IRIGASI TETES
Oleh:
Rohmad
NIM A1H014005
A. Latar Belakang
Pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan yang tepat merupakan faktor
produksi tanaman, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kandungan air
dalam tanahmerupakan salah satu hal yang penting pada produksi tanaman.
Keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila diatur jumlah dan waktu
tanaman diperlukan sebagai media transportasi hara dari dalam tanah ke seluruh
bagian tanaman.
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk
(Hansen, Israelsen, dan Stringham, 1992). Salah satu sistem irigasi yang
adalah sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes sebagaimana didefinisikan
oleh Sumarna (1998), merupakan metode pemberian air dengan debit yang
rendah. Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air karena dapat
perkolasi, evaporasi, dan aliran permukaan, sehingg irigasi tetes cocok digunakan
produksi hasil tanaman dalam hubungannya dengan efisiensi, biaya operasi dan
kemudahan operasional. Irigasi tetes menjadi salah satu pilihan dalam metode
pemberian air irigasi, karena memiliki efisiensi yang paling tinggi. Sistem irigasi
tetes bisa digunakan untuk hampir semua jenis tanaman seperti tanaman sayur-
penampung air, menara penopang tangki, kran, saringan (filter), pipa PVC,
sambungan pipa, dan pipa tetes (drip line) tempat air menetes ke setiap akar
tanaman, yang lebih sederhana bisa memanfaatkan ember yang digantung setinggi
1 m. Akibat beda ketinggian ini, air akan mengalir dari tangki melalui pipa PVC,
dari pipa PVC air kemudian mengalir ke drip lines yang memiliki lubang-lubang
persebaran debit.
B. Tujuan
airnya melalui jalur pipa ekstensif biasanya dengan diameter kecil ke tanah dekat
tanaman. Pada sistem irigasi tetes, pemberian air dilakukan dengan menggunakan
tanaman. Alat pengeluaran air pada pipa disebut emitter (penetes) yang
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari penetes, air menyebar secara
horizontal dan vertikal oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan
vertikal oleh gravitasi. Luas daerah yang terbasahi oleh penetes tergantung pada
besarnya aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal
Secara teoritis efisiensi irigasi tetes relatif lebih tinggi dari irigasi yang lain,
karena sistem irigasi tetes hanya memberikan air pada daerah perakaran, sehingga
mengurangi kehilangan air irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif untuk
efisiensi irigasi tetes yang relatif tinggi ini dapat tercapai bila memenuhi dua
1. Jaringan irigasi tetes yang dibangun dapat memberikan air secara seragam.
Tujuan dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
1. Efisiensi irigasi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sistem irigasi lain,
disebabkan kondisi terlalu basah. Hal ini karena pada sistem irigasi tetes
4. Pemberian pupuk ataupun pestisida dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
5. Menghemat kebutuhan akan tenaga kerja untuk kegiatan pemberian air irigasi
dan pemupukan, karena sistem irigasi tetes bisa dioperasikan secara otomatis.
3. Pemberian air yang tidak memenuhi kebutuhan air tanaman karena kurangnya
pertumbuhan tanaman.
Menurut Keller dan Bleisner (1990) terdapat empat tipe dalam sistem irigasi
tetes, yaitu :
menerus melalui penetes (emitter). Penetes dapat berupa single outlet emitter,
mutiple outlet emitter atau line source emitter type. Tipe dan pengaturannya
2. Sub Surface System : sama dengan drip system tetapi lateral dan penetes
3. Bubbler system : memberikan air ke permukaan tanah berupa arus kecil. Laju
1. Emitter atau penetes, merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa
diguanakan untuk lateral biasanya terbuat dari pipa PVC (Polyvinil Chlorida)
½ inch).
pipa-pipa lateral. Pipa sub utama atau manifold biasanya dari bahan pipa PVC
4. Pipa utama, merupakan komponen yang menyalurkan air dari sumber air ke
pipa-pipa distribusi dalam jaringan. Bahan pipa utama biasanya dipilih dari
Efisiensi distribusi air ditentukan oleh keseragaman penyebaran air dari tiap
penetes. Efisiensi irigasi tergolong sangat tinggi jika keseragaman atau nilai EU
lebih besar 98%. Nilai keseragaman penyebaran irigasi tetes dapat diketahui
dimana:
EU : Keseragaman penyebaran penetes (%).
2 2 2 2 2
v= √(( q 1 +q 2 +q 3 ...+qn ) −( n. qa ))/(n−1)
qa
dimana:
kualitatif dari variasi aliran penetes. Nilai koefisien keseragaman diatas 98%
(perbandingan debit maksimum dan debit minimum kurang dari 1.1) adalah
sangat baik. Jika nilai berkisar 95% - 98% (perbandingan debit maksimum dan
debit minimum antara 1.1 – 1.2) maka masih dapat diterima. Jika nilai koefisien
panjang pipa atau memperbesar diameter pipa (Nakayama dan Bucks, 1986).
III. METODOLOGI
1. Pompa air.
4. Stopwatch.
5. Bak penampung.
6. Air.
B. Prosedur Kerja
2. Pompa dinyalakan.
3. Pompa dimatikan.
6. Air yang telah tertampung diamati dan diukur pada gelas penampung.
A. Hasil
1
2
6 3
Keterangan :
gelas.
x total
x́=
n
54,801
x́=
16
x́ ¿ 3,425 cm
∑( xi− x́ )
Cu = 100x (1 - )
∑ xi
0
= 100 (1 - )
54,801
= 100 (1 – 0,738)
= 100 (1-0)
= 100 %
B. Pembahasan
airnya melalui jalur pipa ekstensif biasanya dengan diameter kecil ke tanah dekat
tanaman. Pada sistem irigasi tetes, pemberian air dilakukan dengan menggunakan
tanaman. Alat pengeluaran air pada pipa disebut emitter (penetes) yang
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari penetes, air menyebar secara
horizontal dan vertikal oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan
vertikal oleh gravitasi. Luas daerah yang terbasahi oleh penetes tergantung pada
besarnya aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal
Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai
dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes
merupakan metode pemberian air tanaman secara kontiniu dan penggunaan air
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian kehilangan air seperti
tinggi. Sistem irigasi tetes mengalirkan air secara lambat untuk menjaga
kelembaban tanah dalam rentang waktu yang diinginkan bagi tanaman (Michael,
1978).
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air dengan jalan meneteskan air
tanaman. Hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi seluruh air
yang ditambahkan dapat diserap dengan cepat pada keadaan kelembaban tanah
yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang efisien
dalam tanah melalui suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit
kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke
samping maupun ke bawah karena adanya gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk
1. Meningkatkan nilai guna air Secara umum, air yang digunakan pada irigasi
pertumbuhan tanaman.
pada metode ini dicampur denagn air irigasi, sehingga pupuk atau bahan
5. Menekan pertumbuhan gulma Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas
sebagai berikut:
masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes, karena akan mempengaruhi
debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan perawatan yang
intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil.
2. Penumpukan garam Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi
dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
kurang cermat.
4. Keterbatasan biaya dan teknik Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang
Manfaat irigasi tetes antara lain ialah penghematan air, waktu, tenaga kerja,
dan biaya tenaga kerja. Penghematan air karena diberikan ke tanaman sesuai
serentak. Pada irigasi tradisional (kocor), petani membutuhkan banyak air dan
banyak alokasi tenaga kerja karena dilakukan secara manual dan satu per satu
tanaman.
