Anda di halaman 1dari 28

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE
(9. Kinerja Irigasi Tetes)

Disusun Oleh:
Kelompok / Shift : 1 (Satu) / B2
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat ,11 Mei 2018
Nama : 1. Dannisa Fathiya R. (240110160093)
2. Affuaja (240110160097)
3. M. Hafizh Ulwan (240110160105)
4. Winda Nurhayati (240110160109)
Asisten Praktikum : 1. Ade Sylvia Rohman
2. Leni Nurliani
3. Prayoeda Iskandar
4. Riswandha Febry
5. Siti Sarah Sidabalok
6. Yohanes Christian, S. TP.

LABORATORIUM SUMBER DAYA AIR


TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Dannisa Fathiya Rachma
240110160093

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Irigasi merupakan salah satu komponen penting dalam pertanian. Tanpa
adanya irigasi, proses pertumbuhan tanaman akan terganggu atau bahkan tidak
dapat berlangsung. Hal ini dikarenakan irigasi berfungsi memberikan air kepada
tanaman hingga mencapai titik optimal yang mana tiap tanaman memiliki titik
optimal yang berbeda-beda. Adanya air yang ditambahkan ke zona perakaran oleh
irigasi akan membantu tanaman dalam menyerap unsur hara pada tanah yang
nantinya akan disebarkan keseluruh bagian tanaman.
Terdapat banyak jenis irigasi, mulai dari irigasi permukaan, bawah
permukaan, curah hingga irigasi tetes memiliki metode tersendiri, sehingga tiap
irigasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Salah satu parameter
yang sering digunakan dalam membandingkan keempat irigasi tersebut adalah
efisiensi penggunaan airnya, tentu saja karena hal paling utama dalam irigasi adala
air itu sendiri. Efisiensi air menandakan efektif tidaknya suatu irigasi saat
memberikan air pada tanaman dengan caranya masing-masing. Irigasi yang
memiliki efektifitas tertinggi yaitu irigasi tetes, dengan nilai sebesar kurang lebih
90%. Maka dari itu tentulah sangat penting bagi mahasiswa teknik pertanian untuk
mempelajari jenis irigasi tetes dalam praktikum ini.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini yaitu:
1. Praktikan dapat memahami cara kerja irigasi tetes; dan
2. Praktikan mampu mengetahui cara pengukuran efisiensi irigasi tetes.

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran


1.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Catch can;
2. Emitter;
3. Pipa lateral; dan
4. Pompa.

1.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Air

1.3.3 Prosedur
Prosedur padapraktikum kali ini adalah:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pipa lateral diletakkan pada permukaan tanah.
3. Tiap emitter dipasang dengan kedalaman yang sudah ditentukan pada tiap
kelompok.
4. Pipa lateral disambungkan dengan selang dari pompa.
5. Siapkan catch can disetiap emitter.
6. Pastikan emitter tegak lurus pada catch can.
7. Pompa dinyalakan.
8. Tunggu air mengalir pada catch can selama waktu yang telah ditentukan
tiap kelompoknya.
9. Pompa dimatikan.
10. Volume pada tiap catch can dihitung.
11. Hasil dicatat.
Dannisa Fathiya Rachma
240110160093

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi Tetes


Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring
ke dalam tanah melalui suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit
kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping
maupun ke bawah karena adanya gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya
tergntung jenis tanah, kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman (Keller
dan Bliesner, 1990).
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat
aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang
tinggi (hampir terus menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang
masuk ke alat aplikasi sekitar 1,0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati
nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah.
Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem
irigasi tetes didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari)
dan tingkat kelembaban tanaman dapat diatur.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Irigasi Tetes


