Anda di halaman 1dari 7

MANUSIA DAN AGAMA

Oleh:Utep Sobarli

Pendahuluan
Manusia adalah mahluk yang di diciptakan oleh allah dengan kesempurnaanya untuk di jadikan sebagai khalifah di muka bumi.khalifah disini artinya yaitu sebagai penyeru kepada jalan allah,menegaskan kebenaran dan keadilan memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam yang ada di muka bumi ini. Untuk dapat menjalankan kedudukannya itu manusia diberi bekal berupa insting religius yaitu naluri berfikir yaitu seperti akal yang melahirkan berbagai ilmu sebagai alat untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini.Selain itu manusia juga harus mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu dengan yang ada di luar dirinya,dengan akal dan ilmu yang dikuasainya manusia akan mampu mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta bumi ini untuk kepentingan manusia serta makhluk lain. Atas pelaksanaan amanat tersebut manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat apakah telah mengikuti dan mematuhi pola dan garis besar yang diberikan melalui para Nabi dan Rasul yang termuat dalam ajaran agama. Karena manusia tidak dapat di pisahkan dengan yang namanya agama karena agama merupakan kepentingan mutlak setiap orang dan setiap orang terlibat dengan agama yang dipeluknya maka tidaklah mudah untuk membuat suatu defenisi yang mencakup semua agama, namun secara umum dapat didefenisikan sebagai berikut.Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan-Nya melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.

1.Manusia dan Alam Semesta Dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah Sang Pencipta dan alam semesta yang diciptakan Allah. Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi, dan serasi. Keteraturan, kerapian, dan keserasian ini dapat dilihat dari dua kenyataan: Pertama,berupa keteraturan, kerapian, dan keserasian dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian di dalamnya dengan pola saling melengkapi dan mendukung; Kedua, keteraturan yang ditugaskan kepada malaikat untuk menjaga dan melaksanakannya. Kedua hal itulah yang membuat berbagai keteraturan, kerapian, dan keserasian yang kita yakini sebagai Sunnatullah yakni ketentuan dan hukum yang ditetapkan Allah. Seperti pada matahari sebagai pusat dari sistem tata surya, berputar pada sumbunya dan memancarkan energinya kepada alam semesta secara teratur dan tetap. Ada tiga sifat utama Sunnatullah yang disinggung dalam Al-Quran, yaitu:

Pasti,pasti disini artinya Allah tentu menjamin dan memberi kemudahan kepada manusia membuat suatu hal atau rencana, sehingga dapat membuat perhitungan yang tepat menurut sunatullah;

Tetap,tetap disini artinya bahwa ketetepan yang sudah di tentukan oleh allah tidak akan berubah-ubah dan Sifat yang ketiga adalah obyektif

Demikianlah alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-hukum yang berlaku baginya yang (kemudian) diserahkan-Nya kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan, sebagai khalifah. Untuk dapat menjalankan kedudukannya itu manusia diberi bekal berupa potensi seperti akal yang melahirkan berbagai ilmu sebagai alat untuk mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini.

Dengan akal dan ilmu yang dikuasainya, manusia akan mampu mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta bumi ini untuk kepentingan manusia serta makhluk lain. Atas pelaksanaan amanat tersebut manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat apakah telah mengikuti dan mematuhi pola dan garis besar yang diberikan melalui para nabi dan rasul yang termuat dalam ajaran agama.

2.Manusia menurut Agama Islam Al-Quran tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok hewan selama manusia mempergunakan akal dan karunia Tuhan lainnya. Namun bila manusia tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya seperti: pemikiran, kalbu, jiwa, raga, serta pancaindera secara baik dan benar, ia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan.karena manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran dan penyadaran diri,oleh karena itu manusia adalah subjek yang menyadari keberadaanya,ia mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya.Selain itu manusia juga tidak hanya berfikir tetepi dituntut untuk mampu sadar tentang pemikiranya. Di dalam Al-Quran manusia disebut antara lain dengan al-insan (QS 76:1), annas (QS 114:1), basyar (QS 18:110), bani adam (QS 17:70). Berdasarkan studi isi Al-Quran dan Al-Hadits, manusia (al-insan) adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman kepada Allah dan dengan mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejalagejala alam, mempunyai rsa tanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak (N.A. Rasyid, 1983: 19). Berdasarkan rumusan tersebut, manusia mempunyai berbagai ciri sebagai berikut:

Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang sangat baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna; Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah;

Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya,artinya manusia di ciptakan oleh Allah supaya manusia itu menyembah Allah; Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifahnya di bumi,artinya yaitu sebagai penyeru kepada jalan allah,menegaskan kebenaran dan keadilan memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam yang ada di muka bumi ini;

Manusia dilengkapi akal, perasaan, dan kemauan atau kehendak,artinya Manusia sadar akn diri dan lingkunganya,.mempunyai potensi dan kemampuan untuk berfikir,berkehendak bebas,bertanggung jawab an mempunyai potensi untuj berbuat baik.

