Anda di halaman 1dari 22

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROLOGI TEKNIK
(07. Infiltrasi: Analisis Laju Infiltrasi dengan Metode Philip dan Metode Horton)

Oleh :

Kelompok / Shif : Kelompok 24 / Shift A

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 9 November 2022

Nama (NPM) : 1. Fuad Hasan (240110180048)

2. Hatif Adlirrahman (240110180098)

Asisten Praktikum : 1. Raisyal Fahrezi Ar-Riyadh

2. Bagas Rizki Rachmat

3. Yehezkiel Simatupang

4. Sunnia Fadilah Hapsono

5. Rieke Febrianti Amran

DAPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

2022
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM: 240110180027

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infiltrasi merupakan proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui
pori-pori tanah kedalam tanah. Menurut siklus hidrologi, air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi sebagian akan ada yang meresap ke dalam tanah dan sebagian
akan ada yang mengisi bagian cekungan tanah serta sisa dari air yang jatuh tersebut
dapat menjadi overland flow. Dilihat dari segi hidrologi, infiltrasi ini sangatlah
penting karena infiltrasi menandai peralihan air permukaan yang bergerak cepat
menuju air tanah yang bergerak lambat dalam air tanah. Infiltrasi dapat berpengaruh
terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga terhadap laju aliran
permukaan (run off).
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya, seperti
derajat kemampatannya, kandungan air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan
nisbi air dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah karena
dipengaruhi oleh pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula
oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah. Proses berlangsungnya
air masuk ke permukaan tanah disebut dengan laju infiltrasi. Laju infiltrasi ini
dipengaruhi oleh struktur, tekstur, kelengasan tanah, kadar tersuspensi dalam air
juga waktu.
Proses infiltrasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti, tekstur dan
struktur tanah, persediaan air awal (kelembaban awal), kegiatan bilogis, unsur
organik, jenis serasah, dan tumbuhan bawah atau tajuk penutup tanah lainnya.
Infiltrasi dapat berubah-ubah sesuai dengan intensitas hujan. Banyaknya infiltrasi
akan berlangsung terus menerus sesuai dengan kecepatan absorpsi setiap tanah.
Suatu lokasi dan tanah yang sama, kapasitas infiltrasinya berbeda-beda, tergantung
dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah, dan tumbuhan yang tumbuh di sekitar
tanah. Oleh karena itu setelah melihat uraian di atas, maka diperlukan percobaan
atau pengamatan untuk mengetahui laju infiltrasi suatu tanah, hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan double ring.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan mampu menghitung laju infiltrasi dari data-data yang diberikan
dengan menggunakan persamaan Philip dan persamaan Horton;
2. Mampu menghitung volume laju infiltrasi dan data-data dengan persamaan
yang ada; dan
3. Mampu menganalisis laju infiltrasi suatu daerah berdasarkan perhitungan
yang dilakukan.

1.3 Metodologi Praktikum


1.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Alat tulis; dan
2. Laptop.

1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah data infiltrasi yang
telah didapatkan dari asisten dosen.

1.4 Metode Pelaksanaan


Langkah-langkah dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Membuka Microsoft Excel;
2. Membuat tabel untuk metode Philip;
3. Menginput data dan melakukan perhitungan dengan menggunakan metode
Philip;
4. Membuat tabel untuk metode Horton;
5. Menginput data dan melakukan perhitungan dengan menggunakan metode
Horton;
6. Membuat grafik untuk memperoleh nilai gradien untuk mengitung volume
infiltrasi; dan
7. Melakukan perhitungan untuk mendapatkan volume infiltrasi.
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180098

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infiltrasi
Infiltrasi merupakan gerakan air dari permukaan tanah yang tidak kedap air
masuk ke dalam tanah karena adanya gaya grafitasi dan gaya kapiler tanah. Infiltrasi
mempunyai arti penting terhadap proses limpasan dan pengisian lengas tanah dan
air tanah pengisi lengas tanah. Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang
dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah, air
akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat
lambat. Pengisian lengas tanah dan air tanah pengisi lengas tanah adalah penting
untuk tujuan pertanian. Permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang
berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat diperoleh dari
kenaikan kapiler air tanah (Renhardika dkk, 2014).
Kapasitas Infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah
tertentu. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan
tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih
kecil dari pada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah
hujan. Laju Infiltrasi adalah laju infiltrasi nyata suatu jenis tanah tertentu. Laju
infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas
curah hujan, yaitu milimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak kembali
lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah untuk
seterusnya mengalir ke sungai disekitar (Fauzani, 2012).

2.2 Proses Infiltrasi


Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang masuk
kedalam tanah dalam suatu periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada
suatu tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Nilai laju inilah
yang kemudian disebut laju perkolasi, ketika air hujan jatuh di atas permukaan
tanah, tergantung pada kondisi biofisik permukaan tanah, sebagian atau seluruh air
hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui pori-pori permukaan
tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya
gravitasi dan gaya kapiler tanah. Pengaruh gaya gravitasi menyebabkan air hujan
mengalir vertikal kedalam tanah, sedangkan pada gaya kapiler bersifat mengalirkan
air tersebut tegak lurus keatas, ke bawah, dan kearah horizontal (lateral). Gaya
kapiler bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori yang relatif kecil (Fauzani, 2012).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi


Beberapa faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu kedalaman genangan
dan tebal lapisan jenuh, kelembaban tanah, pemampatan oleh hujan, penyumbatan
oleh butir halus, tanaman penutup, topografi, dan intensitas hujan (Afrilianti, 2015).
1. Kedalaman Genangan dan Tebal Lapis Jenuh
Air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke dalam tanah, yang
menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila
tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah
melalui sejumlah tabung kecil. Aliran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran
melalui pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah (D) memberikan tinggi
tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan total yang menyebabkan
aliran adalah D+L.
Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan
tebal lapis jenuh air L. Air L adalah kecil dibanding D, tinggi tekanan adalah besar
dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah dengan
cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai melebihi D, sehingga
tahanan terhadap aliran semakin besar, maka kecepatan infiltrasi berkurang.
Apabila L sangat lebih besar daripada D, perubahan L mempunyai pengaruh yang
hampir sama dengan gaya tekanan dan hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir
konstan.
2. Kelembaban Tanah
Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi, ketika air jatuh pada tanah
kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya
relatif masih kering. Perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas
tanah dan yang ada di bawahnya karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi
gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke bawah
(infiltrasi) dengan cepat.
Bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga
perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika
tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan
menutupi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode
awal hujan.
3. Pemampatan Oleh Hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran
air hujan.Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus
(seperti lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi.
4. Penyumbatan Oleh Butir Halus
Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus ketika
hujan turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam
tanah, dan mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi.
5. Tanaman Penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau
hutan, dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Adanya tanaman
penutup, air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan
humus yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan
lapisan humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan
menjadi sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada tanah
yang tanpa penutup tanaman.
6. Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Lahan dengan kemiringan
besar, aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan
waktu infiltrasi, akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan.
Sebaliknya, pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu
cukup banyak untuk infiltrasi.
7. Intensitas Hujan
Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas
hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama
dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas
infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi (Afrilianti,
2015)

2.4 Model Horton


Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Horton menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh faktor yang
beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah.
Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan
tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur
permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh tetesan
air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti persamaan
berikut:
f = fc + (fo – fc)e-kt ; i ≥ fc dan k = konstan ....... (1)
Keterangan;
f = laju infiltrasi nyata (cm/menit)
fc = laju infiltrasi tetap (cm/menit)
fo = laju infiltrasi awal (cm/menit)
k = konstanta geofisik
Model ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data percobaan. Kelemahan
utama dari model ini terletak pada penentuan parameternya f0, fc, dan k dan
ditentukan dengan data-fitting. Meskipun demikian dengan kemajuan sistem
komputer proses ini dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana
(Renhardika dkk, 2014).

2.5 Model Philip


Philip memperkenalkan analisis dari infiltrasi berdasarkan persamaan
Fokker-Planck, atau persamaan aliran untuk tanah homogen dengan kadar lengas
tanah awal dan suplai air yang berlebihan dipermukaan. Rumus laju infiltrasi
mengandung peubah atau konstanta yang dipengaruhi kondisi lokal, penggunaan
persamaan Philiip mudah dicari di lapangan (Ainni, 2011). Persamaan Phillips :
f = (s t-0,5)/2 + C …….. (2)
Keterangan:
F = Laju infiltrasi
C = Konstanta yang dipengaruhi oleh faktor tanah dan kelembaban tanah.
Berikut rumus mencari nilai fp:
fp = cp t-0,5 + c
fp = ∫ ( fp – c t = 2 cp t0,5
fp1 t2 – c t1 t2 = 2 cp t10,5
t2 fp2 t1 – c t2 t1 = 2 cp
t20,5t1 fp1 t2 – fp2 t1 = 2 cp (t10,5 t2 - t20,5 t1) ……. (3)

2.6 Perkolasi
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu
lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada
lapisan jenuh air. Tes perkolasi ini bertujuan untuk menentukan besarnya luas
medan peresapan yang diperlukan untuk suatu jenis tanah dari tempat percobaan.
Semakin besar daya resap tanah, maka semakin kecil luas daerah peresapan yang
diperlukan untuk sejumlah air tertentu. Setiap daerah memiliki jenis tanah yang
berbeda maka daya resap tanahnya akan berbeda pula.
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daerah tak jenuh (antara permukaan
tanah sampai ke permukaan air tanah) ke dalam daerah jenuh daerah dibawah
permukaan air tanah). Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh
mencapai daerah medan. Air yang diinfiltrasi setelah dikurangi dengan sejumlah air
untuk mengisi rongga-rongga tanah, akan mengalami perkolasi (Fauzani, 2012).
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL
Tabel 1. Hasil Pengukuran Infiltrasi dengan Metode Phillip untuk Perlakuan 1
Penurunan Akumulatif
Penambahan Volume air
No Waktu tinggi air penambahan atau
air (cm) (cm^3)
(cm) Fp (cm)
1 0 15 0 12443,64 0
2 1 14,5 0,5 12028,852 0,5
3 2 14,4 0,1 11945,8944 0,6
4 3 14,3 0,1 11862,9368 0,7
5 4 14,3 0 11862,9368 0,7
6 5 14,3 0 11862,9368 0,7
7 6 14,3 0 11862,9368 0,7
8 7 14,3 0 11862,9368 0,7
9 8 14,3 0 11862,9368 0,7
10 9 14,2 0,1 11779,9792 0,8
11 10 14,2 0 11779,9792 0,8
12 11 14,2 0 11779,9792 0,8
13 12 14,2 0 11779,9792 0,8
14 13 14,1 0,1 11697,0216 0,9
15 14 14,1 0 11697,0216 0,9
16 15 14,1 0 11697,0216 0,9
17 16 14,1 0 11697,0216 0,9
18 17 14,1 0 11697,0216 0,9
19 18 14,1 0 11697,0216 0,9
20 19 14,1 0 11697,0216 0,9
21 20 14 0,1 11614,064 1
22 21 14 0 11614,064 1
23 22 14 0 11614,064 1
24 23 14 0 11614,064 1
25 24 13,9 0,1 11531,1064 1,1
26 25 13,9 0 11531,1064 1,1
27 26 13,9 0 11531,1064 1,1
28 27 13,9 0 11531,1064 1,1
29 28 13,9 0 11531,1064 1,1
30 29 13,9 0 11531,1064 1,1
31 30 13,9 0 11531,1064 1,1
Tabel 2. Hasil Pengukuran Infiltrasi dengan Metode Phillip untuk Perlakuan 2
Penurunan Akumulatif
Penambahan Volume air
No Waktu tinggi air penambahan atau
air (cm) (cm^3)
(cm) Fp (cm)
1 0 13,9 0 11531,1064 0
2 2 13,8 0,1 11448,1488 0,1
3 4 13,8 0 11448,1488 0,1
4 6 13,8 0 11448,1488 0,1
5 8 13,8 0 11448,1488 0,1
6 10 13,8 0 11448,1488 0,1
7 12 13,8 0 11448,1488 0,1
8 14 13,8 0 11448,1488 0,1
9 16 13,8 0 11448,1488 0,1
10 18 13,7 0,1 11365,1912 0,2
11 20 13,7 0 11365,1912 0,2
12 22 13,6 0,1 11282,2336 0,3
13 24 13,6 0 11282,2336 0,3
14 26 13,6 0 11282,2336 0,3
15 28 13,6 0 11282,2336 0,3
16 30 13,6 0 11282,2336 0,3