2.2.1 Kelebihan Irigasi Tetes
Irigasi tetes mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya: (James, 1988)
a. Meningkatkan nilai guna air. Secara umum, air yang digunakan pada irigasi
tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lain.
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil. Irigasi tetes, kelembaban
tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian. Pemberian pupuk dan
bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk
atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi
pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
d. Menekan resiko penumpukan garam. Pemberian air secara terus-menerus
akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma. Pemberian air pada irigasi tetes hanya
terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat
ditekan.
f. Menghemat tenaga kerja. Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah
dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan lebih
sedikit.
2.2.2 Kekurangan Irigasi Tetes
Kekurangan ataupun kelemahan utama dari irigasi tetes adalah biaya yang
tinggi dan penyumbatan pada komponen sistem, terutama emitter untuk partikel-
partikel kecil tanah, bahan biologis dan kimia. Emitter tidak bekerja begitu baik
untuk tanaman tertentu dan masalah yang disebabkan salinitas. Garam-garam
cenderung tertumpuk disekitar tepian permukaan basah, karena sistem ini biasanya
hanya membasahi bagian dari volume potensial tanah-akar, perakaran tanaman bisa
terbatas hanya pada volume tanah didekat tiap emitter (Schwab, 1992). Luasan
tanah kering diantara jaringan lateral emitter bisa menyebabkan terjadinya
pembentukan debu dari operasi pengolahan tanah dan erosi oleh angin.
Dibandingkan dengan sistem irigasi permukaan, dalam hal ini diperlukan tenaga
kerja dengan keahlian yang lebih tinggi untuk mengoperasikan dan merawat
peralatan penyaringan dan komponen khusus lainnya.

2.3 Metode Pemberian Air


Metode pemberian air dalam irigasi tetes, yaitu: (Dwiratna, 2018)
1. Irigasi tetes (drip irrigation), air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan yang
hampir terus-menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan
menggunakan emitter. Debit pemberian air sangat rendah umumnya 12 L/jam
untuk point source emitter atau kurang dari 12 L/jam/m untuk line source
emitter.
2. Irigasi tetes bawah permukaan (sub-surface irrigation), air irigasi diberikan
menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit yang diberikan sama
seperti irigasi tetes biasa.
3. Bubbler Irrigation, air irigasi diberikan ke permukaan tanah seperti aliran
kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit hingga 225 L/jam.
4. Irigasi percik (spray irrigation), air irigasi diberikan dengan menggunakan
penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit pemberian
irigasi percik sampai dengan 115 L/jam. Pada metode ini kehilangan air
karena evaporasi lebih besar daripada metode irigasi tetes lainnya.

2.4 Bagian-Bagian Irigasi Tetes


Bagian-bagian dalam alat irigasi tetes: (Dwiratna, 2018)
1. Unit utama (head unit)
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan
komponen pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup).
2. Pipa utama (main line)
Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida (PVC), galvanized
steel atau besi cor dan berdiameter antara 7,5–25 cm. Pipa utama dapat
dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah.
3. Pipa pembagi (sub-main manifold)
Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 μm),
katup selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang.
Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa high density polyethylene
(HDPE ) dan berdiameter antara 50 – 75 mm.
4. Pipa Lateral
Pipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari
pipa polyethylene (PE), berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi dengan katup
pembuang.
5. Alat aplikasi (applicator emission device)
Alat aplikasi terdiri dari penetes (emitter), pipa kecil (small tube) dan
penyemprot kecil (micro sprinkler) yang dipasang pada pipa lateral. Alat
aplikasi terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan
sebagainya.
Nama : Winda Nurhayati
NPM : 240110160109

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


3.1.1 Tabel
Keterangan :
l (cm) : Jarak lateral emitter
s (cm) : Jarak antar emitter
t : 3 menit
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kelompok 1
St.
No Catch Can Volume (mL) l (cm) s (cm) Deviasi

