Anda di halaman 1dari 5

makalah “TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH menurut ajaran Islam”

Posted on 16 Juli 2014by hurie


BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai Umat Beraga Islam, Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah saw. Dalam masalah
penanganan jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan
petunjuk umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya
mencakup aturan yang memperhatikan sang mayat. Termasuk member tuntunan yaitu
bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.
Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus jenazah ini
merupakan aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan yang sangat sempurna
dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan
Rabbnya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga , orang-orang yang
terdekat dan para tetangga sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang
memuji Allah SWT dan memintakan ampunan serta Rahmat-Nya bagi yang meninggal dunia.
a. Rumusan Masalah :
1. Tata Cara Mengurus Jenazah
2. Tata Cara Shalat Jenazah
3. Tata Cara Pengurusan Jenazah
4. Tata Cara Penguburan Jenazah
5. Mempraktikkan tata cara pengurusan Jenazah

b. Tujuan Makalah :
1. Untuk mengetahui tuntunan dalam mengurus jenazah sesuai syariat Islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara yang terbaik dalam mengiring jenazah hingga
mengantarkannya ke dalam liang kubur sebagai bentuk penghormatan terakhir baginya.

BAB II
PEMBAHASAN

1. TATA CARA MENGURUS JENAZAH


Firman Allah S.W.T. :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu
dikembalikan. ( QS. Al ‘Ankabuut : 57).
Apabila ada orang yang meninggal dunia, maka kita sebagai orang islam diharuskan untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya.
b. Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya.
c. Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses pemakamannya bila telah nyata
kematiannya.
Hukum merawat Jenazah adalah Wajib Kifayah artinya cukup dikerjakan oleh sebagian
masyarakat , bila seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka seluruh masyarakat akan
dituntut dihadapan Allah Swt.sedang bagi orang yang mengerjakannya, mendapat pahala
yang banyak.disisi Allah Swt
1) Memandikan Jenazah
Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir aadalah
orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu yang harus
diperhatikan, antara lain :
 Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.
 Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat.
 Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang itu hanya
menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-man yang jelek tentang si mayat.

Orang yang utama memandikan jenazah.


 Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang yang diberi wasiat,
kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan boleh juga
istrinya.
 Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya, atau keluarga
terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
 Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak perempuan boleh
laki-laki memandikannya,
 Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak ada suaminya atau
sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi ditayamumkan oleh salah seorang dari
mereka dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw bersabda yang Artinya :
Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada perempuan lain
atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki
selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan. Keduanya itu
sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)

Dalam memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai berikut:


a. Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang dibasuh ketika
berwudhu
b. Memandikan tiga kali atau lebih sesuai dengan yang dibutuhkan
c. Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan seterusnya)
d. Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampurkan dengan sabun atau
sejenisnya
e. Pada saat akhir memandikannya hendaknya mencampuri airnya dengan parfum, kapur
barus, atau sejenisnya
f. Menguraikan rambutnya
g. Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki, dan yang yang
memandikan mayat perempuan adalah orang-orang perempuan
h. Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih atau sejenisnya. Lalu digosok-
gosokkan di bawah kain penutup, setelah pakaiannya dilepaskan. Dianjurkan untuk
memotong kukunya jenazah, mencukur bulu ketiak dan kemaluan, menyisir rambut jenazah.
Lalu menyekanya dengan handuk.

2) Mengkafani Jenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Mengafani jenazah
adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya
walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah
fardlu kifayah. Kafan yang digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi
untuk menutup seluruh tubuhnya.

Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:


– Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
– kain kafan hendaklah berwarnah putih.
– Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima lapis.
– Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.
– Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.

Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara:


dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah laki-laki,
dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan. Kain kafan tersebut dibubuhi wewangian
kemudian membalut jenazah dengan kain kafan tersebut.

Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah diatas
kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian
pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk
menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah
membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran pertama dilipat dari
sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran
yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali.
Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya,
kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala.

Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk menutupi bagian
bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang terbuka sisi kanan
dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk menutupi sekujur tubuhnya.

