PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, ia telah
menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini, dan kemudian hari. Hampir semua
lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya
terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Para ahli telah
mengkaji manusia menurut bidang studinya masing-masing, tetapi sampai
sekarang para ahli masih belum mencapai kata sepakat tentang manusia.
Manusia menurut sudut pandang Al-Quran adalah makhluk yang dipilih Allah
SWT untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Manusia adalah makhluk
setengah malaikat dan setengah materi. Secara naluriah manusia sadar akan
Allah SWT, bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan atas dunia. Berkat
pengetahuannya, manusia dapat menundukkan dan memanfaatkannya untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena memiliki kemampuan untuk
membentuk diri, maka manusia membentuk diri dengan sesukanya, dan
demikian dia menjadi penentu masa depan dirinya sendiri. Banyak dari
mereka belum paham betul apa tujuan mereka diciptakan. Tak sedikit yang
masih ragu dengan mencari dasar dari pertanyaan yang selama ini tersimpan
di benak mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manusia?
2. Bagaimana eksistensi dan martabat manusia?
3. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT?
C. Tujuan
1. Dapat mengerti konsep manusia
2. Dapat mengerti eksistensi dan martabat manusia
3. Dapat mengerti tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah SWT
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
a. Manusia Menurut Ahli Antropologi
Menurut ahli antropologi, manusia tergolong primat dan di antara
primat tadi manusia dianggap makhluk yang paling sempurna badan dan
akalnya. Yang membedakan dia dengan mamalia lainnya ialah luas dan
susunan otaknya, alat berbicara, tangan dan sikap badan yang tegak jika
berjalan. Manusia dari segala macam rumpun bangsa yang hidup
sekarang diberi nama: homo sapiens (manusia yang bijaksana), atau
homo recens (manusia zaman sekarang).
b. Manusia Menurut Islam
Manusia menurut Islam ialah yang disebut-sebut dalam al-Quran
dengan kata ins, insan, basyar, dan bani Adam. Al-Quran menjelaskan
asal-usul manusia pertama dari tanah; kadang-kadang dengan istilah
turab (tanah gemuk atau soil) dan kadang pula dengan istilah thin
(lempung), atau saripati lempung (min sulalatin min thin) terdapat dalam
QS. 23:12-16.
Adapun proses kejadian manusia selain Nabi Adam tersebut
dijelaskan dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-16:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat.”
Dalam surat As Sajdah, ayat 7-9 diterangkan sebagai berikut:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
2
c. Manusia Menurut Para Ahli
• Hipocrates (460-370 SM)
Manusia dimulai dari segi fisik, dalam diri manusia terdapat empat
macam sifat yang dipengaruhi cairan-cairan yang ada di dalamnya
yaitu sifat kering terdapat di chole (empedu kering), sifat basah
dalam melancole (empedu hitam), sifat dingin dalam phlegma
(lendir), dan sifat panas pada sanguis (darah).
• Plato (428-348 SM)
Manusia adalah makhluk yang terdiri dari tubuh dan jiwa yang ada
diantara keduanya terdapat garis pemisah.
• Aristoteles (350 SM)
Jiwa manusia adalah makhluk otonom yang berkembang menjadi
lain dan tidak lepas dari tubuhnya.
3
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi
semesta alam”
Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT
dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi
manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT
untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan
di akhirat dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan
investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S.
An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal shaleh
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
3. Tujuan Individu Dalam Keluarga
Dalam kaitannya dengan tujuan individu daln keluarga adalah agar
individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan membentuk
keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan
berpasang-pasangan. Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-
laki dan perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga
menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram,
dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum
yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh supaya
tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT
memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus
dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan
untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan
dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini
menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian,
kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh
4
apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak
beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh
dari keberkahan. Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96)
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok,
yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya yaitu masyarakat
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya
5. Tujuan Individu Dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang
menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus
hidup bermasyarakat atau bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari
itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang
lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu
dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam
lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta
makmur.
6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan
internasional atau dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai
makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan
ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi,
tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu
yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat
membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar
tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.
5
1. Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Manusia dihadapan Allah SWT berkedudukan sebagai hamba
(abdun), yang mengandung arti ketaatan, tunduk, dan patuh. Tujuan
utama dari penghambaan manusia kepada Tuhan adalah untuk
mendapatkan kedudukan takwa. Ibadah kepada Allah SWT merupakan
kebutuhan manusia sebagai makhluk, bukan sebaliknya Allah
mengharapkan belas kasihan dari makhluknya. Karena Allah yang
menciptakan dan memberi rezeki kepada manusia. Allah SWT
berfirman dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56-58 yang artinya “Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka
dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh.”
Penyembahan kepada Allah SWT agar mencapai kesempurnaan
ibadah harus dilaksanakan dengan keikhlasan. Ikhlas itu adalah
meniatkan segala aktifitas diri hanya ditujukan kepada Allah SWT
semata. Tanpa dilandasi dengan rasa ikhlas atau sukarela akan
menghambat dan tertolaknya amal ibadah seseorang.
6
dituntut mampu mentarbiyah diri, keluarga, dan sekaligus
memberikan pencerahan kepada orang lain.
Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dibanding makhluk lainnya. Allah SWT telah berfirman
dalam Al-Quran surat At-Tiin ayat 4 yang artinya “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.”
Kesempurnaan penciptaan manusia didasari dengan kepemilikan
sumber-sumber ilmu dan amal perbuatan yang diberikan Allah berupa
hati, akal, telinga, mata, dan organ tubuh lainnya. Dengan perangkat-
perangkat tersebut manusia diserahi tanggungjawab atas segala nikmat
yang diterimanya. Seperti firman Allah dalam surah Al-Isra ayat 36
yang artinya “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
Salah satu syarat mutlak dalam rangka mengemban tugas khalifah
adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang telah dianugerahkan
Allah SWT kepada Adam AS merupakan lambang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Bagaimanapun pesatnya kemajuan pengetahuan dan
ilmu manusia, niscaya tidak akan melampaui pengetahuan Adam AS
yang berkisar disekitar pengetahuan Adam AS mengenai sifat benda-
benda, karena Nabi Adam AS telah dianugerahi pengetahuan
mengenai sifat benda-benda seluruhnya (asma-a kullaha). Apabila
ilmu pengetahuan telah diperoleh manusia, pada tempatnya-lah
mereka dapat menjalankan tugasnya: mengelola, memanfaatkan segala
kekayaan alam semesta ini untuk kemakmuran dan kesejahteraan
manusia.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Abdul, dkk. 2016. Pendidikan Agama Islam. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman.
Ali, Mohammad Daud. 2010. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Uddin, Yurnalis. 1995. Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan I.
Jakarta: Departemen Agama RI
http://deniz.ucoz.com/news/eksistensi_martabat_manusia_pelajaran_agama/2009-
10-29-26
9
10