Anda di halaman 1dari 14

BELIMBING

Morfologi tanaman belimbing

1. Akar ( Radix )

Akar tanaman belimbing bercabang, berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah
tanah, dan tidak memiliki stipula. Perakaran ini terdir dari pangkal akar, ujung akar, batang
akar, cabang akar, serabut akar, bulu akar dan tudung akar. Perakaran tanaman kuat
sehingga mampu menembus permukaan tanah hingga dalam. Perakaran tanaman ini
berguna untuk menyokong tanaman dan juga menyerap zat atau unsur air yang ada
didalam tanah.
Deskripsi
Belimbing Manis (Averrhoa carambola) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang
(perenial) dengan tinggi 6 – 9 m. Batang berkayu (lignosus), berbentuk silindris, tumbuh
tegak, berwarna coklat tua, kulit kayu tipis, permukaan kasar. Percabangan banyak, arah
cabang miring ke atas dan mendatar sehingga membentuk pohon yang rindang. Daun
majemuk, bertangkai panjang, warna hijau tua, bentuk bulat telur, panjang 4 – 6 cm, lebar 3
– 4 cm, helaian daun tipis tegar, ujung meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus),
tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), tidak memiliki daun penumpu,
permukaan atas dan bawah halus. Bunga majemuk, kelopak berbentuk bintang (stellatus),
mahkota berwarna merah jingga, panjang mahkota ± 8 mm, daun mahkota berlekatan
(gamopetalus). Buah berlekuk 5 menyerupai bintang, panjang 10 – 12 cm, buah muda
berwarna hijau – setelah tua menjadi kuning, bentuk biji pipih – berwarna coklat tua,
berbuah setelah berumur 2 – 5 tahun. Akar tunggang. Perbanyakan secara generatif (biji). *

Bentuk buahnya yang unik dengan rasa manis dan bisa diolah menjadi beragam sajian,
belimbing dapat dibedakan menjadi 2 macam. Yang rasanya manis dengan bentuk bintang
dikenal sebagai belimbing manis (Averrhoa Carambola) sedangkan jenis kedua adalah
belimbing sayur atau belimbing uluh (Averrhoa bilim) yang rasanya asam.
Citrus

1.1. Akar (Radix)

Sistem perakaran Citrus aurantifolia adalah akar tunggang dimana akar lembaga tumbuh terus
menjadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar-akar yang kecil. Akarnya memiliki
cabang dan serabut akar. ( Tjitrosoepomo, G. 2003 ).

1.2. Batang (Caulis)

Tanaman citrus memiliki batang yang tergolong dalam batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang
biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar tergolong kayu. Batangnya berbentuk bulat (teres),
berduri (spina) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu arah tumbuh batangnya mengangguk (nutans),
dimana batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi lalu ujungnya lalu membengkok kembali ke
bawah.Sifat percabangan batang monopodial yaitu dimana batang pokok selalu tampak jelas, karena
lebih besar dan lebih panjang ( Hidayat, 1990 ).

1.3. Daun (Folio)

Daunnya berwarna hijau dan berwarna segar, tetapi kalau sudah tua warnya kulitnya menjadi kuning,
tangkai daun bersayap sempit. Helain daun berbentuk jorong , pangkal bulat, ujung meruncing, tepi
beringgit, permukaan atas berwarna hijau tua mengkilap, permukaan daun bagian bawah berwarna
hijau muda, daging daun seperti kertas, Panjang 2.5 – 9 cm, lebar 2.5 cmsedangkan tulang daunnya
menyirip dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5 – 25 mm. Duduk daun tersebar (folia sparsa),
karena disetiap buku-buku terdapat hanya satu daun ( Tjittrosoepomo, G. 2003 ).

Organa Reproduktiva

Dari suatu tumbuhan dapat diperoleh tumbuhan baru, dengan kata lain tumbuhan dapat
memperbanyak diri atau berkembang biak. Yang dapat menjadi tumbuhan baru adalah suatu bagian
tubuh tumbuhan, yang kemudian memisahkan diri secara alami atau manual oleh manusia dengan
sengaja dipisahkan dari tumbuhan yang lama. Bagian tubuh tumbuhan yang dapat tumbuh menjadi
individu baru itu dinamakan alat perkembangbiakan atau organum reproductivum

Adapun organ-organ reproductivumnya adalah sebagai berikut :

2.1. Bunga (Flos)

Bunga merupakan alat reproduksi seksual ( Generatif ). Dalam Citrus aurantifolia memiliki
bunga majemuk ( inflorescentia ). Bunga majemuk ( inflorescentia ), tersusun dalam malai yang
keluar dari ketiak daun dengan diameter 1,5 – 2,5 cm, bunga berbentuk mangkuk berbagi 4 – 5
dengan diameter 0,4 – 0,7 cm berwarna putih dan tangkai putik silindris putih kekuningan. Daun
mahkota berjumlah 4 – 5 berbentuk lanset dengan panjang 0,7 – 1,25 dan lebar 0,25 – 0,5 cm dan
berwarna putih. Termasuk bunga hermafrodit atau sering kita sebut bunga Banci dimana terdapat
putik dan benang sari . Bunga pada jeruk memiliki benang sari yang banyak. Jumlah lingkaran benang
sari sama dengan jumlah lingkaran mahkota bunga. Kepala sari menghadap ke dalam beruang dua,
dan membuka dengan celah membujur. Bakal buah pada jeruk letaknya superus dengan banyak
ruang, aroma bunga harum sehingga menarik lebah ( Tjitrosoepomo, G. 2003).
2.2. Buah (Fructus)hampir bulat telur, diameter 3.5 – 5 cm, tebal kulitnya 0,2 – 0,5 cm, tipe buah
buah sejati tunggal berdaging jeruk ( hesperedium ), permukaan licin, dan berkulit tipis. Kulit
buahnya memiliki 3 lapisan yaitu :

1) Lapisan luar yang kaku menjangat dan mengandung banyak kelenjar minyak astiri, yang mula-
mula berwarna hijau, tetapi jika buah masak warnanya berubah menjadi kekuning-kuningan lapisan
ini disebut flavedo.

2) Lapisan tengah yang bersifat seperti sepon, terdiri atas jaringan bunga karang yang biasanya
berwarna putih, dinamakan albedo.

3) dan kemudian suatu lapisan dalam yang bersekat-sekat, hingga terbentuk beberapa ruangan.
Dalam ruangan-ruangan ini terdapat gelembung- gelembung berair, dan bijinya terdapat bebas di
antara gelembung-gelembung ( Tjitrosoepomo, G. 2003 ).

Kulit Buah Jeruk nipis

Kepingan panjang atau berbentuk spiral, melengkung atau datar, lebar sampai 15mm, tebal
lebih kurang 3mm, keras. Permukaan luar berbenjol – benjol, parut gagang buah berupa lingkaran
lebih menonjol. Permukaan dalam lebih rata, warna putih dengan bercak kuning kecoklatan dan
bintik-bintik rongga minyak dengan warna kehijauan bergaris tengah lebih kurang 1mm. Berkas
patahan tidak berserabut ( Anonim, 2012).

3.3. Biji (semen)

Bijinya banyak kecil-kecil, licin, bulat telur sungsang. Biji Citrus aurantifolia ini juga memiliki
lapisan kulit luar (testa) : tipis, dan bagian pelindung utama bagi bagian biji yang ada didalam dan
lapisan kulit dalam ( tegmen ) biasanya tipis seperti selaput ( Tjitrosoepomo, G. 2003 ).