2. MENSOLATKAN JENAZAH
Mensholatkan jenazah orang Islam Hukumnya adalah fardhu kifayah.
Rasulullah saw., bersabda :
َ ‫صلُّ ْوا‬
)‫علَى َم ْوت َا ُك ْم )رواه إبن ماجه‬ ُ ‫قَا َل َر‬
َ : .‫م‬.‫س ْو ُل هللاِ ص‬

Artinya : “Bersabda Rasulullah saw., sholatlah olehmu orang-orang yang meninggal”. )HR.
Ibnu Majah )
Mensholatkan jenazah dengan cara sebagai berikut:
a. Sholat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka mendo’akan
orang muslim yang meninggal, apabila jenazahnya laki-laki Imam hendaklah berdiri
setentang/Sejajar dengan kepala jenazah, dan berdiri tepat pada bagian tengah jenazah apabila
jenazahnya perempuan
b. Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca ta’awudz, kemudian
surat al-fatihah
c. Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam
tashyahud
d. Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga membaca doa
lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir mengangkat kedua tangan

3. PENGUBURAN JENAZAH
Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat orang
jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur dipersiapkan terlebih dahulu,
dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang membusuk tidak tercium ke atas dan
untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara perlahan jenazah
dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan dimiringkan ke arah
kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki dibuka agar menyentuh
tanah langsung.

Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah dengan
posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kea rah kiblat. Sementara kepala
dan kedua kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat.
Saatmeletakkan jenazah hendak membaca :

ُ ‫بِس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َر‬


)‫س ْو ِل هللاِ )رواه الترمذى و أبو داود‬

Artinya:”Dengan menyebut Asma Allah dan atas agama Rasulullah”. )HR. Tirmidzi dan Abu
Daud)

Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti berikut:


a. meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan dengan
tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.
b. hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.
c. hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar diketahui bagi
keluarganya.
d. Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah atau
bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu sehingga
waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.
e. Ucapan sesudah pemakaman bagi orang yang berada di atas kuburan menaburkan tanah
dengan dua tangan nya, tiga )3) kali kearah kepala nya, dan dianjurkan membaca doa ketika
menaburkan tanah
– taburan pertama ) ‫) منها خلقنا كم‬
– taburan kedua ) ‫) و فيها نعيد كم‬
– taburan ketiga ) ‫) ومنها نخرجكم تارة أخرى‬

f. hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk memohonkan


kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan ampunan bagi jenazah, seraya
menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama.
Rasulullah saw., bersabda :

)‫إِ ْستَ ْغ ِف ُر ْوا ِأل َ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُ ْوا لَهُ التَّثْبِيْتَ فَإِنَّهُ اْآلنَ يُ ْسئ َ ُل )متفق عليه‬

Artinya:”Mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintakanlah keteguhan iman baginya,


karena ia sekarang sedang diperiksa”. ) HR. Bukhori dan Muslim )

ََ ‫ ِإ ْست َ ْغ ِف ُر ْوا ِأل َ ِخ ْي ُك ْم َو ْسئَلُ ْوا لَهُ فَإ ِ َّنهُ اْآلنَ يُ ْسئَ ُل‬: ‫ف َعلَ ْي ِه فَقَا َل‬ ِ ‫غ ِم ْن دَ ْف ِن ْال َم ِِّي‬
َ َ‫ت َوق‬ َ ‫سلَّ َم ِإذَا فَ َر‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫انَ النَّ ِب‬
َ ‫ي‬
)‫)رواه ابو داود‬
Artinya : “Bahwa Nabi saw, apabila telah selesai menguburkan jenazah, beliau berdiri
diatasnya dan bersabda: mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan mintakanlah untuknya
supaya di beri ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya”. )HR. Abu Daud)

BAB III
KESIMPULAN
 Tata cara dalam mengurus jenazah perlu diperhatikan seperti apa dan bagaimana prosedur
yang harus dilakukan, mengingat jenazah tersebut akan dikubur dan ruhnya akan bertemu
dengan Rabbnya, maka sebisa mungkin kondisi dari jenazah tersebut harus dalam keadaan
baik.
 Hidup dan mati adalah hak Allah swt. Apabila Allah swt telah menghendaki kematian
seseorang, tidak seorang pun dapat menghindari dan lari dari takdir-Nya.
 Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang bagus.
Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi balasan atas apa yang
dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat balasan dengan kebaikan dan
barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh akan menerima azab-Nya.
 Orang yang mati wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang mulia. Oleh
sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur) hendaklah
dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.
 Hukum mengurus, mengantarkan, dan mendoakan jenazah adalah sunnah.
 Pengurusan mayat disunnahkan dilakukan dengan kelembutan dan kasih sayang karena roh
jenazah masih menyaksikan keluarga yang ditinggalkan.

DAFTAR PUSTAKA

M. Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema


Insani

Ust. Abdurahim.Tuntunan Perawatan Jenazah.Jakarta:SANDRO JAYA Jakarta

Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya

Buku P3KMI terbitan IAIN Surakarta 2012

Anda mungkin juga menyukai