Tabel 3. Hasil Pengukuran Infiltrasi dengan Metode Phillip untuk Perlakuan 3


Penurunan Akumulatif
Penambahan Volume air
No Waktu tinggi air penambahan atau
air (cm^3)
(cm) Fp (cm)
1 0 13,6 0 11282,2336 0
2 3 13,5 0,1 11199,276 0,1
3 6 13,5 0 11199,276 0,1
4 9 13,5 0 11199,276 0,1
5 12 13,5 0 11199,276 0,1
6 15 13,4 0,1 11116,3184 0,2
7 18 13,4 0 11116,3184 0,2
8 21 13,4 0 11116,3184 0,2
9 24 13,4 0 11116,3184 0,2
10 27 13,3 0,1 11033,3608 0,3
11 30 13,3 0 11033,3608 0,3
Tabel 4. Pengukuran Infiltrasi dengan Metode Horton dengan tabel waktu terhadap
log
Waktu (t) Kap. Infiltrasi (f) log ( f - fc
fc f - fc
(menit) (cm/menit) )
0,00 7,5 1,7 5,8 0,763
10,00 5,5 1,7 3,8 0,580
20,00 4,6 1,7 2,9 0,462
30,00 4,1 1,7 2,4 0,380
50,00 3,75 1,7 2,05 0,312
80,00 3 1,7 1,3 0,114
120,00 2,4 1,7 0,7 -0,155
150,00 1,7 1,7 0
200,00 1,7 1,7 0

Tabel 5. Pengukuran Infiltrasi dengan Metode Horton

Waktu (t) Kap. Infiltrasi (f) Sat Vol total (Vt) Vol. Infiltrasi

(menit) (cm/menit) (cm) (m3)

0,00 7,5
0,000 -
10,00 5,5
70,440 0,70
20,00 4,6
132,703 1,33
30,00 4,1
188,041 1,88
50,00 3,75
282,016 2,82
80,00 3
392,753 3,93
120,00 2,4
505,651 5,06
150,00 1,7
575,332 5,75
200,00 1,7
676,651 6,77

Tabel 6. Data Infiltrometer


t (menit) 0 10 20 30 50 80 120 150 200

f (cm/menit) 7,5 5,5 4,6 4,1 3,75 3 2,4 1,7 1,7


3.1.1 Perhitungan
1. Pengukuran Phillip
1. Perhitungan nilai Cp
𝐹𝑝1 𝑥 𝑡2−𝐹𝑝2 𝑥 𝑡1
𝐶𝑝 =
2 ( 𝑡10,5 𝑥𝑡2−𝑡20,5 𝑥𝑡1)

Contoh sampel perlakuan 1:


0,5 𝑥 30− 1,1 𝑥 1
𝐶𝑝 =
2 ( 10,5 𝑥 30 −300,5 𝑥 1)

= 0,28341002

2. Perhitungan nilai C
(𝐹𝑝1 𝑥 𝑡2− (2 𝑥 ( 𝐶𝑝 𝑥 (𝑡10,5 )𝑥 𝑡2))
𝐶= (𝑡2 𝑋 𝑡1)

Contoh sampel perlakuan 1:


(0,5 𝑥 30− (2 𝑥 ( 0,2834 𝑥 (10,5 )𝑥 30))
𝐶= (30 𝑋 1)

= 14,43317996

3. Perhitungan nilai Fp
𝐹𝑝 = 𝐶𝑝 𝑥 𝑡 −0,5 + 𝐶
Contoh sampel perlakuan 1:
𝐹𝑝 = 0,2834 𝑥 1−0,5 + 14,4331
= 14,71658998
2. Perhitungan metode Horton
1. Perhitungan nilai f
f = fc+ (fo - fc) e-Kt
Contoh sampel:
f = 1.7 + (7.5 - 1.7) e-0.017x0
= 7,5 cm/menit
2. Perhitungan nilai Vt
(𝑓𝑜−𝑓𝑐)
𝑉𝑡 = 𝑓𝑐 𝑥 𝑡 (1 − 𝑒 −𝑘𝑡 )
𝐾

