Anda di halaman 1dari 18

Pemulasaran Jenasah Menurut Islam Dari Prespektif Fiqih Dan Kesehatan

Dosen pengampu : Safari Hasan, S.PI. MMRS

Nama : Herawaty Hestav


NIM : 10323035

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
JANUARI 2023

1
Kematian Dalam Prespektif Islam
Beberapa waktu terakhir, baik tv maupun social media kita dipenuhi dengan
berita kematian. Pada dasarnya kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia
ataupun jin, hewan ataupun makhluk-makhluk lain, baik lelaki atau perempuan, tua
ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit. Seperti dalam firman Allah Ta’ala
(yang artinya), “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS.
Ali Imran : 185).
Semua yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan
ketetapan-Nya. Siapapun yang ditakdirkan mati pasti akan mati meski tanpa
sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup pasti akan hidup.Dan sebab
apapun yang datang menghampiri tidak akan membahayakan yang bersangkutan
sebelum ajalnya tiba karena Allah Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya
hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang
melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Renungkanlah wahai manusia,
(sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada
batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya
dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi
kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia
tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat
pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang
mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat
kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa
dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan
dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.” (Lihat Majmu’ fatawa wa
Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).
Berdasarkan hadits riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, "Mati
mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang
durhaka." Hadist tentang kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga ini
mengartikan seorang mukmin sudah mempunyai bekal dan persiapan dalam
menghadapi maut setiap saat, sedangkan orang durhaka tidak.

2
Berbekallah dan sungguh sebaik-baik bekal taqwa, semoga kita semua
menjadi orang-orang pilihan Allah SWT untuk menginjakan kaki di surga-NYA.
Perbaiki diri dan perbanyak amalan-amalan maka kelak kita akan selaLu dijalan
Allah SWT. Sebaik-baik bekal untuk perjalanan ke akhirat adalah takwa, yang
berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dengan siksaan dan
kemurkaan Allah yang dikhawatirkan akan menimpanya, yaitu (dengan)
melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.” (Ucapan
Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 196))
Maka balasan akhir yang baik hanyalah Allah peruntukkan bagi orang-orang yang
bertakwa dan membekali dirinya dengan ketaatan kepada-Nya, serta menjauhi
perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya. Balasan akhir yang baik (yaitu
Surga) bagi orang-orang yang bertakwa.
Kematian menurut Islam adalah suatu ketentuan yang dikehendaki oleh
Allah atas tiap makhluk, termasuk manusia. Ayat-ayat Al-Qur'an menjelaskan
bahwa kematian merupakan sebuah keniscayaan bagi makhluk yang bernyawa.
Penyebab kematian dapat karena tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani atau
kesehatan tubuh yang melemah. Sementara Allah mustahil mengalami kematian.

Kematian menurut Islam


adalah suatu ketentuan yang dikehendaki oleh Allah atas tiap makhluk,
termasuk manusia. Ayat-ayat Al-Qur'an menjelaskan bahwa kematian merupakan
sebuah keniscayaan bagi makhluk yang bernyawa. Penyebab kematian dapat
karena tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani atau kesehatan tubuh yang
melemah. Sementara Allah mustahil mengalami kematian.
Kematian merupakan siklus yang berulang dengan kehidupan bagi
setiap makhluk. Prosesnya meliputi peralihan antara roh dan jiwa. Masa kejadian
kematian menurut Islam hanya diketahui oleh Allah sebagai ketetapan-Nya.
Ketetapan Allah atas kematian makhluk khususnya manusia pada usia kandungan
120 hari. Kematian pertama yang tercatatan dalam Al-Qur'an adalah
kematian Habil oleh saudaranya Qabil.
Tanda kematian adalah terjadinya kondisi sekarat. Rasa sakit saat
kematian akan terjadi lebih sakit dibandingkan dengan bagian tubuh yang terpisah-
pisah. Kematian merupakan bentuk cobaan bagi kehidupan manusia dan batas
untuk melakukan pertobatan dalam Islam. Setelah kematian terjadi, catatan amal

3
manusia berakhir dan segala akad yang ditetapkannya semasa hidupnya juga
diakhiri. Persiapan utama dalam menghadapi kematian dalam Islam adalah
memperbanyak ibadah.
Dalam Islam, terdapat 4 kondisi yang menyebabkan seseorang mati dalam
keadaan syahid, yaitu pembelaan terhadap harta, keluarga, agama dan nyawa.
Sementara kematian dalam keadaan buruk terjadik ketika masa sekarat, manusia
masih memikirkan dunia dan mengingkari Islam sebagai kebenaran.
Anjuran dalam Islam mengenai kematian adalah melakukan ziarah kubur dan
takziah. Tujuannya untuk mengingatkan diri akan kematian. Terdapat pula
larangan mengenai kematian, yaitu larangan mengharapkan kematian,
mempercepat kematian, meratapi kematian dan menyiarkan kematian. Manusia
yang telah mengalami kematian akan berpindah dari alam dunia menuju ke
alam barzakh dan alam akhirat. Ilmu yang berkaitan dengan kematian
adalah hukum waris.

