Oleh :
Rani Ismiarti E, S.P., M.I.L
HUJAN KONVEKTIF
Mekanisme hujan konvektif:
Ketika lapisan udara di atas permukaan tanah menjadi lebih
panas daripada lapisan udara diatasnya, maka
berlangsunglah gerakan massa udara panas tersebut ke
tempat yang lebih tinggi dan pada satu waktu akan
terkondensasi.
Silinder dibungkus
kertas berskala Pan
Pena Pemberat
ALAT PENAKAR HUJAN JENIS TIMBA JUNGKIT
Saringan
Tipping bucket
Pipa pembuang
Penakar hujan jenis pelampung
Prinsip mekanisme kerja alat penakar hujan otomatis
tipe ketiga yaitu float adalah dengan memanfaatkan
gerakan naik pelampung dalam bejana akibat
tertampungnya curah hujan. Pelampung ini berhubungan
dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala
yang menghasilkan grafik rekaman data hujan. Alat ini
dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis, yaitu
pada saat air hujan yang tertampung telah mencapai
kapasitas receivernya akan dikeluarkan dari bejana dan
pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman
data hujan.
Penakar hujan jenis pelampung
Corong
Jam pencatat
Kertas perekam
data hujan
Pelampung
Sifon
Syarat teknis Penempatan dan pemasangan
alat pada stasiun hidrologi
Penakar hujan ditempatkan pada lokasi sedemikian
sehingga kecepatan angin di tempat tersebut sekecil
mungkin dan terhindar dari pengaruh penangkapan air
hujan oleh benda lain di sekitar alat penakar hujan.
Penempatan stasiun hujan hendaknya berjarak
minimum empat kali tinggi rintangan terdekat.
Lokasi di suatu lereng yang miring ke satu arah tertentu
hendaknya dihindarkan.
Penempatan corong penangkap hujan diusahakan dapat
menghindari pengaruh percikan curah hujan ke dalam
dan disekitar alat penakar sebaiknya ditanami rumput
atau berupa kerikil, bukan lantai beton atau sejenisnya.
Penentuan Hujan Kawasan/Hujan DAS
p p1 p2 p3 ..... pn
i
p
p i 1
n
n
dengan:
p = hujan rerata di suatu DAS
pi = hujan di tiap-tiap stasiun
n = jumlah stasiun
Contoh Ilustrasi
Hitung hujan rerata dengan
metode aljabar!
D = 25 mm
p1 p2 p3 ..... pn
p
n
p A pB pC
B = 28 mm C = 30 mm p
3
22 28 30
p
A = 22 mm 3
p 26,67 mm
Stasiun penakar Curah hujan Luas Persentase dari luas Weighted Weighted
hujan tahunan Poligon total Factor CH
(mm) (ha) (%) (mm)
(1) (2) (3) (4)
(2)/(51352,4) x 100 (3)/100 (1) x (4)
1Ujung berung 1545,5 7863,8 .......... .......... ..........
2Selacau 1728,9 8036,3 .......... .......... ..........
3Tanjung Sari 2158,6 2201,2 .......... .......... ..........
4Derwati 1521,1 4691 .......... .......... ..........
5Bojong Salam 1816,8 9430 .......... .......... ..........
6Ciparay 2087,8 2972,5 .......... .......... ..........
7Cicalengka 1607,8 12033,8 .......... .......... ..........
8Cipaku/Paseh 1927,5 4123,8 .......... .......... ..........
TOTAL .......... .......... .......... ..........
A2
A3
A4
Prosedur hitungan ini dijelaskan pada
persamaan dan gambar berikut ini.
A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn
P
Atotal
AB = 53 km2
terhadapnya.
x
A = 22 mm
AA = 50 km2
AB = 53 km2
terhadapnya.
x
A = 22 mm
AA = 50 km2
AB = 37 km2
C = 30 mm
B = 28 mm
AC = 41 km2
A = 22 mm
AA = 50 km2
Poligon Thiessen dengan
AD = 20 km2 D = 25 mm melibatkan stasiun hujan D
yang berada di luar DAS
AB = 37 km2
C = 30 mm
B = 28 mm
AC = 41 km2
A = 22 mm
AA = 50 km2
Hujan rerata cara Thiessen
A1.P1 A2 .P2 ...... An .Pn
P
Atotal
AA .PA AB .PB AC .PC AD .PD
P
AA AB AC AD
50.22 37.28 41.30 20.25
P
50 37 41 20
3866
P 26,12 mm
148
3. Metode Isohiet
Pada prinsipnya isohiet adalah garis yang
menghubungkan titik-titik dengan tinggi/kedalaman
hujan yang sama, Kesulitan dari penggunaan
metode ini adalah jika jumlah stasiun di dalam dan
sekitar DAS terlalu sedikit. Hal tersebut akan
mengakibatkan kesulitan dalam menginterpolasi.
Untuk menentukan hujan rata-rata pada daerah
bargunung dan sebaran stasiun/pos pengamatan
yang tidak merata
Metode pembuatan garis Isohiet
sebagai berikut:
Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi daerah
hujan dan kedalaman hujan.
Di stasiun hujan yang saling berdampingan dinilai
kedalaman hujannya dan dibuat interpolasinya.
Kemudian hasil interpolasi yang mewakili kedalaman
hujan yang sama dihubungkan satu sama lain.
Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur luasnya,
dan dikalikan dengan nilai rerata di kedua garis
isohiet. Kemudian jumlah dari hasil hitungan tersebut
dibagi dengan total luasan daerah yang ditinjau.
A1
I1=100
A2
I2=95
A3
I3=90
A4
I4=85
I5=80
Hujan DAS menggunakan Isohiet dapat dihitung
dengan persamaan:
n
I i I i 1
Ai
2
p i 1
n
A
i
i
I1 I 2 I2 I3 I n I n 1
A1 A2 ..... An
p 2 2 2
A1 A2 ..... An
Dengan:
p = hujan rerata kawasan
Ai = luasan dari titik i
Ii = garis isohiet ke i
Catatan: tinggi hujan dalam mm
A = 18 B = 22
30 D = 33
A1 = 50 km2 35
I1
C = 36 E = 41 A6 = 25 km2
40 A3 = 180 km2 45
I2 A2 = 20 km2
A4 = 45 km2 50
I3 F = 42
G = 65 60 I = 63
A5 = 15 km2
H = 49
I5
I4
I6
Hujan DAS menggunakan Isohiet
I1 I 2 I 2 I3 I n I n 1
A1 A2 ..... An
p 2 2 2
A1 A2 ..... An
I1 I 2 I I I I I I I I I I
A1 A2 3 3 A3 2 4 A4 4 5 A5 5 5 A6 4 6
p 2 2 2 2 2 2
A1 A2 A3 A4 A5 A6
30 35 40 40 35 45 45 60 60 60 50 50
50 20 180 45 15 25
p 2 2 2 2 2 2
50 20 180 45 15 25
14.137,5
p 42,20 mm
335
Pertemuan Minggu Depan
1 R R R
r rA rB rC
3 R RB RC
A
dengan:
R = curah hujan rata-rata setahun di tempat pengamatan R
datanya harus lengkap
rA = curah hujan ditempat pengamatan RA
RA = curah hujan rata-rata setahun di A
TUGAS
Hitunglah tinggi/kedalaman hujan rerata dengan
metode:
Aritmatika
Poligon Thiessen
Isohiet
Dari suatu DAS yang:
Luasnya anda tentukan sendiri
Jumlah stasiun hujan anda tentukan sendiri
Kedalaman hujan di setiap stasiun anda tentukan
sendiri