Anda di halaman 1dari 74

Pengumpulan Data

Muhammad Rizki
Pengumpulan Data untuk Analisis Hidrologi

 Analisis Hujan
 1. Analisis Hujan Bulanan
 2. Analisis Hujan Maksimum
 3. Analisis Hujan Wilayah
 4. Hidrograp Hujan
 5. Analisis Hujan Rencana dan Hujan Efektif
 6. Debit Andalan

 Analisis DAS
 1.Batas – Batas DAS
 2. Karakteristik DAS
Hujan

 Hujan adalah suatu proses fisis yang dihasilkan dari


fenomena cuaca.

 Hujan adalah peristiwa turunnya butir-butir air dari


langit ke permukaan bumi.
Proses Terjadinya Hujan (1)

 Proses terjadinya dan turunnya hujan dapat dijelaskan sebagai berikut :

 - Mula - mula sinar matahari menyinari bumi, energi sinar matahari ini
mengakibatkan terjadinya evaporasi atau penguapan di lautan, samudra,
sungai, danau, dan sumber - sumber air lainnya.

 - Uap - uap air yang naik ini pada ketinggian tertentu akan mengalami
kondensasi. Peristiwa kondensasi ini diakibatkan oleh suhu sekitar uap air lebih
rendah daripada titik embun uap air.

 - Uap - uap air ini kemudian akan membentuk awan. Kemudian, angin (yang
terjadi karena perbedaan tekanan udara) akan membawa butir - butir air ini.
Proses Terjadinya Hujan (2)

 - Butir - butir air ini menggabungkan diri (proses ini


dinamakan koalensi) dan semakin membesar akibat
turbelensi udara, butir - butir air ini akan tertarik oleh gaya
gravitasi bumi sehingga akan jatuh ke permukaan bumi.

 - Saat jatuh ke permukaan bumi, butir - butir air akan


melewati lapisan yang lebih hangat di di bawahnya sehingga
butir - butir air sebagian kecil menguap lagi ke atas dan
sebagian lainnya jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan.
Jenis Hujan di Indonesia

 Pengaruh faktor fisiografis wilayah Indonesia dan


sekitarnya terhadap unsur-unsur iklim/cuaca telah
menghasilkan 3 (tiga) tipe curah hujan, yakni:

 tipe ekuatorial
 tipe monsun
 tipe lokal.
Faktor Hujan

 faktor fisis penting yang ikut berperan terhadap proses


terjadinya hujan di wilayah Indonesia, di antaranya adalah:

 posisi lintang,
 ketinggian tempat,
 pola angin (angin pasat dan monsun),
 sebaran bentang darat dan perairan, serta pegunungan
dan gunung-gunung yang tinggi
Hujan Ekuatorial

 Secara umum wilayah Indonesia di sekitar ekuator dicirikan dengan musim


kemarau yang singkat dan musim hujan yang panjang, serta dua kali
maksimum curah hujan bulanan dalam setahun

 Di Indonesia, curah hujan yang mengikuti pola ini terjadi di sebagian besar
wilayah Sumatra dan Kalimantan,

 contohnya adalah yang terjadi di Pontianak, Kota Mobagu, Sidikalang dan


Bengkalis seperti yang ditampilkan table diatas.

 Musim Kemarau secara berangsur-angsur akan lebih panjang untuk wilayah


yang lebih jauh dari garis ekuator ke arah selatan dan tenggara:
Hujan Ekuatorial
Hujan Monsun

 Curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh monsun


yang digerakan oleh adanya sel tekanan tinggi dan sel
tekanan rendah di benua Asia dan Australia secara
bergantian.

 Hujan Monsun :
Hujan Monsun Barat
Hujan Monsun Timut
Monsun Barat

 Dalam bulan DesemberJanuari-Februari (DJF) di


Belahan Bumi Utara terjadi musim dingin akibatnya
terjadi sel tekanan tinggi di Benua Asia,

 sedangkan di Belahan Bumi Selatan pada waktu yang


sama terjadi musim panas, akibatnya terjadi sel
tekanan rendah di benua Australia.
Monsun Barat
Monsun Timur

