Anda di halaman 1dari 19

Nama: Sigit Bronto Larras

NIM : 20191333060
Tugas : Rangkuman Sistem Bangunan dan Drainase

SIKLUS HIDROLOGI
A. Daur Hidrologi / Siklus Hidrologi
Hidrologi : Ilmu yang mempelajari masalah air, baik di atmosfer, di permukaan atau
didalamnya (air tanah)

Istilah- Istilah dalam Hidrologi :


 Infiltrasi : Masuk ke dalam tanah
 Perkolesi : Bergerak kedalam / kebawah tanah
 Saturated Zone : Daerah jenuh
 Transpirasi : Evaporasi (penguapan) lewat tumbuh “air melalui
bagian bawah daun (stomata)”
 Surface Run Off : Limpasan Permukaan
 Evaporasi : Penguapan
 Evaporasi Transpirasi : Penguapan yang terjadi evaporasi (Penguapan air)
dan transpirasi (Penguapan dari tumbuhan lewat
mulut daun / stomata) yang terjadi bersama –
sama dan saling mempengaruhi.
Pemakaian Hidrologi
 Dimensi struktur dan hidraulik dari suatu bangunan air
 Penyediaan air bersih (water supply) untuk perkotaan / desa dan industri
 Penyediaan air untuk irigasi
 Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
 Bangunan pengendali banjir (Flood Control) dan pengendali erosi (erosion control)
 Navigasi dan usaha pengurangan pencemaran (Pollution Abatement) pada suatu
aliran sungai.

Daur Hidrologi/ Siklus Hidrologi


B. Keseimbangan Air / Water Balance
 Dalam suatu siklus hidrologi pada suatu periode tertentu akan terlihat air yang
datang ( Inflow) dan jumlah air yang pergi (Out Flow)
 Perhitungan inflow dan outflow dalam suatu periode tertentu disebut sebagai
keseimbangan air (water balance)
 Jumlah air dipermukaan bumi ini (termasuk di atmosfer) tetap, hanya tempat
dan bentuknya berubah
 Water Balance dibedakan menjadi daratan dan lautan

Dimana :
P : Presipitasi (hujan)

ET : Evaporasi Transpirasi

SRO : Surface run off (limpasan permukaan)

GWF : Ground water flow (aliran air dalam tanah)

OS : Tampungan / tertahan / perubahan storage

Dimana :

E : Evaporasi (penguapan)

P : Presipitasi (hujan)

SRO : Surface Run Off (limpasan permukaan)

GWF : Ground water flow (aliran air dalam tanah)


S : Tampungan / tertahan / perubahan storage

C. Daerah Aliran Sungai

 Daerah aliean sungai adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pegunungan atau bukit
dimana air hujan jatuh di daerah tersebut akan menuju sungai di daerah itu.

 Kadang apabila kondisi topografi dan geologi suatu daerah aliran memungkinkan, maka
tidak jarang terjadi pengaliran dari suatu daerah aliran ke daerah aliran yang bersebelahan.
Daerah aliran dibagi kondisi geologi dan topografi

 Bentuk dan karakteristik daerah aliran akan sangat berpengaruh terhadap bentuk
hidrograph alirannya
 Bentuk hidrograph aliran dapat dilihat dari hasil pengamatan aliran (debit)

D. Data Meteorologi
Data Meteorologi terdiri atas:
 Cuaca dan iklim
 Temperatur (suhu) : temperatur udara, temperatur tanah.
 Kelembapan (humidity)
 Angin
 Tekanan udara
 Penyinaran matahari (sun shine)
 Radiasi matahari
Data meteorologi ini terbagi menjadi :

 Hasil pengukuran temperatur


 Hasil pengukuran udara
 Hasil penguuran tanah
 Kelembapan udara
 Tekanan udara
 Energi dan penyinaran matahari
 Penguapan
 Hujan
E. Hujan ( Presipitasi)
 Jika udara lembab bergerak keatas, kemudian menjadi dingin sampai melalui
titik embun, maka uap air didalamnya mengkondenisir sampai hujan sangat
dipengaruhi oleh iklim dan keadaan topografi daerah, sehingga keadaanya
sangat berbeda untuk masing daerah.
 Proses pendinginan terjadi secara besar – besaran maka butir – butir air akan
jatuh sebagai hujan (Presipitasi)
 Presipitasi yang terjadi : hujan, salju, dan es
 Derasnya hujan adalah berasal dari seberapa banyak butiran hujan terkumpul di
awan
 Semakin deras hujannya semakin pendek waktunya.
 Maka setelah Sebagian uap air mengkondensi udara semakin menjadi kering
maka deras hujan semakin meredup.
F. Tipe Hujan
Hujan dibagi menjadi 3 antara lain:
1. Hujan siklonik yaitu dari naiknya udara yang dipusatkan di daerah dengan
tekanan rendah
2. Hujan Konvektif yaitu naiknya udara dari ke tempat lebih dingin
3. Hujan orografik yaitu berasal dari naiknya udara karena adanya rintangan
berupa pegunungan

G. Data Hujan
 Curah Hujan adalah tinggi hujan dalam satu hari, bulan atau tahun (dinyatakan
dalam mm, cm, atau inchi)
Misal : a. 124 mm/hari
b. 462 mm/bulan
c. 2158 mm/tahun
 Waktu hujan adalah terjadinya satu kali hujan ( duration of one rainstorm /
hujan badai) (dalam satu kejadian hujan)
Misal : a. 12 Menit
b. 42 menit
c. 2 jam
 Intensitas Hujan adalah banyaknya hujan yang jatuh dalam periode tertentu
Misal : a. 48 mm/jam dalam 15 menit
: b. 72 mm/jam dalam 30 menit
 Frekuensi Hujan adalah kemungkinan terjadinya atau dilampauinya suatu tinggi
hujan tertentu.
Misal : a. Curah hujan 115 mm perhari akan terlampaui sekali dalam 20
Tahun
b. Curah hujan 2500 mm pertahun akan terlampaui dalam 10 tahun

Suatu tinggi Hujan tertentu

Missal:

a. Curah Hujan 115 mm per hari akan dilampaui sekali dalam 20 tahun.
b. Curah Hujan 2500 mm pertahun akan terjadi dalam 10 tahun.

Data di atas di peroleh dari penggunaan alat penahan hujan ( Rain gauge).

H. Network Stasiun Hujan


 Alat penahan hujan dipasang disebut sebagai stasiun hujan
 Stasiun dapat dipasang di seluruh daerah aliran
 Stasiun hujan tergantung pada kebutuhan dan ketelitian data pada aliran suatu
daerah
 Sebagai perkiraan banyaknya alat penakan hujan yang dipasang terhadap luas
daerah mewakili.

Tabel 4.1 (Sholeh Mochmammad, Diktat Hidrologi, hal 26)

I. Alat Penekan Hujan


 Besarnya tinggi hujan yang jatuh dinyatakan dalam mm, , cm , atau inchi
 Ada 2 jenis alat penakar hujan :
a) Pencacatan secara manual : dengan menggunakan tabung pengukur data
yang di dapat dari pencatat hujan dengan alat penakar jenis ini adalah data
harian dengan tinggu hujan yang terjadi 24 jam.
b) Pencacatan secara automatic : Alat pengukur hujan automatic atau automatic
rain gauge adalah alat yang mencatat hasil pengukuran hujan secara
automatic, pengoperasian 1 minggu dengan menggunakan kertas grafik.

Luas (Km2) Jumlah Stasiun Penakar Hujan

26 2

260 6

1300 12

2600 15
5200 20

7800 40

Sumber : Wilson, Engineering Hidrologi, Macmilan, 1974, hal 17.

 Di Indonesia network stasiun hujan dibangun oleh Direktorat Meteorologi,


yang mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data hujan secara periodik.
 Network stasiun hujan nasional jumlahnya + 4.000 buah tersebar di seluruh
Indonesia

