Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN SISTEM DRAINASE DAN PENGENDALIAN BANJIR

Dibuat oleh :

Kelompok 3

1. Adha Febriansyah
2. Ade Prima Meliala
3. Kadek Liony Maya Paramahamsa
4. M. Agrist Putra Ramadhan

Kelas : TR01A

Dosen Pengampu : Viktor Suryan,S.T.,M.Sc.

Mata Kuliah : Sistem Drainase dan Pengendalian Banjir

POLITEKNIK PENERBANGAN PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Yang
Berjudul “Laporan Drainase dan Pengendalian Banjir” ini dengan baik tanpa ada
halangan dan hambatan. Laporan Drainase ini berisi tentang kegiatan atau
pembelajaran selama satu semester ini yang meliputi infiltrasi, sistem rumah pompa,
simulasi sistem drainase rumah pompa, pembuatan alat curah hujan. Terselesaikannya
laopran ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu , kami
mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada :

1. Kepada Tim/ kelompok sistem drainase dan pengendalian banjir, yaitu kelompok 3
yang sudah menyelesaikan pengerjaan laporan ini dengan baik

2. Narasumber PT.Angkasa Pura yang berada di Bandar Udara Sultan Mahmud


Badarudin II

3. Bapak Viktor Suryan,S.T.,M.Sc. sebagai kaprodi yang telah membina dan


mebimbing kami

Laporan ini disusun juntuk melengkapi tugas mata kuliah sistem drainase dan
sistem pengendalian banjir. Selain itu, kami berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kami dan semua pihak yang terkait sebagai referensi untuk
menambah wawasan seerta ilmu pengetahuanOleh karena itu kami mengharapkan
sebuah kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan laporan ini jauh lebih
baik lagi. Kami mohon maaf setulusnya-tulusnya atas kesalahan maupun kekurangan
dalam penyusunan laporan ini

Semoga dengan kami membuat karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan
memberikan motivasi bagi para pembacanya , khusunya bagi kami Taruna Politeknik
Penerbangan Palembang.
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.

Pada saat ini sering kejadian disetiap daerah dimana banjir adalah suatu peristiwa di
mana terjadi peluapan air yang berlebihan di suatu tempat. Curah hujan yang cukup
tinggi dan ketidak mampuan drainase menampung air hujan dituding sebagai biang
kerok terjadinya banjir. Adanya curah hujan yang tinggi dan berlangsung terus
menerus di beberapa Bandar Udara. oleh sebba itu perlu diberlakukannya sistem
drainase untuk pengendalian banjir. Sistem drainase adalah sistem untuk
mengeringkan dan mengalirkan air. Secara terminology sistem ini dibuat untuk
menangani masalah kelebihan air, baik diatas atau diabwah permukaan air. Untuk
menyelesaikan persoalan drainase sangat berhubungan dengan aspek hidrologi
khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan di alirkan pada sistem
drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mampunyai sistem drainase mengalirkan
ke tempat pembuangan akhir Disain hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit
pengaliran.

2.2.Tujuan dan Manfaat


1.Untuk mengetahui hasil analisa data penakar hujan
2.Untuk mengetahui hasil pengukuran data infiltrasi
3.Untuk mengetahui hasil Analisis dan rancangan sistem pengendali banjir (Rumah
pompa)
4.Untik Mengetahui hasil Analisa dan rancangan sistem drainase di bandara
2. 3.Tanggal dan Tempat Pelaksanaan
Pada hari senin sampai dengan kamis bertempat di Bandara Internasional
Sultan Mahmud Badaruddin II
BAB 2

PENGUKURAN INFILTRASI
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Infiltrasi
Infiltrasi merupakan proses masuknya air kedalam tanah secara
vertikal melalui permukaan tanah. Proses infiltrasi merupakan salah satu
proses penting dalam siklus hidrologi karena infiltrasi menentukan besarnya
air hujan yang meresap dan masuk ke dalam tanah secara langsung. Dengan
adanya proses infiltrasi, maka kebutuhan vegetasi terhadap air termasuk
transpirasi, menyediakan air untuk evaporasi, mengisi kembali reservoir tanah
dan menyediakan aliran sungai pada saat musim kemarau akan dapat
terpenuhi, selain itu manfaat dari infiltrasi adalah dapat mengurangi
terjadinya erosi tanah
2.1.2. Pengukuran Infiltrasi
Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan metode penggenangan
tanpa run-off. Alat yang digunakan adalah double ring infiltrometer dengan
ukuran diameter ring 60 cm dan 30 cm. Double ring infiltrometer dimasukan
ke dalam tanah sedalam 5-10 cm, pada silinder tersebut dipasang penggaris
berskala. Kemudian dituangkan air kedalam silinder dengan ketinggian 15-20
cm dari permukaan.Penurunan tinggi air dicatat dengan interval setiap 5
menit, lalu ditambahkan air setelah itu sehingga tinggi air mencapai
ketinggian semula.Pengamatan dihentikan setelah dicapai infiltrasi yang
relatif konstan, laju infiltrasi dinyatakan mm/jam.Pengukuran dilakukan
sebanyak 6 (enam) ulangan untuk ketiga lokasi pengukuran.

2.2. Tujuan Pratikum


1. Taruna/I mampu mengetahui cara kerja infiltrometer
2. Taruna,I mengukur proses infiltrasi. Proses infiltrasi adalah kecepatan proses
masuknya air ke dalam tanah. Infiltrasi adalah taha[p awal interaksi sistem hidrosfer
dan litosfer
2.3.Peralatan
1. Double ring infiltrimeter
2. Palu
3. Balok Kayu
4. Sekop
5. Stopwatch
6. Penggaris

2.4. Prosedur Percobaan


1. Pengukuran infiltrasi dengan metode double ring infiltrometer.
* Ring outer (sisi luar) berfungsi untuk menjaga air yang diukur pada ring dalam agar
air tetap bergerak secara vertical
* Ring dalam berfungsi untuk menunjukan penurunan muka air tanah pada waktu
teretentu
2. Ring dipasang dengan cara dibenamkan kedalam tanah sekitar5-10 cm
3. Tentukan lokasi pengujian infiltrasi. Kemudian masukan ring dalam dan disusul
ring luar
4. Gunakan palu dan balok kayu untuk merapikan posisi ring agar seimbang pada saat
dimasukan ke dalam tanah , dengan cara meletakan balok kayu diatas ring dan
kemudian dipukul dengan palu sampai kedalam 5-10 cm
5. Rapikan posisi penggaris pada ring dalam
6. Tuangkan air di ember
7. Masukan air pada ruang ring luar
8. Siapkan table pencatatan data
9. Setelah siap , masukan air dengan batas ketinggian tertentu pada ruang ring dalam.
10. Lakukan pencatatn data-data
2.5. Perhitungan
Pada pengujian ini dapat digunakan 2 pendekatan
1. Berbasis Waktu
Misalnya setiap interval 1 menit
2. Berbasis tinggi muka air.
Misalnya setiap interval 1 cm

2.6. Hasil Pratikum


BAB 3

ANALISA DATA PENAKAR HUJAN (HIDROLOGI)


3.1 Landasan Teori
1) Presipitasi (hujan)
Hujan (presipitasi) merupakan fenomena hidrologi yang berlangsung
pada lapisan atmosfer yang berkaitan dengan fenomena meteorologis di bumi.
Kajian meteorologi dan klimatologi hujan merupakan salah satu dari tujuh
anasir meteorologi dan klimatologi. Tujuh anasir tersebut antara lain radiasi
sinar matahari, temperatur, penguapan, kelembaban udara, tekanan udara,
kecepatan angin, dan hujan. Selain itu besarnya curah hujan di wilayah
Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti medan/topografi, arah
lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak
perjalanan angin di atas medan datar.

2) Proses dan Klasifikasi Hujan


Proses terjadinya hujan berawal dari penguapan air di lautan maupun
daratan, yang selanjutnya uap air yang terbentuk ini bergerak naik ke
atmosfer. Setelah terjadi penguapan selanjutnya angin berperan memindahkan
lengasaan udara tersebut ke atmosfer yang lebih tinggi hingga mengalami
kondensasi menjadi butir air atau salju. Hujan terbentuk apabila titik air hasil
kondensasi di awan memiliki ukuran tertentu, terpisah dan terjatuh ke
permukaan bumi. Oleh karena itu, pengaruh faktor suhu berperan penting
dalam proses kondensasi titik-titik air hujan. Tidak semua air hujan yang jatuh
akan sampai ke permukaan bumi, tetapi sebagian juga akan menguap pada
saat jatuh. Butir air hasil kondensasi yang dapat mencapai permukaan bumi
pada umumnya berdiameter 200 mikrometer, sedangkan air yang <200
mikrometer akan habis menguap bila bergesekan dengan lapisan bumi.
Klasifikasi hujan berdasarkan besarnya, yang di kemukakan oleh BMKG
a. Hujan Ringan (jika besarnya /tebalnya curah hujan per hari
kurang dari 20 mm).
b. Hujan Sedang (jika besarnya/tebalnya curah hujan per hari sekitar
20 mm- 50 mm).
c. Hujan Lebat (jika besarnya/tebalnya curah hujan per hari sekitar
50 mm s.d 100 mm).
d. Hujan Sangat Lebat (jika besarnya/tebalnya curah hujan per hari
lebih dari 100 mm).

