Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI TEKNIK

(Aliran Permukaan (Pendugaan Debit Banjir / Debit Puncak Menggunakan


Metode Rasional))
Disusun oleh :
Kelompok/shift : 3/B1
Nama : 1. Tsabita Nur Aisyah (240110160067)
2. Dhur Rohma (240110160075)
3. Adhi Novik Epriyansyah (240110160078)
4. Faly Annada Zahira M (24011016086)
5. Rifqi Kurniawan (240110160087)
Hari, Tanggal : Sabtu, 09 Desember 2017
Jam : 09.00 11.00 WIB
Asisten Dosen : 1. Imam Fauzan
2. Mukhammad Ilham
3. Siti Sarah S.
4. Sulpa Yuda
5. Tiara Putri Dwi D.
6. Willi Munandar

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perubahan tata guna lahan pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
memberikan pengaruh yang cukup dominan terhadap debit banjir. Dampak dari
perubahan tata guna lahan ini adalah meningkatnya aliran permukaan langsung
sekaligus menurunnya air yang meresap ke dalam tanah melainkan lebih banyak
melimpas sebagai debit air sungai. Jika debit sungai ini terlalu besar dan melebihi
kapasitas tampung sungai, maka akan menyebabkan banjir.
Menyadari besarnya dampak yang ditimbulkan anomali iklim baik berupa
bencana banjir maupun kekeringan, maka ketersediaan data dan informasi iklim
secara cepat dan akurat menurut ruang dan waktu semakin dirasakan mendesak
untuk keperluan prediksi dalam rangka antisipasi. Dalam hal ini curah hujan
dihitung dengan analisis frekuensi yang dimulai dengan menentukan curah hujan
harian maksimum rata-rata. Kemudian menentukan parameter statistik untuk
memilih distribusi yang cocok. Data hujan harian ini kemudian ditransformasikan
menjadi intensitas hujan jam-jaman menggunakan metode mononobe untuk
menghitung debit puncak dengan metode rasional.
Debit adalah besaran yang menyatakan banyaknya air yang mengalir selama
1 detik yang melewati suatu penampang luas. Pada aliran sungai, debit terjadi
karena adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air yang berada di
ketinggian, misalnya disebuah puncak bukit atau gunung yang tinggi, dimana air
hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang
cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar
melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air. Debit sungai akan
selalu bervariasi sesuai presipitasi yang jatuh pada suatu tempat. Variasi debit
sungai menurut waktu dapat digambarkan dalam bentuk grafik yang disebut
hidrograf. Debit puncak merupakan salah satu yang menentukan terjadinya
limpasan. Limpasan akan terjadi ketika debit meningkat dan debit puncak tercapai.

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum kali ini di antaranya adalah :
1. Mahasiswa dapat menghitung debit puncak DAS menggunakan Metode
Rasional.
2. Mahasiswa dapat melakukan pendugaan debit banjir suatu DAS.
3. Mahasiswa memahami konsep dari metode rasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aliran Permukaan


Aliran permukaan adalah air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan
aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka
aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya
pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai
utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju
laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk,
rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah
Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang
berubah adalah wujud dan tempatnya (Arsyad, 2010).
Aliran permukaan dari suatu area merupakan hasil perpaduan dari seluruh
faktor Hidrologi dan Mmeteorologi di dalam suatu daerah aliran. Aliran permukaan
sangat bervariasi dalam jumlah, tidak hanya dari tahun ke tahun berikutnya,
maupun juga dari hari ke hari, dan jam ke jam. Tidak mungkin mendeteksi secara
kuantitatif pengaruh seluruh faktor terhadap aliran permukaan (Arsyad, 2010).
Faktor utama untuk menghitung aliran permukaan adalah iklim, tidak hanya
presipitasi dan evaporasi, tetapi juga dalam periode panjang seperti faktor tanah dan
vegetasi. Aliran permukaan dinyatakan dalam satuan cfs/cms = m3/s ini adalah laju
aliran air atau dapat dalam inci atau mm cm (ketebalan) (Arsyad, 2010).
Karena siklus hidrologi mengikuti hukum keseimbangan massa dari hujan
yang volumenya tertentu maka besarnya air yang mengalir di permukaan
tergantung dari besarnya air yang meresap kedalam tanah, demikian pula
sebaliknya. Kecepatan gerak aliran air di dua kondisi ini sangat jauh berbeda, v =
0,5 1,5 m/detik untuk aliran permukaan dan v = 0,0002 - 450 m/hari untuk aliran
air tanah. Oleh karena itu semakin besar air hujan yang masuk kedalam tanah, maka
secara relatif semakin baik, karena hal ini berarti semakin banyak tabungan air yang
kita punya, dan lagi pula air tanah akan keluar lagi ke permukaan secara perlahan.
Aliran permukaan langsung (run off) terjadi apabila jumlah curah hujan melampui
laju infiltrasi air ke dalam tanah (Arsyad, 2010).
Air hujan yang merupakan input jatuh ke permukaan, ada sebagian yang
hilang dan ada yang mengalami kelebihan. Aliran permukaan total (debit sungai)
berasal aliran permukaan langsung, aliran bawah permukaan (lapisan antara), dan
berasal dari debit air tanah hasil perkolasi dari air hujan. Volume total dari aliran
permukaan diakibatkan oleh faktor iklim (banyaknya presipitasi meliputi
banyaknya evapotranspirasi) dan faktor DAS (ukuran meliputi ketinggian).
Distribusi waktu limpasan (aliran permukaan) menurut Seyhan (1990), meliputi:
a. Faktor Meterologis
1. Presipitasi (tipe, intensitas, lama, agihan kawasan, agihan waktu, arah
gerakan hujan, frekuensi terjadinya, presipitasi yang mendahului)
2. Meteorologis (radiasi matahari, suhu, kelembaban, kecepatan angina,
tekanan atmosfer), yang mempengaruhi evapotranspirasi
b. Faktor DAS
1. Topografi (bentuk, kemiringan)
2. Geologi (permeabilitas dan kapasitas akuifer)
3. Tipe Tanah
4. Vegetasi (penutupan vegetasi, pertumbuhan tanaman dalam saluran)
5. Jaringan Drainase (urutan sungai dan kerapatan sungai)
c. Faktor Manusia
1. Struktur hidrolik
2. Teknik Pertanian
3. Urbanisasi

2.2 Sumber Aliran Permukaan


Aliran permukaan berasal dari presipitasi ke dalam tiga komponen sumber
yaitu run off, evaporasi, dan infiltrasi ke dalam tanah. Aliran permukaan berasal
dari curah hujan yang merupakan kelebihan dari laju kehilangan (penjumlahan
evaporasi dan infiltrasi). Kedua aliran permukaan berasal dari cairnya salju/es, salju
mencair merupakan sumber air permukaan penting di daerah iklim dingin. Contoh
beberapa sungai di Kanada, aliran permukaan dari pencairan salju menduduki 30
40% dari total run off daerah aliran. Ketiga kontribusi aliran permukaan berasal dari
tandon air tanah (Arsyad, 2010).
2.3 Prediksi Aliran Permukaan Metode Rasional
Metode rasional dalam menentukan laju puncak aliran permukaan
mempertimbangkan waktu konsentrasi. Menurut Haridjaja (1990), aliran
permukaan dari semua tempat dalam DAS telah mencapai titik pembuangan (outlet)
dan debit puncak aliran telah dicapai, jika hujan yang jatuh telah berlangsung
selama waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan oleh air
mengalir di permukaan tanah dari tempat terjauh dalam daerah aliran untuk
mencapai tempat keluarnya pada daerah tersebut (Arsyad, 2010). Persamaan yang
digunakan untuk menghitung puncak laju aliran permukaan dengan metode rasional
adalah sebagai berikut:
Q = 0,0028 x C x I x A (1)
di mana,
q: laju puncakaliran permukaan maksimum (m3/s)
C: koefisien aliran permukaan
I: intensitas hujan yang lamanya sama dengan waktu konsentrasi (mm/jam)
A : luas daerah aliran (ha)
Menurut Larson dan Reich (1973, dalam Arsyad, 2010), metode rasional
mengasumsikan frekuensi jatuhan hujan dan aliran permukaan adalah sama.
Metode ini merupakan penyederhanaan besaran-besaran terhadap suatu besaran
yang rumit. Metode ini umumnya digunakan untuk luasan DAS kurang dari 800
hektar.
Koefisien aliran permukaan (C) didefinisikan sebagai nisbah antara laju
puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang
mempengaruhi nilai koefisien aliran permukaan adalah laju infiltrasi tanah,
tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Sebelum ditetapkan nilai koefisien
aliran permukaan (C) diperlukan penetapan interval kejadian hujan yang
digunakan, luas DAS yang bersangkutan, dan jenis penggunaan lahan, keadaan
topografi, serta sifat-sifat tanah tersebut (Arsyad, 2010).

2.4 Proses Run Off


Diskripsi proses run off dapat diawali dengan pertanyaan, Apa yang terjadi
apabila presipitasi mencapai permukaan tanah? Apabila presipitasi mencapai
permukaan tanah, sebagian infiltrasi ke dalam tanah atau mengalir di atas
permukaan menuju saluran air (Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Sebelum mencapai permukaan presipitasi terhadang oleh vegetasi, bagian ini
disebut intersepsi. Hujan yang sedikit jatuh pada hutan yang sudah berkembang
baik mungkin tidak pernah mencapai tanah. Apabila kapasitas intersepsi tercapai,
sisa hujan mencapai tanah dan tersedia untuk infiltrasi atau aliran permukaan
(Sosrodarsono dan Takeda, 2006).
Pengukuran intersepsi oleh pepohonan di dalam hutan lebat, dapat dilakukan
dengan memasang penakar hujan secara acak di bawah vegetasi, dan dibandingkan
dengan pengukuran di tempat terbuka. Pada hutan yang sudah berkembang
intersepsi mencapai 2 40% curah hujan, tergantung tipe pohon/tajuk. Misalnya
Eucalyptus di Australia 2 3% intersepsi. Hutan cemara di Norwegia kira-kira
25%, dan hutan cemara di California dan Douglas di atas 40% (Sosrodarsono dan
Takeda, 2006).

2.5 Konsentrasi Aliran


Air hujan yang jatuh diseluruh daerah tangkapan akan terkonsentrasi
(mengalir menuju) suatu titik kontrol. Waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan oleh partikel air untuk mengalir dari titik terjauh didalam daerah
tangkapan sampai titik yang ditinjau. Waktu konsentrasi tergantung pada
karakteristik daerah tangkapan, tataguna lahan, dan jarak lintasan air dari titik
terjauh sampai stasiun yang ditinjau (Asdak, 2002).
1. Konsentrasi aliran di suatu DAS dapat dibedakan menjadi tiga tipe tanggapan
DAS, meliputi (Asdak, 2002):
a. Tipe pertama terjadi apabila durasi hujan efektif sama dengan waktu
konsentrasi. Semua air hujan yang jatuh di DAS telah terkonsentrasi di
titik kontrol, sehingga debit aliran mencapai maksimum. Pada saat itu
hujan berhenti dan aliran berikutnya di titik kontrol tidak lagi aliran dari
seluruh DAS, sehingga debit aliran berkurang secara berangsur-angsur
sampai akhirnya kembali nol dan hidrograf berbentuk segitiga. Tipe
tanggapan DAS seperti ini disebut aliran terkonsentrasi.
b. Tipe kedua terjadi apabila durasi hujan efektif lebih lama daripada waktu
konsentrasi. Pada keadaan ini aliran terkonsentrasi pada titik kontrol,dan
debit maksimum tercapai setelah waktu aliran sama dengan waktu
konsentrasi. Waktu resesi sama dengan waktu konsentrasi. Tiap anggapan
DAS seperti ini disebut aliran superkonsentrasi.
c. Tipe ketiga terjadi apabila durasi hujan efektif lebih pendek daripada
waktu konsentrasi. Pada keadaan ini debit aliran di titik kontrol tidak
mencapai nilai maksimum. Setelah hujan berhenti, aliran berkurang
sampai akhirnya menjadi nol. Tipe tanggapan seperti ini disebut aliran
subkonsentrasi. Apabila durasi hujan lebih kecil dari waktu konsentrasi,
intensitas hujan akan lebih tinggi.

2.6 Koefisien Aliran Permukaan (C)


Salah satu konsep penting dalam upaya mengendalikan banjir adalah
koefisien aliran permukaan (run off) yang biasa dilambangkan dengan C. Koefisien
C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap
intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi
tanah, tanaman penutup tanah dan, intensitas hujan (Arsyad, 2010).
Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau
persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan
intensitas hujan. Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju
infiltrasi turun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi oleh kondisi
kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang juga mempengaruhi nilai C adalah air
tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi (Murtiono,
2008).

2.7 Intensitas Curah Hujan


Curah hujan atau presipitasi merupakan elemen dari hidrometeor, yaitu
kumpulan partikel-partikel cair atau padat yang jatuh atau melayang di dalam
atmosfer yang merupakan hasil dari proses kondensasi uap air di udara (awan).
Intensitas curah hujan merupakan fungsi dari besarnya curah hujan yang terjadi dan
berbanding terbalik dengan waktu kejadiannya. Artinya besarnya curah hujan yang
terjadi akan semakin tinggi intensitasnya bila terjadi pada periode waktu yang
semakin singkat (Sostrodarsono dan Takeda, 2006).
Intensitas hujan adalah tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan diperoleh dengan cara melakukan
analisis data curah hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Curah hujan
yang diperlukan untuk pembuatan rancangan dan rencana (perhitungan potongan
melintang dan lain-lain) adalah curah hujan jangka waktu yang pendek dan bukan
curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan tahunan atau bulanan.
Curah hujan tersebut berdasarkan volume debit (yang disebabkan oleh curah hujan)
dari daerah pengaliran yang kecil seperti perhitungan debit banjir, rencana peluap
suatu bendungan, gorong-gorong melintasi jalan dan saluran, selokan-selokan
samping (Sostrodarsono dan Takeda, 2006).
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2010), data yang meliputi kriteria
perancangan hidrologi adalah dengan perkiraan hujan rencana, analisis frekuensi
terhadap curah hujan menggunakan metode-metode yang mengacu pada tata cara
perhitungan debit desain saluran (Sostrodarsono dan Takeda, 2006).

2.8 Pendugaan Debit Puncak


Sebagian besar DAS yang akan dilakukan perencanaan pengelolaan DAS
kurang tersedia data hidrologi yang memadai, untuk itu diperlukan suatu
pemodelan hidrologi yang sesuai dengan kondisi biofisik DAS tersebut (Murtiono
2008). Pemodelan hidrologi sudah sejak lama diterapkan (Murtiono 2008). Prediksi
debit maksimum (metode rasional) yang berdasarkan pada curah hujan, luas DAS,
dan karakteristik DAS telah diperkenalkan pada tahun 1850 oleh Mulvaney
(Fleming 1979 dalam Murtiono 2008).
Metode rasional dalam menentukan laju puncak aliran permukaan (debit
puncak) mempertimbangkan waktu konsentrasi, yaitu waktu yang dibutuhkan air
yang mengalir di permukaan tanah dari tempat yang terjauh sampai tempat
keluarnya (outlet) di suatu daerah aliran (Arsyad 2010). Metode rasional adalah
metode lama yang masih digunakan hingga sekarang untuk memperkirakan debit
puncak. Latar belakang metode rasional adalah jika curah hujan dengan intensitas
I terjadi secara terus-menerus , maka laju limpasan langsung akan bertambah
sampai mencapai waktu konsentrasi tc. Waktu konsentrasi tc tercapai ketika seluruh
bagian DAS telah memberikan kontribusi aliran di outlet. Laju masukan pada
sistem adalah hasil curah hujan dengan intensitas I pada DAS dengan luas A. Nilai
perbandingan antara laju masukan dengan laju debit puncak (Qp) yang terjadi pada
saat tc dinyatakan sebagai run off coefficient (C) dengan nilai 0<=C<=1 (Asdak,
2002).
Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran
puncak (debit banjir atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973).
Metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha
(Goldman et.al., 1986, dalam Suripin, 2004). Metode Rasional dikembangkan
berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam
dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu
konsentrasi (tc). Persamaan matematik Metode Rasional adalah sebagai berikut
(Suripin, 2004):
Q=0,278.C.I.A .. (1)
dimana :
Q : Debit (m3/detik)
0,278 : Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
C : Koefisien aliran
I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A : Luas daerah aliran (km2)
Di wilayah perkotaan, luas daerah pengaliran pada umumnya terdiri dari
beberapa daerah yang mempunyai karakteristik permukaan tanah yang berbeda
(sub-area), sehingga koefisien pengaliran untuk masing-masing sub-area nilainya
berbeda, dan untuk menentukan koefisien pengaliran pada wilayah tersebut
dilakukan penggabungan dari masing-masing sub-area. Variabel luas DAS
dinyatakan dengan Aj dan koefisien pengaliran dari tiap DAS dinyatakan dengan
Cj (Suripin, 2004).
Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit
rencana sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat
ditampung oleh sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan
teralirkan (Suripin, 2004).
Beberapa asumsi dasar untuk menggunakan metode rasional adalah (Suripin,
2004):
1. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam jangka waktu tertentu,
setidaknya sama dengan waktu konsentrasi.
2. Limpasan langsung mencapai maksimum ketika durasi hujan dengan
intensitas tetap sama dengan waktu konsentrasi.
3. Koefisien run off dianggap tetap selama durasi hujan.
4. Luas DAS tidak berubah selama durasi hujan.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan ketika praktikum antara lain :

1. Alat Tulis
2. Kalkulator
3. Laptop
4. Modul Praktikum Hidrologi

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan ketika praktikum :

1. Data kemiringan, tekstur, luas, dan jenis tanah


2. Tabel koefisien run off (C)

3.3 Prosedur pelaksanaan


Prosedur pelaksanaan pada praktikum kali ini adalah:

1. Menyalakan laptop;
2. Membuka program Ms. Excel;
3. Menentukan koefisien jenis lahan hutan, lahan pertanian, dan lahan
pemukiman;
4. Menghitung panjang maksimum aliran;
5. Menghitung kemiringan lereng dengan membagi beda ketinggian antara titik
pengamatan dan lokasi terjauh DAS dengan panjang maksimum aliran;
6. Menghitung waktu konsentrasi yang diperlukan oleh air untuk mencapai titik
pengamatan aliran;
7. Menghitung intensitas curah hujan pada periode ulang 50 tahun dan 100
tahun;
8. Menghitung pendugaan debit banjir pada periode ulang 50 tahun dan 100
tahun
BAB IV
HASIL

4.1 Tabel
Tabel 1. Nilai Koefisien Run Off (C)
Jenis Lahan Kemiringan Tekstur Tanah
(%) Lempung Lempung berliat/ Liat
berpasir lempung berdebu

Hutan 0- 5 0.1 0.3 0.4


5 - 10 0.25 0.35 0.5
10 - 30 0.3 0.5 0.6

Padang 0- 5 0.1 0.3 0.4


Rumput
5 - 10 0.15 0.35 0.55
10 - 30 0.2 0.4 0.6

Tanah yang 0- 5 0.3 0.5 0.6


telah di olah 5 - 10 0.45 0.6 0.7
10 - 30 0.5 0.7 0.8

Tanah Padat 0.9 0.9 0.95


/Pemukiman

Tabel 2. Pengukuran Debit dengan Metode Rasional


Kemiringan
Luas
Jenis Lahan Tekstur Tanah Rata-rata C C*A
(km2)
(%)
Hutan Lempung Berdebu 10 - 30 25786 0.5 12893
Tanah
Pertanian
- sawah Lempung Berliat 3-5 34678 0.5 17339
- ladang Lempung Berpasir 5 - 10 15543 0.45 6994.35
Pemukiman Lempung Berliat 5 - 10 7564 0.9 6807.6
Total = 83571 44033.95
C rata2 0.527