Daerah Jumlah Stasiun Km2 / Stasiun

Indonesia + 4.339 + 440

Jawa + 3.000 + 44

Sumatera + 600 + 790

Kalimantan + 120 + 4500

Sulawesi + 250 + 760

J. Penyajian Data Hujan


 Yang didapat dari stasiun penakar hujan adalah :
 Tabel data tinggi hujan harian atau
 Grafik akumulasi tinggi hujan dan penakar hujan automatis
 Data yang diperoleh dari stasiun penakar hujan diolah dan disajikan dalam
bentuk :
 Tabel
 Diagram
 Grafik
 Penyajian Dalam Bentuk Tabel
 Tinggi hujan maupun akumulasi tinggi hujan dari suatu stasiun dapat
disajikan dalam bentuk tabel.
 Unit waktu dapat diambil :
o Tiap jam
o Tiap hari
o Tiap 10 hari
o Tiap bulan
o Tiap tahun
o Tiap 5 tahunan

Tabel 4.3. Tabel Hujan Harian maksimum (Sholeh, Mochmammad, Diktat Hidrologi,
hal. 31)

Tahun R (mm) Tahun R (mm)

1970 133 1975 161

1971 117 1976 220

1972 75 1977 129

1973 150 1978 160

. 1974 154 1979 120

Data hujan pada stasiun Bantaran. G. Kelud, Jatim


Tabel 4.4 Tabel hujan rata – rata bulanan
(mm) (Sholeh, Mochammad, Diktat Hidrologi, hal 31)

Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1975 97 160 123 150 204 162 172

1976 50 40 47 136 155 250 67

1977 84 92 90 175 72 122 27

1978 127 33 145 98 106 47 126

1979 46 132 147 138 96 106 46

1980 119 62 72 226 144 372 16

1981 27 54 181 198 230 57 -

Rata - rata 78,57 81,86 115,00 160,14 143,86 159,43 75,67

Maximal 127 160 181 226 230 372 172

Minimal 27 33 47 98 72 47 16
Tahun Agustus September Oktober Nopember Desember Tahunan

1975 183 173 156 52 67 1699

1976 22 44 61 144 68 1084

1977 65 9 0 - 155 -

1978 86 108 97 60 107 1140

1979 3 48 11 96 166 1035

1980 114 9 124 75 87 1420

1981 - - - - - -

Rata - rata 78,83 65,17 74,83 85,40 108,33 1227,09

Maximal 183 173 156 144 166 2290

Minimal 3 9 0 52 67 471

a) = Total rata – rata bulanan


b) = Hujan tahunan maximum
c) = Hujan tahunan minimum

1) 78,57+81,86+115,00+160,14+143,86+159,43+75,67+78,83+65,17+74,8
3+85,4+108,33 = 1227,09
2) 127+160+181+226+230+372+172+183+173+156+144+166 = 2290
3) 27+33+47+98+72+47+16+3+9+0+52+67 = 471
 Penyajian dalam bentuk Diagram

Diagram Hujan Bulanan


 Penyajian dalam bentuk Grafik
Keterangan :

 Kurun waktu antara jam 11 – 12 tidak terjadi hujan


 Kurun waktu jam 12 – 13 terjadi hujan dengan curah hujan 6,7 mm, tetapi
pengisiannya : 6,7/7,8 + = Penjumlahan kumulatif