3) Alat Pengukur Curah Hujan

Pengukuran curah hujan dapat dilakukan menggunakan alat penakar


curah hujan yang dibagi menjadi dua macam yaitu manual raingauge/non-
automatic raingauge, dan automatic raingauge. Alat pengukur curah hujan manual
terdiri atas corong penangkap, tabung, dan gelas ukur sebagai wadah tetes air
hujan. Contoh manual raingauge adalah ombrometer dan pluviometer dimana
keduanya memiliki ciri khas bentuk dan perbedaan dalam cara penggunaan.
Ombrometer dan pluviometer sama-sama merupakan alat pengukur
hujan, namun antara ombrometer dan pluviometer memiliki perbedaan.
Ombrometer lebih cenderung diletakkan pada permukaan tanah dengan batas
antara alat dan permukaan tanah di pisahkan oleh sebuah beton atau penopang
lainnya. Kapasitas tampung hujan lebih banyak karena ukurannya yang cukup
besar dan biasanya diletakkan pada tempat-tempat tertentu sebagai media
observatorium. Pluviometer membutuhkan penyangga untuk meletakkanmya saat
digunakan menghitug curah hujan. Pada pluviometer kapasitas air hujan dapat
langsung dihitung menggunakan gelas ukur yang ada didalam pluviometer.
Namun, kapasitas pluviometer tidak sebanyak dengan ombrometer sehingga
penggunaannya tidak efektif apabila terjadi intensitas hujan yang lebat.
Alat pengukur hujan otomatis (automatic raingauge) yang biasa disingkat
ARG adalah alat ukur hujan dalam satuan waktu tertentu yang bekerja secara
otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaga. Alat penakar curah hujan
ada dua macam yaitu tipe sifon dan tilting bucked/tipping bucket/penampung
bergerak. Pada tipe tipping bucket, air hujan yang masuk dari corong akan masuk
kedalam buckednya, apabila ar telah penuh maka ia akan terjungkir dan signal
akan diteruskan pada recodernya. Pada pengukuran curah hujan juga perlu
memperhitungkan banyaknya alat penakar hujan. Hal tersebut dengan tujuan untuk
dapat memperoleh hasil data pengukurann hujan yang akurat

a) Ombrometer

3.2. Peralatan

Adapun beberapa peratan yang digunakan saat mengukur curah hujan


menggunakan alat sederhana :
a. Corong Plastik dan Corong Talang Air
Bagian ini merupakan bagian yang paling atas dimana merupakan tempat
masuknya air hujan. Berbentuk kerucut dikarenakan bentuk kerucut merupakan
bentuk yang paling baik untuk menampung air dan juga paling baik untuk aliran air.
Untuk ukuran tinggi kerucut disesuaikan dengan keseluruhan sistem alat. Sedangkan
untuk diameter dari kerucut disesuaikan dengan ketentuan internasional yang telah
disebutkan sebelumnya. Pada bagian atas kerucut terdapat tepian dengan tinggi 20
mm. Fungsi dari tepian tersebut adalah sebagai dinding supaya air hujan yang masuk
tidak banyak yang terpantul keluar.

b. Selang Air
Pipa atau selang yang kebanyakan terbuat dari karet sintesis yang
membawa air bersih dari satu tempat ke tempat lain. Pada penelitian ini selang air
berfungsi untuk menyalurkan air hujan yang jatuh dari pipa paralon dan langsung di
ditribusikan ke tempat penampungan air (dirijen).

c. Pipa Paralon
Pipa paralon berfungsi untuk menampung dan sebagai tatakan pondasi agar
selang tetap dapat bisa mendistribusikan air hujan ke dirijen .

