Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia. Manusia
merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
Hidup manusia menempuh lima alam:
a. Hidup di alam roh (arwah)
b. Hidup di alam rahim ( kandungan ibu)
c. Hidup di alam dunia nyata
d. Hidup di alam barzakh (kubur)
e. Hidup di alam Akhirat, yang kekal abadi
Peranan Manusia di Dunia
a. Sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi.
Manusia menjadi wakil Allah dalam mentadbir bumi dengan menjalankan
semua perkara supaya bersesuaian dengan peraturan dan undangundang (syariat) yang telah Allah turunkan. Firman Allah:
Maksudnya: Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah di
muka bumi
b. Sebagai hamba Allah yang sentiasa mengabdikan diri (beribadah)
kepadaAllah. Yakin, patuh dan taat kepada segala suruhan-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Firman Allah SWT:
Maksudnya: Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk
beribadah kepadaKu

Manusia dan Kematian

Tiap- tiap yang berjiwa akan merasakan mati.Dan sesungguhnya


pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia
telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan.
Kematian adalah berpisahnya ruh dari badan. Badan akan rusak
secara keseluruhan sementara ruh akan meneruskan kehidupannya yang
abadi setelah mengalami perpisahan dengan badan. Allah berfirman
dalam ayat-Nya: Pada hari ketika tiap- tiap diri mendapati segala
kebaikan dihadapkan (di mukanya), begitu juga (kejahatan yang telah
dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa
yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.
Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba- hamba- Nya.
1

Bila manusia senantiasa sadar bahwa dunia ini hanya ladang untuk
menanam amal kebaikan, dan akhirat adalah tempat untuk hidup abadi,
sama sekali ia tidak akan berbuat curang dan penipuan. Imam Ali a.s.
dalam hal ini berkata: orang yang memahami akhir kehidupannya, ia
tidak akan berbuat curang dan penipuan.
Kematian merupakan sebuah keharusan
Setiap manusia yang menginjakkan kakinya di muka bumi, pasti akan
merasakan kematian. Karena kematian adalah sebuah kepastian, di mana
tidak seorang pun bisa menghindarinya.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.
Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,
maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) , yang mengetahui yang gaib dan yang
nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar- benarnya.Itulah yang
kamu selalu lari daripadanya.
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun
sebelum kamu (Muhammad ), maka jika kamu mati, apakah mereka akan
kekal.
Pada hakikatnya, manusia di dunia ini tidak hidup secara abadi. Pada
waktu tertentu ia harus meninggalkan dunia. Manusia tidak mampu
menolak kedatangan kematian atas dirinya. Di mana saja ia berada
kematian pasti akan menjemputnya. Manusia tidak mungkin lari dari
kematian yang mendatanginya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Manusia dan Akhlak
2. Kewajiban merawat pasien
3. Pendampingan dari bimbingan pasien terminal
4. Perawatan jenazah

BAB II
PEMBAHASAN
1. Manusia dan Akhlak
Pengertian Akhlak
Dilihat dari segi bahasa, akhlak dapat diartikan sebagai watak atau
tabiat.Lebih lengkap menurut para ahli, akhlak merupakan gambaran jiwa
dan batin sesorang manusia yang mencerminkan sifat lahiriah seorang
manusia.Secara umum ada dua tingkatan akhlak yaitu; tingkat tinggi dan
tingkat rendah.
a.

Akhlak terhadap Allah SWT

Akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran


bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.Dia memiliki sifat sifat terpuji.
Demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak
akan mampu menjangkau hakikat_Nya.
b.

Akhlak terhadap manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan


dengan perlakuan terhadap sesama manusia.Petunjuk mengenai hal ini
bukan hanya dalam larangan melakukan hal negatif seperti membunuh,
menyakiti atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan
juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib
seseorang dibelakngnya, tidak peduli aib itu benar atau salah.Al-Quran
menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar.
Nabi Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia seperti
manusia yang lain. Namun dinyatakan sebagai manusia seperti manusia
yang lain, akan tetapi dinyatakan pula bahwa beliau adalah rasul yang
memperoleh wahyu dari Allah SWT. Atas dasar adalah beliau berhak
memperoleh penghormatan melebihi manusia lain.
c.