K. Cukupnya jumlah Penakar Hujan


 Hasil pencatatan tinggi hujan dari penakar hujan yaitu data dasar yang
digunakan dalam analisa hidrologi
 Jumlah penakar hujan tergantung dari kebutuhan dan besarnya presentasi
kesalahan untuk hujan rata – rata didaerah aliran
 Untuk menentukan jumlah penakar hujan pada suatu daerah aliran dengan
presentase kesalahan hujan rata – rata dapat ditempuh prosedur sebagai
berikut :
 Hitung total hujan untuk n penakaran hujan (stasiun). R total = R1 +
R2+ ........ + Rn
 Hitung rata aritmatik hujan didaerah aliran Rm = 1/n . R. Total
 Hitung jumlah kuadrat untuk n data hujan. Rs = R12 + R222 +......+
Rn2
 Hitung variannya. S2 = Rs – (1/n . R total2) / n – 1
 Hitung koefisien variannya. Cv = 100 ‾S2 / Rm
 Jumlah penakar hujan yang optimum N diperlukan untuk
memperkirakan ujan rata – rata dengan presentase kesalahan (p)
adalah : N = (Cv/P)2 (p < dalam proses), P = batas kesalahan
untuk hujan rata – rata daerah aliran.
 Jumlah penakar ujan yang ditambahkan N – n, n = stasiun penakar
hujan existing.
L. Melengkapi Data Hujan yang tidak Kontinyu
 Terdapat data yang tidak kontinyu dalam tahun pencatatannya
 Kemungkinan data tidak tercatat atau memang datanya hilang didalam tabel
penyajian diberi tanda (-)
 Untuk memperkirakan / melengkapi data hujan yang hilang diantaranya : cara
aritmatik, cara rasio normal, cara korelasi
o Cara rata – rata aritmatik
Selisih hujan rata – rata tahunannya untuk stasiun yang datanya hilang
dengan stasiun yang datanya komplit 9stasiun index) kurang dari 10%
o Cara rasio normal
Selisih Rata – rata tahunannya untuk stasiun yang datanya hilang dengan
stasiun index (stasiun yang datanya komplit) lebiih dari 10%, maka
besarnya data yang diisikan untuk melengkapi data pada stasiun x adalah
Rx = 1/3 (Nx/Na . Ra + Nx/Nb . Rb + Nx/Nc . Rc)
Dimana :
Nx : tinggi stasiun rata – rata tahunan stasiun x
Na, Nb, Nc : Tinggi hujan rata – rata tahunan stasiun A,B,dan C
o Cara korelasi
 Analisa hujan tahunan dengan menggambarkan korelasi tinggi hujan
yang bersamaan waktunya (tahun) dari stasiun index (stasiun yang
datanya komplit)
 Korelasi yang baik maka tinggi hujan yang diperkirakan untuk
mengisi data yang hilang diperoleh
 Korelasi baik, sulit diperkirakan tinggi hujan untuk mengisi data
yang hilang tinggi hujan.

MENGECECK DATA HUJAN AKAN PERUBAHAN – PERUBAHAN

 Tidak ada data hujan yang hilang dari periode pengamatan yang ditentukan,
maka harus diceck akan kemungkinan (berpengaruh terhadap hasil pencacatan) :
 Stasiun dipindah tempatnya
 Penakar hujan diganti typenya
 Mengececk data hujan akan perubahan – perubahan adalah “Analisa Double
Mass Curve”
 Akumulasi tinggi hujan tahunan dari stasiun yang dicek dengan stasiun index,
dan tarik garis melalui titik tersebut garis korelasi massa hujan
 Perubahan kemiringan dari garis korelasi memberikan indikasi adanya suatu
perubahan (Gb. 4.11 Sholeh, Mochammad, Diktat Hidrologi, hal 37)

Alumulasi hujan stasiun yang dicek (mm)


 Gambar melengkung tanda korelasi berubah di tahun 1978.
 Keadaan meteorologinya, maka stasiun index mengalami perubahan tetapi
kemiringan garis korelasi tidak mengalami perubahan.
 Perubahan kemiringan, data lama sebelum tahun 1978 harus disesuaikan
dengan data sesudah 1978 dengan perumusan :
RA = Ro. Io / Ia
Dimana :
Ra : Hujan yang didapat penyesuaiannya
Ro : Hujan yang harus disesuaikan (<1978)
Io : Kemiringan lengkung massa dari data sebelum 1978
Ia :: Kemiringan lengkung massa dari data sesudah 1978

VARIASI HUJAN

 Tinggi hujan di suatu tempat tiap tahun tidak sama, Variasi tahunan terjadi
variasi bulanan bahkan terjadi variasi harian
 Variasi hujan meliputi :
 Varian Tahunan
 Varian Bulanan
 Variasi Harian
o Variasi Tahunan
Variasi tahunan dari tinggi hujan dengan membandingkan lengkung massa
hujan tahunan dengan lengkung massa hujan rata – rata tahunan, yaitu
massa hujan tiap tahun adalah tahun normal
o Variasi Bulanan
Menurut Mohn variasi bulanan sebagai berikut :
 Bulan basah adalah tinggi hujan lebih banya dari tinggi air yang
diuapkan sehingga didalam tanah masih tersedia air untuk tanaman.
Batasanya bila tinggi hujan dalam satu bulan lebih besar dari
100mm
 Bulan Kering adalah tinggi hujan kurang dari tinggi air yang dapat
diuapkan. Batasannya bila tinggi hujan dalam satu bulan kurang dari
60mm
 Tahun 1964 – 1969 bahwa kemiringan lengkung massa hujannya
lebih besar dari kemiringan lengkung massa hujan rata – rata
tahunannya.Lebih besar dari tinggi hujan rata – rata tahunannya
disebut tahun basah

