DISUSUN OLEH :
ار َوا ْدخِ َل ْال َج َّنةَ فَقَ ْد فَازَ ۗ َو َما ْال َحيٰ وة ال ُّد ْن َيا
ِ عنِال َّن ِ ۗ ك ُّل َن ْفس ذَ ۤا ِٕىقَة ْال َم ْو
ِ ت َواِ َّن َما ت َوفَّ ْونَ اج ْو َرك ْم َي ْو َم ْال ِقيٰ َم ِة ۗ فَ َم ْن ز
َ حْز َح
ا َِّّل َمتَاع ْالغر ْو ِر
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
َ ۗا َ ْي َن َما تَك ْون ْوا يد ِْر ْك ُّكم ْال َم ْوت َولَ ْو ك ْنت ْم فِ ْي بر ْوج ُّم
ش َّيدَة
غي ِْر َ ضغَة ُّم َخلَّقَة َّوْ علَقَة ث َّم مِ ْن ُّم ْ ث فَ ِا َّنا َخلَ ْق ٰنك ْم ِم ْن ت َراب ث َّم مِ ْن ُّن
َ طفَة ث َّم مِ ْن ِ يٰ ا َ ُّي َها ال َّناس ا ِْن ك ْنت ْم فِ ْي َريْب ِمنَ ْال َب ْع
س ًّمى ث َّم ن ْخ ِرجك ْم طِ ْف ًل ث َّم ِلتَبْلغ ْوا اَشدَّك ْم َومِ ْنك ْم َّم ْن ُّيت ََوفّٰى َ م َخلَّقَة لِن َب ِينَ لَك ۗ ْم َونق ُِّر فِى ْاّلَ ْر َح ِام َما َنش َۤاء ا ِٰلى ا َ َجل ُّم
علَ ْي َها ْال َم ۤا َء
َ ض هَامِ َدة ً فَ ِاذَا ا َ ْنزَ ْلنَا َ ْ شيْـًٔ ۗا َوت ََرى
َ اّل ْر َ َومِ ْنك ْم َّم ْن ي َُّر ُّد ا ِٰلى ا َ ْرذَ ِل ْالعم ِر ِل َكي َْل َي ْعلَ َم مِ ْن َب ْع ِد ع ِْلم
ا ْهت ََّزتْ َو َر َبتْ َوا َ ْن َبتَتْ مِ ْن ك ِل زَ ْوج َب ِهيْج
1
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan
dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-
angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat
tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan)
di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis
pasangan (tetumbuhan) yang indah. (QS. Al Hajj ( 22) : 5.
2
jawab Muslim. Dalam Islam, orang yang masih hidup harus memandikan,
mengkafani, dan mensholatkan jenazah orang yang meninggal. Tajhizul janazah
adalah perawatan mayyit dalam Islam. Ini berarti merawat mayyit mulai dari
memandikan, mengkafani, mensholati, dan menguburkan. Secara fardu kifayah,
hal-hal yang harus dilakukan orang islam saat dihadapkan pada kematian
seseorang berkisar pada empat hal (Husnan, 2008 : 6) memandikan, mengkafani,
mensholati, dan menguburkan.
A. MEMANDIKAN
1. Fasilitas Khusus
Fasilitas khusus yang dimaksud dalam poin ini untuk memenuhi kebutuhan
proses pemulasaran, tempat memandikan jenazah biasanya merupakan
fasilitas khusus. Tempat ini mungkin di masjid, pusat pemulasaran jenazah,
atau fasilitas Islam lainnya.
2. Kebersihan dan Sterilisasi
Tempat yang digunakan untuk memandikan jenazah ini tempat itu harus selalu
bersih dan steril. Karena pemulasaran jenazah melibatkan kontak langsung
dengan tubuh, kebersihan sangat penting. Sterilisasi juga mencegah
penyebaran penyakit.
3
3. Ruangan yang Bersifat Privasi
Dalam proses pemulasaran jenazah, privasi sangat penting dan dijunjung
tinggi dalam proses memandikan ini. Tempat memandikan jenazah harus
dibentuk sedemikian rupa sehingga memberikan petugas pemulasaran ruang
privasi yang paling mungkin untuk menjaga kehormatan jenazah.