1 300 10 45,5 42,5

2 240 10 45,5 17,5

3 310 10 35 52,5

4 300 10 45,5 42,5

5 260 10 45,5 2,5

6 90 15 45,5 167,5

7 260 10 45,5 2,5

8 300 10 48 42,5

N=8 x̅ = 257,5 x̅ = 10,625 x̅ = 44,5 ∑D = 370


Tabel 2. Hasil Pengukuran Kelompok 2

No Catch Can Volume (mL) l (cm) s (cm) St. Deviasi

1 250 20 45,5 42,5

2 225 20 45,5 17,5

3 225 20 35 17,5

4 240 20 45,5 32,5

5 270 20 45,5 62,5

6 100 15 45,5 107,5

7 200 20 45,5 7,5

8 180 20 48 57,5

N=8 x̅ = 207,5 x̅ = 19,375 x̅ = 44,5 ∑ 𝐷 = 345

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kelompok 3


No Catch Volume St. Deviasi
l (cm) s (cm)
Can (mL)
1 100 22 45,5 98,75

2 200 22 45,5 1,25

3 220 22 35 21,25

4 230 22 45,5 31,25

5 240 22 45,5 41,25

6 100 15 45,5 98,75

7 250 22 45,5 51,25

8 250 22 48 51,25

N=8 x̅ = 198,75 x̅ = 21,125 x̅ = 44,5 ∑ 𝐷 = 395


Tabel 4. Hasil Pengukuran Kelompok 4
No Catch St. Deviasi
Volume (mL) l (cm) s (cm)
Can
1 180 15 45,5 34

2 160 15 45,5 14

3 165 15 35 19

4 120 15 45,5 26

5 150 15 45,5 4

6 55 15 45,5 91

7 160 15 45,5 22

8 170 15 48 24

N=8 x̅ = 146 x̅ = 15 x̅ = 44,5 ∑ 𝐷 = 234

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kelompok 5


No Catch St.
Volume (mL) l (cm) s (cm) Deviasi
Can
1 100 15 45,5 27,125

2 22 100 45,5 105,125

3 135 100 35 7,875

4 175 100 45,5 47,875

5 35 100 45,5 92,125

6 120 15 45,5 7,125

7 130 100 45,5 2,875

8 300 100 48 172,875

N=8 x̅ = 127,125 x̅ = 78,75 x̅ = 44,5 ∑ 𝐷 = 463


3.1.2 Perhitungan
𝑞
Laju tetesan emitter : EDR = 𝑠 𝑥 𝑙

Keterangan :
EDR = laju tetesan emiter (mm/jam)
q = debit emiter (m3/ jam)
s = jarak antar emiter (m)
l = jarak lateral emiter (m)
Keseragaman irigasi : Cu = 100 {1- ∑( 𝑥𝑖 − 𝑥 ) / ∑( 𝑥𝑖)
Keterangan :

Cu = koefisien keseragaman irigasi (%)


Xi = volume air pada wadah ke-i (mL)
𝑥 = nilai rata-rata dari volume air pada wadah (mL)
∑( 𝑥𝑖 − 𝑥 ) = jumlah devisian absolute rata-rata pengukuran (mL)
Keseragaman irigasi : SU = |1 − 𝐶𝑉| x 100%

𝑋𝐿𝑄
CU = ( ) x 100%
𝑥

Keterangan :
𝑠
CV = koefisien variasi = 𝑥

S = deviasi standar
XLQ = nilai rata-rata seperempat terkecil dari volume air pada wadah (mL)
𝑥̅ = nilai rata-rata dari volume air pada wadah (mL)

Kelompok 1
1. Debit
V
Q=
t
2060 ml
=
180 s
0,0006 m3 3
= =0,0412 m ⁄jam
0,05 jam
2. Laju tetesan emitter
q
EDR =
sxl
0,0412 m3 /𝑗𝑎𝑚
= = 0,87138 m⁄jam = 871,38 ml⁄jam
0,0445 m x 0,10625 m
3. Keseragaman irigasi
∑d
Cu = 100 x (1 − )
mn
370
= 100 x (1 − ) = 82.03%
257.5 x 8
4. Keseragaman tetesan
240 + 90
XLQ = = 105
2
XLQ
CU = x 100%