Contoh sampel:
(7,5−1,7)
𝑉𝑡 = 1,7 𝑥 10 (1 − 𝑒 −(10𝑥0,017) )
0,017

= 70,44 cm3
3. Perhitungan nilai V
𝑉 = 𝑉𝑡 𝑥 𝐴 /100
Contoh Sampel:
V = 70,44 x 1 / 100
= 0,7 m3

3.1.2 Grafik
Grafik 1. Grafik nilai waktu terhadap log

Grafik Waktu Terhadap Log


140,00
y = -138,75x + 92,98
120,00 R² = 0,964
R² = 0,964
100,00

80,00 Grafik Waktu Terhadap Log


Waktu

60,00 Linear (Grafik Waktu Terhadap


Log)
40,00 Linear (Grafik Waktu Terhadap
Log)
20,00

0,00
-0,400 -0,200 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000
-20,00
Log (f-fc)
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180098

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan dan analisis laju infiltrasi
menggunakan persamaan Philip dan Horton. Praktikum kali ini yang dibahas
mengenai penggunaan persamaan philips dan persamaan horton dengan mencari
penambahan air, akumulatif penambahan air dan lain-lain. Satuan vol total (vt) (cm)
dan volume infiltrasi (m3) berbanding lurus yaitu semakin besar satuan volume
total maka semakin semakin besar volume infiltrasi dan begitu sebaliknya. Proses
infiltrasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap
laju respirasinya, yaitu struktur tanah, persedian air awal, kegiatan biologis dan
unsur organik, kedalaman seresah dan tumbuhan lainnya. Tanah remah akan
memberikan kapasitas infiltrasi lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-
pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan dengan tanah dalam
keadaan kering. Keadaan tajuk penutup tanah yang rapat dapat mengurangi jumlah
air hujan yang sampai ke permukaan tanah, dan dengan demikian mengurangi
besarnya air infiltrasi. Sistem perakaran vegetasi dan seresah yang dihasilkannya
dapat membantu menaikkan permeabilitas tanah, dengan demikian dapat
meningkatkan laju infiltrasi. Secara teoritis, bila kapasitas air tanah diketahui,
volume air larian dari suatu curah hujan dapat dihitung dengan cara mengurangi
besarnya curah hujan dengan air infiltrasi ditambah oleh genangan air oleh
cekungan permukaan tanah (surface detention) dan air intersepsi.
Model perhitungan Horton menyatakan bahwa kapasitas infiltrasi berkurang
seiring dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai konstan. Penurunan
kapasitas infiltrasi ini lebih di kontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan
tanah dibanding dengan proses aliran air di dalam tanah. Faktor ini sendiri berperan
dalam pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan retakan tanah oleh koloid tanah
dan pembentukan kerak tanah, penghancuran struktur permukaan lahan, dan
pengangkutan partikel halus di permukaan tanah oleh tetesan air hujan. Horton juga
menyatakan pada kondisi hujan yang melebihi kemampuan tanah dalam menyerap
air akan menyebabkan laju infiltrasi akan konstan. Bertambahnya waktu dan
intensitas hujan yang stabil maka kecepatan tanah dalam menyerap air tersebut akan
berkurang seiring kemampuan tanah dalam menyerapnya. Kelebihan dari metode
horton dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana, hanya berdasarkan
data-data yang tersedia.
Menurut literatur yang praktikan baca mengenai kelemahan metode Horton
bahwa penentuan parameter f0, fc, dan k dan ditentukan dengan data-fitting. Secara
teori fc, konstan untuk suatu jenis dan lokasi tanah tertentu, tetapi akan bervariasi
pada setiap intensitas hujan yang tidak sama. Kesulitan Horton menentukan
hubungan f0, fc dan k dengan sifat-sifat dari daerah alirannya. Hasil yang di dapat
tidak cukup akurat.Model Horton ini sangat simpel dan lebih cocok untuk data
percobaan. Teori Horton sendiri secara garis besar mengemukakan laju infiltrasi
dengan bertambahnya waktu akan konstan seiring dengan kemampuan daya serap
tanah.
Metode Philip rumus laju infiltrasi mengandung peubah atau konstanta yang
dipengaruhi kondisi lokal, penggunaan persamaan Philiip mudah dicari di lapangan.
Kelebihan metode philip yaitu terdapat konstanta yang dipengaruhi kondisi lokal,
sehingga persamaanya mudah diterapkan di lapangan dan kekurangan yang didapat
adalah laju infiltrasi yang di dapat tidak sesuai dengan kenyataanya dikarenakan
data yang digunakan berdasarkan data yang telah ada sebelumnya dan data tersebut
belum tentu sama dengan keadaan sekarang. Pengaplikasian perhitungan laju
infiltrasi pada tanah dapat digunakan untuk proses irigasi suatu tanaman, berapa
banyak air yang dibutuhkan oleh suatu tanaman agar dapat tumbuh dengan optimal.
Selain itu, pengukuran laju infiltrasi dapat digunakan untuk pengendalian banjir,
salah satunya yaitu kita dapat mengukur berapa besar limit tanah untuk menampung
air sehingga kita dapat memperkirakan jika hujan terjadi dengan intensitas tertentu
maka akan terjadi banjir atau tidak. Pengendalian banjir tersebut dapat dilakukan
sebagai bentuk pengendalian tahap pertama.
Nama: Hatif Adlirrahman
NPM : 240110180098

