Anda di halaman 1dari 2

Judul Film : Janur Kuning

Sutradara : Alam Rengga Surawidjaja

Produser : Abbas Wiranatakusuma

Pemeran : Kaharuddin Syah, Deddy Sutomo, Sutopo H.S, Dicky Zulkarnaen, Pujiono
Surya Triono

Durasi : 180 menit

“Indonesia Tetap Merdeka" karangan C. Simanjutak menjadi pembuka film berjudul


“Janur Kuning”. Film perjuangan Indonesia produksi 1979 yang disutradarai oleh Alam
Rengga Surawidjaja. Janur Kuning dibuat untuk mengenang perjuangan merebut kembali
kemerdekaan Republik Indonesia dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogyakarta.

Film ini dibintangi oleh Deddy Sutomo, Dicky Zulkarnaen, Kaharuddin Syah, Dian
Anggrianie D, Pong Hardjatmo, juga Amak Baldjun. Tokoh-tokoh nyata yang ditampilkan
dalam film ini diantaranya JenderalSudirman, Soeharto, dan Amir Machmud .Janur kuning
adalah lambang yang dikenakan di lengan para pejuang sebagai tanda perjuangan.

Dalam Janur Kuning diceritakan kalau Jenderal Sudirman (diperankan Deddy


Soetomo) meski dalam kondisi sakit dan ditandu masih memimpin perang gerilya. Dalam
kondisi kesehatan yang lemah, Jenderal Sudirman tidak bisa tenang, ia tetap berjuang. Dalam
benaknya, lebih baik mati di medan perang daripada mati di tempat tidur.

Iring-iringan prajurit TNI yang menandu Panglima Besar Soedirman turun naik bukit.
Setelah susah payah, akhirnya Panglima Besar tersebut mau kembali ke Yogyakarta.
Soedirman sempat ragu akan tindakan Belanda yang berkali-kali melanggar perjanjian
dengan Republik Indonesia.

Namun seorang perwira muda meyakinkan Soedirman untuk mau kembali. Sosok
pemuda ganteng dengan pembawaan tenang nan berwibawa itu adalah Letkol Soeharto ,
Komandan Brigade X sekaligus Komandan Wehrkreise III.

Adegan selanjutnya, Soedirman memeriksa barisan pasukan. Saat itu pula ingatan
Soeharto melayang. Secara flash back adegan mundur saat Agresi Militer Belanda II
berlangsung. Pesawat tempur Belanda meraung-raung di atas langit Yogyakarta
membombardir lapangan udara Maguwo.

Demikian cuplikan pembuka Film 'Janur Kuning', salah satu film yang
menggambarkan serangan umum 1 Maret 1949. Film yang disutradarai Alam Rengga
Rasiwan Surawidjaja ini dibuat tahun 1979. Biayanya lebih dari Rp 300 juta. Cukup besar di
masa itu. Konon biaya terbesar digunakan untuk membiayai pembuatan ratusan baju seragam
dan ribuan baju untuk figuran.

Secara detil film ini cukup baik. Kostum pemain dan gaya bicara para pemainnya
natural. Tidak kelihatan baru dan selalu rapi tersetrika seperti dalam Film Trilogi Merah
Putih. Padahal trilogi itu baru diproduksi tahun 2010, atau 30 tahun kemudian. Beberapa
panser, tank bahkan pesawat terbang melengkapi setting film perang 'Janur Kuning'.

Banyak fakta sejarah di dalamnya juga tersusun cukup baik. Penggambaran Agresi Militer
Belanda II tanggal 19 Desember 1949, jalannya Serangan Umum 1 Maret, hingga penyerahan
kedaulatan di Yogyakarta.

Namun yang terasa mengganggu adalah terlalu dominannya peran Soeharto sebagai
tokoh sentral film ini. Sosok Soeharto yang diperankan Kaharuddin Syah, mengisi hampir
seluruh film ini. Di sini pula terlihat Soeharto menggagas Serangan Umum 1 Maret. Di satu
adegan, warga juga tampak bersuka ria dengan kedatangan Soeharto ke sebuah desa.

Dapat dikatakan film inii tdak obyektif. Peran Soeharto terlalu ditonjolkan. Film itu
hanya berisi bagaimana sosok Soeharto yang begitu teguh. Berjuang sekuat tenaga, dan
sebagainya. Sosok lain dikecilkan dalam film ini.

Bahkan peran Sultan Hamengkubuwono IX hampir tidak terlihat dalam film ini.
Padahal saat itu Sultan punya empat fungsi. Sebagai Gubernur, Sultan Yogya, Menteri
Pertahanan dan diplomat yang dipercaya melakukan perundingan.

Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang ada, menurut kami film ini layak
ditonton untuk mengenang, menghormati dan turut serta dalam menjaga kemerdekaan yang
telah dicetuskan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai