Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

REKAYASA
HIDROLOGI
POKOK BAHASAN :
PRESIPITATION/PRESIPITASI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
Teknik Sipil Teknik Sipil 11024EL DR.IR.ROSMINA ZUCHRI,MT
Perencanaan

Abstract Kompetensi
.
Gambaran tentang definisi presipitasi Diharapkan dapat menjelaskan pengertian
(hujan air dan hujan salju), jenis-jenis alat presipitasi, pemanfaatan dan cara kerja
ukur hujan, metode pencatatan curah alat ukur hujan, perhitungan rata-rata
hujan, tinggi curah hujan, intensitas hujan hujan daerah dengan metode rata-rata
dan perhitungan tinggi hujan daerah; hitung, Thiessen dan metode Isohyet;
pengertian daerah tangkapan (catchment serta cara pemakaian perhitungan di
area) dan cara-cara perhitungan tinggi lapangan.
hujan daerah rata-rata serta pemanfaatan
hasil perhitungan.
Pembahasan
KULIAH KE 03 (TIGA) TANGGAL 21 MARET HARI KAMIS 19.30 – 22.00 WIB KAMPUS
D KRANGGAN GEDUNG BARU

MODUL 03 (TIGA) PRESIPITATION(PRESIPITASI) CURAH HUJAN

DAFTAR ISI

3. PRESIPITATION/PRESIPITASI/CURAH HUJAN
3.1. UMUM.

3.2. TIPE HUJAN

3.3. PARAMETER HUJAN

3.4. ALAT PENAKAR CURAH HUJAN.

3.5. KRITERIA PEMILIHAN ALAT PENAKAR HUJAN.

3.6. KRITERIA PENENTUAN JUMLAH/KERAPATAN JARINGAN POS-POS


HUJAN/KLIMATOLOGINYA.

3.7. JARINGAN PENGUKURAN HUJAN

3.8. SOAL-SOAL.

3.9. DAFTAR PUSTAKA

SELESAI

3. PRESIPITATION / PRESIPITASI

3.1. PENDAHULUAN

Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi, yang bisa berupa:

• hujan,

• hujan salju,

• kabut,

2
• embun, dan

• hujan es.

Di daerah tropis, termasuk di Indonesia, yang memberikan sumbangan paling besar adalah
hujan, sehingga seringkali hujanlah yang dianggap sebagai presipitasi.

Hujan berasal dari dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya dipengaruhi oleh
faktor klimatologi sepert : Angin, Temperatur, Tekanan atmosfer.

Uap air ini akan naik ke atmosfer sehingga mendingin dan terjadi kondensasi menjadi butir-
butir air dan kristal-kristal es yang akhirnya jatuh sebagai hujan.

3.2. TIPE HUJAN

Hujan terjadi karena udara basah yang naik ke atmosfer mengalami pendinginan sehingga
terjadi proses kondensasi. Naiknya udara ke atas dapat terjadi secara Siklonik, Orografik, dan
Konvektif. Tipe hujan dibedakan menurut cara naiknya udara ke atas.

Beberapa Tipe Hujan yaitu :

1. Hujan Konvektif.

Adalah presipitation yang disebabkan oleh naiknya udara panas, lapisan uadara naik
ini kemudian bergerak ke daerah yang lebih dingin (terjadi perpadatan dan
kondensasi) dan terjadi hujan. Tipe Hujan Konvektif disajikan pada Gambar 3.1.

3
Gambar 3.1. Tipe Hujan Konvektif

2. Hujan Siklonik.

Adalah berasal dari naiknya uadara terpusatkan dalam daerah dengan tekanan rendah.

Tipe Hujan Siklonik disajikan pada Gambar 3.2.

4
Gambar 3.2. Tipe Hujan Siklonik

3. Hujan Orografis

Adalah yang disebabkan oleh udara naik terkena rintangan-rintangan antara lain
gunung-gunung. Tipe Hujan Orografis disajikan pada Gambar 3.3.