Akhlak terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala


sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh3

tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.Pada dasarnya akhlak


yang diajarkan oleh Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah.Kekhalifaan menuntut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam.Kekhalifaan juga
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Menurut Soegarda Purbakawatja, ada tiga aspek pokok yang memberi
corak khusus akhlak seorang muslim menurut ajaran Islam, yakni :
1. Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban
pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim, yang
mencakup seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut
tugas-tugas terhadap Tuhan, maupun terhadap masyarakat.
Dengan ajaran kewajiban ini menjadikan seorang muslim siap
berpartisipasi dan beramal saleh, bahkan bersedia mengorbankan
jiwanya demi terlaksananya ajaran agamanya.
2. Praktek ibadah yang harus dilaksaanakan dengan aturan-aturan
yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong tiap-tiap orang
muslim untuk memperkuat rasa berkelompok dengan sesamanya
secara terorganisir.
3. Konsepsi Al-quran tentang alam yang menggambarkan penciptaan
manusia secara harmonis dan seimbang dibawah perlindungan
Tuhan. Ajaran ini juga akan mengukuhkan konstruksi kelompok
(Soegarda Purwakawatja, 1976:9).
Wasoal Djafar, menerangkan sifat sifat seorang muslim adalah,
sebagai berikut :
1. Siddiq, lurus dalam perkataan, lurus dalam perbuatan.
2. Amanah, jujur, boleh dipercaya tentang apa saja.
3. Sabar,
takan
menanggung
menyusahkan, tahan uji.

barang

atau

perkara

yang

4. Ittihad, bersatu didalam mengerjakan kebaikan dan keperrluan.


5. Ihsan, berbuat baik kepada orang tuanya, kepada keluarganya dan
kepada siapapun.
6. Riyatul Jiwar, menjaga kehormatan tetangga-tetangga.
7. Wafa bil ahdi, memenuhi dan menepati kesanggupan atau
perjanjian.
4

8. Tawasau bil haq, pesan memesan, menepati dan memegang


barang hak atau kebenaran.
9. Taawun, tolong menolong atas kebaikan.
10.Athfi alad-dlaif, sayang hati kepada orang-orang yang lemah dan
papa.
11.Muwasatil faqier, menghiburkan hati orang fakir atau miskin.
12.Rifqi, berhati belas kalian sehingga kepada hewan sekalipun
(Wasoal Djafar, Addien, 1951:25).

2. KEWAJIBAN MERAWAT PASIEN DALAM ISLAM

Dimensi keperawatan dalam Islam


ISLAM menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia
kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan
meningkatkan kesehatan.Kesehatan merupakan modal utama untuk
bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya.Ajaran Islam yang
selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan
halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan
merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.Wahai sekalian
manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baikbaik yang Kami rezekikan kepadamu (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang
halal, tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan,
baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya.Makanan yang
halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga
apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena
itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad Saw adalah memelihara
makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masingmasing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan alHakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam
untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal
kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu
sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan
kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang
sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan
5

sejenisnya, dan Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu


kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka
kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut
sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian
dan menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan
berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti
bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (al-Baqarah:: l95). Hal
ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari
pekerjaan dan risiko perjalanan.Sekarang ini kecelakaan kerja masih
besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja.Lalu
lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai
kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu
lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian
rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di
luar kemampuannya menghindari.Termasuk di sini karena faktor alam
berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh
global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia.
Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu
sebelum sakitmu, dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu
tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat
setelah ia merasakan sakit.

Asuhan Keperawatan Islam

Pada zaman Nabi perawat dapat diberi nama Al Asiyah dari kata
Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberi
makanan dan memberikan obat. Pelayanan kesehatan telah dimulai sejak
zaman Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat wanita yang
pertama yang bernama Rufaidah.Islam sangat menghargai seorang
petugas kesehatan karna petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang
sangat mulia.
Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan
kepada orang yang membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan
atau pelayanan kepada pasien.Hubungan antara petugas kesehatan dan
pasien adalah sebagai penjual jasa dan pemakai jasa.
Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad Hijrah.Akad
Hijrah adalah suatu akad dimana satu pihak memanfaatkan Barang,
Tenaga, Pikiran dan Keahlian.Islam sangat memperhatikan masalah
kesehatan, baik kesehatan Fisik, Mental maupun kesehatan lingkungan.