4. Fasilitas Air Bersih
Untuk memandikan jenazah, air mutlaq (suci dan mensucikan) harus
digunakan. Disarankan untuk menggunakan air asin (air laut) yang dingin
karena dapat mempertahankan tubuh mayyit dan memperlambat proses
pembusukan (Syatho, 1995:2/126).
5. Peralatan Pemulasaran
Peralatan pemandian, tempat memandikan jenazah memiliki perlengkapan
pemulasaran seperti bak atau wastafel air, sabun atau pembersih lembut, dan
perlengkapan mandi lainnya.
6. Aksesibilitas dan Keterbukaan
Meskipun menjaga privasi, tempat memandikan jenazah ini harus mudah
diakses oleh petugas pemulasaran dan keluarga jenazah yang mungkin ingin
melihat proses tersebut dengan persetujuan khusus.
Mengutip buku Tata Cara Mengurus Jenazah oleh Abdullah bin Jarullah bin
Ibrahim Al Jarullah dan arsip detikHikmah, berikut tata cara memandikan jenazah
sesuai syariat Islam.
4
c) Niat
Niat (niyyah) merupakan komponen yang paling penting dalam menjalankan
setiap ibadah atau tindakan, termasuk saat memandikan jenazah. Niat
merupakan ungkapan batin yang menunjukkan tujuan dan kesungguhan hati
seseorang dalam melakukan suatu amalan. Ketika memandikan jenazah, niat
ini penting sebagai bagian dari ketaatan kepada ajaran Islam.
Niat Memandikan Jenazah Laki-Laki :
ت ِللِ تَعَالَى ْ َع ْن هذ
ِ اال َم ِي َ ن ََويْت ْالغ ْس َل اَدَا ًء
d) Mewudhukan Jenazah
Setelah membaca niat untuk memandikan jenazah, wudhukan jenazah
tersebut seperti akan melakukan salat, tetapi tanpa berkumur atau menghirup
air hidung. Ganti tahap tersebut dengan menggosok gigi dan membersihkan
lubang hidung. Digunakan jari yang dibungkus kain basah untuk menggosok
gigi dan lubang hidung jenazah.
e) Memandikan Jenazah
Memandikan mayit adalah haram, yaitu ketika kita melakukan :
1. Saat memandikan jenazah dilarang melihat aurat jenazah tersebut,
kecuali saat dibutuhkan
2. Selama memandikan jenazah sunnah nya wajah dari jenazah tersebut
ditutup mrnggunakan kain.
3. Memandikan mayit dengan niat hukumnya sunnah, tetapi wudhu
dengan niat hukumnya wajib.
5
B. MENGKAFANI
Salah satu langkah penting dalam tata cara pemulasaran jenazah Islam adalah
proses mengkafani jenazah. Tubuh jenazah dibungkus dengan pakaian khusus
yang disebut kafan sebelum dimakamkan. Beberapa aturan dan prinsip yang
ditemukan dalam agama Islam mengatur proses ini. Ini adalah prosedur umum
untuk mengkafani mayat:
6
e. Memastikan Privasi Jenazah
Mengkafani jenazah harus dilakukan dengan hormat dan menjaga privasi
jenazah. Proses ini harus dilakukan oleh petugas pemulasaran atau orang
yang ditunjuk, dan biasanya dilakukan tanpa kehadiran orang yang tidak
terlibat secara langsung.
f. Minyak Wangi (Opsional)
Dalam beberapa tradisi, minyak wangi atau aroma harum dapat dioleskan
pada kain kafan atau tubuh jenazah. Hal ini dapat memberikan aroma yang
harum pada jenazah.
g. Mendoakan Jenazah
Artinya: Ya Allah, sucikanlah jenazah ini dari dosa sebagaimana sucinya kain
kafan ini, dan berilah ia pakaian dengan pakaian taqwa, dan indahkan dia
dengan pakaian yang aku pakaikan kepadanya. Dalam Islam, mengkafani
jenazah merupakan tindakan yang sangat penting. Kain kafan yang digunakan
menunjukkan kesetaraan dan kesederhanaan di hadapan Allah. Ini juga
mengingatkan umat Muslim pada keterbatasan dunia ini. Seluruh proses ini
dilakukan dengan hormat dan sesuai dengan tuntutan agama.