5
Gambar 3.3. Tipe Hujan Orografis

Sulitlah menentukan batas-batas antara ketiga jenis hujan tersebut (Konvektif; Cyclonik; dan
Hujan Orogafic ) itu tidaklah mudah. Jenis-jenis hujan ini terjadi karena keadaan
meteorologis sesuatu daerah pada suatu waktu tertentu saja.

Pada suatu daerah, sesuai dengan keadaan meteorologisnya bias terjadi hujan convektif;
hujan cyclonic atau hujan orogafis.

Presipitasi termasuk factor pengontrol yang mudah diamati dalam sirkulasi hidrologi pada
suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).

Seorang perencana /Hidrologist harus dapat menentukan variasi karakteristik hujan di suatu
DAS, dari hasil pengumpulan, perhitungan / analisa data, serta dapat menentukan bagaimana
pengukurannya maupun cara menganalisa data hasil pengukuran. Karena selain tergantung
pada data yang tersedia, maka kebutuhan akan data hujan tergantung pula pada kebutuhan
lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan atau data tahunan.

Faktor –Faktor yang mempengaruhi terjadinya Presipitasi :

• Adanya uap air di atmosfir.

6
• Faktor-faktor meteorology ( Temperatur/suhu; kecepatan angin; kelembaban;
dan ………….).

• Lokasi daerah, sehubungan dengan system sirkulasi secara umum.

• Rintangan yang disebabkan oleh gunung-gunung dll.

3.3. PARAMETER HUJAN


Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air (biasanya mm),
yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air.

Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam satuan waktu, yang biasanya dinyatakan
dalam mm/jam, mm/minggu, mm/bulan, dan sebagainya, yang berturut-turut sering disebut
hujan jam-jam, harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan sebagainya.

Keadaan hujan dan Intensitas hujan disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Keadaan hujan dan Intensitas hujan

Keadaan Hujan Intensitas Hujan (mm

1 (satu) Jam 24 Jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5 - 20

Hujan normal 5 - 10 20 - 50

Hujan lebat 10 - 20 50 - 100

Hujan sangat lebat >20 >100

Sumber : Hidrologi Terapan, Bambang Triatmodjo, 2008.

Tabel diatas menunjukkan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding waktu. Jika durasi
waktu lebih lama, penambahan curah hujan adalah lebih kecil dibanding dengan penambahan
waktu, karena hujan tersebut bisa berkurang atau berhenti.

Durasi hujan adalah waktu yang dihitung dari saat hujan mulai turun sampai hujan berhenti,
yang biasanya dinyatakan dalam jam.

7
Intensitas hujan rerata adalah perbandingan antara kedalaman hujan dan durasi hujan.

3.4. ALAT PENAKAR CURAH HUJAN /PENGUKURAN HUJAN


Di Indonesia, pengukuran hujan dilakukan oleh beberapa Instansi diantaranya adalah BMG
atau Badan Meteorologi dan Geofisika, Dinas Pengairan DPU, Dinas Pertanian, dan beberapa
Instansi lain yang berkepentingan dengan hujan baik Pemerintah maupun Swasta.

Alat Penakar hujan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

• Penakar hujan biasa (Manual Raingauge), dan

Penakar hujan biasa adalah ATAU Alat Penakar Hujan Manual.

Alat penakar hujan manual adalah alat penakar hujan standar dimana pencatatan data curah
hujan berlangsung secara manual (tidak otomatis). Alat ini dibuat berupa tabung dalam
bentuk bulat memanjang arah vertikal dengan diamater tertentu.

Diameter dan ketinggian bidang penangkap air hujan dari permukaan tanah bervariasi, tapi
ukuran standar yang digunakan adalah diameter 20 cm dan ketinggian 79 cm dari permukaan
tanah. Hujan yang tertampung dalam tabung selanjutnya diukur volumenya, tetapi jika curah
hujan melebihi kapasitas tabung, maka data curah hujan tidak akan tercatat.
Gambar Penakar Hujan Biasa disajikan pada Gambar 3.4.

8
Gambar 3.4. Penakar Hujan Biasa

• Penakar Hujan Otomatis (Automatic Raingauge).