Kesimpulan

Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Sejak ratusan tahun
yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Jeruk nipis selalu
tersedia di sepanjang tahun. Jeruk nipis mempunyai nama ilmiah Citrus aurantifolia. Jeruk nipis punya
banyak manfaat. Selain menjadi minuman yang menyegarkan, buah yang sudah dikonsumsi ribuan
tahun yang lalu ini juga bisa mencegah daan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Klasifikasi
dari tumbuhan Citrus aurantiifolia adalah sebagi berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermathophyta

Subdevisio : Angiospermae

Clasis : Dicotyledonea

Ordo : Rutales

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia


Tingginya sekitar 0,5-3,5 m. Batang pohonnya berkayu ulet, bulat, berduri, keras, dan bewarna
putih kehijauan, Sedangkan kulit luarnya berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk berbentuk
elips atau bulat telur dengan pangkal membulat, ujung tumpul dan tepi beringgit. Sedangkan tulang
daunnya menyirip dengan tangkai bersayap, dan berwarna hijau. Bunganya berukuran majemuk yang
tumbuh di ketiak daun dengan Kelopak bunga berbentuk seperti mangkok berbagi 4-5 dengan warna
putih kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan. Daun mahkota berjumlah 4-5,
berbentuk bulat telur atau lanset dan berwarna putih. Tanaman ini berasal dari daerah Asia. Biasanya
jeruk nipis tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah yang banyak terkena sinar matahari. Banyak
ditanam di pekarangandan di kebun. Jenis akar dari tanaman jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ) ini
adalah akar tunggang, batang berkayu ( lignosus ),

bunga majemuk ( inflorescentia ), bijinya banyak kecil-kecil, licin, bulat telur dan sungsang.

https://syamsiatun24.wordpress.com/2012/10/17/deskripsi-citrus-aurantifolia/
Tanaman mengkudu merupakan tanaman tahunan (perenial) yang berbentuk perdu, dengan
ketinggian antara 3-8 m, batang tanaman keras dan berkayu yang tumbuh ke atas serta mempunyai
banyak percabangan. Cabang-cabang tumbuh mendatar dengan arah keluar kanopi tanaman. Daun
termasuk daun tunggal, terdiri atas satu helai daun setiap satu tangkai daun (petiolus). Berbentuk
lonjong, dengan ukuran panjang antara 10-40 cm dan lebar antara 15-17 cm, tergantung tingkat
kesuburan tanaman. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan permukaan
bagian bawah berwarna hijau agak pucat. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau
cabang secara berselang-seling atau berpasangan. Semakin subur pertumbuhan tanman, semakin
rimbun dan besar ukuran daunnya. Berikut penjelasan bagian-bagian tanaman mengkudu (Anonim,
2013) :

1. Pohon

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara


4-6 m, batang bengkok-bengkok, berdahan kaku,
kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap
dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat
kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak berbulu,
anak cabangnya bersegi empat. Tajuknya selalu hijau
sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali
dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk
penopang tanaman lada.

2. Daun
Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar,
tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm, tepi daun rata, ujung lancip
pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu.
Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga
lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung
vitamin A.

3. Bunga
Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun
penumpu yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunganya berkelamin dua. Mahkota
bunga putih, berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di mulut
mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan.
Bunganya putih dan harum.

4. Buah

Buah dari tanaman mengkudu diketahui ada yang


berbiji sedikit dan sebagian lagi berbiji banyak. Buah
mengkudu yang berbiji sedikit tentunya lebih disukai
orang karena lebih mudah untuk mengkonsumsinya
jika dibandingkan dengan buah mengkudu yang
memiliki biji banyak yang membuat orang lebih
enggan untuk memakannya karena repot dan demi
alasan kepraktisan semata. Di kalangan
masyarakat, buahnya yang berbenjol tidak beraturan
itu telah digunakan secara luas sebagai bahan rujak
terutama buah yang setengah masak. Banyak
sedikitnya biji pada buah mengkudu tentunya dapat
ikut menentukan tingkat kesukaan orang dalam memilih buah mengkudu sebagai bahan rujak
tersebut. Bentuk dan ukuran buah mengkudu ternyata juga beranekaragam, ada yang berukuran
besar dengan berbentuk lonjong, memanjang dan membulat atau juga ada yang berukuran lebih kecil
dengan berbentuk lonjong atau membulat. Buah mengkudu yang berukuran besar diperkirakan akan
lebih menguntungkan untuk dibudidayakan karena dapat menghasilkan volume sari buah yang lebih
besar. Seperti diketahui, di dalam sari buah mengkudu terkandung berbagai senyawa penting yang
sangat berguna dalam pengobatan dan nutrisi seperti Vitamin A, Vitamin C, Vitamin A, Niamcin,
Thiamin, Riboflavin, Besi, Kalsium, Natrium, Kalium, Protein, Lemak, Karbohidrat dan Kalor.