d. Dirigen
Dirijen merupakan tempat atau wadah untuk menampung air hujan serta
sebagai media untuk mengukur air hujan.
3.3. Prosedur Percobaan
1. Sambungkan corong plastic dengan corong talang air
2. Sambungkan selang dengan corong plastic
3. Potong pipa paralon dengan tinggi 120 cm dan lubangi bagian bawah paralon
dengan jarak yang disesuaikan, agar selang air yang terhubung didalam dapat keluar.
4. Kemuadian sambungkan corong dengan memasukkan selang kedalam pipa tersebut
5. Tampung air yang keluar dari pipa dengan menggunakan jerigen
6. Air hujan yang tertampung didalam jerigen, ditung kedalam gelas ukur
7. Catat hasil pengukuran

3.4. Pembahasan

5.1 Perhitungan
Rumus perhitungan ketinggian air hujan yang jatuh pada bidang dengan
luasan tertenti, adalah sebagai berikut:

V
H=
L

Keterangan:
H = Ketinggalan Curah Hujan
V = Volume
L = Luas bidang
Pada pengukuran curah hujan dengan menggunakan corong, berarto luas corong
dapat dihitung dengan, rumus:

L=π . r .r

Keterangan:
r = Jari-Jari Corong
π = 3,14

Untuk menghitung ketinggian hujan digunakan satuan mm, oleh karena itu dilakukan
konversi satuan, sebagai berikut:
 Satuan luas adalah cm2 , menjadi 1 cm2 = 100 mm2
 Satuan volume adalah ml , menjadi 1 ml= 1000 mm3
Maka untuk menghitung ketinggian hujan dengan satuan mm dapat dihitung :

V
H=
L
Keterangan:
H = Ketinggalan Curah Hujan (mm)
V = Volume air yang ditakar (cm2)
L = Luas bidang corong (cm3)
Tabel Perhitungan Curah Hujan
HARI / TANGGAL VOLUME HASIL PENGUKURAN
PENGUKURAN (ml) (mm)
Kamis, 26 Mei 2022 4 ml 0,22
Jum’at, 27 Mei 2022 - -
Sabtu, 28 Mei 2022 - -
Minggu, 29 Mei 2022 - -
Senin, 30 Mei 2022 - -
Selasa, 31 Mei 2022 175 ml 9,90
Rabu, 01 Juni 2022 - -
Kamis, 02 Juni 2022 - -
Jum’at, 03 Juni 2022 41 ml 0,22
Sabtu, 04 Juni 2022 - -
Minggu, 05 Juni - -
2022
Senin, 06 Juni 2022 - -
Selasa, 07 Juni 2022 - -
Rabu, 08 Juni 2022 51 ml 0,28
Kamis, 09 Juni 2022 460 ml 2,60
Jum’at, 10 Juni 2022 380 ml 2,15
Sabtu, 11 Juni 2022 - -
Minggu, 12 Juni - -
2022
Senin, 13 Juni 2022 1350 ml 76,43
Selasa, 14 Juni 2022 23 ml 1,30
Rabu, 15 Juni 2022 - -
Kamis, 16 Juni 2022 22 ml 1,24
Jum’at, 17 Juni 2022 - -
Sabtu, 18 Juni 2022 - -
Minggu, 19 Juni - -
2022
Senin, 20 Juni 2022 - -
Selasa, 21 Juni 2022 - -
Rabu, 22 Juni 2022 20 ml 1,13
Kamis, 23 Juni 2022 - -
Jum’at, 24 Juni 2022 - -
Sabtu, 25 Juni 2022 - -
Minggu, 26 Juni - -
2022
Senin, 27 Juni 2022 180 ml 1,19
Selasa, 28 Juni 2022 - -
Rabu, 29 Juni 2022 1350 ml 76,43
Kamis, 30 Juni 2022 100 ml 2,15
Total 4156 ml 175,24 mm2

Volume Curah hujan tertinggi : 1350 ml


Volume Curah hujan terendah : 4 ml
Hasil Pengukuran Curah hujan tertinggi : 76,43 mm2
Hasil Pengukuran Curah hujan terendah : 0,22 mm2
BAB 4