• SEBUTKAN ALAT UKUR PENAKAR HUJAN OTOMATIS DAN JELASKAN


CARA BEKERJANYA.
Jawaban :
Menurut Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo buku Hidrologi Terapan dan Modul Ir.
Hadi Susilo, MM. Catatan dan Penjelasan di Kelas Oleh Dosen Dr. Ir. Rosmina
Zuchri, MT. Serta dari Internet Google. www.google.com.

9
Jenis-Jenis Alat Ukur Penakar Hujan Otomatis dan Cara Bekerjanya adalah :
Jenis-jenis alat ukur penakar hujan Otomatis terbagi 3 (tiga) yaitu :
(1). Penakar Hujan Tipe Hellman.
Pada umumnya penakar hujan tipe ini yang dipakai oleh BMKG yaitu Rain Fues yang
diimport dari German, Walaupun ada penakar tipe ini yang buatan dalam negeri.
(Sumber.........., Tahun...........).

Sumber :.www.google.com.
.
Gambar 3.5. Penakar Hujan Tipe Hellman.

Cara Kerja Penakar Hujan Tipe Hellman.


1). Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam
tabung tempat pelampung.
2). Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau naik ke
atas.
3). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakannya selalu mengikuti
tangkai pelampung.
4). Gerakan pena dicatat pada pias.
5). Jika air di tabung hampir penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias.
6). Setelah air mencapai mencapai lengkungan selang gelas, maka berdasarkan sistem
siphon otomatis air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dan
tabung.

10
7). Bersamaan dengan keluarnya air tangki pelmpung dan pena turun dan
menggoreskan garis vertikal.
8). Jika hujan masih turun, maka pelampung akan naik kembali.
9) Curah hujan dihitung dengan menghitung garis-garis vertikal.
Cara kerja alat sebaiknya di praktekkan di Laboratorium di Campus, atau melihat alat
ini ini di laboratorium kantor Pekerjaan Umum contoh di Bekasi yang terdekat.
2). Penakar Hujan Tipe Floating Bucket.

Sumber :www.google.com.
Gambar 3.6. Penakar Hujan Tipe Floating Bucket

Penakar hujan otomatis lainnya adalah penakar hujan tipe floating bucket. Penakar
hujan ini diguankan untuk memfasilitasi perekaman hujan jarak jauh.

Cara Kerja Penakar Hujan Tipe Floating Bucket


(a). Corong menerima air hujan, yang dikumpulkan dalam wadah persegi panjang.
(b). Dengan memanfaatkan gerakan naik pelampung yang ada dalam bejana akibat
tertampungnya hujan.
(c). Pelampung ini berhubungan dengan sistem pena perekam di atas kertas berskala
yang menghasilkan rekaman data hujan.
(d). Alat ini dilengkapi dengan sistem pengurasan otomatis.
(e). Pada saat air hujan yang tertampung mencapai kapasitas penerimaannya akan
dikeluarkan dari Bejana dan pena akan kembali pada posisi dasar kertas rekaman data
hujan.

11
3). Penakar hujan Tipping Bucket.

Sumber :www.google.com.
Gambar 3.7. Penakar Hujan Tipe Tipping Bucket

Pengukuran yang dilakukan dengan Tipping bucket cocok untuk akumulasi hujan
yang berjumlah di atas 200 mm/jam atau lebih. Prinsip kerjanya sederhana yaitu :
(1). Air hujan akan masuk melalui corong penakar, dan kemudian mengalir untuk
mengisi bucket.
(2. Setiap jumlah air hujan yang masuk sebanyak 0,5 m atau sejumlah 20 ml maka
bucket akan berjungkit dimana bucket yang satunya akan dan siap untuk menerima air
hujan yang masuk berikutnya.
(3). Pada saat bucket berjungkit inilah pena akan menggores pias 0,5 skala (0,5 mm).
(4). Pena akan menggores pias dengan gerakan naik dan turun.
(5). Dari goresan pena pada skala pias dapat diketahui jumlah curah hujannya.

3.5. KRITERIA PEMILIHAN ALAT PENAKAR HUJAN.

1) Mutu atau kualitas alat.

2) Sebanding dengan alat-alt pengukur hujan yang sudah ada di daerah yang sama.

3) Biaya pemasangan.

4) Kesulitan pemeliharaan (sehubungan dengan mudah masukkan debuu dan kotoran),


kesulitan untuk observasi/ditinjau.

5) Tidak mudah rusak/dicuri.

12
3.6. KRITERIA PENENTUAN JUMLAH/KERAPATAN JARINGAN POS-POS
HUJAN/KLIMATOLOGINYA.

Kriteria penentuan jumlah /kerapatan jaringan pos-pos hujan yaitu :

1). Tujuan dari studi, misal untuk distribusi hujan, mencari data hujan rata-rata
(Mean/average); surface run off (aliran permukaan / debit).

2). Sifat klimatologi daerah tersebut (missal homogen atau heterogen).

3). Keadaan daerah yang bersangkutan (missal : keadaan tanahnya yang memungkinkan
pengembagan pertanian dan sebagainya).

4). Jumlah pengamat.

3.7. JARINGAN PENGUKURAN HUJAN

Perencanaan Jaringan stasiun pengukuran hujan adalah sangat penting di dalam hidrologi
karena : Jaringan tersebut akan memberikan besarnya (takaran/jumlah dari masukan) hujan
yang jatuh di DAS.

Data hujan yang diperoleh dapat digunakan untuk :

• Analisis Banjir.

• Penentuan banjir rencana.

• Analisis ketersediaan air di sungai, dsb.

Untuk maksud tersebut diperlukan jaringan stasiun pencatatan hujan di dalam suatu DAS.
Untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, stasiun pencatat hujan harus terdistribusi
secara merata. Selain itu jmlah stasiun hujan yang dipasang di dalam DAS jangan terlalu
sedikit yang menyebabkan hasil pencatatan hujan tidak dapat dipercaya, dan juga jangan
terlalu banyak yang berakibat mahalnya biaya.

Pedoman kerapatan jaringan minimum di beberapa dearah diberikan oleh Organisasi


Meteorologi Dunia (World Meteorological Organisation) di sajikan pada Tabel 3.2.

13
Tabel 3.2. Kerapatan Jaringan Stasiun Hujan.

Daerah Kerapatan Jaringan Minimum (km2/Stasiun


hujan
Daerah datar beriklim sedang, Laut tengah
dan tropis.
Kondisi Normal 600 - 900
Daerah datar beriklim sedang, Laut tengah
dan tropis.
Daerah Pegunungan 100 - 250
2
Pulau-pulau kecil bergunung ( < 20.000 km ) 25
Daerah kering dan kutub 1500 – 10.000
Sumber : Hidrologi Terapan, Bambang Triatmojo, 2008.
Penentuan jumlah optimum dari stasiun hujan yang perlu dipasang dalam suatu DAS dapat
dilakukan secara statistik yaitu :

 Cv 
2

N = 
 E 

 100 
Cv =  
 P 

p=
p
n

 
1/ 2
 n
 = P2 − ( p) 
2

 n −1 

Dimana :

N = Jumlah stasiun hujan.

Cv = koef variasi hujan didasarkan pada stasiun hujan yang ada.

E = persentasi kesalahan yang diijinkan.

Contoh Soal 1.

Hujan Rerata tahunan di ketiga stasiun yaitu, 3600, 4400 dan 2600 mm. Ke tiga stasiun itu
ada di Dalam DAS.

Ditanya : Tentukan jumlah optimum stasiun hujan di DAS tersebut, jika 15 % adalah
kesalahan yang diijinkan.

14
Penyelesaian :

Menghitung hujan rerata :

P=
 P = 3600 + 4400 + 2600
n 3
10600
P= = 3533mm
3

P 2
=
P
(3600) 2 + (4400) 2 + (2600) 2
2

=
n 3
2 390080000
P = = 13.026.667 mm
3

 
1/ 2
 n 2 
 = P2 − ( p) 
n −1 
1/ 2
 3
 =  
13026667 − (3533) 2  
3 −1 

3 13026667 1 
2 12482089 2
1,5 544578 0,5 903,8069

Tentu  = 903,81

 100 
Cv =  
 P 

 100 * (903,81) 
Cv =  
 3533 

Cv = 50,8

 Cv 
2

N = 
 E 

 50,8 
2

N = 
 15 

15
50,8
15,0
3,4
2
11,5

N = 11,5 = 12 buah.