165
= x 100% = 64.07 %
257.5
𝑠
𝐶𝑣 = 𝑥 100%

370
= 257.5 𝑥 100% = 1.4368 %

𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100%
= ( 1 − 1.4368) 𝑥 100% = 43.689%
Kelompok 2
1. Debit
V
Q=
t
1690 ml
=
180 s
0,0169 m3 3
= =0,338 m ⁄jam
0,05 jam
2. Laju tetesan emitter
q
EDR =
sxl
0,338 m3 /𝑗𝑎𝑚
= = 0,392026 m⁄jam = 392.206 ml⁄jam
0,0445 m x 0,1937 m
3. Keseragaman irigasi
∑d
Cu = 100 x (1 − )
mn
370
= 100 x (1 − ) = 82.03%
257.5 x 8
4. Keseragaman tetesan
100 + 150
XLQ = = 125
2
XLQ
CU = x 100%

125
= 207,5 x 100%
𝑠
𝐶𝑣 = 𝑥 100%

125
= x 100% = 1.4368
207,5
𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100%
= ( 1 − 1.4368) 𝑥 100% = 43.689%
Kelompok 3

1. Debit
V
Q=
t
1590 ml
=
180 s
3
=0,0318 m ⁄jam

2. Laju tetesan emitter


q
EDR =
sxl
0,0318 m3 /𝑗𝑎𝑚
= = 0,338275 m⁄jam = 338.275 mm⁄jam
0,021125 m x 0,445 m
3. Keseragaman irigasi
∑d
Cu = 100 x (1 − )
mn
395
= 100 x (1 − ) = 75.157%
198.75 x 8
4. Keseragaman tetesan
100 + 100
XLQ = = 100
2
XLQ
CU = x 100%

100
= x 100% = 50.3145 %
198.75
𝑠
𝐶𝑣 =

395
= = 1.987
198.75
𝑆𝑈 = |( 1 − 𝐶𝑣)| 𝑥 100%
=|1- 1,662650602| x 100% = 66,2650602%
Kelompok 4

1. Debit
V
Q=
t
1160 ml
=
180 s
0,00160 m3 3
= =0,0232 m ⁄jam
0,05 jam
2. Laju tetesan emitter
q
EDR =
sxl
0,0232 m3 /𝑗𝑎𝑚
= = 0,34756 m⁄jam = 347,56 mm⁄jam
0,0445 m x 0,15 m
3. Keseragaman irigasi
∑d
Cu = 100 x (1 − )
mn
230
= 100 x (1 − ) = 80,172%
145 x 8
4. Keseragaman tetesan
55 + 120
XLQ = = 87,5
2
XLQ
CU = x 100%

87,5
= x 100% = 60,34 %
145
𝑠
𝐶𝑣 =

230
= = 1.5862
145
𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100%
= ( 1 − 1.5862) 𝑥 100% = 58,62%
Kelompok 5
1. Debit
V
Q=
t
1017 ml
=
180 s
0,001017 m3 3
= =0,02034 m ⁄jam
0,05 jam
2. Laju tetesan emitter
q
EDR =
sxl
0,02034 m3 /𝑗𝑎𝑚
= = 0,5804 m⁄jam = 580,4 ml⁄jam
0,0445 m x 0,7875 m
3. Keseragaman irigasi
∑d
Cu = 100 x (1 − )
mn
463
= 100 x (1 − ) = 54,47%
127,125 x 8
4. Keseragaman tetesan
22 + 35
XLQ = = 28,5
2
XLQ
CU = x 100%

28,5
= x 100% = 22,148 %
127,125
𝑠
𝐶𝑣 = 𝑥 100%

463
= 𝑥 100% = 3,642
127,125
𝑆𝑈 = ( 1 − 𝐶𝑣) 𝑥 100%
Dannisa Fathiya R
= ( 1 − 3,642) 𝑥 100% = 26,42%
240110160093

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai irigasi tetes. Irigasi tetes sendiri
merupakan proses pemberian air dengan metode tetes sampai keadaan tanaman
optimal. Efisiensi irigasi tetes pada umumnya yaitu 90%, karena kemungkinan
kehilangan airnya sangan kecil dan air langsung diteteskan pada perakaran
tanaman. Kelompok 1 memilih panjang lateral 10 cm kecuali pada lubang tetes ke-
6 yaitu pipa lateral nya sepanjang 15, panjang antar lubang dalam satu saluran pipa
yaitu 45,5 cm kecuali pada catch can 3 jaraknya 35 cm dan catch can 8 sepanjang
48 cm, dan waktu pengamatan yang digunakan untuk irigasi tetes yaitu 180 detik
atau 3 menit.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh delapan data volume
yaitu catch can 1sebanyak 300 mL, catch can 2 sebanyak 240 mL, catch can 3
sebanyak 310 mL, catch can 4 sebanyak 300 mL, catch can 5 sebanyak 260 mL,
catch can 6 sebanyak 90 mL, catch can 7 sebanyak 260 mL, dan catch can 8
sebanyak 300 mL. Jumlah data volume tersebut yaitu 2060 mL dan rata-ratanya
yaitu 257,5 mL. Data yang telah diperoleh tersebut akan digunkan untuk
perhitungan laju tetesan emitter (EDR), keseragaman irigasi (Cu), keseragaman
tetesan yaitu statistical uniformity (SU) dan coefficient uniformity (CU). Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui efisien tidaknya irigasi tetes tersebut ditinjau dari
beda panjang lateral.
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil laju tetesan emitter (EDR) yaitu
871,38 mm/jam. Hasil perhitungan keseragaman irigasi (Cu) yaitu 82,0388 %.
Hasil perhitungan keseragaman tetesan (SU dan CU) yaitu nilai SU 43,68 % dan
nilai CU yaitu 64,07 %. Berdasarkan hasil tersebut dapat disesuaikan dengan
kriteria keseragaman tetesan, nilai SU yaitu kurang dari 60% artinya irigasi tetes
tersebut secara statistik tidak seragam, dan nilai CU berada dibawah 80 % maka
secara koefisien keseragaman tetesan tersebut kurang baik.
Perbedaan hasil perhitungan laju tetesan emitter (EDR), keseragaman
irigasi (Cu), keseragaman tetesan yaitu statistical uniformity (SU) dan coefficient
uniformity (CU) dengan kelompok praktikan lainnya dapat disebabkan oleh panjang
lateral yang berbeda sehingga menyebabkan volume di setiap catch can-nya
berbeda. Nilai statistical uniformity (SU) yang rendah dapat disebabkan oleh
adanya air yang terbuang karena penutup ujung pipa terbuka sehingga air banyak
yang terbuang. Selain itu, debit irigasi tetes kecil, konstan, dan bertekanan rendah
sehingga tidak menyebabkan genangan air yang dapat membuat tanaman cepat layu
dan busuk.
Affuaja

240110160097

3.2 Pembahasan
Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase kali ini membahas mengenai
efisiensi irigasi tetes. Jumlah gelas plastik yang digunakan kali ini adalah 8 gelas.
Salah satu hal yang membedakan dengan kelompok lain yaitu panjang selang yang
digunakan. Kelompok praktikan menggunakan panjang selang 12 cm, kelompok
dua menggunakan panjang selang 19 cm, kelompok tiga menggunakan panjang
selang 8 cm, kelompok empat menggunakan panjang selang 15 cm dan kelompok
lima menggunakan panjang selang 16 cm.
Volume air yang didapatkan praktikan pada titik pertama yaitu 190 ml,
volume air pada titik kedua yaitu 140 ml, volume air pada titik ketiga 140 ml,
volume air pada titik keempat 160 ml, volume air pada titik kelima 170 ml, volume
air pada titik keenam 210 ml, volume air pada titik ketujuh 130 ml dan volume air
pada titik kedelapan 150 ml Pemberian air pada tanaman harus memperhatikan
kebutuhan air pada tanaman tersebut, apabila air yang di berikan pada tanaman
tersebut berlebihan maka tanaman tersebut akan membusuk, dan apabila pemberian
air pada tanaman kurang maka tanaman tersebut akan layu dan mati.
Perhitungan efisiensi irigasi tetes dapat dihitung berdasarkan pencarian nilai
EDR, Cu, SU dan CU. Hasil perhitungan yang didapat praktikan yaitu untuk nilai
EDR sebesar 5.972 mm/jam. Nilai Cu yang didapat sebesar 13.29457 %, nilai SU
sebesar 6.9 % dan nilai CU yang didapat sebesar 83.7 %. Praktikan harus
menurutkan nilai 2 terendah volume air dari 8 volume air yang ada untuk
mendapatkan nilai CU. Nilai 2 terendah tersebut diberi notasi Xlq dan hasilnya
sebesar 135 ml.
Berdasarkan data kedelapan titik, praktikan mendapatkan jumlah volume
dari titik satu ke titik delapan (volume total) sebesar 1290 ml, nilai volume rata-rata
sebesar 161.25 ml. Apabila pada wadah yang besar maka ia akan memperoleh
luasan yang besar pula dan mendapatkan kedalaman yang rendah. Berbeda pada
wadah yang kecil, apabila tanah kering ditetesi air maka luasan tanah basah itu akan
sesuai dengan bentuk wadah dan mendapatkan kedalaman tanah basah yang dalam
dibandingkan dengan tanah basah pada wadah yang luas. Selain itu faktor yang
mempengaruhi nya juga adalah jumlah tetesan per menit. Jadi dalam pemberian air
pada tumbuhan tersebut tidak boleh berlebih, jika berlebih maka tanaman bisa
busuk, tapi jika terlalu sedikit maka tanaman akan layu juga, atau bahkan bisa mati.
M. Hafizh Ulwan
240110160105