DEFINISI KEMATIAN
Kematian merupakan siklus yang berulang dengan kehidupan bagi setiap
makhluk. Prosesnya meliputi peralihan antara roh dan jiwa. Masa kejadian
kematian menurut Islam hanya diketahui oleh Allah sebagai ketetapan-Nya.
Ketetapan Allah atas kematian makhluk khususnya manusia pada usia kandungan
120 hari. Kematian pertama yang tercatatan dalam Al-Qur'an adalah kematian
Habil oleh saudaranya Qabil.
Tanda kematian adalah terjadinya kondisi sekarat. Rasa sakit saat
kematian akan terjadi lebih sakit dibandingkan dengan bagian tubuh yang terpisah-
pisah. Kematian merupakan bentuk cobaan bagi kehidupan manusia dan batas
untuk melakukan pertobatan dalam Islam. Setelah kematian terjadi, catatan amal
manusia berakhir dan segala akad yang ditetapkannya semasa hidupnya juga
diakhiri. Persiapan utama dalam menghadapi kematian dalam Islam adalah
memperbanyak ibadah.
Dalam Islam, terdapat 4 kondisi yang menyebabkan seseorang mati dalam
keadaan syahid, yaitu pembelaan terhadap harta, keluarga, agama dan nyawa.
Sementara kematian dalam keadaan buruk terjadik ketika masa sekarat, manusia
masih memikirkan dunia dan mengingkari Islam sebagai kebenaran.

4
Anjuran dalam Islam mengenai kematian adalah melakukan ziarah kubur
dan takziah. Tujuannya untuk mengingatkan diri akan kematian. Terdapat pula
larangan mengenai kematian, yaitu larangan mengharapkan kematian,
mempercepat kematian, meratapi kematian dan menyiarkan kematian. Manusia
yang telah mengalami kematian akan berpindah dari alam dunia menuju ke alam
barzakh dan alam akhirat. Ilmu yang berkaitan dengan kematian adalah hukum
waris.

Sebab Kematian
Tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang tahu kapan ia akan mati. Akan
tetapi, setiap makhluk yang akan mati akan memiliki tanda dan sebab-sebab
kematian. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Al-Quran surat Luqman
yang berbunyi:
Innallāha 'indahụ 'ilmus-sā'ah, wa yunazzilul-gaīṡ, wa ya'lamu mā fil-ar-ḥām, wa
mā tadrī nafsum māżā taksibu gadā, wa mā tadrī nafsum bi`ayyi arḍin tamụt,
innallāha 'alīmun khabīr
Artinya: Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat
meramalkan kapan kematian akan terjadi pada dirinya, di negerinya sendiri atau
di negeri orang. Hal Ini menandakan bahwa kematian bisa terjadi dimana saja dan
kapan saja. ‘Aidh al-Qarni menafsirkan ayat tersebut bahwa hanya Allah Swt. yang
mengetahui kapan Hari Kiamat akan terjadi. Dia Pula yang menurunkan air dari
awan, tidak ada yang mampu mengerjakan semua itu selain Dia. Dia Maha Esa
yang mengetahui apa yang dikandung dalam rahim para ibu hamil. Dia
mengetahui apa yang diperoleh setiap individu, dan mengetahui apa yang
dilakukan individu itu pada keesokan hari, padahal individu tersebut tidak
mengetahuinya.
Ayat ini pun merupakan hujjah bagi orang yang suka menundanunda
pekerjaan dan selalu mengucapkan: “Aku akan bertaubat besok saja,” atau “Aku
akan bertaubat besok lusa.” 11 Sayyid Quthb mengemukakan terkait ayat di atas
bahwa menurutnya manusia sama sekali tidak mengetahui tentang hakikat apa
yang dia upayakan dan usahakan, sehingga ia meraih hasilnya, baik berupa

