Anda di halaman 1dari 18

Penugasan Esai

“Pemulasaran Jenazah Menurut Islam dari Prespektif Fiqh dan Kesehatan”


Untuk Memenuhi Penilaian Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Agama Islam

DISUSUN OLEH :

NAMA : ROSANIA PUTRI FEBRIYANTI


NIM : 10323071
KELAS : KESMAS C
DOSEN PENGAMPU : SAFARI HASAN, S.IP., MMRS

POGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI MANAJEMEN DAN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2023/2024
Pemulasaran Jenazah tentu sudah tidak awam lagi bagi umat muslim. Kata
"pemulasaraan" berasal dari kata Pulasara, yang berarti "merawat" atau
"mengurus" dalam bahasa Jawa kuno dan Jenazah berasal dari bahasa Arab
"janazah", yang berati jasad orang mati. "Pemulasaran jenazah" adalah istilah
yang mengacu pada perawatan jenazah setelah seseorang meninggal dunia, yang
melibatkan sejumlah tindakan untuk memastikan bahwa jenazah berada dalam
kondisi yang aman dan layak sebelum dimakamkan. Pemulasaran jenazah adalah
kewajiban Islam yang harus dilakukan dengan hormat dan sesuai dengan ajaran
agama. Pemulasaran jenazah biasanya melibatkan tindakan-tindakan seperti
memandikan jenazah, mengkafani jenazah, mensholati jenazah, dan
menguburkan jenazah. Kematian merupakan sesuatu yang pasti dan tidak bisa
dihindari oleh umat manusia. Menurut keyakinan Islam kematian adalah bagian
alamiah dari kehidupan dan setiap orang akan mati di akhirat, karena itulah
kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan awal dari kehidupan
setelah kematian. Hanya Allah SWT yang tahu kapan ajal kita akan datang, seperti
firman-Nya :

‫ار َوا ْدخِ َل ْال َج َّنةَ فَقَ ْد فَازَ ۗ َو َما ْال َحيٰ وة ال ُّد ْن َيا‬
ِ ‫عنِال َّن‬ ِ ۗ ‫ك ُّل َن ْفس ذَ ۤا ِٕىقَة ْال َم ْو‬
ِ ‫ت َواِ َّن َما ت َوفَّ ْونَ اج ْو َرك ْم َي ْو َم ْال ِقيٰ َم ِة ۗ فَ َم ْن ز‬
َ ‫حْز َح‬
‫ا َِّّل َمتَاع ْالغر ْو ِر‬

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

(QS. Ali’Imran (3) :185 )

َ ‫ۗا َ ْي َن َما تَك ْون ْوا يد ِْر ْك ُّكم ْال َم ْوت َولَ ْو ك ْنت ْم فِ ْي بر ْوج ُّم‬
‫ش َّيدَة‬

Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu


berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh,….. “(QS. An Nisa :78).

‫غي ِْر‬ َ ‫ضغَة ُّم َخلَّقَة َّو‬ْ ‫علَقَة ث َّم مِ ْن ُّم‬ ْ ‫ث فَ ِا َّنا َخلَ ْق ٰنك ْم ِم ْن ت َراب ث َّم مِ ْن ُّن‬
َ ‫طفَة ث َّم مِ ْن‬ ِ ‫يٰ ا َ ُّي َها ال َّناس ا ِْن ك ْنت ْم فِ ْي َريْب ِمنَ ْال َب ْع‬
‫س ًّمى ث َّم ن ْخ ِرجك ْم طِ ْف ًل ث َّم ِلتَبْلغ ْوا اَشدَّك ْم َومِ ْنك ْم َّم ْن ُّيت ََوفّٰى‬ َ ‫م َخلَّقَة لِن َب ِينَ لَك ۗ ْم َونق ُِّر فِى ْاّلَ ْر َح ِام َما َنش َۤاء ا ِٰلى ا َ َجل ُّم‬
‫علَ ْي َها ْال َم ۤا َء‬
َ ‫ض هَامِ َدة ً فَ ِاذَا ا َ ْنزَ ْلنَا‬ َ ْ ‫شيْـًٔ ۗا َوت ََرى‬
َ ‫اّل ْر‬ َ ‫َومِ ْنك ْم َّم ْن ي َُّر ُّد ا ِٰلى ا َ ْرذَ ِل ْالعم ِر ِل َكي َْل َي ْعلَ َم مِ ْن َب ْع ِد ع ِْلم‬
‫ا ْهت ََّزتْ َو َر َبتْ َوا َ ْن َبتَتْ مِ ْن ك ِل زَ ْوج َب ِهيْج‬

1
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan
dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-
angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat
tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan)
di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis
pasangan (tetumbuhan) yang indah. (QS. Al Hajj ( 22) : 5.

Dalam Islam, menjaga dan memperlakukan jenazah dengan hormat merupakan


kewajiban agama. Pentingnya pemulasaran jenazah dalam Islam mencerminkan
prinsip-prinsip kemanusiaan, spiritualitas, dan etika agama. Pemulasaran jenazah
bukan hanya proses secara fisik saja, tetapi juga merupakan tindakan
penghormatan dan kewajiban yang diatur oleh prinsip-prinsip agama. Merawat
jenazah dianggap sebagai cara untuk menghormati siklus kehidupan. Islam
mengajarkan bahwa setiap individu baik hidup maupun mati memiliki nilai yang
tinggi. Salah satu tanggung jawab Muslim lainnya adalah menjaga orang Muslim
jika mereka meninggal dunia. Dalam hal ini, mereka harus memperlakukan
jenazah sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam fikih Islam. Walaupun
kewajiban itu termasuk dalam kategori kewajiban yang bersifat fardhu kifayah,
tetapi kemampuan untuk mengurus jenazah sudah menjadi hal yang sangat
penting bagi masyarakat muslim. Terutama di Indonesia, yang memiliki budaya
saling asuh yang sangat kuat. Proses pemulasaran jenazah memegang peran
krusial dalam norma-norma Islam, memerlukan pemahaman yang mendalam baik
dari aspek hukum (fiqh) maupun kesehatan.

1. Prespektif Fiqh (Ajaran Islam)

Kewajiban Agama (Fardhu Kifayah). Jika seseorang meninggal, sesama muslim


harus mengurus mayitnya (men-tajhiz). Setiap makhluk hidup pasti akan mati.
Selain itu, mengurus jenazah saudara seiman yang meninggal adalah tanggung

2
jawab Muslim. Dalam Islam, orang yang masih hidup harus memandikan,
mengkafani, dan mensholatkan jenazah orang yang meninggal. Tajhizul janazah
adalah perawatan mayyit dalam Islam. Ini berarti merawat mayyit mulai dari
memandikan, mengkafani, mensholati, dan menguburkan. Secara fardu kifayah,
hal-hal yang harus dilakukan orang islam saat dihadapkan pada kematian
seseorang berkisar pada empat hal (Husnan, 2008 : 6) memandikan, mengkafani,
mensholati, dan menguburkan.

A. MEMANDIKAN

Memandikan mayit sunah di percepat,bahkan bila di hawatirkan tubuh mayit akan


segera rusak atau busuk maka mempercepat memandikan mayit hukumnya wajib
(Syatho, 1995 : 2/126). Perawatan jenazah perempuan berbeda dengan jenazah
laki-laki, terutama dalam hal proses memandikannya. Menurut buku Keutamaan
Menjenguk Orang Sakit dan Tata Cara Mengurus Jenazah, Tgk. Husnan M. Thaib,
tidak semua orang boleh memandikan jenazah perempuan. Yang boleh
memandikan jenazah perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari
pihak wanita, dan suaminya. Tempat memandikan jenazah, juga disebut sebagai
"tempat wudhu" atau "tempat mandi", adalah lokasi yang bisa dibilang khusus di
mana proses memandikan jenazah dilakukan menurut ajaran Islam. Tempat
memandikan jenazah biasanya dirancang dengan mempertimbangkan
kebersihan, privasi, dan kewajaran dalam memandikan jenazah. Beberapa
karakteristik umum dari tempat memandikan jenazah meliputi:

1. Fasilitas Khusus
Fasilitas khusus yang dimaksud dalam poin ini untuk memenuhi kebutuhan
proses pemulasaran, tempat memandikan jenazah biasanya merupakan
fasilitas khusus. Tempat ini mungkin di masjid, pusat pemulasaran jenazah,
atau fasilitas Islam lainnya.
2. Kebersihan dan Sterilisasi
Tempat yang digunakan untuk memandikan jenazah ini tempat itu harus selalu
bersih dan steril. Karena pemulasaran jenazah melibatkan kontak langsung
dengan tubuh, kebersihan sangat penting. Sterilisasi juga mencegah
penyebaran penyakit.

3
3. Ruangan yang Bersifat Privasi
Dalam proses pemulasaran jenazah, privasi sangat penting dan dijunjung
tinggi dalam proses memandikan ini. Tempat memandikan jenazah harus
dibentuk sedemikian rupa sehingga memberikan petugas pemulasaran ruang
privasi yang paling mungkin untuk menjaga kehormatan jenazah.
4. Fasilitas Air Bersih
Untuk memandikan jenazah, air mutlaq (suci dan mensucikan) harus
digunakan. Disarankan untuk menggunakan air asin (air laut) yang dingin
karena dapat mempertahankan tubuh mayyit dan memperlambat proses
pembusukan (Syatho, 1995:2/126).
5. Peralatan Pemulasaran
Peralatan pemandian, tempat memandikan jenazah memiliki perlengkapan
pemulasaran seperti bak atau wastafel air, sabun atau pembersih lembut, dan
perlengkapan mandi lainnya.
6. Aksesibilitas dan Keterbukaan
Meskipun menjaga privasi, tempat memandikan jenazah ini harus mudah
diakses oleh petugas pemulasaran dan keluarga jenazah yang mungkin ingin
melihat proses tersebut dengan persetujuan khusus.

Tata Cara Memandikan Jenazah

Mengutip buku Tata Cara Mengurus Jenazah oleh Abdullah bin Jarullah bin
Ibrahim Al Jarullah dan arsip detikHikmah, berikut tata cara memandikan jenazah
sesuai syariat Islam.

a) Dimulai dari Tubuh Bagian Kanan


Memandikan jenazah dimulai dari bagian tubuh kanan, Rasulullah SAW
menganjurkan. Dari Ummu Athiyyah Radhiyallahu’anha, ia berkata:“Rasulullah
SAW bersabda ketika putrinya (Zainab) meninggal: “Mulailah dengan anggota
tubuh sebelah kanan dan anggota wudhu darinya.” (HR Bukhari)
b) Kepala Jenazah Diangkat
Untuk mengeluarkan kotoran dari perut jenazah, angkat kepalanya hingga dia
duduk. Pastikan untuk menyiram dengan jumlah air yang cukup agar kotoran
dapat dibersihkan secara efektif. Orang yang memandikan jenazah harus
membungkus tangan mereka dengan kain dan menyiram kemaluan jenazah.

4
c) Niat
Niat (niyyah) merupakan komponen yang paling penting dalam menjalankan
setiap ibadah atau tindakan, termasuk saat memandikan jenazah. Niat
merupakan ungkapan batin yang menunjukkan tujuan dan kesungguhan hati
seseorang dalam melakukan suatu amalan. Ketika memandikan jenazah, niat
ini penting sebagai bagian dari ketaatan kepada ajaran Islam.
Niat Memandikan Jenazah Laki-Laki :
‫ت ِللِ تَعَالَى‬ ْ َ‫ع ْن هذ‬
ِ ‫اال َم ِي‬ َ ‫ن ََويْت ْالغ ْس َل اَدَا ًء‬

Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.


Artinya: “Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-
laki) ini karena Allah Ta'ala.”
Niat Memandikan Jenazah Perempuan :
‫ع ْن ه ِذ ِه ْال َم ِيتَ ِة ِللِ تَ َعالَى‬
َ ‫ن ََويْت ْالغ ْس َل اَدَا ًء‬

Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa.


Artinya: “Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit
(perempuan) ini karena Allah Ta'ala.

d) Mewudhukan Jenazah
Setelah membaca niat untuk memandikan jenazah, wudhukan jenazah
tersebut seperti akan melakukan salat, tetapi tanpa berkumur atau menghirup
air hidung. Ganti tahap tersebut dengan menggosok gigi dan membersihkan
lubang hidung. Digunakan jari yang dibungkus kain basah untuk menggosok
gigi dan lubang hidung jenazah.
e) Memandikan Jenazah
Memandikan mayit adalah haram, yaitu ketika kita melakukan :
1. Saat memandikan jenazah dilarang melihat aurat jenazah tersebut,
kecuali saat dibutuhkan
2. Selama memandikan jenazah sunnah nya wajah dari jenazah tersebut
ditutup mrnggunakan kain.
3. Memandikan mayit dengan niat hukumnya sunnah, tetapi wudhu
dengan niat hukumnya wajib.

5
B. MENGKAFANI

Salah satu langkah penting dalam tata cara pemulasaran jenazah Islam adalah
proses mengkafani jenazah. Tubuh jenazah dibungkus dengan pakaian khusus
yang disebut kafan sebelum dimakamkan. Beberapa aturan dan prinsip yang
ditemukan dalam agama Islam mengatur proses ini. Ini adalah prosedur umum
untuk mengkafani mayat:

a. Siapkan Kain Kafan


Kain kafan yang digunakan harus bersih, sederhana, dan sesuai dengan
ajaran Islam. Biasanya terdiri dari beberapa lembar kain tanpa jahitan, sesuai
dengan sunnah. Anggota tubuh mayit harus ditutup dengan minimal satu
lembar kain, tetapi paling banyak tiga lapis kain. Dapat dibungkus dengan
qomis dan surban dengan perincian berikut: a) Mayit laki-laki boleh dibungkus
dengan lima lembar kain terdiri dari tiga lembar kain ditambah qomis dan
surban; b) Mayit perempuan boleh dibungkus dengan lima lembar kain terdiri
dari dua lembar kain ditambah qomis, kerudung, dan jarik (Samper, Madura).
b. Memposisikan Jenazah
Biasanya, jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lembar kain, sedangkan
jenazah perempuan dibalut dengan lima lembar kain. Jenazah diletakkan di
atas kain kafan dengan kepala menghadap ke Ka'bah.
c. Susun Kain Kafan
Ada berbagai jenis kain yang tersedia di pasar, dengan lebar 92 sentimeter
dan 140 sentimeter. Untuk lebih mudah, gunakan kain berukuran 92 sentimeter
jika mayyit kecil, dan 140 sentimeter jika jenazah dewasa. Untuk membungkus
5 lembar kain kafan, Anda memerlukan kain sepanjang 11 meter. Kain dilipat
menjadi tiga lembar, dan panjang mayyit diukur. Jika tingginya 150 cm,
tambahkan 50 cm lagi. Bentangkan 3 kain yang sudah di potong dan sudah di
beri tambahan (sudah dijahit) dengan cara selang seling (jika jahitannya yang
pertama sudah ada di sebelah kanan maka kain yang selanjutnya jahitannya
di sebelah kiri,begitu seterusnya)
d. Ikatlah Kain Kafan
Biasanya, kain kafan diikat di sisi kanan bahu jenazah dengan simpul atau tali
yang ringan dan bisa dipastikan kain tetap tertutup.

6
e. Memastikan Privasi Jenazah
Mengkafani jenazah harus dilakukan dengan hormat dan menjaga privasi
jenazah. Proses ini harus dilakukan oleh petugas pemulasaran atau orang
yang ditunjuk, dan biasanya dilakukan tanpa kehadiran orang yang tidak
terlibat secara langsung.
f. Minyak Wangi (Opsional)
Dalam beberapa tradisi, minyak wangi atau aroma harum dapat dioleskan
pada kain kafan atau tubuh jenazah. Hal ini dapat memberikan aroma yang
harum pada jenazah.
g. Mendoakan Jenazah

h. ‫ َو َج ِم ْله ِبدفَان َما َدفَ ْنت إِلَ ْي ِه‬,‫اس التَقَوى‬


ِ ‫ط َه َر َهذَا الد ْفن َو أ َ ْل ِبسْه ِب ِل َب‬ َ ‫اللَّه َّم‬
َ ‫ط ِه ْره َك َما‬

Allohumma thohhirhu kama thoharo hazad dufnu wa albishu bi libasit taqwa


wa jammilhu bi dufanin ma dafantu ilaihi

Artinya: Ya Allah, sucikanlah jenazah ini dari dosa sebagaimana sucinya kain
kafan ini, dan berilah ia pakaian dengan pakaian taqwa, dan indahkan dia
dengan pakaian yang aku pakaikan kepadanya. Dalam Islam, mengkafani
jenazah merupakan tindakan yang sangat penting. Kain kafan yang digunakan
menunjukkan kesetaraan dan kesederhanaan di hadapan Allah. Ini juga
mengingatkan umat Muslim pada keterbatasan dunia ini. Seluruh proses ini
dilakukan dengan hormat dan sesuai dengan tuntutan agama.

C. MENSHOLATI

Shalat jenazah adalah salah satu bentuk doa khusus yang dilakukan untuk orang
yang telah meninggal dunia. Hal ini dilakukan sebagai penghormatan dan doa
untuk mendapatkan ampunan, rahmat, dan tempat yang baik di akhirat bagi
jenazah. Ini adalah salah satu ibadah yang sangat penting dalam Islam. seseorang
laki-laki atau perempuan dapat melakukan shalat janazah, tetapi selagi ada laki-
laki, hanya laki-laki yang dapat menggugurkan fardlu kifayah, terlepas dari usianya.
Namun, jika hanya ada satu orang di tempat itu perempuan saja, maka wanita
dapat melepaskan tanggung jawab. (As-syirbini, 1284: 246).

7
Syarat-syarat untuk salat janazah identik dengan syarat-syarat untuk salat-salat
lainnya. Untuk jenazah, persyaratan berikut ini harus dipenuhi:

1. Suda disucikan dan auratnya tertutup, meskipun belum dikafani belum dikafani,
tetapi hukumnya makruh (As-syirbini 1284: 246). Semua benda yang
berhubungan dengan mayit, seperti keranda, kain kafan, harus suci.
2. Musholli tidak boleh mendahului atau di depan mayit jika mayit ada. Posisi
antara mayit dan musholli sama dengan posisi imam dan makmum (Al-Malibari,
2004 M 47). (bahkan saat menshalati di kuburan)

Berikut Ini adalah Langkah-langkah dalam melaksanakan shalat jenazah :

a. Niat (Niyyah)
Sebelum memulai shalat jenazah, seseorang harus membaca niat di dalam
hati untuk melakukan ibadah tersebut, khususnya untuk jenazah yang disholati.
Untuk melakukan shalat jenazah, niat harus ditanamkan di dalam hati sebelum
memulainya. Niat ini harus benar-benar tulus dan murni, semata-mata karena
Allah SWT. Niat ini harus dijaga selama seluruh rangkaian gerakan shalat. Niat
shalat jenazah tidak boleh dicampur dengan niat lain atau dipengaruhi oleh
keinginan dunia. Dalam hal ini adalah ibadah khusus dan tulus untuk Allah
SWT dalam penghormatan dan doa untuk mereka yang meninggal dunia. Agar
shalat jenazah diterima oleh Allah, niat menunjukkan keikhlasan hati dan
khusyu'. Penting untuk diingat bahwa niat merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari ibadah, dan dengan niat yang benar, ibadah seseorang
menjadi lebih bermakna dan diterima oleh Allah SWT.
b. Berdiri Bagi yang Mampu
Shalat jenazah biasanya dianjurkan bagi yang mampu berdiri, dan ini dianggap
sebagai sunnah mu'akkadah (sangat ditekankan).
Salah satu cara untuk menunjukkan ketaatan dan pengabdian yang lebih besar
kepada Allah SWT adalah dengan berdiri dalam shalat jenazah. Dengan berdiri,
seseorang mendekatkan diri secara fisik dan spiritual pada Sang Pencipta.
Berdiri untuk menghormati dan menghormati jenazah. Hal ini menunjukkan
penghormatan dan rasa hormat kepada mayit dan prosesi pemulasaran
jenazah. Dalam beberapa hadits, Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan
untuk berdiri saat shalat jenazah. Sunnah ini mengarahkan umat Islam untuk

8
mengikutinya. Umat Islam juga diingatkan tentang akhirat dan hari kiamat
dengan berdiri untuk shalat jenazah. Sikap berdiri ini menunjukkan betapa
pentingnya beribadah untuk mempersiapkan diri untuk hari pembalasan dan
kehidupan setelah kematian. Dengan berdiri saat shalat, seseorang dapat
tetap fokus dan khusyu' saat berdoa dan benar-benar merenungkan doa untuk
jenazah yang sedang disholati tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa Islam memberikan kelonggaran dan memahami
kondisi orang yang tidak mampu berdiri. Itu memungkinkan shalat jenazah
dalam posisi duduk atau berbaring. Dalam hal ini, sikap yang paling penting
untuk dijaga saat shalat jenazah adalah kesungguhan, khusyu', dan
kekhusyukan, terlepas dari posisi tubuh yang diambil. Yang paling penting
adalah melakukan ibadah dengan niat yang ikhlas dan penuh ketaatan kepada
Allah SWT.
c. Takbir Pertama
Saat imam mengucapkan takbir pertama, seluruh jamaah dan individu lain
yang mengikuti shalat jenazah mengangkat kedua tangan mereka sampai
sejajar dengan telinga dan membaca takbir "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar).
Ini adalah tanda bahwa shalat jenazah dimulai dengan takbir pertama. Jamaah
membaca doa tahlil, "Bismillahi wassalatu wassalamu 'ala Rasulillah" sebagai
pembuka shalat setelah takbir pertama. Sesudah takbiratul ihram membaca
surat alfatiha dengan lirih sekalipun dimalam hari. Tidak dianjurkan membaca
doa iftitah dan surat, kecuali apabila ma’mum selesai terlebih dahulu sebelum
imamnya.
d. Takbir Kedua
Imam melakukan takbir kedua setelah membaca doa tahlil. Jamaah tidak
mengangkat tangan saat takbir kedua, (tetapi ketika mengangkat tangan pun
diperbolehkan karena hukumnya sunnah) yang menandai masuknya jamaah
ke rukun shalat jenazah yang kedua, yaitu membaca salawat untuk Nabi
Muhammad SAW. Imam membaca salawat, dan jamaah mendengarkannya
sambil mengucapkan amin. Minimal sholawat yang dibaca adalah:
Allahummah solli ala sayyidinah muhammad.
e. Takbir Ketiga
Takbir ketiga menandai masuknya jamaah ke rukun shalat jenazah yang
ketiga, di mana mereka berdoa untuk mayit. Mereka berdoa untuk ampunan,

9
rahmat, dan maghfirah (pengampunan) bagi mayit dan semua orang yang
beragama Islam. Setelah melakukan takbir yang ketiga maka membaca doa
untuk mayyit . Adapun paling pendeknya do’a untuk mayyit adalah sebagai
berikut:
Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wakfuanhu (untuk laki-laki)
Allahummagfirlaha warhamha waafiha wakfuanha ( untuk perempuan)
f. Takbir Keempat
Setelah takbir keempat, imam memberikan salam ke kanan dan ke kiri untuk
menandai akhir shalat jenazah. Bentuk salam dalam salat jenazah sama
dengan salam dalam salat fardhu, tetapi disarankan untuk menambahkan lafat:
wabarkatuhu.

Dalam shalat jenazah, empat takbir mengatur rangkaian gerakan dan doa yang
dilakukan. Masing-masing takbir memiliki makna dan fungsi khusus untuk
menghormati jenazah, meminta keampunan dan rahmat Allah, dan mengakhiri
shalat dengan salam.

D. MENGUBURKAN

Cara mengubur jenazah sesuai sunnah membutuhkan adab dan prosedur khusus
yang harus diikuti. Penguburan jenazah merupakan salah satu tahapan penting
dalam tata cara pemulasaran jenazah dalam Islam. Prosedur ini diatur oleh ajaran
agama dan dilakukan dengan penuh rasa hormat terhadap jenazah. Islam
memerintahkan penguburan jenazah. Para ulama pun telah sepakat bahwa hukum
mengubur jenazah adalah fardu kifayah seperti halnya memandikan, mengkafani
dan menshalatkan. Jika sebagian kaum muslimin telah melakukannya, maka
kewajiban itu gugur dari kaum muslimin yang lain. Sebelum proses penguburan
dimulai, jenazah disiapkan dengan cara yang sesuai dengan tradisi Islam untuk
pemularasan. Ini mencakup melakukan doa khusus, memandikan jenazah, dan
memakai kain kafan. Jenazah kemudian dibawa ke lokasi pemakaman. Diizinkan
untuk membaca dzikir dan doa saat mengantar jenazah. Menurut agama Islam,
jenazah dimakamkan di tanah, tanpa kuburan yang terlalu dalam untuk mencegah
pembusukan yang terlalu lama. Dalam agama Islam, penguburan dilakukan
segera setelah pemulasaran biasanya dalam waktu 24 jam.

10
Dalam pemberangkatan janazah harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Jenazah dibawa menggunakan keranda


2. Ketika di berangkatkan,posisi mayit di letakkan di depan sebagaimana ketika
bayi di lahirkan.
3. Di sunahkan untuk mempercepat langkah kaki
4. Sunnah yang mengantarkan janazahadalah laki-laki dan makruh hukumnya
bagi perempuan( Syatho, 1995 : 2/135 )

Tata cara penguburan jenazah :

1. membuat lubang kubur yang dalam, seukuran orang yang berdiri dan
mengangkat kedua tangannya, dan mendalaminya sekira tidak tercemar oleh
bau dan tercium oleh binatang buas. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dan Turmuzi dari Hisyam bin Amir r.a., di mana Rasulullah
SAW bersabda: "Perdalamlah (kuburnya), luaskanlah (kuburnya), dan
baguskanlah (kuburnya)."
2. Wajib membaringkan jenazah di sebelah kanan dan menghadapkannya ke
arah kiblat.
3. Jika memungkinkan, membuat liang lahat di atasnya. Namun jika tidak, cukup
membuat belahan tanah seukuran jenazah di tengah galian. 4) Jenazah
disunahkan dimasukkan dari arah kaki kubur.
4. Jenazah diletakkan dan pinggang kanannya menghadap kiblat.
5. Setelah dimasukkan dalam liang lahat, letakkan papan di atasnya dan tambal
sela-selanya dengan tanah yang lembek agar tanah tidak menimbun jenazah
secara langsung.
6. Mengubur tidak boleh dilakukan dalam tiga situasi berbeda: ketika matahari
terbit hingga setinggi tombak; ketika matahari benar-benar berada di atas;
atau ketika matahari hanya seukuran tombak sebelum terbenam hingga
terbenam.
7. Kadar waktu pertama dan terakhir adalah seperempat jam, dan kadar waktu
kedua adalah tujuh menit.
8. Disarankan untuk membentuk tiga gumpalan dari tanah dan meletakkannya
di sebelah kepala jenazah.

11
9. Setelah proses penguburan selesai, disarankan untuk mendoakan mayat
dan men-talqinkannya dengan membaca kalimat "Laa Ilahaillallah/ Asyhadu
anlaa ilahaillallah" sebanyak tiga kali.

2. Prespektif Kesehatan

Permasalahan utama bagi umat Islam adalah kesiapan para perawat jenazah, baik
umum maupun jenazah yang memerlukan perawatan mental khusus. Banyak
orang yang sudah memahami ilmu fikih tentang penyelenggaraan jenazah, tetapi
tidak banyak orang yang ingin atau mampu melakukannya, terutama selama
pandemi COVID-19. Dari perspektif kesehatan, pemulasaran jenazah adalah
proses yang dilakukan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan syariah dan
protokol medis. Dalam proses pemulasaran jenazah, beberapa hal berikut harus
diperhatikan terkait dengan prespektif kesehatan ini.

a. Pencegahan Penyebaran Penyakit


Pemulasaran jenazah yang efektif dapat mencegah penyebaran penyakit,
terutama selama wabah atau pandemi. Penggunaan peralatan pelindung diri
dan protokol kebersihan yang ketat adalah beberapa langkah pencegahan.
b. Perlindungan Diri Petugas Pemulasaran
Untuk menjaga kesehatan dan keamanan petugas pemulasaran saat
memulasaran jenazah, mereka melakukan perlindungan diri. Penularan
penyakit dapat berasal dari jenazah, terutama dalam kasus tertentu seperti
pandemi penyakit menular. Oleh karena itu, sangat penting bagi petugas
pemulasaran untuk melindungi diri mereka sendiri.
c. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Untuk menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh jenazah yang
berpotensi mengandung patogen penyakit, petugas pemulasaran harus
menggunakan APD yang sesuai, yang mencakup sarung tangan, masker,
kacamata pelindung, dan baju pelindung.
d. Pelatihan dan Edukasi
Petugas pemulasaran harus dilatih dengan baik dalam penggunaan dan
pembuangan APD. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan, mereka

12
juga harus dididik tentang risiko kesehatan, protokol kebersihan, dan teknik
pemulasaran yang aman.
e. Vaksinasi
Jika tersedia, vaksinasi terhadap penyakit-penyakit tertentu yang dapat
menular melalui jenazah dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit tersebut. Petugas pemulasaran dapat melindungi diri
dengan melakukan vaksinasi.
f. Penggunaan Peralatan Sanitasi
Pemulasaran harus dilakukan dengan hati-hati, menghindari bersentuhan
langsung dengan jenazah, dan mematuhi protokol kebersihan.
g. Pelaporan Resiko dan Komdisi Kesehatan
Untuk menjaga kesehatan dan mencegah penularan, petugas pemulasaran
harus melaporkan risiko dan kondisi kesehatan mereka kepada atasan atau
otoritas kesehatan yang berwenang.

Protokol Penatalaksanaa Pemulasaran dan Pemakaman Jenazah Corona Virus


Disease (COVID 19)

Menegaskan kembali Ketentuan Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 nomor 7 yang
menyatakan bahwa pengurusan jenazah (tajhiz al-jana'iz) yang terpapar COVID-
19, terutama saat memandikan dan mengafani, harus dilakukan sesuai protokol
medis dan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan
syariat. Namun, menshalatkan dan menguburkannya dilakukan sebagaimana
biasa dengan tetap menjaga agar tidak terpapar COVID-19. Orang Islam yang
meninggal karena virus ini dianggap sebagai syahid akhirat dan memiliki hak untuk
memenuhi hak-hak jenazahnya, seperti dimandikan, dikafani, dishalati, dan
dikuburkan. Proses ini harus dilakukan dengan mematuhi protokol medis untuk
menjaga keselamatan petugas.

I. PEMULASARAN JENAZAH COVID 19


1. Jenazah dari Dalam Rumah Sakit
a) Tim Pemulasaraan jenazah memakai Alat Pelindung Diri (APD)
lengkap sesuai ketentuan APD.
b) Tidak ada orang selain tim pemulasaraan jenazah di dalam ruangan.
c) Tidak ada suntik pengawet atau balsem yang dilakukan.

13
d) Disinfeksi jenazah dengan cairan disinfektan.
e) Jika terdapat luka yang disebabkan oleh prosedur medis atau
tindakan medis, tutup semua lubang tubuh dengan kapas yang
telah dibasahi dengan klorin 0,5%.
f) Masukan jenazah ke dalam 2 (dua) lapis plastik yang diikat erat
sebagai pembungkus jenazah.
g) Setelah jenazah dibungkus, jenazah dapat dimasukkan kembali ke
dalam plastik yang memiliki pegangan agar lebih mudah dibawa ke
liang lahat.
h) Selain itu, jenazah dapat dimasukkan ke dalam kantong jenazah
atau peti jenazah
i) Disinfeksi bagian luar plastik, kantong jenazah, atau peti jenazah,
serta ruangan (permukaan datar tempat pemulasaraan jenazah),
menggunakan cairan disinfektan.
j) Setelah prosedur pemulasaraan jenazah selesai, tim pemulasaraan
membuka APD yang digunakan sesuai urutan prosedur dan
memasukkannya ke dalam kantong plastik infeksius untuk
dimusnahkan.

2. Jenazah dari Luar Rumah Sakit


a. Seorang anggota keluarga, RT, RW, kelurahan, atau kecamatan
setempat melaporkan kepada Puskesmas tentang kematian yang diduga
akibat COVID-19.
b. Langkah-langkah penapisan dilakukan pada tubuh jenazah untuk
memastikan apakah ada tanda-tanda kekerasan atau kematian tidak wajar.
Jika ditemukan tanda-tanda ini, segera laporkan ke polisi dan masukkan
ke protokol kematian tidak wajar.
c. Pihak Puskesmas membuat surat keterangan kematian akibat COVID-
19, menyertakan bukti hasil tes COVID-19, dan mencatat dan melaporkan
sesuai ketentuan.
d. Tim pemulasaraan rumah sakit setempat melakukan pemulasaraan
jenazah. Pemulasaraan jenazah dapat dilakukan dalam kasus lonjakan
kematian akibat COVID-19. Di puskesmas atau lokasi yang disediakan

14
oleh pemerintah daerah setempat oleh tim pemulasaraan yang dibentuk
oleh puskesmas atau dinas kesehatan setempat.

II. PEMAKAMAN JENAZAH COVID-19


1. Sebelum pemakaman dilakukan di wilayah setempat, pihak kecamatan
atau tokoh masyarakat yang dapat didampingi petugas Puskesmas atau
Satgas COVID-19 setempat telah bertindak lebih awal. memberitahu
masyarakat setempat bahwa mayat COVID-19 yang telah dikuburkan tidak
lagi menularkan penyakitnya.
2. Petugas pemakaman harus menggunakan APD sesuai dengan ketentuan
APD. APD yang digunakan adalah limbah medis yang harus dikelola
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Dalam waktu tidak lebih dari 24 jam setelah kematian, jenazah harus
segera dikubur atau dikremasi sesuai dengan agama dan kepercayaan
mereka.
4. Jika ada lonjakan jenazah COVID-19, jenazah dapat ditempatkan di tempat
transit jenazah yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat sebelum
dibawa ke pemakaman. Tempat transit jenazah dapat menggunakan
bangunan kosong atau menyediakan tenda darurat di lokasi pemakaman.
5. Penguburan dapat dilakukan di mana saja yang memenuhi syarat sebagai
tempat pemakaman umum.
6. Pada kondisi darurat, penguburan beberapa jenazah dalam satu liang
kubur diizinkan setelah identifikasi dan dokumentasi jenazah selesai.
7. penguburan jenazah dengan cara memasukkan jenazah tanpa membuka
peti, plastik, atau kantong jenazah.
8. Keluarga dekat dapat menghadiri pemakaman dan upacara pemakaman
dengan mematuhi protokol kesehatan dan menjaga jarak fisik minimal 2
meter. Orang-orang yang sakit tidak boleh hadir.

Untuk mencegah penyebaran COVID-19, melakukan pemulasaraan jenazah


sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (UU Penyakit
menular) dan Majelis Ulama Indonesia. Polisi melaporkan, memantau, dan
menjaga pelaksanaan kebijakan. Proses pemulasaraan jenazah sangat berbeda
dari proses pemulasaraan jenazah sebelum dan sesudah wabah penyakit

15
mematikan tersebut. Dalam menangani jenazah, kebijakan pemberlakuan layanan,
terutama protokol kesehatan, harus diperhatikan.

Kesimpulan

1. Prespektif Fiqh
Dalam Islam, terdapat landasan fiqh yang kuat untuk pemulasaran jenazah,
termasuk menjaga kehormatan jenzah, memperlakukan jenazah dengan
hormat, dan mematuhi tata cara yang ditetapkan oleh syariat islam.
Pemulasaran jenazah harus dilakukan sesuai dengan aturan agama dan
menghormati keinginan jenazah dan keluarganya. Ini adalah cara untuk
beribadah dan memberikan penghormatan.
2. Prespektif Kesehatan
Dalam hal kesehatan, pemulasaran jenazah memerlukan perlindungan diri
petugas dan prosedur khusus untuk mencegah penularan penyakit. Ini
terutama berlaku ketika ada penyakit menular atau pandemi. Penggunaan alat
pelindung diri (APD), kebersihan lingkungan, dan prosedur sanitasi yang ketat
adalah bagian dari protokol kesehatan untuk mengurangi risiko penularan virus,
menjaga kesehatan petugas pemulasaran, dan melindungi masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

(Jundullah et al. 2021)A., S.I. Bahrul Ulum. 2022. “Tata Cara Perawatan Jenazah
(Tajhizul Jenazah) Jam 15.12.” Hukum Ekonomi Syariah 2 (1): 80–81.

Jundullah, Muhammad, Marimin Marimin, Muhaimin Muhaimin, Umar Tauhid,


Wibowo Wibowo, and Yulianta Yulianta. 2021. “Workshop Pemulasaran
Jenazah.” Jurnal Peradaban Masyarakat 1 (2): 22–24.
https://doi.org/10.55182/jpm.v1i2.80.

(A. 2022)A., S.I. Bahrul Ulum. 2022. “Tata Cara Perawatan Jenazah (Tajhizul
Jenazah) Jam 15.12.” Hukum Ekonomi Syariah 2 (1): 80–81.

(Plutzer, 2021)Plutzer, M. (2021). MAKALAH PENYELENGGARAAN JENAZAH.

Rokhmah, Siti. 2022. “Penguatan Materi Perawatan Jenazah Dalam


Pembelajaran Pendididikan Agama Islam ( Belajar Dari Best Practice Perawat
Jenazah Selama Masa Pandemi COVID-19 ).” Prosiding: The Annual
Conference on Islamic Religious Education 2 (April): 39–54.

Pandemi, Masa, Covid- Pasca, Asyharul Muttaqin, M Subhan Ansori, and Muh
Mirwan. 2023. “Studi Komparasi Pemulasaraan Jenazah” 3 (2)

“KMK_No._HK.01.07-MENKES-4834-
2021_ttg_Protokol_Penatalaksanaan_Pemulasaraan_dan_Pemakaman_Je
nazah_COVID-19-Sign.Pdf.” n.d.

17

Anda mungkin juga menyukai