4.2 Perhitungan
1. Total luas = 25786 + 34678 + 15543 + 7564
= 83571 km2
2. C x A
Hutan = 0,5 x 25786
= 12893
Sawah = 0,5 x 34678
= 17339
Ladang = 0,45 x 15543
= 6994,35
Pemukiman= 0,9 x 7564
= 6807,6
Total = 12893 + 17339 + 6994,35 + 6807,6
= 44033,95
3. C rata-rata = (Total C x A) : (Total Luas)
= 44033,95 : 83571
= 0,527
4. L = 23600
5. Delta H = 1100
6. s = Delta H : L
= 1100 : 23600
= 0.046610169
7. Tc = 0,0195 L0,77 S-0,385
= 0,0195 (23600)0,77 (0.046610169)-0,385
= 147,85 menit
= 2,46 jam
8. R24 untuk periode ulang 50 tahun = 250
R24 untuk periode ulang 100 tahun = 360
2
24 24 3
9. I = ()
24
2
250 24 3
I50 = (2,46) = 47.50754273 mm/jam
24
2
360 24 3
I100 = (2,46) = 68.41086154 mm/jam
24

10. Q = 0,278 x C x I x A
Q50 = 0,278 x 0527 x 47.50754273 x 83571
= 581560.6437 m3/detik
Q100 = 0,278 x 0527 x 68.41086154 x 83571
= 837447.3269 m3/detik
Tsabita Nur Aisyah
240110160067

BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini praktikan melakukan pengukuran terhadap aliran


permukaan yang dilakukan dengan menggunakan analisis pendugaan debit banjir
dengan menggunakan metode rasional. Pendugaan debit banjir dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya kondisi lahan yang berbbeda-beda. Perbedaan jenis
lahan ini meliputi bentuk tekstur dan kekuatan dalam penyerapan air hujan tersebut,
maupun jenis lahan yang ada di daerah tersebut. Secara umum terdapat empat jenis
lahan dengan kemiringan yang berbeda beda, yang meliputi jenis lahan hutan,
pada rumput, tanah yang telah diolah menjadi perkebunan atau sebagainya, dan
lahan yang telah dijadikan pemukiman. Dalam setiap daerah terdapat kemiringan
yang berbeda beda yang mempengaruhi nilai besar kecilnya run off pada suatu
lahan. Sedangkan tekstur tanah pada umumnya terdapat tiga jenis, yaitu jenis tanah
yang lempung berpasir, lempung berliat atau berdebu dan jenis tanah yang liat.
Perngkuran dilakukaan berdasarkan data yang diberikan oleh asisten dosen.
Terdapat data yang menunjukan jenis lahan dan tanahnya, yang data tersebut
kemudoan akan digunakan untuk mengetahui nilai koefisien aliran (C) pada setiap
jenis tanah tersebut. Namun untuk mendapatkan hasil koefisien rata rata,
dilakukan perhitungan luas daerahnya, karena koefisien aliran dipengaruhi oleh
luas permukaan pada setiap jenis lahannya. Dengan diperolehnya nilai koefisien
aliran (C), jenis lahan, waktu konsentrasi, dan intensitas pada daerah tersebut,
praktikan dapat menghitung nilai debit dari curah hujan tersebut.
Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu perjalanan yang diperlukan oleh air
dari tempat yang paling jauh, yaitu hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) hingga tempat
pengukuran. Nilai Tc dapat diketahui dengan perhitungan menggunakan nilai
panjang aliran tersebut dan kemiringan lereng. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
nillai Tc sebesar 147,85 menit atau setara dengan 2,46 jam. Dengan mengetahui Tc,
diketahui hasil dari Intensitas Curah Hujan pada dua periode, yaitu pada periode 50
tahun dan 100 tahun dengan nilai masing masing sebesar 0,0475 mm/jam dan
0,0684 mm/jam. Dari data tersebut dapat dihitung nilai debit pada periode
perulanagna 50 tahun daan periode perulangan 100 tahun dengan nilai debit
masing-masing perulangan adalah sebesar 161544,4725 m3/s dan 232624,04 m3/s.
Terlihat bahwa semakin lama periode perulangannya maka debit air cenderung
bertambah, dan semakin besar nilai Tcnya maka semakin besar pula nilai debitnya.
Dengan mengetahui nilai besar suatu debit air hujan, maka dapat dilakukan
antisipasi kelebihan air hujan yang turun, pendugaan terjadinya banjir, dan
membuat penyaluran yang baik untuk daerah sekitar untuk mencegah terjadinya
banjir.
Faktor -faktor yang mempengaruhi perhitungan nilai debit dipengaruhi
oleh, jenis lahan secara umum, luas permukaan daerah, dan waktu konsentrasi.
Daalam perhitungan debit ini , waktu yang dibutuhkan untuk mencari besar debit
tidak bisa dilaakukan dalam waktu yang singkat, perlu berpuluh puluh tahun
untuk mengetahui besar debit hujan suatu lahan secara optimal. Oleh karena ituu,
diperlukan pengukuran secara berkala dengan penyimpanan data yang sangat
minim, agar dapat dilakukan pengukuran, dan diperoleh hassil yang maksimal.
Dhur Rohma
240110160075

BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini, praktikan melakukan pendugaan debit banjir atau debit
puncak menggunakan metode rasional. Pengukuran menggunakan metode rasional
ini dilakukan dengan cara memperhatikan jenis tanah, kemiringan, dan tekstur
tanah yang diukur. Tekstur tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
besarnya laju infiltrasi dan besarnya aliran permukaan. Jika tekstur tanah berpasir,
tanah akan lebih cepat meyerap air karena pori-pori tanah tersebut besar, sehingga
aliran permukaan akan lebih kecil. Jika tanah memiliki tekstur liat, maka air lebih
lambat untuk masuk ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan akan lebih besar.
Hal ini dapat diketahui dari tabel koefisien Run Off yang menunjukkan semakin liat
tekstur tanah, maka nilai Run Off semakin besar.
Dari perhitungan tersebut, maka didapatkan nilai koefisien rata-rata Run Off
yang didapatkan dari total koefisien Run Off dikali luas lalu dibagi total luas lahan
adalah 0,527. Kemudian dihitung waktu konsentrasi yaitu sebesari 147,85 menit
atau 2,46 jam.
Setelah mendapatan data-data tersebut, diketahui nilai intensitas curah
hujan untuk periode ulang 50 tahun adalah 47.50754273 mm/jam. Sementara nilai
intensitas curah hujan untuk periiode ulang 100 tahun adalah 68.41086154 mm/jam.
Sehingga didapatkan debit untuk periode ulang 50 tahuin adalah 581560.6437
m3/detik dan debit untuk periode ulang 100 tahun adalah 837447.3269 m3/detik.
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa besarnya nilai kemiringan suatu
lahan berbanding lurus dengan nilai aliran permukaannya. Hal ini karena
kesempatan air masuk ke dalam tanah lebih kecil pada lahan yang memiliki
kemiringan yang besar. Panjang lintasan juga mempengaruhi aliran permukaan air.
Semakin panjang lintasan maka semakin besar juga aliran permukaannya.
Dalam praktikum ini, dihitung pendugaan debit banjir untuk 50 tahun
kedepan dan 100 tahun kedepan. Hasil pendugaan ini dapat digunakan untuk
mengantisipasi terjadinya banjir yang akan terjadi akibat aliran permukaan tersebut.
Faly Annada Z.M
240110160086
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan mengenai


pendugaan debit banjir (debit puncak) dengan menggunakan metode rasional.
Dimana metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari
300 ha dengan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai
intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengalirannya. Pengukuran debit
ini dilakukan pada data suau perencanaan Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang
dengan pengamatan data yang didapatkan dari DAS Sumedang.
Hal yang pertama dilakukan oleh praktikan adalah memahami pembacaan
tabel nilai koefisien run off (c) yang terdapat dalam modul penuntun praktikum
hidrologi. Selanjutnya adalah praktikan menganalisis permasalahan yang telah
diberikan, dimana didalam permasalahan tersebut praktikan diharapkan dapat
menentukan nilai intensitas curah hujan dan menentukan debit banjir yang terjadi
untuk periode ulang 50 tahun dan 100 tahun. Dimana data dalam permasalahan
tersebut yakni adanya suatu tiga jenis lahan, diantaranya adalah hutan, tanah
pertanian (sawah dan ladang) dan pemukiman. Dari tiga jenis lahan tersebut
memiliki tekstur tanah dan kemiringan rata-rata yang berbeda, dimana tekstur tanah
dan kemiringan rata-rata pada jenis lahan hutan, sawah, ladang, dan pemukiman
masing-masingnya adalah lempeng berdebu dan 10-30, lempung berliat dan 3-5,
lempung berpasir dan 5-10, lempung berliat dan 5-10. Berdasarkan tabel nilai
koefisien run off, maka nilai koefisien (C) dari kemiringan rata-rata pada masing-
masing jenis lahan adalah hutan sebesar 0.5, sawah sebesar 0.5, ladang 0.45, dan
pemukiman sebesar 0.9. Sedangkan luas dari masing-masing lahan tersebut adalah
hutan sebesar 25786 km2 , sawah sebesar 34678 km2 , ladang sebesar 15543 km2 ,
dan pemukiman sebesar 7564 km2 .
Setelah mendapatan data-data tersebut, diketahui nilai intensitas curah hujan
untuk periode ulang 50 tahun adalah 47.50754273 mm/jam. Sementara nilai
intensitas curah hujan untuk periiode ulang 100 tahun adalah 68.41086154 mm/jam.
Sehingga didapatkan debit untuk periode ulang 50 tahuin adalah 581560.6437
m3/detik dan debit untuk periode ulang 100 tahun adalah 837447.3269 m3/detik.
Perbedaan nilai intensitas curah hujan ini dipengaruhi dari data hasil anilisis
frekuensi sebaran normal diperoleh R24 maksimum sebesar 250 mm untuk periode
ulang 50 tahun dan 360 mm untuk periode ulang 100 tahun. Sehingga, nilai
intensitas curah hujan berbanding lurus dengan frekuensi sebaran normal, dimana
apabila nilai frekuensi sebaran normal besar maka nilai intensitas curah hujan
semakin besar. Begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai frekuensi sebaran normal
maka semakin kecil nilai intensitas curah hujan. Perbedaan yang terjadi pada nilai
debit banjir pada periode ulang 50 tahun dan 100 tahun ini dipengaruhi berdasarkan
nilai intensitas curah hujan, koefisien run off rata-rata, serta nilai total luas lahan.
Nilai debit banjir berbanding lurus dengan nilai intensitas curah hujan, apabila nilai
intensitas curah hujan besar maka nilai debit banjir besar. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil nilai intensitas curah hujan maka semakin kecil nilai debit banjir. Hal
ini sesuai dengan teori mengenai pendukaan debit banjir/ debit puncak
menggunakan metode rasional tentang aliran permukaan yang terdapat pada modul
penuntun praktikum hidrologi.
Nama : Rifqi Kurniawan