5
kebaikan ataupun keburukan, manfaat ataupun mudharat, kemudahan ataupun
kesulitan, sehat ataupun sakit dan ketaatan ataupun kemaksiatan. Jadi, usaha
yang dimaksudkan oleh Allah dalam ayat itu lebih umum dari sekedar meraih
keuntungan harta benda dan materi semata-mata ataupun sesuatu yang semakna
dengannya.12 Simpson (1985) dalam bukunya “Forensic Medicine” menjelaskan
bahwa kematian bisa terjadi secara tiba-tiba atau yang lebih dikenal dengan
sudden death yaitu kematian yang tidak terduga, non traumatis, non self inflicted
fatality, yang terjadi dalam 24 jam sejak onset gejala.13 Quraish Shihab
menjelaskan dalam tafsir al-Misbah bahwa masa depan seseorang, yakni besok,
dan masa depan seseorang yang terjauh tidak akan ada yang mengetahuinya
secara rinci, apalagi hal-hal yang berada di luar diri kamu.14 Ini menandakan
bahwa memang tidak ada yang dapat mengetahui kapan kematian itu akan terjadi
mengingat kematian bukanlah sesuatu yang ada pada diri seseorang, melainkan
di luar dari dirinya. Artinya, kematian adalah hak perogatif yang dimiliki oleh Allah
Swt., sehingga hanya Allah Swt. yang tahu kapan hamba-Nya akan mati. Meski
kematian adalah hak prerogatif Allah Swt. dan tidak ada satu makhlukpun yang
dapat mengetahuinya, tetapi Allah Swt. memberikan sebab-sebab kematian. Ini
menandakan ke-mahabesaran Allah Swt. dengan memberikan sebab bagi
manusia menuju kematian agar manusia tidak menganggap Tuhannya “bertindak
semena-mena” atas dirinya. Adapun sebab-sebab kematian manusia adalah :
1. Seiring penuaan usia makhluk hidup, tubuh mereka akan perlahan-lahan mulai
berhenti bekerja.
2. Penyakit dan kecelakaan.
3. Lingkungan dengan suhu yang sangat dingin atau yang terlalu panas.
4. Kekurangan makanan, air, udara, dan perlindungan.
5. Diserang dan dimakan (pembunuhan).
6. Infeksi dari gigitan hewan berbisa maupun hewan yang terinfeksi virus
berbahaya.
7. Kematian pada saat tidak terbangun dari tidur.
8. Kematian sebelum lahir, karena perawatan janin yang tidak benar.
9. Melakukan perbuatan buruk sehingga mendapat hukuman atau vonis yang
dijatuhkan oleh pengadilan atau tanpa pengadilan (Hukuman Mati).

6
PEMULASARAAN JENAZAH MENURUT PRESPEKTIF ISLAM
Fikih jenazah mencakup kewajiban muslim dalam pengurusan jenazah.
Ketentuan dan kewajiban pengurusan jenazah dilakukan oleh orang yang masih
hidup terhadap orang yang sudah meninggal. Kewajiban ini secara umum meliputi
kegiatan memandikan, mengafani, mensalati, dan mengubur jenazah. Secara
umum, fikih jenazah ditetapkan sebagai fardu kifayah. artinya sekiranya ada orang
muslim meninggal dan sudah ada yang mengurus jenazahnya, maka gugurlah
kewajiban umat muslim yang lain. Umumnya, mengurus jenazah hanya dilakukan
oleh orang-orang yang sudah terbiasa. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
orang-orang untuk tidak terlibat pengurus jenazah, di antaranya karena kurang
tahu caranya, takut atau memiliki trauma terhadap fenomena kematian. Ada empat
kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya yaitu:
1. Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah adalah proses membersihkan tubuh orang yang
telah meninggal, sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam agama
atau budaya tertentu. Tujuannya adalah untuk membersihkan dan
membersihkan jenazah dengan hormat sebelum proses pemakaman.

Syarat-Syarat Wajib Memandikan Jenazah


• Jenazah adalah orang islam
• Didapati tubuhnya walau sedikit
• Bukan mati syahid(mati dalam berjihad dijalan Allah)

Peralatan yang Harus Disiapkan


• Handuk dan kain basahan
• Sabun, air yang diberi bubuk kapur barus, dan wangi wanigan
• Tempat memandikan jenazah ditempat yang tertutup
• Air secukupnya

Tata Cara Memandikan Jenazah


1) Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disediakan
untuk dimandikan.

7
2) Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar
auratnya tidak terlihat.
3) Setelah itu bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari tangan dan kaki serta rambutnya.
4) Bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun dari
belakang terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan agar
apa yang ada di dalamnya keluar.
5) Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun.
6) 6) Kemudian siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis
kelamin jenazah.
Niat Memandikan Jenazah
1) Membasuh tubuh jenazah.
2) Jika jenazah tersebut laki-laki, basuhlah kepala dan jenggotnya
menggunakan busa sidr atau sabun, kemudian basuhlah bagian kanan
tubuhnya.
3) Proses memandikan dimulai dari bagian kiri tubuh jenazah, diawali dengan
menyiram air ke bagian kanan leher, lalu tangan kanan, punggung kanan,
dada sebelah kanan, pinggang kanan, paha kanan, betis kanan, dan
seluruh kaki kanan. Setelah itu, jenazah dibalik ke sisi kiri dan bagian
punggung kanan dibasuh. Selanjutnya, mandikan bagian kiri tubuhnya
dengan cara yang sama dan basuh bagian punggung kirinya.
4) Setelah itu siram dengan air kapur barus.
5) Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum
sholat.
6) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga
tidak membasahi kain kafannya.
7) Lafaz niat memandikan jenazah lelaki : ‫ت لله تَعَالَى‬ ْ َ‫ع ْن هذ‬
‫اال َم هِّي ه‬ َ ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل اَدَاء‬
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa. Artinya: "Saya
niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayat (laki-laki) ini
karena Allah Ta'ala."

‫ع ْن ه هذ هه ْال َم هِّيتَ هة ه ه‬
Lafaz niat memandikan jenazah perempuan : ‫لل تَ َعالَى‬ َ ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل اَدَاء‬
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa. Artinya: "Saya niat

8
memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayat (perempuan) ini karena Allah
Ta'ala."
Bacaan niat mewudhukan jenazah.
Lafal untuk mewudhukan jenazah lelaki : ‫ت لله تَعَالَى‬ ْ َ‫“ ن ََويْتُ ْال ُوض ُْو َء هل َهذ‬aku berniat
‫اال َم ِّهي ه‬
mewudhukan jenazah (lelaki) ini karena Allah SWT” Lafal untuk mewudhukan
jenazah perempuan : ‫“ ن ََويْتُ ْال ُوض ُْو َء هل َه هذ هه ْال َم ِّهيتَ هة لله تَ َعالَى‬aku berniat mewudhukan jenazah
(perempuan) ini karena Allah SWT”

2. Mengkafani Jenazah
Tata cara mengafani jenazah sesuai syariat Islam perlu diketahui setiap
umat muslim. Mengafani merupakan satu di antara bentuk pengurusan jenazah
seorang muslim atau muslimah. Dalam Islam, saat ada kematian, kewajiban orang
yang masih hidup terhadap seorang yang telah meninggal ada empat. Satu di
antara kewajiban tersebut ialah mengafani. Hukum mengkafani jenazah atau
mayat adalah fardlu kifayah.Mengafani jenazah adalah menutupi atau
membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya, walau
hanya sehelai kain dari ujung rambut sampai ujung kaki.Maka itu, bagi umat
muslim yang beriman, perlu mengetahui tata cara mengafani jenazah sesuai
syariat Islam.
Sunah-Sunah Dalam Mengkafani Jenazah
• Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, dan
menutupi seluruh tubuh jenazah.
• Kain kafan hendaknya berwarna putih.
• Jumlah kain kafan untuk jenazah laki-laki hendaknya tiga lapis, sedangkan
bagi jenazah perempuan lima lapis.
• Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani
jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
Kemudian tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengafani Jenazah
• Kain kafan diperoleh dengan cara halal, yakni dari harta peninggalan
jenazah, ahli waris, atau diambil dari baitul mal (jika tersedia), atau
dibebankan kepada orang Islam yang mampu.
• Kain kafan hendaknya bersih, berwarna putih dan sederhana (tidak terlalu
mahal dan tidak terlalu murah).

9
Tata Cara Mengkafani Jenazah Perempuan
Batas minimal mengafani jenazah, baik laki-laki maupun perempuan,
adalah selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah.
Sedangkan batas sempurna untuk jenazah perempuan adalah lima lapis: terdiri
dua lapis kain kafan, ditambah kerudung, baju kurung, dan kain.
Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, urutannya
sebagai berikut.
Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari lima lembar kain, urutannya
sebagai berikut.
• Lembar 1 untuk menutupi seluruh badan.
• Lembar 2 sebagai kerudung kepala.
• Lembar 3 sebagai baju kurung.
• Lembar 4 menutup pinggang hingga kaki.
• Lembar 5 menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengafani jenazah perempuan adalah sebagai berikut:


• Susun kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib. Lalu, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup
dengan kain dan letakkan di atas kain kafan sejajar, serta taburi dengan
wangi-wangian atau dengan kapur barus.
• Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
• Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
• Pakaikan sarung, juga baju kurungnya.
• Rapikan rambutnya, lalu julurkan ke belakang.
• Pakaikan kerudung.
• Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan ke dalam.
• Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

10
Tata Cara Mengkafani Jenazah Laki-Laki
• Batas minimal mengafani jenazah, baik laki-laki maupun perempuan,
adalah selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah,
sedangkan batas sempurna bagi jenazah laki-laki adalah tiga lapis kain
kafan.
• Bentangkan kain kafan sehelai demi helai, yang paling bawah lebih lebar
dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
• Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di
atas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
• Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, qubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
• Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti tersebut selembar demi
lembar dengan cara yang lembut.
• Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan
tiga atau lima ikatan.
• Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutuplah
bagian kepalanya, dan bagian kakinya boleh terbuka, tapi tutup dengan
daun kayu, rumput atau kertas. Jika tidak ada kain kafan, kecuali sekadar
menutup aurat, tutuplah dengan apa saja yang ada.

3. Menyalati Jenazah
Salat jenazah merupakan shalat yang dijalankan untuk mendo’akan
seorang muslim atau muslimah yang telah meninggalkan dunia teruntuk laki-
laki maupun perempuan, orang dewasa juga anak-anak.
Shalat jenazah ini hukumnya wajib kifayah, yaitu sebuah kewajiban yang
secara pelaksanaannya dapat tercukupi bilamana telah dijalankan oleh
sebagian kaum muslimin. Akan tetapi, jika tidak ada satupun yang
menjalankannya maka seluruh kaum berdosa.
ُ
ْ‫ َهل‬: ‫ فَقَا َل‬، ‫علَ ْي َها‬ َ ‫ص هِّل‬
َ ‫ي‬ َ ُ‫هي هب َجنَازَ ةٍ هلي‬
َ ‫ي صلى هللا عليه وسلم أت‬ ‫ أ َ هن ال هن هب ه‬، ُ‫ع ْنه‬ َ ‫َّللا‬
ُ‫ي ه‬ َ ‫ض‬ ‫سلَ َمةَ ب هْن األ َ ْك َو ه‬
‫ َر ه‬، ‫ع‬ َ ‫ع ْن‬ َ
َ ‫علَ ْي هه َم ْن َدي ٍْن قَالُوا َنعَ ْم قَا َل‬ ُ ُ َ ‫صلهى‬
‫صلوا‬ َ ْ‫ َهل‬: ‫ فَقَا َل‬، ‫هي هب َجنَازَ ةٍ أ ْخ َرى‬ َ ‫علَ ْي هه ث ُ هم أت‬ َ َ‫ الَ ف‬: ‫علَ ْي هه مه ْن َدي ٍْن ؟ قَالُوا‬
َ
َ ‫صلهى‬
‫علَ ْي هه – رواه البخاري‬ َ َ‫سو َل هللاه ف‬
ُ ‫ي َد ْينُهُ َيا َر‬ َ َ ‫صاحه هب ُك ْم قَا َل أَبُو قَتَا َدة‬
‫علَ ه‬ َ ‫علَى‬
َ

11
Mengutip dari Salamah bin al-Akwa’ r.a., ia mengatakan, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi seorang jenazah, sehingga
beliau menshalatinya. Lantas beliau bertanya, ‘Apakah orang ini memiliki
hutang?. Mereka menjawab: “Tidak” , maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyolatkan jenazah itu. Kemudian didatangkan lagi jenazah yang
lain. Beliau bertanya: “Apakah dia punya hutang?”. Mereka menjawab: “
Ya”. Beliau berkata, ‘Shalatkanlah sahabat kalian.’ Abu Qatadah
menjawab:” Saya yang menanggung semua hutangnya wahai Rasulullah.”.
Lalu beliau menyolatkan jenazah tersebut. (HR. Bukhari).
Syarat-syarat Shalat Jenazah
• Seseorang yang akan menjalankan shalat jenazah harus mematuhi syarat
sahnya seperti pada shalat yang lain. Yakni ia harus bersih dari hadats
serta najis, menutup aurat dan juga menghadap kiblat.
• Shalat jenazah harus dijalankan setelah jenazah dimandikan serta dikafani.
• Jenazah harus diletakkan berada di sebelah kiblat, dari orang yang
menyalatkannya.
Tata Cara Sholat Jenazah Laki-laki
• NIAT: ‫ت فَ ْرضا لله تَعَالَى‬
‫علَى َهذَا الـ َم هِّي ه‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص هلِّي‬
Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat shalat atas mayit laki-laki ini fardhu karena Allah SWT
• Takbir Dan Membaca Surat Al Fatihah. Setelah membaca niat, Ketika imam
menyebutkan takbir pertama, makmum mengikutinya dan di sambung
membaca surah al fatihah
• Takbir ke 2 dan diteruskan dengan membaca sholawat nabi
َ ‫علَى آ هل‬
• ‫س ِّهي هدنَا ُم َح هم ٍد‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ َو‬،ٍ‫س ِّهي هدنَا ُم َح همد‬ َ ‫الله ُه هم‬
َ ‫ص هِّل‬
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad
Artinya: “Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi
Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.”
• MENDOAKAN JENAZAH
• َ‫س ْلهُ بِا ْل َماءِ َوالث َّ ْلجِ َوا ْلب ََر ِد َونَ ِقِّ ِه مِ ن‬
ِ ‫سِّعْ ُم ْد َخلَهُ َوا ْغ‬ ِ ‫ع ْنهُ َوأَك ِْر ْم نُ ُزلَهُ َو َو‬ ُ ‫ار َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواع‬
َ ‫ْف‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغف ِْر لَهُ َو‬
‫َار هه َوأ َ ْهال َخيْرا مه ْن أ َ ْه هل هه َوزَ ْوجا َخيْرا مه ْن زَ ْو هج هه‬ ‫ض مه نَ ال هدن هَس َوأ َ ْبد ْهلهُ دَارا َخيْرا مه ْن د ه‬ َ ‫ْال َخ‬
َ ‫طا َيا َك َما َنقهيْتَ الثه ْو‬
َ ‫ب األ َ ْب َي‬
‫ار‬ ‫عذَا ه‬
‫ب ال هن ه‬ َ ‫ب ْالقَب هْر أ َ ْو مه ْن‬ ‫عذَا ه‬َ ‫َوأ َ ْدخه ْلهُ ْال َج هنةَ َوأ َ هع ْذهُ مه ْن‬

12
Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa ‘fu anhu wakrim nuzulahu wa wassi’
madkholahu waghsilhu bil ma’i watsalju wal bardi wa naqqihi minadzunubi
walkhotoyaya kama yunaqqi atssaubulabyadhu binaddanasi wa abdilhu daaron
khoiron min daarihi, wahlan khayrun min ahlihi, wa zaujan khoyron min zaujihi waqihi
fitnatalqobri wa ‘adzabi nnar.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosanya dan rahmatilah dia. Selamatkan dan juga
maafkanlah dia. Berilah kehormatan kepadanya, luaskanlah tempat kuburnya.
Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun.”
“Bersihkanlah dia dari seluruh kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju
putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, juga
istri yang lebih baik dari istrinya. Dan lindungilah ia dari azab kubur dan neraka.”
• BACAAN TAKBIR KE 4
• َ َ ‫َحر ْمنا أ‬
ُ‫جْرهُ والتَ ْف هت ِّنا َبع َده‬ ‫الل ُه ِّم الت ه‬
Allahumma tahrimna Ajrahu wala taftinna bakdahu
Artinya: “Ya Allah, janganlah jadikan pahalanya tidak sampai kepada kami
(janganlah Engkau sertakan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi
kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
• UCAPKAN SALAM
Selesaikan sholat dengan mengucap salam sambil menoleh ke kanan serta ke kiri.
Posisi salam ini memiliki perbedaan dengan sholat fardu lainnya, salam pada
shalat jenazah ini dijalankan dengan posisi berdiri

ADAPUN CARA MENYALATI JENAZAH PEREMPUAN


َ ُ‫أ‬
َ ‫ص هِّلي‬
• NIAT ‫علَى َهذَا الـ َم هِّيتَ هة فَ ْرضا لله تَ َعالَى‬
Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’muman lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat sholat atas mayit perempuan ini fardhu karena Allah SWT”
• TAKBIR DAN MEMBACA SURAH AL-FATIHAH
Setelah membaca niat, ketika IMAM menyebutkan takbir pertama, makmum
mengikutinya dan disambung membaca surah al-Fatihah.
• TAKBIR KE 2 DAN DITERUSKAN DENGAN MEMBACA SHOLAWAT NABI
َ ‫علَى آ هل‬
• ‫س ِّهي هدنَا ُم َح هم ٍد‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ َو‬،ٍ‫س ِّهي هدنَا ُم َح همد‬ َ ‫الله ُه هم‬
َ ‫ص هِّل‬
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad nabi

13
Artinya: “Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi
Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad.”
• MENDOAKAN JENAZAH
• ‫ج َو ْال َب َر هد َو َن هِّق َها‬
‫س ْع ُم ْد َخلَ َها َوا ْغس ْهل َها هب ْال َماءه َوالثه ْل ه‬ِّ ‫ع ْن َها َوأ َ ْك هر ْم نُ ُزلَ َها َو َو ه‬
َ ‫ْف‬
ُ ‫عافه َها َواع‬ ْ ‫الله ُه هم ا ْغف ْهر لَ َها َو‬
َ ‫ار َح ْم َها َو‬
‫َارهَا َوأ َ ْهال َخ ْيرا مه ْن أ َ ْه هل َها َوزَ ْوجا َخيْرا‬ ‫مهن د ه‬ ْ ‫ض مه نَ ال هدن هَس َوأ َ ْبد ْهل َها دَارا َخيْرا‬ َ ‫ب األ َ ْب َي‬ َ ‫مه نَ ْال َخ‬
َ ‫طا َيا َك َما َنقهيْتَ الثه ْو‬
‫ب ال هن ه‬
‫ار‬ ‫عذَا ه‬ َ ‫ب ْالقَب هْر أ َ ْو مه ْن‬
‫عذَا ه‬ َ ‫مه ْن زَ ْو هج َها َوأ َ ْدخه ْل َها ْال َج هنةَ َوأ َ هع ْذهَا مه ْن‬
Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’afihaa wa’fu ‘anha wa akrim nuzulahu
wawassi’ mudkholahaa waghsilhaa bil maa-i wats tsalji wal barod. Wa naqqihaa
minal khothooyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danas. Wa abdilhaa
daaron khoiron min daarihaa wa ahlan khoiron min ahlihaa wa zaujan khoiron
min zaujihaa wa adkhilhal jannata wa a’idzhaa min ‘adzabil qobri au min
‘adzaabin naar.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan ampunilah dia.
Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat kuburnya. Mandikanlah dia
(mayit) dengan air, salju, dan embun.”
“Bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan
baju putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari
rumahnya, juga istri yang lebih baik dari istrinya. Dan serta peliharalah dan
lindungilah ia dari azab kubur dan neraka.”
• BACAAN TAKBIR KE 4
َ َ ‫َحر ْمنا أ‬
‫جْرها والتَ ْف هت ِّنا َبعدَها‬ ‫الل ُه ِّم الت ه‬
Allahumma la tahrimna uhroha waltaftina bakdahu
Artinya: “Ya Allah, janganlah jadikan pahalanya tidak sampai kepada kami
(janganlah Engkau sertakan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau
memberi kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
• UCAPKAN SALAM
Selesaikan sholat dengan mengucap salam sambil menoleh ke kanan serta ke kiri.
Posisi salam ini memiliki perbedaan dengan sholat fardu lainnya, salam pada
shalat jenazah ini dijalankan dengan posisi berdiri.

