PresipitasiAtiyah 1
Kronologis Curah Hujan
Hujan Daerah
(Average Basin)
Berupa :
Data Mentah
Grafik AWLR atau
Tabel pengukuran hujan
Pengumpulan data harian
Tipe Hujan
• Hujan terjadi karena udara basah yang naik ke
atmosfer mengalami pendinginan sehingga
terjadi proses kondensasi.
PresipitasiAtiyah 4
Hujan Konvektif
PresipitasiAtiyah 5
Hujan Orografik
berasal dari naiknya udara
karena adanya rintangan
pegunungan
PresipitasiAtiyah 6
PresipitasiAtiyah 8
PresipitasiAtiyah 10
Pengukur CH Otomatis
PresipitasiAtiyah 11
12
PresipitasiAtiyah
Pengukur CH Otomatis
PresipitasiAtiyah 13
Alat penakar hujan biasa
terdiri dari corong dan botol
penampung yang berada di
dalam suatu tabung silinder.
Hujan yang jatuh pada corong
akan tertampung di dalam
tabung silinder, kemudian
kedalaman hujan di dapat
dari pengukuran volume air
yang tertampung dan luas
corongnya. Curah hujan
kurang dari 0,1 mm dicatat
sebagai 0,0 mm, sedangkan
jika tidak ada hujan dicatat
dengan garis (-).
Silinder dibungkus
kertas berskala Pan
Pena Pemberat
ALAT PENAKAR HUJAN JENIS TIMBA JUNGKIT
Saringan
• Alat penakar hujan otomatis Tipping bucket
dengan tipping bucket
digunakan untuk pengukuran
khusus.
Pipa pembuang
• Air hujan yang tertampung
ke dalam corong akan
diteruskan ke saringan
kemudian masuk ke dalam
tipping bucket.
• Kapasitas bucket ini didesain
khusus setara dengan 0.5
mm, sehingga apabila
tampungan air hujan
tercapai akan terjungkir
(tipping) yang akan
diteruskan dengan proses
perekaman.
Prinsip
mekanisme kerja alat penakar
hujan otomatis tipe ketiga yaitu float
adalah dengan memanfaatkan
gerakan naik pelampung dalam Corong
bejana akibat tertampungnya curah
hujan. Jam pencatat
PresipitasiAtiyah 20
SYARAT-SYARAT PENEMPATAN
PresipitasiAtiyah 21
Bentuk tabel Tahun R (mm) Tahun R (mm)
10
10 11 12 13 14 15 16 t (jam)
PresipitasiAtiyah 22
Bentuk grafik
R (mm)
150
100
50
0 t (bulan)
J P M A M J J A S O N D
PresipitasiAtiyah 23
PresipitasiAtiyah 24
KEUNTUNGAN
۩ Hujan direkam secara automatis, sehingga tidak perlu ditunggui
terus menerus dan dapat diletakkan pada lokasi yang jauh dari
pengamat
۩ Hasil rekaman memberikan gambaran terhadap nilai intensitas
setiap saat
۩ Dapat memperkecil kesalahan pembacaan
KERUGIAN
۩ Biaya lebih mahal
۩ Kesalahan elektris dan mekanik bisa terjadi
PresipitasiAtiyah 25
Variasi tahunan
Variasi bulanan
Variasi harian
R (mm)
10000
Mass Curve
7500
2500
90 91 92 93 94 95 96 97 98
Disebut tahun apabila kemiringan mass curve > kemiringan massa hujan rata2,
begitu pula sebaliknya
PresipitasiAtiyah 26
Bulan basah (100 mm <…)
Bulan kering (…< 60 mm)
Bulan normal (60 – 100 mm)
PresipitasiAtiyah 27
Intensitas: kemiringan dari grafik pencatatan hujan (harga
tangen)
I = R/t
dimana:
I = intensitas hujan dlm mm/jam
R = hujan selama interval (mm)
t = interval waktu (jam)
PresipitasiAtiyah 28
Dalam analisis hidrologi sering diperlukan
untuk menentukan hujan rerata pada daerah
tersebut.