SIMULASI SISTEM DRAINASE DAN RUMAH POMPA

4.1. Landasan Teori


4.1.1. Pengertian Drainase
Drainase merupakan saluran yang digunakan untuk menyalurkan massa air berlebih dari
sebuah kawasan seperti perumahan, perkotaan, dan jalan. Sistem saluran ini memiliki peran
penting untuk menghindari terjadinya genangan air di permukaan. Oleh karena itu, apabila
ditinjau secara fungsional jangka panjang, drainase mampu meminimalkan terjadinya banjir.
Terdapat berbagai jenis drainase yang diklasifikasikan atas berbagai aspek dan sudut
pandang. Klasifikasi tersebut dapat didasarkan pada sejarah pembentukan, peletakan saluran,
fungsi, konstruksi, pola jaringan, dan bentuk saluran.
4.1.2. Pengertian Rumah Pompa
Rumah Pompa sendiri merupakan tempat yang digunakan oleh pompa air untuk
memindahkan atau menaikkan debit air serta mengatur besarnya air yang dapat dikeluarkan
oleh pompa tersebut. Rumah pompa sebagai salah satu bangunan air yang kita bahas kali ini
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, yang disebabkan posisi rumah pompa itu
sendiri yang tidak efisien. Oleh karenanya dalam skripsi kali ini kita juga akan membahas
permasalahan dan solusi yang ditimbulkan oleh adanya rumah pompa tersebut.
4.1.3. Pengertian Pompa
Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan mesin kerja. Pompa
berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) menjadi energi fluida dan
tekanan. Suatu pompa sentrifugal pada dasarnya terdiri dari satu impeler atau lebih yang
dilengkapi dengan sudut-sudut, yang dipasangkan pada poros yang berputar dan diselubungi
oleh sebuah rumah (casing). Fluida memasuki impeler secara aksial di dekat poros dan
mempunyai energi potensial, yang diberikan padanya oleh sudut-sudut. Begitu fluida
meninggalkan impeler pada kecepatan yang relatif tinggi, fluida itu dikumpulkan didalam
„volute‟ atau suatu seri lluan diffuser yang mentransformasikan energi kenetik menjadi
tekanan. Ini tentu saja diikuti oleh pengurangan kecepatan. Sesudah konversi diselesaikan,
fluida kemudian dikeluarkan dari mesin tersebut. Sama untuk pompa-pompa dengan
kekecualian bahwa volume gas adalah berkurang begitu gas-gas tersebut melewati blower,
sementara volume fluida secara praktis adalah tetap begitu begitu fluida tersebut melewati
pompa. Pompapompa sentrifugal pada dasarnya adalah mesin-mesin berkecepatan tinggi
(dibandingkan dengan jenis-jenis torak, rotary, atau pepindahan). Perkembangan akhir-akhir
ini pada turbin-turbin uap, dan motor-motor listrik dan disain-disain sistem gigi kecepatan
tinggi telah memperbesar pemakaian dan penggunan pompa-pompa sentrifugal, seharusnya
dapat bersaing dengan unit-unit torak yang ada
4.2.Tujuan Pratikum
Taruna/I mampu mengetahui cara kerja sistem drainase yang bertujuan untuk membuang air
berlebih dari suatu Kawasan melalui jaringan saluran dan aliran secara gravitasi atau dipompa
dengan jenis saluran (terbuka dan tertutup), pipa dan pompa

4.3.Peralatan
1. Akrilik 3 mm
2. ESP 8266
3. Modul Step Down
5VDC
4. Sensor Ultrasonic HCSR-04
5. Laci Meja 30 cm
6. Motor DC
7. Motor Driver L298
8. Adaptor 12V
9. Kabel female to female
10. Kabel AC
11. Kabel AWG
12. Box Komponen
13. Gear
14. Lem Akrilik
15 Motor pompa air
16. Selang air kecil 0,5 m
17. LCD
18. LCD i2C
19. Modul Relay

4.4.Prosedur Percobaan
1. Merancang gambar teknik saluran drainase dan rumah pompa
2. Merancang pemodelan penampang basah saluran drainase dengan menggunakan Akrilik
3. Merancang pemodelan miniature rumah pompa
Perhitungan

 Kecepatan Aliran Rata-Rata di saluran terbuka dapat dihitung dengan persamaan Chezy
dengan koefisien C yang dikembangkan oleh Manning sebagai berikut:

1 2 /3 1/ 2
V= R S°
n
Dimana:

A
R=
P

Dimana:
S° = kemiringan dasar saluran
n = koefisien Manning atau keofisien kekerasan dasar dan dinding saluran
R = jari-jari hidrolik
A = luas penampang
P = keliling basah penampang

 Kedalaman Aliran Normal

Q=AxV
Dimana: Q = debit (m3 /s )
A = Luas penampang basah (m2)
V = Kecepatan (m/s )