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percoabaan dan pengamatan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semakin besar satuan volume total maka semakin semakin besar volume infiltrasi
dan begitu sebaliknya;
2. Metode Horton dapat dilakukan dengan program spreadsheet sederhana, hanya
berdasarkan data-data yang tersedia;
3. Metode Philip terdapat konstanta yang dipengaruhi kondisi lokal sehingga
persamaanya mudah diterapkan di lapangan;
4. Air menyerap ke dalam tanah disebabkan oleh dua hal yaitu akibat kapilaritas tanah
dan gaya gravitas;
5. Kemampuan tanah dalam menyerap air akan semakin berkurang seiring
bertambahnya
waktu;
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltasi seperti kelembaban tanah, kompaksi,
penumpukan bahan liat dan lain-lain; dan
7. Laju infiltrasi berbanding lurus dengan intensitas curah hujan dan berbanding
terbalik
dengan kapasitas infiltrasi.

4.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan agar praktikum menjadi lebih baik adalah:
1. Sebaliknya praktikan membawa laptop masing-masing agar semuanya melakukan
praktikum dan tidak ada praktikan yang tidak melakukan apapun; dan
2. Perhitungan data dilakukan lebih teliti lagi untuk mengurangi kesalahan dalam
penginputan data.
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048

3.2 Pembahasan
Infiltrasi merupakan proses masuknya air kedalam tanah atau mengalir di
permukaan tanah, dalam terjadinya infiltrasi, infiltrasi memiliki laju, laju tersebut
dapat diukur secara langsung degan mengukur curah hujan, aliran permukaan, dan
menduga faktor – faktor lain dari siklus air, dan menghitung laju infiltrasi dengan
rumus yang telah ditentukan. Laju infiltrasi memiliki perhitungan dalam terjadinya
proses tersebut, pengukuran tersebut terdiri dari dua metode, metode tersebut
adalah metode Phillip dan metode Horton, keduanya memiliki rumus untuk
mengukur perhitungan laju infiltrasi yang terjadi pada suatu wilayah tertentu.
Praktikum kali ini adalah mengukur analisis laju infiltrasi dengna menggunakan
persamaan Phillip dan persamaan Horton. Pengukuran Phillip dilakukan dengan
beberapa kali pengulangan yaitu pengulangan pertama, selama 30 menit dengan
pemberhentian hitungan selama 1 menit hingga menit yang ke 30, perlakuan ke dua
selama 30 menit dengan perubahan waktu setiap 2 menit hingga menit ke 30, dan
perlakuan ke tiga selama 30 menit dengan waktu perubahan setiap 3 menit hingga
pengukuran waktu ke 30. Analisis metode Philip menggunakan data pengukuran
laju infiltrasi di petak tanah samping gedung TPB dengan menggunakan ring
infiltrometer dengan diameter kecil yaitu 32 cm dan diameter besar yaitu 56 cm,
kemudian menghasilkan luas ring kecil yaitu 804,247 cm2 dan luas ring besar yaitu
2463,008 cm2. Persamaan dari metode philip didapatkan besarnya infiltrasi awal
pada perlakuan pertama yang didapat sebesar 0,5 mm. Infiltrasi akhir yang didapat
adalah sebesar 1,1 mm. Perlakuan dua memperoleh besarnya infiltrasi awal dengan
nilai yang didapat sebesar 0,1 mm. Infiltrasi akhir yang didapat pada perlakuan ke
2 adalah 0,3 mm dan perlakuan tiga memperoleh besarnya infiltrasi awal dan akhir
sama seperti hasil pada perlakuan dua.
Nilai yang didapat dari persamaan dengan metode Horton didapatkan
kapasitas infiltrasi akhir yaitu sebesar 0,017 cm3. Berdasarkan tabel perhitungan,
dapat dilihat bahwa volume infiltrasi semakin lama waktunya semakin besar, hal
inilah yang menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi akan semakin berkurang setiap
menitnya. Terdapat perbedaan pada setiap penurunan yang didapat dan hal tersebut
dapat disebabkan oleh kedalaman genangan, tebal lapis jenuh dan ketebalan tanah.