3.2 Pembahasan
Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase kali ini membahas mengenai
efisiensi irigasi tetes. Irigasi tetes sendiri merupakan proses pemberian air dengan
metode tetes sampai keadaan tanaman optimal. Efisiensi irigasi tetes pada
umumnya yaitu 90%, karena kemungkinan kehilangan airnya sangan kecil dan air
langsung diteteskan pada perakaran tanaman. Cara kerja pengukuran efisiensi
irigasi tetes kali ini dengan menghitung volume pada setiap gelas yang nantinya
menampung air yang keluar dari irigasi tetes itu sendiri. Jumlah gelas plastik yang
digunakan kali ini adalah 8 gelas. Salah satu hal yang membedakan dengan
kelompok lain yaitu panjang selang yang digunakan. Kelompok praktikum 1
menggunakan panjang selang 10 cm, kecuali pada lubang tetes ke- 6 menggunakan
selang sepanjang 15 cm , panjang antar lubang dalam satu saluran pipa yaitu 45,5
cm kecuali pada lubang ke-3 jaraknya 35 cm dan lubang ke-8 sepanjang 48 cm, dan
waktu pengamatan yang digunakan untuk irigasi tetes yaitu 180 detik atau 3 menit..
Volume air yang didapatkan praktikan pada titik pertama yaitu 300 ml,
volume air pada titik kedua yaitu 240 ml, volume air pada titik ketiga 310 ml,
volume air pada titik keempat 300 ml, volume air pada titik kelima 260 ml, volume
air pada titik keenam 90 ml, volume air pada titik ketujuh 260 ml dan volume air
pada titik kedelapan 300 ml. Pemberian air pada tanaman harus memperhatikan
kebutuhan air pada tanaman tersebut, apabila air yang di berikan pada tanaman
tersebut berlebihan maka tanaman tersebut akan membusuk, dan apabila pemberian
air pada tanaman kurang maka tanaman tersebut akan layu dan mati.
Perhitungan efisiensi irigasi tetes dapat dihitung berdasarkan pencarian nilai
EDR, Cu, SU dan CU. Hasil perhitungan yang didapat praktikan yaitu untuk nilai
EDR sebesar 871,38 mm/jam. Nilai Cu yang didapat sebesar 82,0388 %, nilai SU
sebesar 43,68 % dan nilai CU yang didapat sebesar 64,07 %. Praktikan harus
menurutkan nilai 2 terendah volume air dari 8 volume air yang ada untuk
mendapatkan nilai CU. Nilai 2 terendah tersebut diberi notasi Xlq dan hasilnya
sebesar 110 ml.
Berdasarkan data kedelapan titik, praktikan mendapatkan jumlah volume
dari titik satu ke titik delapan (volume total) sebesar 2060 ml, nilai volume rata-rata
sebesar 257.50 ml. Perbedaan hasil perhitungan laju tetesan (EDR), keseragaman
irigasi (Cu), keseragaman tetesan (SU) dan (CU) dengan kelompok praktikan
lainnya dapat disebabkan oleh panjang lateral yang berbeda sehingga menyebabkan
volume di setiap tetesan-nya berbeda. Nilai SU yang rendah dapat disebabkan oleh
adanya air yang terbuang karena penutup ujung pipa terbuka sehingga air banyak
yang terbuang. Selain itu faktor yang mempengaruhi nya juga adalah jumlah tetesan
per menit. Jadi dalam pemberian air pada tumbuhan tersebut tidak boleh berlebih,
jika berlebih maka tanaman bisa busuk, tapi jika terlalu sedikit maka tanaman akan
layu juga, atau bahkan bisa mati.
Winda Nurhayati
240110160109