 Dalam bulan Juni-Juli-Agustus (JJA) terjadi sebaliknya,


terdapat tekanan rendah di Asia dan sel tekanan
tinggi di Australia,

 maka pada periode JJA bertiup angin dari tekanan


tinggi di benua Australian menuju ke tekanan rendah
di Asia, angin ini disebut Monsun Timur atau Monsun
Tenggara .
Monsun Timur
Hujan Lokal

 Pola curah hujan tipe lokal dicirikan dengan besarnya


pengaruh kondisi setempat, yakni keberadaan
pegunungan, lautan dan bentang perairan lainnya,
serta terjadinya pemanasan lokal yang intensif.
WILAYAH SUNGAI DAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI

 Wilayah Sungai :

Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan


sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran
sungai dan/atau pulau – pulau kecil yang luasnya kurang
dari atau sama dengan 2000 km2 (Undang – undang
Nomor 7 Tentang Sumber Daya Air).
Daerah Aliran Sungai (DAS)

 Daerah Aliran Sungai (catchment, basin, watershed) merupakan


suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami

 Dimana yang menjadi batas di darat merupakan pemisah


topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan
DAS Citanduy
Karakteristik DAS (1)

 Karakteristik DAS adalah gambaran spesifik mengenai


DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan
dengan keadaan morfometri, topografi, tanah,
geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan
manusia.
Karakteristik DAS (2)

 Karakteristik DAS berpengaruh pada aliran permukaan air, seperti


luas dan bentuk DAS, topografi DAS serta tata guna lahan
DAS. Luas DAS merupakan parameter dasar bagi perhitungan
volume limpasan yang diakibatkan oleh suatu kejadian hujan.

 Secara umum, semakin besar luas DAS, semakin besar pula


debit limpasan pada DAS tersebut. Begitu pula dengan bentuk
DAS, jika bentuk DAS berbentuk memanjang dan sempit akan
cenderung menghasilkan laju aliran permukaan yang lebih kecil
dibandingkan dengan bentuk DAS yang melebar atau melingkar.
Faktor Pengontrol DAS

 Faktor-faktor pengontrol karakteristik DAS antara lain


:
 1. faktor geologi
 2. faktor hidrologi dan tataguna lahan.
Faktor Geologi

 Faktor geologi terdiri dari geomorfologi dan litologi.

 Faktor geomorfologi terdiri dari sistem sungai (segmen sungai,


hubungan antar cabang sungai, panjang sungai, slope sungai),
sistem cekungan penyaluran (ukuran cekungan, bentuk
cekungan, relief cekungan, tekstur cekungan).

 Faktor litologi berupa pemunculan mata air dan batuan kedap


dan lulus air.
Faktor Hidrologi

 Faktor hidrologi berupa distribusi hujan pada DAS dan


kapasitas infiltrasi dari tanah.

 Karakteristik DAS dapat memberikan gambaran


kondisi hidrologi suatu DAS, sehingga dapat
dipergunakan untuk suatu perencanaan dan
pengembangan yang benar, agar tidak menimbulkan
kerusakan pada DAS.
Karakteristik DAS

 Karakteristik DAS yang dibutuhkan dalam analisis hidrologi adalah :

1. Karakteristik topografi DAS yaitu bentuk dan ukuran DAS, kemiringan lereng, dari peta
topografi/rupa bumi skala 1 : 50.000.

2. Karakteristik geologi dan tanah DAS meliputi :


a) jenis batuan
b) penyebaran jenis batuan dan luas batuan
c) sifat fisik batuan
d) keseragaman dari jenis batuan
e) tekstur dan struktur tanah

3. karakteristik tata guna lahan, yaitu luas dan jenis tata guna tanah yang sangat berpengaruh
terhadap koefisien aliran, kapasitas infiltrasi
DAS
Pengumpulan Data
1. Data Hujan
2. Data Aliran
3. Data Klimatologi
4. Data Karakteristik DAS
Pengumpulan Data Hujan

 Data Hujan adalah data yang paling diperlukan untuk


analisis hidrologi, untuk melakukan analisis yang baik
dan benar, maka tata cara pengumpulan data hujan
haruslah baik dan benar.

 Beberapa cara pengumpulan data hujan antara lain


adalah dengan cara manual dan automatic.
Pengamatan Hujan Manual

 Pos hujan biasa/manual adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk


pengamatan/pencatatan parameter hujan (jumlah) selama 24 jam.