4. MENGKUBUR JENAZAH
• SUNAH DALAM MENGKUBURKAN JENAZAH
a) Menyegerakan mengusung/membawa jenazah ke pemakaman, tanpa harus
tergesa-gesa.

14
b) Pengiring tidak dibenarkan duduk, sebelum jenazah diletakkan
c) Disunnahkan menggali kubur secara mendalam agar jasad jenazah terjaga
dari jangkauan binatang buas, atau agar baunya tidak merebak keluar
.d) Lubang kubur yang dilengkapi liang lahat (jenazah muslim), bukan syaq
(jenazah non muslim). Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian tengahnya.
e) Disunahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu
diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan

• TATA CARA MENGKUBURKAN JENAZAH


a) Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi
orang berdiri dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar
seukuran satu dzira’ lebih satu jengkal.
b) Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan menghadapkannya
ke arah kiblat. Sekiranya jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat dan
telah diurug tanah maka liang kubur wajib digali kembali dan
menghadapkan jenazahnya ke arah kiblat bila diperkirakan belum
berubah. Disunahkan untuk menempelkan pipi jenazah ke bumi.
c) Setelah jenazah diletakkan secara pelan di dasar kubur disunahkan
pula untuk melepas tali ikatannya dimulai dari kepala. Akan lebih baik
bila orang yang meletakkan dan meluruskan jenazah di liang kubur
adalah orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi si mayit pada
saat hidupnya. Pada saat meletakkannya di liang lahat disunahkan
membaca:
Bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.”
Artinya: ”Dengan nama Allah dan atas agama rasul-Nya. Ya Allah,
bukalah pintu-pintu langit untuk roh jenazah, muliakanlah tempatnya,
luaskanlah tempat masuknya, dan lapangkanlah alam kuburnya.”
d) Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat. Yang
dimaksud liang lahat di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur
sebelah kiblat seukuran yang cukup untuk menaruh jenazah. Jenazah
diletakkan di lubang tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan
batu pipih agar tanahnya tidak runtuh mengenai jenazah.Namun bila
tanahnya gembur maka disunahkan dibuat semacam belahan di bagian

15
paling bawah liang kubur seukuran yang dapat menampung jenazah di
mana di kedua tepinya dibuat struktur batu bata atau semisalnya.
Jenazah diletakkan di belahan liang kubur tersebut kemudian di bagian
atasnya ditutup dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah
e) Tinggikan gundukan tanah kuburan dari permukaan tanah dan di atas
kepala diberi tanda batu nisan.
f) Tanah kubur jenazah disiram air mawar dan air biasa. Hal ini sesuai
dengan hadits bahwa sesungguhnya Nabi saw telah menyiram kuburan
putra beliau Ibrahim.
g) Mendoakan jenazah.