Manusia bertanggung jawab atas hal perbuatanya,artinya apapun bentuk tingkah laku yang di kerjakan manusiadi dunia maka harus ia pertanggungjawabkan tingkah laku perbuatanya kelak di hari akhir.dan

Manusia itu berakhlak.

Manusia menurut agama Islam, terdiri dari dua unsur:


Unsur materi berupa tubuh yang berasal dari tanah; Unsur immateri berupa roh yang berasal dari alam gaib.

Di dalam Al-Quran di ungkapkan proses penciptaan manusia,"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal dari) tanah [12]. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) [13]. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik [14]. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah [7]. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani) [8]. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi Kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur [9]." (QS 23:12-14, 32:7-9)

Sedangkan menurut hadits, Rasulullah bersabda,"Sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah (air mani), empat puluh hari sebagai alaqah (segumpal darah), selama itu pula sebagai mudhghah (segumpal daging). Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalam tubuh manusia, yang berada dalam rahim itu" (HR Bukhari dan Muslim) Ali Syariati sejarawan dan ahli sosiologi Islam terkemuka mengemukakan pendapatnya mengenai intrepretasi hakikat kejadian manusia. Manusia menpunyai dua dimensi: dimensi ketuhanan (kecendrungan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah) dan dimensi kerendahan atau kehinaan (lumpur mencerminkan keburukan-kehinaan). Karena itulah manusia dapat mencapai derajat yang tinggi namun dapat pula terperosok dalam lembah yang hina, yang manusia dibebaskan untuk memilihnya. Ali Syariati memberikan makna tentang filsafat manusia:

Manusia tidaklah sama (konsep hukum), tetapi bersaudara (asal kejadian); Manusia mempunyai persamaan antara pria dan wanita (sumber yang sama yakni dari Tuhan); Manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi dari malaikat karena pengetahuan yang dimilikinya; Manusia memiliki fenomena dualistis: terdiri dari tanah dan roh Tuhan, yang terdapat kebebasan pada dirinya untuk memilih.

Atas kebebasan memilih tersebut, manusia bergerak dalam spektrum yang mengarah ke jalan Tuhan atau sebaliknya mengarah ke jalan setan. Manusia dengan akalnya sebagai suatu hidayah Allah kepada-Nya , memilih apakah ia akan terbenam dalam lumpur kehinaan atau menuju ke kutub mulia ke arah Tuhan. Dalam menentukan pilihan manusia memerlukan petunjuk yang benar yang terdapat dalam agama Allah yaitu agama Islam, yang menyeimbangkan antara dunia dan akherat.

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam " (QS 3:19) Manusia sebagai makhluk Ilahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui lima tahap: (1) alam gaib, (2) alam rahim, (3) alam dunia, (4) alam barzakh, dan (5) alam akherat. Dari kelima tahapan kehidupan manusia itu, tahap kehidupan di dunia merupakan tahap yang menentukan tahap kehidupan selanjutnya, sehingga manusia dikaruniai Allah dengan berbagai alat perlengkapan dan bekal agar dapat menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi, serta pedoman agar selamat sejahtera di dunia dalam perjalanannya menuju tempatnya yang kekal di akherat nanti. Pedoman itu adalah agama. Sesunguhnya manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya. Apa arti ibadah? Apakah secara ritual menyembah Allah, shalat lima waktu, puasa, zakat, dan berhaji saja? Bila memang itu maknanya, lalu bagaimana dengan usaha mempertahankan hidup? Apakah hanya dengan shalat maka hidangan akan disediakan Allah begitu saja? Tentu tidak, kita sebagai manusia harus berusaha memperoleh makan dan minum. Sebagai manusia kita harus bekerja untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Bila ibadah hanya diartikan sebatas pada ibadah ritual belaka dan tidak memasukkan bekerja sebagai suatu ibadah pula, maka merugilah manusia karena hanya sedikit dari waktunya untuk beribadah, bila dibandingkan ibadah dalam artian luas yang tidak terbatas pada ibadah ritual belaka. Tujuan ibadah: "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa." (QS 2:21) Prof.DR. M. Mutawwali As-Syarani mengutarakan bahwa: manusia diberi sarana oleh-Nya, diberi bumi yang tunggal dan beribadah pada-Nya, Alah telah memberi kewajiban-kewajiban, karenanya Allah meminta hak agar manusia beribadah kepada-Nya dengan tujuan agar manusia dapat terhindar dari soal-soal buruk yang merugikan di dunia.

PENUTUP Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam membuat artikel ini masih banyak kesalahan dan kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk itu segala kritik dan saran yang sifatmya membangun akan penyusun terima. Maksud dan tujuan pembuatan artikel ini untuk kriteria penilaian terhadap mata kuliah Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Bapak Hamdani, SPd. Penulis memanjatkan syukur kepada Allah SWT atas izin Nya penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca. Bandung,9 April 2011

Utep Sobarli NIM:41032122101113

Anda mungkin juga menyukai