 Pencatat curah hujan manual (Manual Rain Gauge) MRG harus dilengkapi
dengan gelas ukur yang sesuai dengan pos hujan yang dipasang.
Berdasarkan ukuran lubangnya tipe pencatat curah hujan manual (Manual
Rain Gauge) dengan luas permukaan 100 cm2 dan 200 cm2.

 Data curah hujan diperoleh dengan melakukan pengamatan dan pencatatan


data volume air dalam gelas ukur oleh petugas setiap harinya.
Pengamatan Hujan Manual
Pengamatan Hujan Otomatis

 Pos hujan otomatis adalah pos pengamatan yang difungsikan untuk


pengamatan/pencatatan parameter hujan (jumlah, durasi dan intensitas) baik
digital maupun grafik.

 Pencatat hujan otomatik yang biasa digunakan di Indonesia terdapat dua (2)
jenis yakni jenis Syphon dan Tipping Bucket. Perlengkapan yang harus terdapat
pada pos pencatat hujan otomatik adalah sebagai berikut :

 Jam Mekanik
 Drum/tromol/tabung
 Shipon/bucket tergantung dari type alat
 Pelampung pada alat type siphon
Pengamatan Hujan Otomatis (2)
Pengamatan Hujan Telemetri

 Pengumpulan data secara otomatik dengan suatu perangkat


telemetri diperlukan bila pengumpulan dan waktu pengiriman
sangat lama, sehingga tidak tersedia waktu yang cukup untuk
melakukan peramalan.

 Sistem telemeteri ini memungkinkan data dapat dikumpulkan


secara cepat dan tepat waktu, sehingga sangat bermanfaat
untuk meningkatkan akurasi dari peramalan karena masih
tersedia waktu yang cukup untuk membuat peramalan dan
menginformasikannya secara dini.
Pengamatan Hujan Telemetri (2)
Pengamatan Hujan Radar

 Boundary Layer Radar (BLR) merupakan sebuah L-


band Doppler radar. BLR yang terletak di Serpong,
merupakan program kerjasama pengamatan antara
RASC Kyoto University, Jepang, BPPT dan LAPAN.

 Pada dasarnya BLR digunakan untuk mengamati


dinamika atmosfir pada kondisi udara cerah dari
permukaan sampai ketinggian 3 km.
Pengamatan Hujan Radar (2)
Pengamatan Hujan Satelit

 Sensor satelit bekerja dengan menggunakan remote


sensing hujan, merekam berbagai bagian dari
spektrum elektromagnetik yang secara teori dan
praktek menunjukan keterkaitannya terhadap
kejadian dan intensitas hujan.
Pengamatan Hujan Satelit (2)
Pengamatan Data Debit Aliran (Pos
Duga Air)

Pos duga air adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk


mengamati fluktuasi muka air (muka air sungai, danau,
waduk, air tanah dan air laut). Kerapatan pos duga air pada
suatu DAS ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:

 Kegunaan data (misal untuk: PLTA, Irigasi, Air Minum dll)


 Luas DAS, makin luas DAS akan makin banyak pos duga
air yang dibutuhkan (tergantung dari kebutuhan)
 Potensi SDA
Pengamatan Data Debit Aliran (Pos
Duga Air) (2)
Pengamatan Pada Pos Duga Air Biasa

 Pembacaan tinggi muka air dilakukan dengan


menggunakan papan duga/peilskal yang dipasang di
tepi sungai, dan dibaca dan dicatat oleh petugas
sesuai ketentuan yang berlaku,

 umumnya petugaas harus membaca TMA setiap haari


paa jam 6.00, 12.00 dan jam 17.00.
Pengamatan Pada Pos Duga Air Biasa
(2)
Pengamatan Pada Pos Duga Air
Otomatis

Pos duga air otomatis adalah pos pengamat fluktuasi muka air yang
dilengkapi dengan peralatan yang dapat mencatat secara otomatis.

Ada tiga (3) macam alat pencatat TMA tersebut yaitu :

-AWLR

-AWLL

-telemetri.
Automatic Water Level Recorder ­
AWLR

AWLR adalah alat yang merekam fluktuasi atau naik turunnya permukaan air
baik permukaan air sungai maupun air tanah per satuan waktu secara
mekanik.