Hak Dan Kewajiban Antara Perawat Dan Pasien :

A. kewajiban petugas keperawatan


melaksanakan tugas sesuai dengan sumpah jabatan

memberikan pelayanan dengan baik

menetapkan tarip yang terjangkau oleh masyarakat

mengusahakan keringanan biaya

bertanggung jawab atas kematian /penderitaan dan kerugian pasien


yang disebabkan oleh kesalahan perawat

melimdungi pasien dari sasaran propaganda agama lain

menyampaikan wasiat pasien yang meninggal kapada keluarganya

membantu pemakaman jenazah secepat mungkin

menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan ajaran


agama.

B. Hak Hak petugas keperawatan


Mendapatkan Gaji dan Honorer

Mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah

Mendapat perlindungan hukum

Melindungi pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya.

Menolak pelanyanan kesehatan yang bertentangan dengan ajaran


Agama
Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi
yang mulia.akan tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keprawatan yang
dilakukan sesuai dengan syariah islam,yaitu dengan memperhatikan
kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam.dalam Al-Quran disebutkan
bahwa:
bertolong-tolonglah kamun dalam hal kebaikan,dan janganlah
kamu bertolong-tolong dalam hal keburukan atau kejahatan.
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Quran
menganjurkan untuk membantu orang orang yang sedang kesulitan
dalam hal ini adalah pada keadaan sakit.seperti yang dicontohkan oleh
rufaidah di zaman Rasulullah Saw.sebagai perumpamaan dalam
penerapan asuhan keperawatan yang sesuai dengan aturan-aturan yang
ada dalam islam.misalnya adalah bagaimana cara bersuci dan shalat bagi
pasien yang sedang sakit.
Allah berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 185:
artinya : allah menghendaki kemudahan bagimu,
menghendaki kesukaran bagimu(QS.Al-baqarah;185)

dan

tidak

3. PENDAMPING DARI BIMBINGAN PADA PASIEN


TERMINAL
Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien
karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang
merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual ( APA,
1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan
dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya
bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur
dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu
dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan
spritual pasien. Karena peran perawat yang konfrehensif tersebut pasien
senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan
pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang
menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga
perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien
tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan
kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal
yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak
mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian
sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus. Pasien terminal biasanya mengalami
rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu
berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan
spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa
harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk
menghadapi alam yang kekal. Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut
sangat menentukan baik atau tidaknya kematian seseorang dalam
menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta
pertanggungjawaban oleh Allah SWT karena upaya pemenuhan
kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan. Perawat hendaknya
meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir
dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase
sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang
sangat berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan doa untuk
diringankan dalam fase sakaratul maut.
Sakratul maut juga dapat diakatakan sebagai warming up
(pemanasan) kematian. Karena kematian itu sulit, berat dan amat sakit
maka diperlukan pemanasan. Di samping itu, sebagaimana kehidupan
8

pertama manusia memerlukan proses dan tahapan, Kematian Kedua pun


memerlukan proses dan tahapan agar bisa memasuki penginapan ke tiga
yang bernama Barzakh, sebuah penginapan yang jauh lebih besar dan
sangat berbeda situasi, kondisi dan lingkungannya dengan dua
penginapan sebelumnya, yakni perut atau rahim ibu kita dan bumi untuk
kehidupan dunia.

Sakratul maut adalah sesuatu yang ditakuti manusia. Faktanya,


berbagai riset dan upaya telah dilakukan manusia untuk menghindarinya
seperti, menciptakan obat-obatan untuk memperpanjang umur. Hal
tersebut digambarkan Allah dalam firman-Nya Dan datanglah
Sakratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya. (Q.S. Qaf (50): 19 )
Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang
(HR Tirmidzi)
Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri
yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu
dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?
(HR Bukhari)
Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan
kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan
sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh
yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa. (Kab alAhbar, sahabat Rasulullah saw)
Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa
berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya)
pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai
menangisi diri kalian sendiri.
(Imam Ghozali mengutipatsar Al-Hasan).

Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam


jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang
yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari
setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan
kulit
kepala
hingga
kaki.
(
Imam
Ghozali)
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil
yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia
menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa
mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu
cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari
salah satu kuburan. Wahai manusia!, kata pria tersebut. Apa yang
kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami
9

kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum
juga hilang dar ihatiku.

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk


setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti
hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir
kematian seseorang. Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia,
dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan
tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah
riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit selama kita hidup dan saat
sakaratul maut bisa jadi merupakan suatu proses pengurangan kadar
siksaan akhirat kita kelak.

Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik


benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang
canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini. Di mana
saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan: Ini adalah dari sisi Allah, dan kalau
mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: Ini (datangnya)
dari sisi kamu (Muhammad). Katakanlah: Semuanya (datang) dari sisi
Allah. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8) Dan Allah
sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
(QS,
Al-Munafiqun,63:11)
Sakaratul maut itu pedih seperti firman Allah SWT kepada Ibrahim AS
adalah Seperti panasnya besi dibakar pada kain sutera yang basah, lalu
nyawapun ditarik, Selanjutnya Allah berfirman kepada Nabi Musa
rasanya seperti burung hidup yang digoreng dalam wajan. Rasanya
seperti domba yang hidup kemudian diikuti oleh penjagal. Rasanya lebih
perih pedih dibanding sayatan pedang, geretan gergaji, dan tusukan
benda tajam. Seringan-ringannya kematian seperti duri dalam kain.
Bisakah duri keluar dari sutera tersebut tanpa robekan. Seperti berada
dalam selimut api panas dan seolah-olah bernafas dalam lubang jarum
seakan-akan berada dalam satu pohon yang berduri lalu ditarik dari
ujung kaki sampai keubun-ubun.

Allah SWT memberikan gambaran khusus dalam Quran surat AlQiyamah:berbelit kepayahan demi kepayahan, tindih bertindih
kesengsaraan demi kesengsaraan. Penyesalan dengan penyesalan dan
kesakitan demi kesakitan (Bey, 1987: 339)

10

Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan


upaya upayasebagaiberikut:

1.

Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT


Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik
sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Muslem Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan
berbaik sangka kepada Allah selanjutnya Allah berfirman dalam hadist
qudsi Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu
bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik, selanjutnya Ibnu
Abas berkata Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut,
hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa
dengan Tuhannya itu, selanjutnya Ibnu Masud berkata Demi Allah
yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada
Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal ini
menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.
2.

Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah


Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat
dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien
akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Wotf, Weitzel, Fruerst
memberikan gambaran ciri-ciri pokok
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir,
yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur
yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung
kaki, tangan, ujung hidung yangterasadingin dan lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi
terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan
tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi
mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi
kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien
muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah.
Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing dengan
melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan
dalam Hadist Riwayat Muslim Talkinkanlah olehmu orang yang mati
diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya
11

seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka


itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya
dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga
Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati
diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah,
maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang
tidak bisa, kamu lihat. Para ulama berpendapat, Apabila telah
membimbing orang yang akan meninggal dengan satu bacaan talqin,
maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaanbacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang
kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika
menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya
menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi,
menutup kedua matanya dan memberikan hak-haknya. (Syarhu Annawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)
3. Berbicara yang Baik dan Doa untuk jenazah ketika
menutupkan matanya
Di samping berusaha memberikan sentuhan perawat muslim perlu
berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim
Rasulullah SAW bersabda Bila kamu datang mengunjungi orang sakit
atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu
ucapkan, Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda
apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia di antara kamu,
maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh
yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Berdasarkan hal
diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik
buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang
terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul
maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi
kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air
atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya
dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya
kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk
berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya
dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul
maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan
dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)

12

5.

Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat


Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah
sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak
mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam
beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut.
Para Ulama sendiri telah menyebutkan 2 cara bagaimana menghadap
kiblat :
1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak
kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut
diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut
menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini
sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya posisi ini menimbulkan
sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut berbaring kearah
manapun yang membuatnya selesai.

4. PERAWATAN JENAZAH
A. Tata Cara Mengurus Jenazah
1. Hal-hal yang harus dilakukan setelah seseorang meninggal
Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan
nafasnya yang terakhir, maka diharuskan untuk melakukan halhal seperti berikut:
1). Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya
2). Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain
yang dikenakannya.
3). Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses
pemakamannya bila telah nyata kematiannya.
2.

Memandikan mayat
Apabila seorang meninggal dunia, maka wajib bagi
sekelompok muslim untuk segera memandikannya. Dalam
memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai
berikut:

13

Memandikan tiga kali lebih sesuai dengan yang


dibutuhkan

Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali,


5 kali, 7 kali, dan seterusnya)

Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan


dicampurkan dengan sabun atau sejenisnya

Pada akhir memandikannya hendaknya mencampuri


airnya dengan parfum, kapur barus, atau sejenisnya

Menguraikan rambutnya

Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan


anggota badan yang dibasuh ketika berwudhu

Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah


orang laki-laki, dan yang yang memandikan mayat
perempuan adalah orang-orang perempuan

Cara memandikannya dengan menggunakan kain


pembersih atau semisalnya. Lalu digosok-gosokkan di
bawah kain penutup, setelah pakaiannya dilepaskan.
Dianjurkan untuk memotong kukunya jenazah, mencukur
bulu ketiak dan kemaluan, menyisir rambut jenazah. Lalu
menyekanya dengan handuk.

3. Mengkafanijenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan
mengkafaninya. Kafan yang digunakan utuk membungkus
jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh
tubuhnya. Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara:
dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang
berwarna putih bagi jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan
untuk jenazah perempuan. Kain kafan tersebut dibubuhi
wewangian kemudian membalut jenazah dengan kain kafan
tersebut.
Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus,
kemudian letakkan jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi
terlentang.Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian
pada selakangan jenazah.Hendaklah menyediakan kain yang
telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan
melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah membubuhi
wewangian pada lekuk wajah jenazah.Kemudian lembaran
pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul
14

lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang


pertama.Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang
berjumlah tujuh utas tali.Lalu gulung lebihan kain kafan pada
ujung kepala dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian
lipat
kearah
kaki
dan
arah
kepala.
Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu
kain sarung untuk menutupi bagian bawahnya, kerudung untuk
menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang terbuka sisi
kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk
menutupi sekujur tubuhnya.
B. Menyolatkan jenazah
Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah.
Mensholatkan jenazah dengan cara sebagai berikut:
o

Imam hendaklah berdiri setentang dengan kepala jenazah,


apabila jenazahnya laki-laki, dan berdiri tepat pada bagian tengah
jenazah apabila jenazahnya perempuan

Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama,


membaca taawudz, kemudian surat al-fatihah

Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang


biasa dibaca dalam tashyahud

Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir


keempat juga membaca doa lalu mengucapkan sekali salam
kekanan. Pada setiap takbir mengangkat kedua tangan.[2]

C. Penguburan Jenazah
Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke
liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur
secara perlahan, jika tidak memungkinkan boleh menurunkan dari arah
kiblat. Dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya
membaringkan jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan
wajahnya menghadap kea rah kiblat. Sementara kepala dan kedua
kainya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat.
Dimustahabkan (disukai) bagi orang yang mengantar jenazah
ke pemakaman untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan
kedua tangannya usai penutupan liang lahatnya. Hal-hal yang
disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti berikut:
Pertama: meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan
15

tanah dan tidak diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan
tidak ditelantarkan.
Kedua: hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.
Ketiga: hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau
sejenisnya agar diketahui bagi keluarganya.
Keempat: hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah
untuk memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam
kubur dan ampunan bagi jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir
untuk melakukan hal yang sama.
D. Mempraktikkan Tata Cara Pengurusan Jenazah
1. Memandikan jenazah
Hukum memandikan jenazah adalah fardlu kifayah, artinya kewajiban
ini dibebankan kepada semua mukalaf di tempat itu, tetapi apabila
dilakukan oleh sebagian orang, gugurlah kewajiban seluruh mukalaf.
Berkaitan dengan memandikan jenazah, berikut dibahas mengenai
syarat memandikan jenazah, orang yang memandikan jenazah, dan
tata cara memandikan jenazah.
a. Syarat memandikan jenazah
Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka
yang hadir aadalah orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab
itu, ada syarat tertentu yang harus diperhatikan, antara lain :
1) Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.
2) Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat.
3) Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar
orang itu hanya menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi
mana-man yang jelek tentang si mayat.
b. Orang yang utama memandikan jenazah.
1) Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah
orang yang diberi wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat,
mahram dari pihak laki-laki, dan boleh juga istrinya.
2) Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya,
neneknya, atau keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
16

3) Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika


anak perempuan boleh laki-laki memandikannya,
4) Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan
tidak ada suaminya atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak
dimandikan, tetapi ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka
dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw bersabda sebagai
berikut.
,,, ,

Artinya :
Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak
ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di lingkungan
perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka
hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan.
Keduanya itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.
(HR. Abu Dawud dan al-Baihaqi)
c. Tata cara memandikan jenazah
1) Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga
aurat utamanya tidak kelihatan.
2) Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
3) Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
4) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya
dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
5) Tinggiakan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
6) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke
mulut jenazah, gosok giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian,
wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
7) Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke
sebelah kirinya.
8) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang
terakhir dicampur dengan wangi-wangian.

17

9) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan


menggosok anggota tubuhnya.
10) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh
tubuhnya, itulah yang wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali
dalam bilangan ganjil.
11) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari
badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar najis
setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya, tetapi
cukup untuk membuang najisnya saja.
12) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandiakan dengan kain atau
handuk sehingga tidak membasahi kafannya.
13) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang
tidak mengandung alkohol. Pembaerian wewangian untuk jenazah
sebaiknya menggunakan kapur barus.
2. Mengafani jenazah
Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai
kain. Hukum mengafani jenazah muslim dan bukan mati syahid
adalah fardlu kifayah.
Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara
lain:
a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi
seluruh tubuh.
b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan
perempuan lima lapis.
d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya
diberi wangi-wangian.
E. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
C. Cara mengafani jenazah laki-laki
1) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling
bawah lebih lebar dan luas. Sebaiknya masing-masing helai
diberi kapur barus.
18

2) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan


letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan
wangi-wangian.
3) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
4) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas,
kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan
selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
5) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya
dibawah kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan
setelah dibaringkan di liang lahat.
6) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah,
tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh
ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan
semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk
menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika
banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua
atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan
dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap
syuhadak dalam perang uhud/
D. . Cara mengafani jenazah perempuan
Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan
putih, yaitu:
1) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi
seluruh badannya yang lebih lebar.
2) Lembar kedua untuk kerudung kepala.
3) Lembar ketiga untuk baju kurung.
4) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
5) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
E. Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut:
1) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk
masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkna
19

diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian


atau dengan kapur barus.
2) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
3) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit )
5) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di
jahit )
6) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan
kebelakang.
7) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
8) Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke
dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan
yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan,
tiga atau lima ikatan, dan ddilepaskan ikatanya setelah
diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk di
sholatkan.
3.

Menyalatkan jenazah
Telah disepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah
hukumnya adalah fardlu kifayah. Seperti yang diriwayatkan oleh
Rasulullah.

Artinya:
Sholatilah orang yang meninggal dunia diantaramu. (HR.Ibnu
Majah dari Jabir bin Abdillah)

BAB III
PENUTUPAN

20

A. KESIMPULAN
Manusia merupakan mahluk ciptaan tuhan yang paling
sempurna,dimana manusia dilengkapi dengan akal, pikiran dan nafsu
yang akan digunakan dalam keberlangsungan hidupnya. Dengan akal
pikiran yang telah diberikan kepada kita semua maka kita harus
menggunakanya dengan hal-hal yang positif dengan perwujudan
akhlak yang mulia. Kita sebagai perawat berkewajiban merawat
pasien yang didasari dengan manusia yang mempunyai akal dan
pikiran bagaimanapun itu kondisi pasien termasuk juga merawat
pasien terminal, dalam merawat pasien terminal kita sebagai seorang
muslim wajiblah kita membimbing pasien secara spiritual karena
dalam kondisi seperti ini psikologi dan spiritual manusia mengalami
krisis, semaksimal mungkin kita memberikan dukungan spiritual
kepada pasien.Kemungkinan kesembuhan pasien terminal sangatlah
kecil tetapi semua adalah kuasa ALLAH SWT, jika memang pasien
telah meninggal, tanggung jawab kita bukanlah selesai sampai disini,
disini kita sebagai perawat dan juga sebagai orang muslim
berkewajiban merawat pasien dengan tata cara kita sebagai seorang
muslim sampai dengan kita serahkan pasien kepada keluarga.

B. SARAN
Jadi, kita sebagai manusia tetap saling berhubungan satu sama
lain, karena di sini semua kehidupan tidak lah sempurna. Maka dari
itu kita sebagai perawat tetap saling membantu pasien sampai
sembuh, atau pun yang sudah pasien terminal jika meninggal dunia,
kita bantu sampai pengurusan jenazahnya.

DAFTAR PUSTAKA

21

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/10/02/akhlakdalam-islam-492277.html
http://yusufalamromadhon.blogspot.com/2010/06/panduanmerawat-pasien-muslim.html
http://djepok.blogspot.com/2010/09/panduan-pendampingpasien-sakaratul.html
http://snurrjannah.blogspot.com/2012/04/pengurusan-jenazahmenurut-islam-pai-xi.html

22

Anda mungkin juga menyukai