C. MENSHOLATI
Shalat jenazah adalah salah satu bentuk doa khusus yang dilakukan untuk orang
yang telah meninggal dunia. Hal ini dilakukan sebagai penghormatan dan doa
untuk mendapatkan ampunan, rahmat, dan tempat yang baik di akhirat bagi
jenazah. Ini adalah salah satu ibadah yang sangat penting dalam Islam. seseorang
laki-laki atau perempuan dapat melakukan shalat janazah, tetapi selagi ada laki-
laki, hanya laki-laki yang dapat menggugurkan fardlu kifayah, terlepas dari usianya.
Namun, jika hanya ada satu orang di tempat itu perempuan saja, maka wanita
dapat melepaskan tanggung jawab. (As-syirbini, 1284: 246).
7
Syarat-syarat untuk salat janazah identik dengan syarat-syarat untuk salat-salat
lainnya. Untuk jenazah, persyaratan berikut ini harus dipenuhi:
1. Suda disucikan dan auratnya tertutup, meskipun belum dikafani belum dikafani,
tetapi hukumnya makruh (As-syirbini 1284: 246). Semua benda yang
berhubungan dengan mayit, seperti keranda, kain kafan, harus suci.
2. Musholli tidak boleh mendahului atau di depan mayit jika mayit ada. Posisi
antara mayit dan musholli sama dengan posisi imam dan makmum (Al-Malibari,
2004 M 47). (bahkan saat menshalati di kuburan)
a. Niat (Niyyah)
Sebelum memulai shalat jenazah, seseorang harus membaca niat di dalam
hati untuk melakukan ibadah tersebut, khususnya untuk jenazah yang disholati.
Untuk melakukan shalat jenazah, niat harus ditanamkan di dalam hati sebelum
memulainya. Niat ini harus benar-benar tulus dan murni, semata-mata karena
Allah SWT. Niat ini harus dijaga selama seluruh rangkaian gerakan shalat. Niat
shalat jenazah tidak boleh dicampur dengan niat lain atau dipengaruhi oleh
keinginan dunia. Dalam hal ini adalah ibadah khusus dan tulus untuk Allah
SWT dalam penghormatan dan doa untuk mereka yang meninggal dunia. Agar
shalat jenazah diterima oleh Allah, niat menunjukkan keikhlasan hati dan
khusyu'. Penting untuk diingat bahwa niat merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari ibadah, dan dengan niat yang benar, ibadah seseorang
menjadi lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT.
b. Berdiri Bagi yang Mampu
Shalat jenazah biasanya dianjurkan bagi yang mampu berdiri, dan ini dianggap
sebagai sunnah mu'akkadah (sangat ditekankan).
Salah satu cara untuk menunjukkan ketaatan dan pengabdian yang lebih besar
kepada Allah SWT adalah dengan berdiri dalam shalat jenazah. Dengan berdiri,
seseorang mendekatkan diri secara fisik dan spiritual pada Sang Pencipta.
Berdiri untuk menghormati dan menghormati jenazah. Hal ini menunjukkan
penghormatan dan rasa hormat kepada mayit dan prosesi pemulasaran
jenazah. Dalam beberapa hadits, Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan
untuk berdiri saat shalat jenazah. Sunnah ini mengarahkan umat Islam untuk
8
mengikutinya. Umat Islam juga diingatkan tentang akhirat dan hari kiamat
dengan berdiri untuk shalat jenazah. Sikap berdiri ini menunjukkan betapa
pentingnya beribadah untuk mempersiapkan diri untuk hari pembalasan dan
kehidupan setelah kematian. Dengan berdiri saat shalat, seseorang dapat
tetap fokus dan khusyu' saat berdoa dan benar-benar merenungkan doa untuk
jenazah yang sedang disholati tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa Islam memberikan kelonggaran dan memahami
kondisi orang yang tidak mampu berdiri. Itu memungkinkan shalat jenazah
dalam posisi duduk atau berbaring. Dalam hal ini, sikap yang paling penting
untuk dijaga saat shalat jenazah adalah kesungguhan, khusyu', dan
kekhusyukan, terlepas dari posisi tubuh yang diambil. Yang paling penting
adalah melakukan ibadah dengan niat yang ikhlas dan penuh ketaatan kepada
Allah SWT.
