‘Umar).
8. Hadapkanlah mayat itu ke kiblat dan menurut amalan para sahabat, bahwa
diwaktu menguburkan mayat perempuan hendaklah ditutupi atasnya
dengan kain dan lain sebagainya.
9. Meninggikan kuburan, membina kuburan dan menjadikannya sebagai
masjid, adalah merupakan perbuatan yang telarang.
10. Meletakan batu diatas kubur sebagai tanda agar tidak diinjak-injak dan
diduduki orang adalah menurut sunnah Rasullah saw.
11. Apabila telah selesai menguburkannya hendaklah mendo’akannya.
10
Di tempatkan di pura dalam dibawah dewa Siwa dan dewi Dunga.
11
BAB IV
KESIMPULAN
12
BAB V
PENUTUP
Demikian makalah ini dibuat atas kerja sama dan dukungan dari rekan-rekan
kami ucapkan terima kasih karena tanpa bantuan dari semua pihak makalah ini akan
terlaksana, yang bertujuan untuk membina dan menciptakan seseorang perawat yang
professional dan menjadi tanggung jawab kita bersama.
13
DAFTAR PUSTAKA
14