Waktu yang digunakan dalam pengukuran laju infiltrasi itu dimulai dari 0 hingga
90 dengan satuan menit. Tinggi awal dari air tersebut yaitu 15 cm, dan pada menit
ke 90 tinggi air menjadi 13,3 cm. Volume awal sebesar 12443,65215 cm3,
sedangkan volume akhir pada menit ke 30 perlakuan ke tiga yang didapat yaitu
sebesar 11033,32157 cm3. Data pada tabel 1 terdapat keterangan jumlah
penambahan air pada setiap waktu yang tersedia dalam satuan mm. Setelah
diketahui besar penambahan air, maka dapat di cari nilai akumulatifnya dari
penambahan air tersebut. Akumulatif penambahan air (fp) pada setiap waktunya,
tentukan t1, t2, fp1 dan fp2. t1 adalah waktu awal yang digunakan, t2 adalah waktu
akhir yang digunakan, fp1 adalah akumulatif penambahan air awal dan fp2 adalah
akumulatif penambahan air akhir. Setelah ditentukan nilai-nilai tersebut, masukkan
ke dalam rumus Cp. Rumus Cp ini digunakan untuk mencari nilai konstanta (c)
dalam menentukan persamaan laju infiltrasi dengan menggunakan persamaan
Phillip. Nilai Cp yang didapatkan sesuai dengan hasil perhitungan adalah sebesar –
0.14. Data yang telah didapat untuk nilai Cp maka hasil yang didapat dapat
langsung dicari nilai dari C tersebut. Hasil setelah dimasukan kedalam persamaan
maka didapat nilai dari C adalah 0,3746636. Nilai variabel pada persamaan Philip,
maka persamaan Philip yang didapat pada data ini untuk fp adalah – 0.14 t-0,5 +
0,3746636.
Berdasarkan data tersebut dapat diberikan keimpulan bahwa kapasitas
infiltrasi yang terjadi dapat berkurang seiring dengan berjalannya waktu, dan nilai
akhir yang didapat berdasarkan waktu tertentu akan mencapai pada kondisi konstan.
Berdasarkan literatur dimana kemampuan tanah menyerap air semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya waktu. Tingkat awal kecepatan penyerapan air
cukup tinggi dan pada tingkat waktu tertentu kecepatan penyerapan air ini akan
mendekati konstan. Kelemahan persamaan Horton yaitu terletak pada penentuan
parameter f0, fc, dan k dan ditentukan dengan data sehingga hasil yang diperoleh
tidak cukup akurat. Laju infiltrasi (f) dan kapasitas infiltrasi (fp) di pengaruhi oleh
intensitas hujan, jika intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi maka
laju infiltrasi akan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi, dan jika lebih besar
daripada maka laju infiltrasi akan sama dengan kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi
akan sangat besar ketika hujan terjadi jika sebelumnya tidak terjadi hujan, ini
disebabkan karena tanah dalam keadaan kering sehingga akan menyerap lebih
banyak air, sedangkan jika terjadi hujan kemudian berhenti dan beberapa saat hujan
lagi laju infiltrasi belum tentu besar dikarenakan tanah sudah mengandung air
sehingga laju infiltrasi nya tidak sebesar pada saat tanah kering. Pengukuran dan
perhitungan infiltrasi yang didapat dari persamaan Horton, dibutuhkan hasil yang
didapat dari infiltrometer mengenai selisih nilai infiltrasi ketika pada kondisi
konstan dengan infiltrasi awal, dan nilai log ditentukan dan dicari nilai log dari hasil
tersebut. Praktikan melakukan perhitungan untuk menentukan besar konstanta.
Barulah praktikan dapat mendapatkan nilai laju infiltrasi dengan satuan milimeter
per jam. Data pada tabel 2 tersebut terlihat bahwa semakin lama waktu yang
digunakan maka semakin besar volume total dari hasil infiltrasi tersebut. Volume
total yang semakin besar maka menyebabkan tanah akan semakin sulit untuk
melakukan infiltrasi, karena pori pori yang dimiliki oleh tanah ditempat tersebut
sudah melebihi kapasitas.
Nama: Fuad Hasan
NPM: 240110180048