Terdapat 3 metode :
Aritmatik
Poligon Thiessen
Isohiet
Metode ini adalah metode yang paling sederhana. Pengukuran
dengan metode ini dilakukan dengan merata-ratakan hujan di
seluruh DAS. Stasiun hujan yang digunakan untuk menghitung
dengan metode ini adalah yang berada di dalam DAS, akan
tetapi stasiun yang berada di luar DAS dan jaraknya cukup
berdekatan masih bisa diperhitungkan. Metode aljabar ini
memberikan hasil yang tidak teliti, metode ini memberikan
hasil yang cukup baik jika penyebaran hujan merata, serta
hujan tidak terlalu bervariasi.
Hujan DAS dengan cara ini dapat diperoleh dengan
persamaan:
p i p1 p2 p3 ..... pn
p i 1 p
n n
dengan:
p = hujan rerata di suatu DAS
pi = hujan di tiap-tiap stasiun
n = jumlah stasiun
Hitung hujan rerata dengan
metode aljabar!
D = 25 mm
p1 p2 p3 ..... pn
p
n
p A pB pC
B = 28 mm C = 30 mm p
3
22 28 30
p
A = 22 mm 3
p 26,67mm
Metode ini A1
digunakan bila A2
penyebaran
hujan di daerah
yang ditinjau
tidak merata.
A3
A4
Hitungan poligon Thiessen dilakukan dengan cara:
a. Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang
ditinjau.
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis
lurus, sehingga akan didapatkan bentuk segitiga.
c. Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga
saling bertemu dan membentuk suatu poligon yang
mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun mewakili
luasan yang dibentuk oleh poligon, sedangkan untuk
stasiun yang berada di dekat batas daerah, garis
batas daerah membentuk batas tertutup dari
poligon.
d. Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan
kedalaman hujan di tiap poligon. Hasil jumlah
hitungan tersebut dibagi dengan total luas daerah
yang ditinjau.
A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn
P
Atotal
AB = 53 km2
A = 22 mm
AA = 50 km2
AB = 37 km2
C = 30 mm
B = 28 mm
AC = 41 km2
A = 22 mm
AA = 50 km2
A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn
P
Atotal
AA .PA AB .PB AC .PC AD .PD
P
AA AB AC AD
50.22 37.28 41.30 20.25
P
50 37 41 20
3866
P 26,12 mm
148
350000 360000 370000 380000 390000 400000
9180000
BANJARNEGARA
WONOSOBO
U
Z
$
K42 a
9170000
9170000
K8 a K76 b
Z
$ Z
$ Skala 1 : 350.000
MAGELANG Legenda :
K7 a
Z
$ Z
$ Sungai
K43 Batas Luar WS Bogowonto - Lukulo
Waduk Z
$ Garis Pantai
9160000
9160000
Wadaslintang
K41 Batas Kabupaten
Z
$ Z
$ K49 b Batas Kecamatan
Z
$ K50 Waduk
DAS
Z
$ Z
$
Lukulo Polig on T hiesen
K33 K46 K 47a K58
Z
$ K. 2 8a
Z
$
KEBUMEN K14 $
Z Z
$ DAS Loka si dan No Stasiun Hujan
K31 WawarK45
Z
$ Z
$
Z
$ Z
$
Z
$ K54 a$ Z K53
$ Kelas Jalan
Z
$ Z
9150000
K17
9150000
Z
$ Z K49 a
$ Jalan Kolektor
Z
$ PURWOREJO
K20 K55 Jalan Arteri
K11 K36 K49 Z
$
Z
$ Z
$ Jalan Lokal
K60
K19 b
$$
ZZ
Z
$ Jalan Kereta Api
Z
$ K B SDA K60 a
Z
$ 250000 300000 350000 400000 450000 500000
Z
$
DAS K56 a DAS Inzet
K22 Z
$
9140000
9140000
Cokroyasan
9 250000
9250000
Bogowonto
Z
$
K37
Z
$ K36 a K62 a KULON PROGO
9 200000
9200000
Z
$ K61
Z
$ Z
$ Jawa Tengah
K61 a
9 150000
9150000
Z
$ D I.