NPM : 240110160087

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum Hidrologi Teknik kali ini melakukan pengukuran debit


sungai dengan menggunakan metode rasional serta menentukan besarnya debit
maksimum (limpasan). Data debit banjir sangat penting untuk memberikan data
berupa informasi penting untuk pengelola sumber daya air. Hal ini sangat
membantu dalam perancangan bangunan pengendali banjir. Debit banjir dapat
dihitung dengan menggunakan banyak cara tergantung dari data yang tersedia. Bila
tidak tersedia debit banjir maka dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus-
rumus empiris. Metode rasinonal hanya menggunakan data hujan atau curah hujan
yaitu berhubungan dengan intensitas curah hujan. Pada metode ini berasumsi
bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di
seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi
(Tc). Waktu konsentrasi Tc sendiri adalah waktu perjalanan yang diperlukan oleh
air dari tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan aliran
(outlet).
Perhitungan dilakukan menggunakan Mc Excel. Didapatkan tabel nilai
tekstur tanah berdasarkan jenis lahan dan kemiringannya. Tabel ini digunakan
untuk mengetahui nilai koefisien run off (C). Koefisien run off pada lahan hutan
lempung berdebu dengan kemiringan 10 30 % sebesar 0.5, koefisien run off pada
tanah pertanian sawah lempung berliat dengan kemiringan 3 5 % sebesar 0.5,
koefisien run off pada tanah pertanian ladang lempung berpasir dengan kemiringan
5 10 % sebesar 0.45, koefisien run off pada pemukiman lempung berliat dengan
kemiringan 5 10 % sebesar 0.9. Sehingga didapatkan nilai rata-rata koefisien run
off sebesar 0.527.
Hasil pengukuran yang didapatkan adalah nilai ketinggian titik pengamatan
(H) adalah 1100 m, nilai panjang maksimum aliran (L) adalah 23,6 km nilai
kemiringan lereng (s) adalah 0,04661016949 yang didapatkan dari perbandingan
antaran H dengan L. Kemiringan lereng itu sendiri merupakan perbandingan
ketinggian antara titik pengamatan dengan lokasi terjauh pada DAS dengan
panjang maksimum. Setelah itu praktikan menghitung nilai Tc yang berarti waktu
perjalanan yang diperlukan oleh air dari tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampe
ke titik pengamatan aliran (outlet) . Nilai Tc yang didapatkan adalah selama
147,859174 menit. Perhitungan nilai I untuk periode 50 tahun sebesar 0,047504882
m/jam dan untuk periode 100 tahun sebesar 0,06840703 m/jam
Untuk mengetahui nilai debit banjir yaitu dengan menggunakan rumus pada
modul. Untuk melakukan perhitungan Q (debit), maka nilai C (koefisien run off)
perlu dicari dengan melihat tabel yang terdapat pada modul yang terdapat data
kemiringan dan tekstur tanah pada sekitar DAS. Berdasarkan hasil yang didapatkan
dari pengukuran debit banjir dengan metode rasional dan dengan perhitungan
penjumlahan dari tiap jenis lahan yaitu debit banjir pada periode 50 tahun sekitar
161544,6232 m3/detik. Sedangkan untuk debit banjir periode 100 tahun sekitar
232624,2575 m3/detik. Dapat disimpulkan bahwa debit banjir yang paling tinggi
yaitu pada periode 100 tahun.
Pada pengukuran dan perhitungan waktu konsentrasi (time of concentration,
TC) menggunakan rumus yang terdapat pada modul. Waktu konsentrasi (time of
concentration, TC) merupakan waktu perjalanan yang diperlukan oleh air dari
tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan aliran (hilir DAS).
Ketika angka kemiringan lereng semakin tinggi maka waktu perjalanan aliran air
dari hulu menuju hilir akan lebih cepat dan sebaliknya jika kemiringan lereng relatif
datar maka waktu perjalanan aliran air dari hulu menuju hilir akan membutuhkan
waktu yang lama. Untuk melakukan perhitungan TC maka nilai kemiringan lereng
perlu dicari terlebih dahulu dengan rumus beda ketinggian antara titik pengamatan
dengan lokasi terjauh pada DAS dibagi dengan panjang maksimum aliran.
Berdasarkan rumus perhitungan tersebut nilai kemiringan lereng didapat yaitu
sekitar 0,04661017. Dari hasil pencarian kemiringan lereng tersebut maka nilai TC
dapat dilakukan perhitungan dengan hasil 147,85 menit.
Tsabita Nur Aisyah
240110160067

BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Analisis Pendugaan Debit Banjir dengan menggunakan metode rasional
dilaakukan untuk mengetahui nilai debit banjir pada suatu daerah;
2. Debit banjir dipengaruhi oleh jenis lahan pada suatu daerah, jenis tanah
pada lahan tersebut, kemiringan lahan dan luas permukaan tiap lahan;
3. Dalam perhitungan debit banjir, perlu diketahui koefisien aliran untuk
mengetahui intensitas aliran hujan dan waktu konsentrasinya;
4. Pada periode perulangan 50 tahun diperoleh debit hujan sebesar
161544,4725 m3/s ;
5. Pada periode perulangan 100 tahun diperoleh debit hujan sebesar
232624,04 m3/s ;
6. Semakin lama periode perulangannya maka debit air cenderung
bertambah;
7. Pengukuran dilakukan dalam beberapa puluh tahun untuk menghasilkan
nilai yang optimal;
Dhur Rohma
240110160075

BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya serap air ke dalam tanah
adalah tekstur tanah.
2. Besarnya kemiringan suatu lahan berbanding lurus dengan besarnya
aliran permukaan.
3. Panjang lintasan suatu aliran permukaan berbanding lurus dengan besar
aliran permukaannya.
4. Pendugaan debit banjir digunakan untuk mengantisipasi banjir yang
akan terjadi akibat aliran permukaan.
Faly Annada Z.M
240110160086

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Debit air sungai adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang
melintang dengan persatuan waktu yang besarnya dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik (m3/detik).
2. Pengukuran debit merupakan suatu proses pengukuran kecepatan, kedalaman,
dan lebar aliran. Prinsip dari adanya pelaksanaan pengukuran debit adalah
dengan mengukur luas penampang dan kecepatan aliran.
3. Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang
terjadi memiliki intensitas seragam dan merata.
4. Nilai koefisien Run Off (C) ditentukan dari jenis lahan, kemiringan lahan, dan
tekstur tanah.
5. Debit dipengaruhi oleh waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, kemiringan
lahan, tekstur tanah dan koefisien Run Off.
Nama : Rifqi Kurniawan
NPM : 240110160087

BAB VI
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :


1. Pengukuran aliran permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode salah
satunya adalah dengan menggunakan metode rasional.
2. Debit banjir dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain, intensitas
hujan, koefisien aliran, dan luas daerah aliran sungai.
3. Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu perjalanan yang diperlukan oleh air dari
tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan aliran
(outlet).
4. Intensitas curah hujan pada periode ulang 50 tahun sebesar 0,047504882
m/jam dan intensitas curah hujan pada periode ulang 100 tahun sebesar
0,06840703 m/jam.
5. Periode ulang 50 tahun diperoleh debit sebesar 161564,8 m3/s sedangkan
pada periode ulang 100 tahun diperoleh debit sebesar 232653,32 m3/s.
6. Semakin lama waktu periode ulang maka nilai debitnya semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak C. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Murtiono UH. 2008. Kajian Model Estimasi Volume Limpasan Permukaan, Debit
Puncak Aliran, Dan Erosi Tanah. (22, No. 2, Desember 2008: 169-185)

Seyhan E. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Sosrodarsono S, dan Takeda K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT.


Pradnya Paramitha.

Suripin. 2004. Pendugaan Debit Puncak. Terdapat pada: http://e-journal.uajy.ac.id


(Diakses pada tanggal 11 Desember 2017 pukul 20.32 WIB)
FORMAT PENILAIAN ANGGOTA KELOMPOK
Tabel 2. Lembar Penilaian Keaktifan dalam Kelompok Praktikum

Tsabita Nur A. Dhur Rohma Adhi Novik E. Faly Annada Z. Rifqi Kurniawan

240110160067 240110160075 240110160078 240110160086 240110160087

Penilaian 1
86 88 85 87

Penilaian 2
85 86 87 88

Penilaian 3
87 88 86 85

Penilaian 4
86 85 87 86

Penilaian 5
88 87 85 88

Rata - Rata
86.5 86.5 86.5 86.5 86.5

Anda mungkin juga menyukai