Tentu jumlah stasiun hujan yang diperlukan adalah 12 buah, maka diperlukan 9 buah stasiun
hujan lagi.

3.8. SOAL-SOAL.

SOAL 1. Hujan Rerata tahunan di ketiga stasiun yaitu, 3600, 4400 dan 2600 mm. Ke tiga
stasiun itu ada di Dalam DAS.

NB. Tambahkan 2 angka dari belakang NIM anda pada setiap angka-angka pada soal ini.

Ditanya : Tentukan jumlah optimum stasiun hujan di DAS tersebut, jika 10 % adalah
kesalahan yang diijinkan.

Penyelesaian :

SOAL 2. Buka GS Map Rainfall di Internet. ; sunset data Enter. pilih Box' masukkan data
geografis daerah penelitian. enter, akan terlihat grafik curah hujan di daerah tersebut.

1. Cari dan Tentukan daerah yang akan anda teliti kemudian ambil data hujan ( ada
berapa stasiun hujannya bisa satu, dua atau 3 atau 4, tergantung ketersediaan stasiun /
pos hujan di daerah tersebut) .dan peta hujan di daerah tersebut.

2. OLah Data tersebut untuk menentukan hujan harian nya. Gunakan program excel.

3. BUat Tabel Hujan Bulanan , hitung hujan rata-ratanya, Maksimum dan


minimum.

4. Jumlah Tahun hujan minimum 10 tahun.

NB. Lihat Absen anda pada Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi.

Nama Urut 1 - 10. Kelompok satu : Pulau Sumatera .

16
(Setiap mahasiswa setiap daerah misal no urut 1. Pulau Sumatera Utara, Medan. Mhs urut 2.
Sumatera Barat, Padang. Mhs urut 3. Bengkulu. Mhs urut 4. Jambi. Mhs urut 5. Sumatera
Selatan, Palembang. Mhs urut 6. Lampung. Mhs urut 7. Riau. Mhs urut 8. Babel. Mhs urut 9.
Dst. Untuk mhs urut selanjutnya.

Nama Urut 11 – 20. Kelompok dua Pulau Kalimantan.

(Setiap mahasiswa setiap daerah misal no urut 1. Pulau Kalimantan Selatan, …………….
Mhs urut 2. Kalimantan Timur, Balikpapan. Mhs urut 3. Kalimantan Tengah,……….. Mhs
urut 4. Kalimantan Barat, Pontianak. Mhs urut 5.Kalimantan……………. Mhs urut 6.
Kalimantan……………... Dst. Untuk mhs urut selanjutnya.

Nama Urut 21-30 Kelompok tiga Pulau Sulawesi.

(Setiap mahasiswa setiap daerah misal no urut 1. Pulau Sulawesi Selatan, ……………. Mhs
urut 2. Sulawesi Timur, ………….. Mhs urut 3. Sulawesi Tengah,……….. Mhs urut 4.
Sulawesi Barat, ………... Mhs urut 5.Sulawesi Utara,………. Mhs urut 6.
Sulawesi……………... Dst. Untuk mhs urut selanjutnya.

Nama Urut 31-40 Kelompok empat Pulau Irian Barat.

(Setiap mahasiswa setiap daerah misal no urut 1. Pulau Irian Barat, ……………. Mhs urut 2.
Kabupaten Boven Digoel, ………….. Mhs urut 3. …………..,……….. Mhs urut 4.,
………... Mhs urut 5.,………. Mhs urut 6. ……………... Dst. Untuk mhs urut selanjutnya.

Nama Urut 41-50 Kelompok lima Pulau Maluku. Dan Nusa Tenggara Barat. Dan Nusa
Tenggara Timur.

17
Gambar 3.8. Peta Indonesia

NB.