Samudera Yogyakarta
Indo
nesi
9 100000
9100000
a
9130000
9130000
250000 300000 350000 400000 450000 500000
K63
Z
$
0 8 16 24 Km Sumber :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000,
mU
Tahun 1999.
2. Data Hujan Balai PSDA Probolo.
350000 360000 370000 380000 390000 400000 mT 3. Hasil Analisis.
Pada prinsipnya isohiet
adalah garis yang
menghubungkan titik-titik
A dengan tinggi/kedalaman
I1=1 1 hujan yang sama, Kesulitan
00
A dari penggunaan metode ini
I2=
2 adalah jika jumlah stasiun
95
A di dalam dan sekitar DAS
I3= 3 terlalu sedikit.
90 A
4
Hal tersebut akan
I4= mengakibatkan kesulitan
85
dalam menginterpolasi.
I5=
80
Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi
daerah hujan dan kedalaman hujan.
Di stasiun hujan yang saling berdampingan
dinilai kedalaman hujannya dan dibuat
interpolasinya. Kemudian hasil interpolasi
yang mewakili kedalaman hujan yang sama
dihubungkan satu sama lain.
Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur
luasnya, dan dikalikan dengan nilai rerata di
kedua garis isohiet. Kemudian jumlah dari
hasil hitungan tersebut dibagi dengan total
luasan daerah yang ditinjau.
n
I i I i 1
Ai
2
p i 1
n
A
i
i
I1 I 2 I 2 I3 I n I n 1
A1 A2 ..... An
p 2 2 2
A1 A2 ..... An
Dengan:
p = hujan rerata kawasan
Ai = luasan dari titik i
Ii = garis isohiet ke i
Catatan: tinggi hujan dalam mm
A = 18 B = 22
30 D = 33
A1 = 50 km2 35
I1
C = 36 E = 41 A6 = 25 km2
A3 = 180
40 km2 45
I2 A2 = 20 km2
A4 = 45 km2 50
I3 F = 42
G = 65 60 I = 63
A5 = 15 km2
I5 H = 49
I4
I6
I1 I 2 I 2 I3 I n I n 1
A1 A2 ..... An
p 2 2 2
A1 A2 ..... An
I1 I 2 I I I I I I I I I I
A1 A2 3 3 A3 2 4 A4 4 5 A5 5 5 A6 4 6
p 2 2 2 2 2 2
A1 A2 A3 A4 A5 A6
30 35 40 40 35 45 45 60 60 60 50 50
50 20 180 45 15 25
p 2 2 2 2 2 2
50 20 180 45 15 25
14.137,5
p 42,20 mm
335
Model dengan intensitas merata (uniform i
intensity)
t
i
Model pertengahan (Intermediate
pattern)
t
PresipitasiAtiyah 47
Utk hujan dgn waktu < 2 jam
PresipitasiAtiyah 48
Menggunakan perumusan Haspers
362 log t 6 206
100 R
R24
t = banyaknya hari hujan
R = tinggi hujan (mm)
R24 = tinggi hujan dlm 24 jam
100.R/R24 = dlm prosentase
t dlm jam
100.R/R24 = dlm prosentase
a.R24
R
R24 b
R, R24 dalam mm
a,b = konstanta utk hujan dg waktu ttt
PresipitasiAtiyah 49
Adalah: kemungkinan terjadinya / dilampauinya suatu tinggi
hujan tertentu dalam massa tertentu pula yang juga disebut
sebagai massa ulang (return period)
Frekuensi hujan dapat berupa harga2 tinggi hujan max dan
tinggi hujan min
Tinggi hujan ekstrim max dan min didapatkan melalui
pendekatan statistik
PresipitasiAtiyah 50