3.2 Pembahasan
Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase kali ini membahas tentang irigasi
tetes. Setelah pertemuan sebelumnya membahas mengenai irigasi curah. Praktikum
kali ini lebih mudah karena catch-can yang digunakan lebih sedikit, sehingga
pengukuran lebih sebentar serta perhitungan pun lebih sedikit. Selain itu, data yang
dibutuhkan dalam praktikum ini lebih sedikit dibandingkan dengan praktikum
irigasi curah, yaitu hanya volume pada tiap catch-can saja.Tetapi pada saat ingin
melakukan percobaan, selang dan pipa lateral harus selalu dijaga karena jika tidak
air yang masuk akan menyebabkan tekanan yang dapat membuat air terdorong
keluar dari pipa, hal ini karena tidak seimbangnya debit air yang masuk pada pipa
lateral dan debit air yang keluar pada emitter yang mana hanya mengeluarkan air
secara menetes. Emitter pun harus dipasang dengan benar agar air yang keluar
benar-benar sebuah tetesan, selain itu posisi emitter juga harus tegak lurus saat
diletakan pada catch-can.
Berdasarkan tabel hasil, diperoleh volume pada catch-can 1 sebesar 300 ml,
catch-can 2 sebesar 240 ml, catch-can 3 sebesar 310 ml, catch-can 4 sebesar 300
ml, catch-can 5 sebesar 260 ml, catch-can 6 sebesar 90 ml, catch-can 7 sebesar 260
ml dan catch-can 8 sebesar 300 ml. Rata-rata volume dari seluruh data tersebut
adalah 257,5 ml. Berdasarkan data diatas, cukup sulit ditarik kesimpulan, karena
jika diamati nilai volume mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak begitu
konstan.
Dibandingkan dengan hasil dari kelompok lain, kelompok satu
mendapatkan volume air yang lebih banyak pada setiap catch can-nya. Seperti pada
hasil kelompok 4 yang mendapatkan volume pada catch-can 1 sebesar 180 ml,
catch-can 2 sebesar 160 ml, catch-can 3 sebesar 165 ml, catch-can 4 sebesar 120
ml, catch-can 5 sebesar 150 ml, catch-can 6 sebesar 55 ml, catch-can 7 sebesar 160
ml dan catch-can 8 sebesar 170 ml. Data tersebut memiliki perbedaan yang cukup
signifikan yang terjadi karena bebeapa faktor salah satunya panjang lateral emitter.
Panjang lateral emitter kelompok satu lebih pendek dari panjang lateral emitter
kelompok 2 yaitu 10 cm sedangkan kelompok 2 sepanjang 15 cm, kecepatan air
Dannisa Fathiya R
yang masuk melalu pipa juga pengaruh pada banyaknya air melaui pipa yang
240110160093
menyebabkan hasil volume setiap catch can dan setiap kelompok berbeda.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Efisiensi irigasi tetes pada umumnya yaitu 90 %, karena kemungkinan
kehilangan airnya sangan kecil dan air langsung diteteskan pada perakaran
tanaman;
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh delapan data volume
yaitu 300 mL, 240 mL, 310 mL, 300 mL, 260 mL, 90 mL, 260 mL, 300 mL;
3. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil laju tetesan emitter (EDR) yaitu
871,38 mm/jam, keeragaman irigasi (Cu) yaitu 82,0388 %, dan keseragaman
tetesan (SU dan CU) yaitu nilai SU 43,689 % dan nilai CU yaitu 64,07 %;
4. Berdasarkan nilai SU yang diperoleh yaitu kurang dari 60 % artinya irigasi
tetes tersebut secara statistik tidak seragam; dan
5. Berdasarkan nilai CU yang diperoleh 64,07 %.yaitu kurang dari 80 % maka
secara koefisien keseragaman tetesan tersebut kurang baik.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan praktikan kali ini yaitu menghitung dengan baik
dan benar agar hasil yang diperoleh akurat dan presisi.
Affuaja