CONTOH :

TABEL 1. DATA HUJAN BULANAN STASIUN A. KALIMANTAN BARAT,


PONTIANAK.
Bulan
Tahun Total Rata-rata Max Min
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2000 319 176 169 275 202 111 93 132 39 122 258 317 ..... ..... ..... .....
2001 592 145 218 396 185 165 263 247 63 297 273 308 ..... ..... ..... .....
2002 357 114 293 177 44 120 107 31 23 36 248 111 ..... ..... ..... .....
2003 233 255 292 280 78 78 129 56 97 283 188 337 ..... ..... ..... .....
2004 185 196 236 156 175 66 154 2 4 129 151 460 ..... ..... ..... .....
2005 228 72 211 223 219 155 118 155 177 190 398 410 ..... ..... ..... .....
2006 163 300 195 394 232 113 56 18 35 20 35 357 ..... ..... ..... .....
2007 476 168 191 227 279 211 257 58 84 208 240 329 ..... ..... ..... .....
2008 372 130 206 275 102 118 82 119 120 95 256 244 ..... ..... ..... .....
2009 249 49 370 95 240 129 155 78 12 95 184 205 ..... ..... ..... .....
2010 281 289 472 313 137 184 141 431 204 287 365 342 ..... ..... ..... .....
2011 253 310 229 356 344 272 91 430 79 302 352 269 ..... ..... ..... .....
2012 162 299 194 393 231 112 57 17 34 19 34 356 ..... ..... ..... .....
2013 475 167 190 226 278 210 256 57 83 207 239 328 ..... ..... ..... .....
2014 371 1129 205 274 101 117 81 118 119 94 255 243 ..... ..... ..... .....
2015 248 48 369 94 239 128 154 77 11 94 183 204 ..... ..... ..... .....
2016 280 288 471 312 136 183 140 430 203 286 364 341 ..... ..... ..... .....
2017 252 309 228 355 343 271 90 429 78 301 351 268 ..... ..... ..... .....
Total ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ..... ..... ..... .....
Rata-rata ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ..... ..... ..... .....
Max .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..... ..... ..... .....
Min ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ........... ..... ..... ..... .....

18
Gambar 1. Peta Stasiun Hujan A. Kalimantan Barat.

TABEL 2. DATA HUJAN BULANAN STASIUN B. KALIMANTAN BARAT,


PONTIANAK.

19
Gambar 2. Peta Stasiun Hujan B. Kalimantan Barat.

TABEL 3. DATA HUJAN BULANAN STASIUN C. KALIMANTAN BARAT,


PONTIANAK.

20
Gambar 3. Peta Stasiun Hujan C. Kalimantan Barat.

TABEL 4. DATA HUJAN BULANAN STASIUN D. KALIMANTAN BARAT,


PONTIANAK.

21
Gambar 4. Peta Stasiun Hujan D. Kalimantan Barat.

SELESAI

22
3.9. DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang Triatmodjo. Hidrologi Terapan. Beta Ofset. 2008.


2. Ir. Hadi Susilo, MM. Modul Rekayasa Hidrologi. Fakultas Teknik Sipil, Universitas
Mercu Buana.
3. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Rekayasa Hidrologi. Fakultas Teknik Sipil,
Universitas Mercu Buana.
4. Linsley Kohler Paulhus. Applied Hydrology. Tata McGraw-Hill Publishing Company
Limited. 1975.
5. Sri Harto Br. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1993.
6. E.M. Wilson. Hidrologi Teknik. Penerbit ITB Bandung.1993.
7. Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng. dan Ir. Sugiyanto, M.Eng. Banjir; Beberapa
Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka
Pelajar.Yogyakarta. 2002.
8. Dr. Ir. Suripin, M.Eng. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi.
Yogyakarta. 2004.
9. Kriteria Perencanaan (KP) 01-07. Standart Perencanaan Irigasi. Direktorat Jenderal
Pengairan. Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air. PT. Mediatama Saptakarya. 2204.
11. www.rainfall.satelite.
12. www.google.com Materi Kuliah Rekayasa Hidrologi.

23

Anda mungkin juga menyukai