Gb. 4.12. Mass Curve Tahunan

(Sholeh, Mochammad, Diktat Hidrologi, hal 38)

 Variasi tahun kering dan tahun basah dengan cara mendapatkan lengkung
massa hujan rata – rata tahunannya.
 Menghitung hujan rata – rata tahunan dari periode pengamatan terlalu
pendek, kemungkinan didapatkan harga rata – rata yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
 Bulan normal : Tinggi hujan dalam satu bulan lebih dari 60 mm tetapi
kurang dari 100mm. Bulan normal disebut bulan lembab.

o Variasi Harian
 Indonesia terlihat variasi yang teratur dalam satu hari, terjadinya
konsentrasi hujan berbeda tiap jam.
 Variasi dalam satu hari berlangsung tiap – tiap hari hujan terjadi
didaerah lereng gunung dapat terjadi hujan karena perbedaan
temperatur.
M. Hujan Rata-Rata Daerah Aliran
 Data hujan tercatat disetiap stasiun penakar adalah tinggi hujan disekitar stasiun
disebut Point Rainfall.
 Stasiun penakar hujan tersebar didaerah aliran maka banyak data tinggi hujan
yang diperoleh besarnya tidak sama
 Analisa hidrologi diperlukan data hujan rata di daerah aliran (catchment area)
dihubungkan dengan besarnya aliran yang terjadi.
 Tiga cara menghitung hujan rata – rata daerah aliran yaitu :
 Cara arithmatic mean
R = 1/n . (R1+R2+......+ Rn)
Atau
R = 1/n n/z (i-i) Ri

Dimana :
R : tinggi hujan rata – rata daerah aliran (area rainfall)
R1, R2, .... Rn : tinggi hujan masing – masing stasiun (Point Rainfall)
N : banyaknya stasiun penakar hujan

TAHUN STASIUN (R) mm

A B C D R

1970 150 155 140 135 Rx 1970

RA RB RC RD

1992 160 140 170 130 Rx 1992


Nilai 160 berupa :

 Tinggi hujan rata- rata bulanan


 Hujan tahunan maximum
 Hujan tahunan minimum
 Data curah hujan harian yang paling max dalam satu tahun setiap tahun
hujan

Prisip :

 Membagi bidang “menjadi segitiga”


 Menarik garis berat
RA : data curah hujan harian yang paling max dalam 1 tahun pada stasiun A

B. Cara Thinssen Polygon


 Cara thiessen polygon memasukkan faktur pengaruh daerah yang diwakili oleh
stasiun penakar hujan disebut sebagai faktor pembobot (weighing factor) atau
disebut Krefisien Thiessen.
 Besarnya faktor pembobot tergantung dari luas daerah pengaruh yang diwakili
oleh stasiun yang dibatasi oleh poligon yang memotong tegak lurus pada tengan
garis penghubung dua stasiun.
 Setiap stasiun akan tercetak polygon yang tertutup
N. Cara Isohyet
 Isohyet adalah garis yang menunjukkan tempat kedudukan dari harga tinggi
hujan yang sama.
 Isohyet diperoleh cara interpolasi harga – harga tinggi hujan lokal (point ranfall)
 Poligon Tiessen adalah tetap tida bergantung dari harga point rainfall, tetapi
pola isohyet berbuah harga point rainfall yang tidak tetap, walaupun letak
stasiun penakar hujannya tetap.
 Besarnya isohyet sudah diperkirakan, maka besarya curah hujan antara dua
isohyet adalah :
Dimana :
Rt : hujan rata – rata Das
A
B
C Das yang berpengaruh pada stasiun A,B,C,D,E
D
E

A : Luas DAS keseluruhan


RA
RB
RC Tinggi hujan (curah hujan) harian paling max dalam 1 tahun di staisun
RD
RE

a/A + b/A + c/A + d/A + e/A = A/A = 100%


Bisa dalam bentuk tabel :

Anda mungkin juga menyukai