c. Takbir Pertama
Saat imam mengucapkan takbir pertama, seluruh jamaah dan individu lain
yang mengikuti shalat jenazah mengangkat kedua tangan mereka sampai
sejajar dengan telinga dan membaca takbir "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar).
Ini adalah tanda bahwa shalat jenazah dimulai dengan takbir pertama. Jamaah
membaca doa tahlil, "Bismillahi wassalatu wassalamu 'ala Rasulillah" sebagai
pembuka shalat setelah takbir pertama. Sesudah takbiratul ihram membaca
surat alfatiha dengan lirih sekalipun dimalam hari. Tidak dianjurkan membaca
doa iftitah dan surat, kecuali apabila ma’mum selesai terlebih dahulu sebelum
imamnya.
d. Takbir Kedua
Imam melakukan takbir kedua setelah membaca doa tahlil. Jamaah tidak
mengangkat tangan saat takbir kedua, (tetapi ketika mengangkat tangan pun
diperbolehkan karena hukumnya sunnah) yang menandai masuknya jamaah
ke rukun shalat jenazah yang kedua, yaitu membaca salawat untuk Nabi
Muhammad SAW. Imam membaca salawat, dan jamaah mendengarkannya
sambil mengucapkan amin. Minimal sholawat yang dibaca adalah:
Allahummah solli ala sayyidinah muhammad.
e. Takbir Ketiga
Takbir ketiga menandai masuknya jamaah ke rukun shalat jenazah yang
ketiga, di mana mereka berdoa untuk mayit. Mereka berdoa untuk ampunan,
9
rahmat, dan maghfirah (pengampunan) bagi mayit dan semua orang yang
beragama Islam. Setelah melakukan takbir yang ketiga maka membaca doa
untuk mayyit . Adapun paling pendeknya do’a untuk mayyit adalah sebagai
berikut:
Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wakfuanhu (untuk laki-laki)
Allahummagfirlaha warhamha waafiha wakfuanha ( untuk perempuan)
f. Takbir Keempat
Setelah takbir keempat, imam memberikan salam ke kanan dan ke kiri untuk
menandai akhir shalat jenazah. Bentuk salam dalam salat jenazah sama
dengan salam dalam salat fardhu, tetapi disarankan untuk menambahkan lafat:
wabarkatuhu.
Dalam shalat jenazah, empat takbir mengatur rangkaian gerakan dan doa yang
dilakukan. Masing-masing takbir memiliki makna dan fungsi khusus untuk
menghormati jenazah, meminta keampunan dan rahmat Allah, dan mengakhiri
shalat dengan salam.
D. MENGUBURKAN
Cara mengubur jenazah sesuai sunnah membutuhkan adab dan prosedur khusus
yang harus diikuti. Penguburan jenazah merupakan salah satu tahapan penting
dalam tata cara pemulasaran jenazah dalam Islam. Prosedur ini diatur oleh ajaran
agama dan dilakukan dengan penuh rasa hormat terhadap jenazah. Islam
memerintahkan penguburan jenazah. Para ulama pun telah sepakat bahwa hukum
mengubur jenazah adalah fardu kifayah seperti halnya memandikan, mengkafani
dan menshalatkan. Jika sebagian kaum muslimin telah melakukannya, maka
kewajiban itu gugur dari kaum muslimin yang lain. Sebelum proses penguburan
dimulai, jenazah disiapkan dengan cara yang sesuai dengan tradisi Islam untuk
pemularasan. Ini mencakup melakukan doa khusus, memandikan jenazah, dan
memakai kain kafan. Jenazah kemudian dibawa ke lokasi pemakaman. Diizinkan
untuk membaca dzikir dan doa saat mengantar jenazah. Menurut agama Islam,
jenazah dimakamkan di tanah, tanpa kuburan yang terlalu dalam untuk mencegah
pembusukan yang terlalu lama. Dalam agama Islam, penguburan dilakukan
segera setelah pemulasaran biasanya dalam waktu 24 jam.