PEMULASARAN JENAZAH TERHADAP PRESPEKTIF KESEHATAN


• Teknik-Teknik Sterilisasi:
Proses pemulasaran harus mencakup teknik-teknik sterilisasi yang efektif.
Ini bisa melibatkan pemakaian cairan desinfektan atau bahan kimia khusus
untuk membersihkan dan sterilisasi tubuh jenazah serta perlengkapan yang
digunakan dalam proses tersebut.
• Penerapan Prosedur-Prosedur Kesehatan:
Setiap lembaga atau fasilitas kesehatan harus memiliki prosedur kesehatan
yang jelas dan terstandarisasi untuk pemulasaran jenazah. Hal ini termasuk
penanganan dan pemindahan jenazah, prosedur pembersihan, serta cara
membuang limbah medis yang terkait.
• Pelibatan Ahli Kesehatan: o Dalam situasi tertentu, seperti wabah penyakit
menular, dapat diperlukan keterlibatan ahli epidemiologi atau dokter
spesialis penyakit menular untuk memberikan panduan yang lebih lanjut
tentang protokol pemulasaran dan upaya pengendalian penyakit.
• Protokol Kesehatan pada Saat Shalat Jenazah dan Pemakaman.
Ketika melibatkan banyak orang, seperti saat shalat jenazah dan
pemakaman, protokol kesehatan perlu diterapkan untuk mengurangi risiko
penyebaran penyakit, terutama dalam situasi wabah atau pandemi.
Pengaturan jarak fisik, penggunaan masker, dan penerapan tindakan
kebersihan tangan dapat menjadi langkah-langkah preventif yang penting.
• Pemilihan Kafan yang Sesuai dengan Aspek Kesehatan.

16
Kain kafan yang digunakan dalam pemulasaraan jenazah juga perlu
memperhatikan aspek kesehatan. Kafan sebaiknya terbuat dari bahan yang
mudah terurai dan tidak menyebabkan masalah kesehatan, seperti alergi.
Penggunaan bahan kafan yang bersih dan steril dapat menghindari risiko
penularan penyakit melalui kontak dengan jenazah.

• Perlindungan Terhadap Penyebaran Penyakit:


Salah satu tindakan penting dalam pemulasaraan jenazah adalah
penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh petugas yang menangani
jenazah. APD yang digunakan meliputi sarung tangan, masker, kacamata
pelindung, dan pakaian pelindung. Hal ini bertujuan untuk mencegah
penularan penyakit dari jenazah ke petugas yang menangani, serta
mencegah penularan penyakit dari petugas ke lingkungan. Terutama jika
jenazah tersebut meninggal karena penyakit menular.

• Fiqih merupakan salah satu ilmu yang ada didalam agama islam,Fiqih dapat
didefinisikan sebagai pemahaman setiap individu terhadap pelaksanaan
praktik ibadah sesuai dengan hukum Islam, yang terdapat dalam al-Qur'an
dan Sunnah (tindakan yang dicontohkan oleh Nabi Islam Muhammad dan
sahabat-sahabatnya). Fiqih berperan sebagai landasan bagi syariat melalui
proses interpretasi (ijtihad) terhadap al-Qur'an dan Sunnah oleh ulama-
ulama, yang kemudian diimplementasikan menjadi fatwa oleh mereka. Oleh
karena itu, syariah dianggap sebagai sesuatu yang tetap dan sempurna
menurut pandangan umat Islam, sementara fikih memiliki kemungkinan
untuk mengalami perubahan seiring waktu. Fikih berkaitan dengan aspek
ketaatan ritual, moral, norma-norma sosial, dan sistem politik dalam Islam.
Di era modern, terdapat empat mazhab dalam aliran Sunni, ditambah dua
atau tiga mazhab dalam aliran Syiah. Seseorang yang memiliki pengetahuan
mendalam tentang fiqih disebut faqīh (jamaknya fuqaha).

17
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from https://www.gramedia.com/literasi/cara-shalat-jenazah/


Cantika, Y. (n.d.). Tata Cara Sholat Jenazah: Syarat Sah, Rukun, Bacaan, Doa
dan Posisi. Retrieved from https://www.gramedia.com/literasi/cara-shalat-
jenazah/
KEMATIAN SELALU ADA DI SEBELAH KITA. (2022, Juli 29). Retrieved from
ump.ac.id: https://ump.ac.id/Hikmah-2703-
KEMATIAN.SELALU.ADA.DI.SEBELAH.KITA.html
Maarif, S. D. (2021, September 19). Tata Cara Memandikan Jenazah Laki-Laki
dan Perempuan dalam Islam. Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/tata-
cara-memandikan-jenazah-laki-laki-dan-perempuan-dalam-islam-gbhp
Nabilah, R. A. (2023, September 12). Hukum Mengurus Jenazah dalam Islam
dan Tata Caranya. Retrieved from detik.com:
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6925629/hukum-mengurus-
jenazah-dalam-islam-dan-tata-caranya
Nugroho, F. T. (2023, Januari 19). TATA CARA MENGAFANI JENAZAH LAKI
LAKI DAN PEREMPUAN SESUAI AJARAN ISLAM. Retrieved from
Bola.com: https://www.bola.com/ragam/read/5183872/tata-cara-
mengafani-jenazah-laki-laki-dan-perempuan-sesuai-ajaran-islam?page=4
Ramadanti, F. (2023, maret 05). Hadits Rasulullah Tentang Pentingnya
Mengingat Kematian. Retrieved from detik.com:
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6600983/hadits-
rasulullah-tentang-pentingnya-mengingat-kematian

18

Anda mungkin juga menyukai