Alat AWLR ada dua macam yaitu :

1. tipe horizontal, umumnya dipakai untuk mengukur fluktuasi muka air


sungai, alat ini dilengkapi dengan alat pembalik tangkai pena yang
berfungsi untuk mencatat TMA apabla pena telah mencapai batas tepi
kertas grafik.

2.tipe vertical, umumnya digunakan untuk mengukur fluktuasi muka air


tanah, dan sungai yang mempunyai fluktuasi muka air kecil, alat ini tidak
dilengkapi dengan alat pembalik tangkai pena seperti pada tipe horizontal
AWLR Vertikal Dan Horizontal
Hasil Pengamatan AWLR
Automatic Water Level Logger (AWLL)

 Automatic Water Level Logger (AWLL), alat ini


bekerja secara otomatis dan data tinggi muka air akan
terekam dalam bentuk digital dan tersimpan pada alat
logger dan pada jangka waktu tertentu (umumnya 2
atau 3 bulan).
Automatic Water Level Logger (AWLL)
Hasil Pengamatan AWLL
Pengukuran Aliran

 Agar dapat diperoleh data debit hasil pengukuran


sesaat disuatu penampang melintang disarankan
untuk menggunakan alat current meter.

 Alat current meter adalah alat untuk mengukur


kecepatan arus sungai secara langsung di lapangan
seperti gambar berikut ini :
Currentmeter
Pengukuran Currentmeter
Pengukuran Currentmeter (2)
Pengukuran Currentmeter (3)
Pengukuran Currentmeter (4)
Pengukuran Currentmeter (5)
FROM PENGUKURAN DEBIT ALIRAN ( STREAM FLOW (DISCHARGE)
MEASURMENT FROM )

Sungai/Parit : Lokasi Tipe Alat Ukur : A.OTT Pengamat : Dedi Soenardi


River/Stream : Sungai Puu Meter Type Observers
( Hulu )
Tanggal : 26 - 05 - 2016 Waktu di Mulai : 10.00 Waktu Berakhir :
Date Time Begin Time Ended

Kedalaman
No Titik Jam Dalam Sungai (D) Kecepatan Aliran Flow Velocity Luas Debit
pengukuran
Measurment Pada Kedalaman Pengukuran Rata - rata
Nr Time River Depth (D) Rata - rata Average Area
Depth At Measurment Depth Average
(m) (m) ( m) ( m/s ) ( m/s ) ( m/s ) (m2) (m3/s)
0.2 D= 0.52 V 0.2 = 0.19 0.14 0.17 ṽ 0.2 = 0.17
Kn 8.00 D= 2.60 0.6 D= 1.56 V 0.6 = 0.13 0.19 0.15 ṽ 0.6 = 0.16 ṽ= 0.15 26.75 4.102
0.8 D= 2.08 V 0.8 = 0.15 0.13 0.13 ṽ 0.8 = 0.14

0.2 D= 0.92 V 02 = 0.18 0.17 0.19 ṽ 0.2 = 0.18


As 8.30 D= 4.60 0.6 D= 2.76 V 0.6 = 0.20 0.20 0.20 ṽ 0.6 = 0.20 ṽ= 0.18 47.20 8.496
0.8 D= 3.68 V 0.8 = 0.16 0.16 0.16 ṽ 0.8 = 0.16

0.2 D= 0.50 V 0.2 = 0.06 0.06 0.06 ṽ 0.2 = 0.06


Kr 9.00 D= 2.50 0.6 D= 1.50 V 0.6 = 0.04 0.04 0.04 ṽ 0.6 = 0.04 ṽ= 0.05 26.33 1.404
0.8 D= 2.00 V 0.8 = 0.06 0.06 0.06 ṽ 0.8 = 0.06

Total 14.002
X 0
KOORDINAT
Y 0

`
Pengamatan Data Klimatologi

 Stasiun Klimatologi adalah suatu bangunan di lokasi terbuka berukuran minimum 6 x 10 m yang
didalamnya ditempatkan alat-alat pemantau cuaca terdiri atas:

 penakar hujan otomatis,


 penakar hujan biasa,
 termometer maksimum,
 termometer minimum,
 termometer bola kering,
 termometer bola basah,
 termohigrograf,
 panci penguapan,
 alat ukur lamanya penyinaran matahari,
 alat ukur energi radiasi matahari,
 alat ukur kecepatan angin,
 dan sangkar meteo.
Yang Diamati