5. Biji
Biji mengkudu berwarna hitam, memiliki albumen yang keras dan ruang udara yang tampak jelas. Biji
itu tetap memiliki daya tumbuh tinggi, walaupun telah disimpan selama 6 bulan. Perkecambahannya
3-9 minggu setelah biji disemaikan. Pertumbuhan tanaman setelah biji tumbuh sangat cepat. Dalam
waktu 6 bulan, tinggi tanaman dapat mencapai 1,2-1,5 m. Perbungaan dan pembuahan dimulai pada
tahun ke-3 dan berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Umur maksimum dari tanaman
mengkudu adalah sekitar 25 tahun.
http://www.anakagronomy.com/2013/11/morfologi-tanaman-mengkudu-morinda.html
Morfologi Tanaman Jagung
2 January 2011 pukul 23:31 WIB [ 46,772 views ]

Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros (Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi,
dan Sri Sunarti).
Gambar dari berbagai sumber.
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari subfamili myadeae. Dua famili
yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari
tanaman jagung. Teosinte berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah
pertanaman jagung.

SISTEM PERAKARAN
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif,
dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan
embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula
berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku
secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar
adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus
hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri
atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif
yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah
menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan
hara dan air.

BATANG DAN DAUN


Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak
bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas
sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas
terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol.
Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol
yang produktif. Batang memiliki tiga komponen
jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan
pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang
(pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran
konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi,
dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat
epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu
mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis
menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki
lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan
sekeliling bundles vaskuler (Paliwal 2000). Terdapat variasi ketebalan kulit antargenotipe
yang dapat digunakan untuk seleksi
toleransi tanaman terhadap rebah batang.

Sesudah koleoptil muncul di atas


permukaan tanah, daun jagung mulai
terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian
daun, ligula, dan pelepah daun yang erat
melekat pada batang. Jumlah daun sama
dengan jumlah buku batang. Jumlah daun
umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-
rata munculnya daun yang terbuka
sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.
Tanaman jagung di daerah tropis
mempunyai jumlah daun relatif lebih
banyak dibanding di daerah beriklim
sedang (temperate) (Paliwal 2000). Genotipe jagung mempunyai keragaman dalam hal
panjang, lebar, tebal, sudut, dan warna pigmentasi daun. Lebar helai daun dikategorikan
mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit (5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm),
hingga sangat lebar (>11 cm).

Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung juga beragam, mulai dari
sangat kecil hingga sangat besar (Gambar 1). Beberapa genotipe jagung memiliki
antocyanin pada helai daunnya, yang bisa terdapat pada pinggir daun atau tulang daun.
Intensitas warna antocyanin pada pelepah daun bervariasi, dari sangat lemah hingga sangat
kuat.

Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak
tumpul, dan tumpul (Gambar 2). Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua
tipe daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya
memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau bengkok. Daun
pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun bervariasi dari lurus sampai
sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect memiliki kanopi kecil sehingga dapat
ditanam dengan populasi yang tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat
memberikan hasil yang tinggi pula.
BUNGA
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan
betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices
tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Pada
tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga

biseksual. Selama proses perkembangan,


primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina.
Demikian pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan
menjadi bunga jantan (Palliwal 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki
sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya
terbentuk dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan
perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan
ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel

dalam tempo seminggu atau lebih.

Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada
tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar
dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan kelobot.

Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya
muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari
(pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2-3 cm dari
ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk
sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi
penyerbukan silang. Dalam keadaan tercekam (stress) karena kekurangan air, keluarnya
rambut tongkol kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh.
Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI)
adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi
pembungaan, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar.
Semakin besar nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan
terhambat sehingga menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI,
seperti pada cekaman kekeringan dan temperatur
tinggi.

Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari


dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol.
Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari
serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang
berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh
karena itu, tanaman jagung disebut tanaman
bersari silang (cross pollinated crop), di mana
sebagian besar dari serbuk sari berasal dari
tanaman lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung
3-6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan
kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam
3-8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas
(shedding). Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15
hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian
kering.

TONGKOL DAN BIJI

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua


tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung
yang terletak pada bagian atas umumnya lebih
dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding
yang terletak pada bagian bawah. Setiap
tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap.

Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau


perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa,
membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri
atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp,
berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu
dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot
biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c)
embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal,
scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua
molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara (White 1994).
Namun pada beberapa jenis jagung terdapat variasi proporsi kandungan amilosa dan
amilopektin. Protein endosperm biji jagung terdiri atas beberapa fraksi, yang berdasarkan
kelarutannya diklasifikasikan menjadi albumin (larut dalam air), globumin (larut dalam larutan
salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam
alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-masing fraksi protein adalah albumin
3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan glutein 34% (Vasal 1994).

http://jagungbisi.com/morfologi-tanaman-jagung/

Morfologi Tanaman Talas

Tanaman yang banyak dibudidayakan di daerah bogor ini, memiliki bentuk tanaman sebagai
berikut :

Morfologi Akar pada Tanaman Talas

Tanaman talas merupakan tanaman yang berbentuk tegak, tanaman ini memiliki sistem
perakaran serabut yang dangkal dan tersusun dari kumpulan akar adventif.

Morfologi Batang pada Tanaman Talas

Batang pada tanaman talas memiliki bentuk yang pendek. Secara umum batang tanaman talas
dibungkus oleh daun dan berbentuk umbi yang biasanya dapat dikonsumsi. Batang tanaman talas
berada di dalam tanah, dengan batang berwarna coklat kehitaman.

Terkadang pada batang tanaman talas tersbeut terdapat bulu halus. Batang tanaman talas ini
memiliki bentuk yang bulat dengan jarak masing-masing ruas batang tanaman talas sangat pendek
atau sempit. Batang pada tanaman talas tumbuh dengan arah yang tegak ke atas.

Morfologi Daun pada Tanaman Talas

Daun pada tanaman talas memiliki bagian yang tersusun dengan lengkap, yaitu pada daun talas
terdapat helaian daun, pelepah, dan tangkai daun.

Daun pada tanaman talas termasuk ke dalam daun tunggal yang memiliki daun dengan jumlah
berkisar antara 2 hingga 5 helai.
Daun talas memiliki tangkai yang berukuran pajang,dan lembut serta memiliki banyak rongga udara
yang dapat membuat tanaman talas beradaptasi pada kondisi lingkungan yang tergenang.

Tangkai pada daun talas berwarna hijau dengan garis. Setiap helai daun berukuran atara 6 hingga 60
cm dengan lebar berkisar antara 7 hingga 53 cm, dengan daun berbentuk lonjong atau oval. Pada
bagian ujung daun tanaman talas terlihat seperti meruncing.

Morfologi Bunga pada Tanaman Talas

Sistem perbungaan pada tanaman talas yaitu dengan tongkol, tangkai dan seludang. Tangkai pada
tanaman talas berukuran antara 10 hingga 30 cm dan dengan ukuran seludang berkisar antara 10
hingga 30 cm.

Bagain dari bunga betina dan bunga jantannya terpisah, dengan bunga betina terletak di bagian
bawah tanaman talas dan bunga jantan berada di bagian atasnya.

Diantara bunga jantan dan bunga betina tersebut terdapat bunga mandul. Buah pada tanaman talas
merupakan buah buni dengan buah berwarna hijau.
Dapus

UGM farmasi, Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), ( http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=183 , diakses


tanggal 22 Okt. 16)

https://buahbuahku.wordpress.com/2011/03/04/belimbingaverrhoa-carambola-l/

Anda mungkin juga menyukai