10
Dalam pemberangkatan janazah harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. membuat lubang kubur yang dalam, seukuran orang yang berdiri dan
mengangkat kedua tangannya, dan mendalaminya sekira tidak tercemar oleh
bau dan tercium oleh binatang buas. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dan Turmuzi dari Hisyam bin Amir r.a., di mana Rasulullah
SAW bersabda: "Perdalamlah (kuburnya), luaskanlah (kuburnya), dan
baguskanlah (kuburnya)."
2. Wajib membaringkan jenazah di sebelah kanan dan menghadapkannya ke
arah kiblat.
3. Jika memungkinkan, membuat liang lahat di atasnya. Namun jika tidak, cukup
membuat belahan tanah seukuran jenazah di tengah galian. 4) Jenazah
disunahkan dimasukkan dari arah kaki kubur.
4. Jenazah diletakkan dan pinggang kanannya menghadap kiblat.
5. Setelah dimasukkan dalam liang lahat, letakkan papan di atasnya dan tambal
sela-selanya dengan tanah yang lembek agar tanah tidak menimbun jenazah
secara langsung.
6. Mengubur tidak boleh dilakukan dalam tiga situasi berbeda: ketika matahari
terbit hingga setinggi tombak; ketika matahari benar-benar berada di atas;
atau ketika matahari hanya seukuran tombak sebelum terbenam hingga
terbenam.
7. Kadar waktu pertama dan terakhir adalah seperempat jam, dan kadar waktu
kedua adalah tujuh menit.
8. Disarankan untuk membentuk tiga gumpalan dari tanah dan meletakkannya
di sebelah kepala jenazah.
11
9. Setelah proses penguburan selesai, disarankan untuk mendoakan mayat
dan men-talqinkannya dengan membaca kalimat "Laa Ilahaillallah/ Asyhadu
anlaa ilahaillallah" sebanyak tiga kali.
2. Prespektif Kesehatan
Permasalahan utama bagi umat Islam adalah kesiapan para perawat jenazah, baik
umum maupun jenazah yang memerlukan perawatan mental khusus. Banyak
orang yang sudah memahami ilmu fikih tentang penyelenggaraan jenazah, tetapi
tidak banyak orang yang ingin atau mampu melakukannya, terutama selama
pandemi COVID-19. Dari perspektif kesehatan, pemulasaran jenazah adalah
proses yang dilakukan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan syariah dan
protokol medis. Dalam proses pemulasaran jenazah, beberapa hal berikut harus
diperhatikan terkait dengan prespektif kesehatan ini.
12
juga harus dididik tentang risiko kesehatan, protokol kebersihan, dan teknik
pemulasaran yang aman.
e. Vaksinasi
Jika tersedia, vaksinasi terhadap penyakit-penyakit tertentu yang dapat
menular melalui jenazah dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit tersebut. Petugas pemulasaran dapat melindungi diri
dengan melakukan vaksinasi.
f. Penggunaan Peralatan Sanitasi
Pemulasaran harus dilakukan dengan hati-hati, menghindari bersentuhan
langsung dengan jenazah, dan mematuhi protokol kebersihan.
g. Pelaporan Resiko dan Komdisi Kesehatan
Untuk menjaga kesehatan dan mencegah penularan, petugas pemulasaran
harus melaporkan risiko dan kondisi kesehatan mereka kepada atasan atau
otoritas kesehatan yang berwenang.
Menegaskan kembali Ketentuan Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 nomor 7 yang
menyatakan bahwa pengurusan jenazah (tajhiz al-jana'iz) yang terpapar COVID-
19, terutama saat memandikan dan mengafani, harus dilakukan sesuai protokol
medis dan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan
syariat. Namun, menshalatkan dan menguburkannya dilakukan sebagaimana
biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar COVID-19. Orang Islam yang
meninggal karena virus ini dianggap sebagai syahid akhirat dan memiliki hak untuk
memenuhi hak-hak jenazahnya, seperti dimandikan, dikafani, dishalati, dan
dikuburkan. Proses ini harus dilakukan dengan mematuhi protokol medis untuk
menjaga keselamatan petugas.
13
d) Disinfeksi jenazah dengan cairan disinfektan.
e) Jika terdapat luka yang disebabkan oleh prosedur medis atau
tindakan medis, tutup semua lubang tubuh dengan kapas yang
telah dibasahi dengan klorin 0,5%.
f) Masukan jenazah ke dalam 2 (dua) lapis plastik yang diikat erat
sebagai pembungkus jenazah.
g) Setelah jenazah dibungkus, jenazah dapat dimasukkan kembali ke
dalam plastik yang memiliki pegangan agar lebih mudah dibawa ke
liang lahat.
h) Selain itu, jenazah dapat dimasukkan ke dalam kantong jenazah
atau peti jenazah
i) Disinfeksi bagian luar plastik, kantong jenazah, atau peti jenazah,
serta ruangan (permukaan datar tempat pemulasaraan jenazah),
menggunakan cairan disinfektan.
j) Setelah prosedur pemulasaraan jenazah selesai, tim pemulasaraan
membuka APD yang digunakan sesuai urutan prosedur dan
memasukkannya ke dalam kantong plastik infeksius untuk
dimusnahkan.
14
oleh pemerintah daerah setempat oleh tim pemulasaraan yang dibentuk
oleh puskesmas atau dinas kesehatan setempat.
15
mematikan tersebut. Dalam menangani jenazah, kebijakan pemberlakuan layanan,
terutama protokol kesehatan, harus diperhatikan.
Kesimpulan
1. Prespektif Fiqh
Dalam Islam, terdapat landasan fiqh yang kuat untuk pemulasaran jenazah,
termasuk menjaga kehormatan jenzah, memperlakukan jenazah dengan
hormat, dan mematuhi tata cara yang ditetapkan oleh syariat islam.
Pemulasaran jenazah harus dilakukan sesuai dengan aturan agama dan
menghormati keinginan jenazah dan keluarganya. Ini adalah cara untuk
beribadah dan memberikan penghormatan.
2. Prespektif Kesehatan
Dalam hal kesehatan, pemulasaran jenazah memerlukan perlindungan diri
petugas dan prosedur khusus untuk mencegah penularan penyakit. Ini
terutama berlaku ketika ada penyakit menular atau pandemi. Penggunaan alat
pelindung diri (APD), kebersihan lingkungan, dan prosedur sanitasi yang ketat
adalah bagian dari protokol kesehatan untuk mengurangi risiko penularan virus,
menjaga kesehatan petugas pemulasaran, dan melindungi masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
(Jundullah et al. 2021)A., S.I. Bahrul Ulum. 2022. “Tata Cara Perawatan Jenazah
(Tajhizul Jenazah) Jam 15.12.” Hukum Ekonomi Syariah 2 (1): 80–81.
(A. 2022)A., S.I. Bahrul Ulum. 2022. “Tata Cara Perawatan Jenazah (Tajhizul
Jenazah) Jam 15.12.” Hukum Ekonomi Syariah 2 (1): 80–81.
Pandemi, Masa, Covid- Pasca, Asyharul Muttaqin, M Subhan Ansori, and Muh
Mirwan. 2023. “Studi Komparasi Pemulasaraan Jenazah” 3 (2)
“KMK_No._HK.01.07-MENKES-4834-
2021_ttg_Protokol_Penatalaksanaan_Pemulasaraan_dan_Pemakaman_Je
nazah_COVID-19-Sign.Pdf.” n.d.
17