 Radiasi Matahari
 Lamanya penyinaran matahari
 Suhu Udara
 Kelembaban Udara
 Tekanan Udara
 Penguapan (Evaporasi)
 Kecepatan Angin
 Curah Hujan (presipitasi)
Pencatat Radiasi Matahari

 Radiasi Matahari diukur dengan menggunakan alat


Actinograph yaitu alat untuk mengukur total intensitas
dari radiasi matahari dalam satu hari dan dinyatakan
dalam satuan Kalori/cm²/hari atau dalam W/m²,

 dan dinyatakan dalam luas area dari suatu grafik yang


tergambar pada kertas grafik selama periode
pengamatan.
Actinograph
Pencatat Lama Penyinaran Matahari

 Lama Penyinaran Matahari di ukur menggunakan alat


Campbell Stoke, data dalam satuan jam. Alat campbell
stoke terdiri atas bola kaca pejal terbuat dari bahan
gelas dengan diameter 4 inchi .
Campbell Stoke
Pencatat Suhu

 Lama Penyinaran Matahari di ukur menggunakan alat


Campbell Stoke, data dalam satuan jam. Alat campbell
stoke terdiri atas bola kaca pejal terbuat dari bahan
gelas dengan diameter 4 inchi .
Pencatat Suhu

 a) Termometer maksimum
 Cara kerja alat ini adalah jika suhu udara naik maka air raksa di dalam bola
akan memenuhi pipa dan keluar dari bagian penyempitan ke pipa kapiler
dan posisi air raksa tidak berubah bila suhu udara turun karena penyempitan
pipa kapiler akan menahan air raksa

 b) Termometer minimum.
 Cara kerja alat ini adalah pada saat alat dipasang, alkohol tersebar pada
seluruh tabung, setelah temperatur turun, maka alkohol akan mengalir dan
masuk ke dalam bejana. Alkohol akan terus turun hingga temperatur
minimum, apabila temperatur naik, alkohol akan tetap pada posisi
temperatur minimum.
Pencatat Suhu dan Kelembaban Udara

 Alat lain yang tersimpan dalam sangkar meteo adalah


Termohygrograph; alat ini mencatat secara otomatis
suhu dan kelembaban udara secara sekaligus.

 Termohygrograph dilengkapi dengan jam mekanik dan


dalam satu lembar kertas grafik dapat merekam
perubahan suhu (dibagian atas) serta kelembaban
udara yang terjadi (di bagian bawah) secara
bersamaan.
Hasil Pembacaan Termohygrograph
Pengukur Tekanan Udara

 Tekanan Udara diukur dengan menggunakan alat


barograph, alat ini mencatat tekanan udara yang
terjadi secara otomatis dalam bentuk grafik.
Barograph
Alat Pengukur Penguapan (Evaporasi)

 Untuk mengukur penguapan (evaporasi) pada pos


Klimatologi digunakan alat panci penguapanType A
(Pan "A") berupa panci dengan ukuran diameter 1,20
m yang terbuat dari plat baja dicat putih (kalau dari
Stainless Steel tidak perlu dicat) yang diletakan pada
penyangga kayu di atas tanah yang ditinggikan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
sirkulasi udara di bawah panci.
Panci Penguapan
Alat Pengukur Kecepatan Angin

 Kecepatan Angin diukur dengan menggunakan


Anemometer yang dipasang dengan menggunakan
tiang besi dengan ketinggian 2 m dari permukaan
tanah, berfungsi untuk mengukur kecepatan angin
dinyatakan dalam satuan km/hari
Anemometer
Penggunaan Data

 Analisis Hujan
 Analisis Banjir
 Analisis Ketersediaan Air
UTS
*DAS
1. Batas-batas DAS
2. Polygon Thiessen, Isohiyet
*Analisis Hujan
3. Hujan Wilayah
4. Hujan Maksimum
5. IDF
6. Hidrograp Hujan
7. Analisis Frekuensi (Gumbel, Log Pearson, Log Normal)
*Analisis Debit
Debit Andalan, Debit Sintetis
*Analisis Klimatologi
Analisis Evapotranspirasi (PET) metode penmann
*Analisis Ketersediaan Air
Model Hujan Limpasan (F.J Mock, NRECA)
• Kebutuhan Air Irigasi
• Debit untuk Irigasi
Sekian

Anda mungkin juga menyukai