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah:
1. Laju infiltrasi adalah laju aliran air yang meresap kedalam tanah, yang
besarnya dinyatakan dengan milimeter per jam;
2. Kecepatan air yang terserap kedalam tanah, bergantung pada lamanya waktu
yang berlangsung pada saat penyerapan air kedalam tanah terjadi;
3. Besar kecilnya nilai laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh
intensitas hujan, kemringan dan luasan pada suatu lahan;
4. Pengukuran pada infiltrasi dapat dilakukan dengan dua metode persamaan
untuk menghitung laju infiltrasi yaitu dengan menggunakan metode Philip
dan metode Horton;
5. Kapasitas infiltrasi dapat berkurang seiring dengan bertambahnya waktu
hingga pada tingkat waktu tertentu mencapai pada keadaan kondisi yang
konstan;
6. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah
dalam menyerap kelembaban tanah, sebaliknya apabila intensitas hujan lebih
kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah
hujan atau kurang dari laju curah hujan; dan
7. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kedalaman genangan
dan tebal lapis jenuh, kelembaban tanah, pemadatan oleh hujan, tanaman
penutup dan intensitas hujan.

4.2 Saran
Saran praktikum yang dilakukan kali ini adalah:
1. Perhitungan yang dilakukan menggunakan Ms. Excel akan lebih baik
diperhatikan perhitungan yang dilakukan agar meminimalisir kesalahan yang
terjadi; dan
2. Pengukuran yang dilakukan akan lebih baik jika ring panci disimpan pada
daerah tanah yag rata, agar pengukuran yang didapat lebih akurasi.
DAFTAR PUSTAKA

Afrilianti, Yusnida. 2015. Infiltrasi. Terdapat pada https://plus.google.com/.Diakses pada


10 November 2022 pukul 16.51 WIB.

Ainni, Arnella Quotta. 2011. Analisis Laju Infiltrasi Menggunakan Persamaan Philips.
Terdapat pada https://dokumen.tips/.Diakses pada 10 November 2022 pukul 18.39
WIB.

Fauzani, Dinda. 2012. Pengembangan Model Matematis Untuk Menentukan Profil


Optimum Dari Embung Sederhana.Terdapat pada
https://www.researchgate.net/.Diakses pada 10 November 2022 pukul 16.23 WIB.

Renhardika, Ryan; Harisuseno, Donny; Primantyo, Andre; Noorvy, Dian. 2014. Analisis
Penentuan Laju Infiltrasi Pada Tanah Dengan Variasi Kepadatan. Terdapat pada
http://pengairan.ub.ac.id/.Diakses pada 10 November 2022 pukul 15.50 WIB.
LAMPIRAN

Gambar 1. Ring Panci Infiltrasi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Gambar 1. Pemukulan Ring panci Infiltrasi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Anda mungkin juga menyukai