240110160097

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Berdasarkan data hasil, tidak ada hubungan antar jarak emitter terhadap
sumber air;
2. Pengukuran irigasi tetes tidak begitu jauh caranya dengan irigasi curah,
hanya alatnya saja yang membedakan; dan
3. Irigasi tetes lebih efisien dibandingkan irigasi curah.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikum kali ini berjalan dengan baik
sehingga tidak memerlukan saran.
M. Hafizh Ulwan
240110160105
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Hasil yang diperoleh dari delapan gelas penampung memiliki data volume
yaitu 300 mL, 240 mL, 310 mL, 300 mL, 260 mL, 90 mL, 260 mL, 300 mL;
2. Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil laju tetesan emitter (EDR) yaitu
871,38 mm/jam, keeragaman irigasi (Cu) yaitu 82,0388 %, dan keseragaman
tetesan (SU dan CU) yaitu nilai SU 43,689 % dan nilai CU yaitu 64,07 %;
dan
3. Berdasarkan nilai SU yang diperoleh yaitu kurang dari 60 % artinya irigasi
tetes tersebut secara statistik tidak seragam; dan nilai CU yang diperoleh
64,07 %.yaitu kurang dari 80 % maka secara koefisien keseragaman tetesan
tersebut kurang baik.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya tekanan air yang dialirkan
harus bernilai konstant.
Winda Nurhayati
240110160109

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Volume air pada setiap catch can dan tiap kelompok dipengeruhi panjang
leteral emitter dan banyaknya air pada aliran pipa;
2. Semakin panjang leteral emitter semakin kecil volume yang dihasilkan;
3. Semakin banyak air yang mengalir pada pipa semakin banyak volume air
yang dihasilkan; dan
4. Efisiensi irigasi tetes pada perhitungan kelompok 1 masih kurang karena
nilai yang diperoleh kurang dari 90%.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan praktikan kali ini yaitu:
1. Praktikan lebih berhati-hati saat penggunaan alat supaya alat tidak terjadi
kerusakan; dan
2. Aliran air dari pompa dijaga tetap konstan agar hasil lebih efektif dengan
memastikan selang yang menghubungkan pada pipa tidak terlipat.
Dannisa Fathiya R
240110160093

DAFTAR PUSTAKA

James, G. Larry. 1988. Principles of Farm Irrigation Design. John Wiley & Sons,
Inc. Canada.

Keller, J and Bliesner, R. D. 1990 Sprinkle AndTrickle Irrigation. van Nostrand


Reinhold, New York. pp. 427-602.

Schwab, G. O., D. D. Fangmeier, W. J. Elliot, and R. K. Frevert. 1992. Soil and


Water Conservation Engineering. John Wiley & Sons, Inc. New York,
Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore.

Dwiratna, Sophia. 2018. Irigasi Tetes . Materi Kuliah dipresentasikan pada


pertemuan 8. Jatinangor, tanggal 11 April 2018.
Winda Nurhayati
240110160109

LAMPIRAN

Gambar 1. Proses Mengalirkan Air Pada Pipa


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 2. Proses Irigasi Tetes


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3. Pompa Air
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Anda mungkin juga menyukai