 Subtitusi Persamaan

1 2 /3 1/ 2
Q=A R S°
n

4.5. Hasil Analisa


Pada pratikum kali ini, kelompok 3 merancang maket sistem drainase pada bandara menggunakan 2
tipe saluran drainase, yaitu drainase saluran terbuka dan saluran tertutup. Dalam rancangan maket
yang dibuat , kita merancang menggunakan runway parallel. Tujuan dari menggunakan drainase
tertutup adalah mengalirkan air yang mengandung limbah. Drainase tersebut dibuat tertutup
supaya limbah tersebut tidak berhubungan langsung dengan manusia sehingga
membahayakan lingkungan serta jika terjadinya roda pesawat yang tergelincir, minim
kemungkinan roda tergelincir dan masuk ke saluran drainase, serta jika rerumputan yang
ada disekitar runway sudah tinggi, maka rumput tersebut tidak masuk ke saluran drainase
dan drainase terbuka berfungsi untuk mengalirkan air hujan di wilayah yang luas. Selain itu
juga berfungsi untuk menyalurkan air yang tidak membahayakan lingkungan.
BAB 5

RANCANGAN SITEM DRAINSE DI BANDARA

4.2. Pemeliharaan Sistem Drainase Pada Bandara

Program pemeliharaan harus memperhitungkan pentingnya drainase yang memadai. Air permukaan
dan air tanah merupakan salah satu sebab atas banyak kegagalan dan kerusakan perkerasan.
Drainase yang memadai untuk pengumpulan dan pembuangan limpasan air permukaan dan air
tanah yang berlebihan sangat penting untuk stabilitas dan pelayanan perkerasan. Personil terlatih
harus melakukan inspeksi berkala dan lengkap sistem drainase dan merekam dan kondisi cacat yang
benar sistem drainase permukaan dan bawah permukaan. Tepi saluran yang berada di sekitar landas
pacu, taxiway, apronserta cekungan tangkapan air harus diperiksa pada berkala (yaitu , pada musim
hujan dan musim kemarau) dan dipantau setelah curah hujan yang sangat deras . Personil yang
melakukan inspeksi harus mencari indikasi bahaya yang dapat menunjukkan masalah yang akan
datang. Indikasi saluran yang berpotensi membahayakan antara lain sebagai berikut :

1) Genangan air

2) Penumpukan tanah di tepi perkerasan yang mencegah limpasan

3) Parit terkikis dan terdapat cekungan pada saluran

4) Penutup lubang saluran rusak atau terbuka

5) Terjadinya sumbatan dari lumpur atau sampah di saluran air

6) Outlet drainase bawah permukaan terhambat

7) Pipa yang rusak atau cacat

8) Erosi di sekitar area saluran, baik inlet maupun outlet

9) Terdapat kikisan atau erosi di saluran

10) Perubahan warna perkerasan terutama di sendi atau terdapat keretakan Idealnya, saluran
drainase memiliki tinggi jagaan 30 s/d 50 cm baik untuk mengantisipasi limpasan air hujan maupun
mencegah air drainase masuk area konstruksi perkerasan.

4.3. Program Maintenance PadaSaluran Sisi Udara

Untuk menjamin dan memastikan bahwa saluran sisi udara dapat berfungsi sesuai yang diharapkan,
maka Bandara SMB-II melakukan program maintenance saluran sisi udara sebagai berikut:

• Pembersihan Saluran, yaitu membuang endapan di dasar saluran dan memotong rumput di
dinding saluran yang dapat mengurangi kapasitas debit aliran saluran

• Perbaikan Saluran, yaitu memperbaiki dinding atau dasar saluran yang mengalami
kerusakan untuk mengembalikan fungsi saluran yang rusak menjadi normal kembali
Daftar Pustaka
Andimanwno.2010.Mennghitung Luas Wilayah pada Peta Menggunakan Metode Grid.
(online) (https://andimanwno.wordpress.com/2010/07/28/menghitung-luas-wilayah-
pada-peta-1/), diakses 3 Maret 2017.
Handoko, 2003, Klimatologi Dasar, Bogor: FMIPA-IPB.
Linsley RK., Kohler, MA., and Paulhus, JLH. 1982. Hydrology for Engineers. McGraw-
Hills. New York.
Mahbub M. 2016.Praktikum Agrohidrologi.Lampung: Universitas Lampung
Putri Amalia R.2011.Praktikum Curah Hujan dan Suhu. Indralaya: Universitas Sriwijaya
Saputra Okta A.2013.Agrohidrologi dan Pengendalian DAS.Sumbawa: UNSA
BAB 3

Daftar Pustaka

1. Unknown.2019.Apa Itu alat Theodolite?. https://academia.co.id/format-laporan-


praktikum/.diakses pada tanggal 12 Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai