Anda di halaman 1dari 15

PERJALANAN HIDUP MANUSIA

1. Sigit Bronto Larras (20191333060)


2. Moch. Aldy Doris (20201333035)
3. Ira Mustika Febrianti (20201333030)
I. Perjalanan Hidup Manusia dari Alam Ruh hingga Hari Akhirat

Dalam perjalanan hidupnya manusia akan melalui beberapa tahap


perjalanan hingga akhirnya mendapat kemenangan bertemu dengan Allah
di surga atau terpuruk di lembah neraka. Berikut tahapan-tahapannya:

• Alam Arwah
Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu
ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Dengan kesaksian dan
perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu
nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 30). Rasulullah bersabda: “Setiap anak
dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan
Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari)
• Alam Rahim
Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam
rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa alaqah (gumpalan darah),
dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh
dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan,
maka lahirlah manusia ke dunia

• Alam Dunia
Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi
yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja
dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan
meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan
yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan
tidak mengenal usia. Allah telah melengkapi manusia dengan perangkat
pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak
tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Quran
dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan
pedoman itu secara jelas tanpa keraguan
Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Mereka
akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang
dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa
sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian
adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian
bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang.
Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang
telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan
rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.

• Alam Barzakh
Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya.
Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal
shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak
yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya
kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula
tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya
di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan
untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya
• Alam Akhirat
Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan
segala rinciannya. Kehidupan hari akhir didahului dengan terjadinya
Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa
setelah kiamat adalah mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi
Adam sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat.
Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan
(timbangan amal) bagi manusia. Di antara pertanyaan yang akan
diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip
dalam hidupnya. Rasulullah bersabda: “Tidak akan melangkah kaki
anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang
umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa
digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana
menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya.” (HR At-
Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang
dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi
Kejadian selanjutnya manusia harus melalui shirath, yaitu sebuah
jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya
neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai
yang awal sampai yang akhir. Shirath ini lebih tipis dari rambut dan
lebih tajam dari pedang. Kemampuan manusia melewati jembatan itu
sesuai dengan amalnya di dunia.

• Surga dan Neraka


Pada fase yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah
sebagian mereka masuk surga dan sebagian masuk neraka. Surga
tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir.
Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan,
surga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan
sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan
penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Quran
dan Sunnah telah menceritakan surga dan neraka secara detail.
Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang
persinggahan akhir yang akan mereka diami
A. Ragam Orientasi Hidup Manusia
Orientasi berarti pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau
kecenderungan. Manusia sebagai khalifatullah menempati posisi ganda (double
position) di ruang publik yang sangat luas, mengelokkan
dan menggiurkan siapapun yang memandangnya secara makro. Ada dua hal yang
harus diperhatikan oleh setiap orang untuk menyikapi orientasi hidup, yaitu:

1. Orientasi hidup yang salah


Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran QS. Al-Baqarah ayat 200
menyebutkan bahwa ada di antara manusia yang orientasi hidupnya di
dunia hanya mengejar kenikmatan duniawi, sehingga ia lupa bahkan
tidak pernah memikirkan nasib hidupnya di akhirat kelak. Hal ini sesuia
dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 200.
Yang Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu,
maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut
(membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan)
berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang
yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan
tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat”.
Di zaman modern ini, banyak manusia yang tertuntut untuk
mengumpulkan dan menumpuk harta sebanyak-banyaknya agar bisa hidup
layak dan tenang menghadapi masa depan diri dan anak cucunya. Mereka
tidak peduli lagi dari mana harta didapatkan. Mereka yang orientasinya hanya
kesenangan dunia tersebut sudah
tidak pernah peduli dengan kaidah Rabbani dalam mencapai tujuan
mencari harta. Maka hendaknya mereka memeriksa kembali aqidah
mereka dimana mereka telah menjadikan dinar dan dirham (uang) sebagai
tuhannya dan tidak mengindahkan peraturan Allah agar mereka tidak
terjerumus ke dalam kesengsaraan dunia dan akhirat

2. Orientasi hidup yang benar


Allah tidak menghendaki kehidupan di dunia yang dilakukan oleh
manusia sangat memberatkan, bahwa sebaliknya yang dikehendaki Allah
adalah kehidupan yang mudah. Untuk itu Allah memberi petunjuk kepada
mereka pada jalan yang harus dilaluinya. Siapapun orangnya yang mengikuti
jalan yang benar, maka ia termasuk golongan orang-orang yang cerdas.
Salah satu indikatornya adalah
mampu memanfaatkan potensi- potensi pemberian Allah kepada dirinya
mana yang harus digunakan dan mana yang tidak harus digunakan,
sehingga membawa manfaat bagi dirinya dan orang-orang di sekelilingnya
Seorang Muslim senantiasa dituntut untuk mengisi dan memanfaatkan
kehidupan ini dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.. Ada beberapa hal yang bisa menunjang keberhasilan orientasi akhiratnya
tersebut, yang paling tidak meliputi tiga hal:

a. Orientasi kemanfaatan (kemaslahatan)


Manusia yang baik adalah manusia yang bisa menyibukkan diri
dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya baik di dunia maupun di
akhirat, serta memberi kemanfaatan (kemaslahatan) yang sebesar-besarnya
bagi orang lain
b. Orientasi kepedulian
Sebagai muslim sudah pastinya harus memiliki rasa kepedulian.
Contohnya, kita membantu terhadap kesulitan hidup yang dialami
orang lain dan kita akan berusaha menjadi bagian dari solusinya. Maksudnya
yaitu apabila ada orang yang sedang kesulitan kita membantunya agar
kesulitan yang dialaminya dapat terselesaikan dengan cepat
c. Orientasi kedisiplinan
Seorang Muslim senantiasa dituntut untuk disiplin dalam melaksanakan nilai-
nilai kebenaran yang datang dari Allah dan telah dibimbing dengan
diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuknya sehingga
bisa membedakan mana jalan hidup yang benar dan mana yang salah
II. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia, Hidup
Sukses dalam Pandangan Al-Quran
A. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Allah menciptakan segala sesuatu baik alam maupun manusia tiada
yang sia-sia, segalanya memiliki maksud dan tujuan. Allah menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan
maksud dan tujuan yang mengandung hikmat (pelajaran).Tidaklah
maksud dan tujuan tersebut kecuali untuk kesempurnaan makhluk bukan
bagi kesempurnaan zatNya (Allah SWT). Oleh karena itu, tujuan dari
penciptaan, menyampaikan pada semua makhluk-Nya akan
kesempurnaan-Nya, tanpa manfaat bagiNya sehingga tidaklah
menjadikan perbuatan Allah sia-sia.

Adapun tujuan penciptaan manusia, terdapat beberapa ayat yang


memiliki indikasi tentang maksud atau tujuan penciptaan manusia, indikasi
tersebut antara lain termuat dalam ungkapan seperti; al-ibadah,
al-khilafah (khalifah) dan al-amanah. Ketiga ungkapan kata tersebut
tertuang dalam beberapa ayat al-Quran
1. Al-Ibadah
manusia diajak untukmemeluk agama tauhid, yaitu dengan
menghambakan diri pada Allah,Tuhan satu-satunya, tunduk serta
mengikhlaskan diri pada-Nya. Kemudian mereka diingatkan bahwa
Allah-lah Tuhan yang telah mencipta, mengatur urusan dengan sunnah-
Nya serta menganugerahi mereka hidayah dan jalan untuk bertaqarrub.
Maka dari itu tidak ada yang layak dan pantas untuk selain Dia, sebab
mensyarikatkan-Nya hanya akan mendatangkan azab dan kehancuran.

2. Al-Khilafah
Khalifah adalah pengganti Allah yang mengatur urusan-Nya di
tengah-tengah kehidupan manusia. Di samping itu khalifah juga dapat
dipahami sebagai “suatu regenerasi yang silih berganti dimana mereka
bertugas untuk memakmurkan dan mensejahterakan bumi” (al-Himshi,
2010: 6). Dengan demikian khalifah adalah hamba Allah yang
ditugaskan untuk menjaga kemaslahatan dan kesejahteraan dunia
3. Al-Amanah
al-amanah dalam ayat tersebut
juga bisa diumpamakan sebagai “ujian dan tanggung jawab”. Hal ini
seiring dengan taklif (pemberian kewajiban oleh Allah), pemberian hak
kebebasan bertindak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan.

Tujuan penciptaan manusia adalah mengemban


amanah, yaitu kesanggupan manusia memikul beban taklif yang
diberikan oleh Allah. Hal ini mendidik orang-orang beriman supaya
selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut. Amanah
yang sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari
Allah dan Rasul-Nya maupun amanah antara sesama manusia
B. Hidup Sukses dalam Pandangan Al-Quran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sukses” memiliki arti
berhasil atau beruntung. Di dalam al-Quran istilah beruntung terdapat
dalam dua kata yang sepadan yaitu al-falah dan al-fauz.

1. Al-Falah
Al-falah berarti memperoleh apa yang diinginkan atau dengan
kata lain kebahagiaan. Seorang baru bisa merasakan bahagia jika
mendapatkan apa yang diinginkan, akan tetapi sesuatu yang dianggap
sebagai kebahagiaan tidak akan menjadi kebahagiaan kecuali jika ia
merupakan sesuatu yang didambakan serta sesuai dengan kenyataan
dan substansinya
2. Al-Fauz
Al-fauz menurut bahasa adalah keberhasilan memperoleh
kebaikan dan terlepas dari keburukan, dan juga berarti keberuntungan
(Sukardja, 2002: 1). Hidup sukses menurut al-Quran adalah manakala
manusia mendapatkan hasil yang baik atau keberuntungan di akhirat
sebagai imbalan dari menjadi seorang muslim dan taat dengan aturan
Allah dan rasul-Nya. Hasil baik itu adalah kesenangan surga dan
terhindar dari siksaan neraka.

Hasil baik juga akan dirasakan di dunia sebagaimana yang


dijanjikan Allah dalam firman-Nya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl: 97).
Pertanyaan & Jawaban

Anda mungkin juga menyukai