Penggunaan irigasi tetes mampu menekan penggunaan tenaga kerja
penyiraman. Oleh karena itu untuk pekarangan yang luas dibutuhkan tenaga kerja
cukup banyak. Setelah menggunakan irigasi tetes, waktu yang diperlukan untuk
menyiram relatif singkat dan petani bisa melakukan kegiatan pemeliharaan atau
ternyata juga mencerminkan peradaban suatu bangsa. Ini bisa dilihat dari
biasanya muncul tak jauh dari sumber air yang dikelola dengan baik dan
fungsi lain, semisal bendungan air yang memiliki fungsi lain sebagai
pembangkit listrik. Irigasi yang tertata dengan baik juga menjadi solusi atas
problem kekurangan pangan lokal yang tak jarang menimpa banyak negara.
3. Sistem irigasi yang diatur dan berfungsi dengan baik juga berbanding lurus
4. Tanaman yang dihasilkan dari lahan subur dan bebas hama penyakit sangat
berbagai macam penyakit. Begitu juga, hasil pertanian yang berkualitas dapat
konsumsi sendiri sehingga tidak perlu mengimpor bahan pangan dari negara
lain.
Menurut Keller dan Bliesner (1990), komponen sistem irigasi tetes terdiri
atas:
tanah sekitar tanaman dengan debit yang rendah dan tekanan yang mendekati
tekanan atmosfer. Air yang keluar dari penetes meresap ke dalam profil tanah
akibat gaya kapilaritas dan gravitasi. Aliran air yang keluar dari penetes dapat
diatur secara manual ataupun otomatis untuk mendapatkan debit air sesuai
terbuat dari PVC atau PE dengan diameter antara 12,7 mm (1/2 inchi) – 38,1
mm (1 ½ inchi).
3. Pipa manifold atau sub utama, merupakan pipa yang menyalurkan air ke pipa-
pipa lateral. Pipa manifold biasanya terbuat dari pipa PVC dengan diameter
4. Pipa utama, pipa ini merupakan komponen yang menyalurkan air ke pipapipa
manifold. Biasanya pipa utama terbuat dari pipa PVC atau paduan antara
5. Pompa dan tenaga penggerak, berfungsi mengangkat air dari sumber air
Sistem irigasi tetes mempunyai cara pengontrolan yang baik sejak air
dialirkan sampai diserap tanaman. Di samping itu sistem irigasi tetes mengurangi
tanaman melalui irigasi. Sistem irigasi cocok digunakan untuk komoditas tanaman
yang ditanam secara berderet yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga
dapat menutupi biaya penyusutan perangkat irigasi tetes. Kandungan air tanah
merupakan salah satu hal penting pada produksi tanaman. Pengaturan jumlah dan
Kelebihan irigasi jenis ini di antaranya adalah efisiensi dan penghematan air,
menghindari akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok untuk tanaman di
tanaman. Selain itu, jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan
penanamannya.
Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan serta tekanan rendah. Air
akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah karena adanya gaya
aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang
tinggi (hampir terus menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang
masuk ke alat aplikasi sekitar 1,0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati
nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah.
Sistem irigasi tetes didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per
variasi debit yang dihasilkan emiter. Karena debit merupakan fungsi dari tekanan
operasi, maka variasi tekanan operasi merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh
karena tekanan berpengaruh pada debit emiter maka semakin besar tinggi air
tangki penampungan akan semakin tinggi pula tekanan. Sehingga debit akan
semakin besar.
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman yang dinyatakan dalam kedalaman air yang dibutuhkan
lingkungan yang baik (tumbuh tanpa stagnasi dari kadar air tanah dan kondisi
media tumbuh yang subur). ETc dipengaruhi oleh iklim, karakteristik tanaman
Jadi irigasi tetes ini sanfat cocok pada awal masa pertunasan atau
Langkah praktikum irigasi tetes ini adalah yang pertama menyiapkan alat
dan bahan berupa instalasi irigasi tetes dan wadah botol gelas untuk menampung
air yang keluar dari emiiter. Setelah itu masukan air ke dalam bak penampung dan
buka kran selama 5 menit dan biarkan air mengalir ke wadah gelas plastik.
Kemudian ukur tinggi air dimasing-masing gelas plastik tersebut dan hitung juga
tinggi rata-rata tinggi air digelas plastik tersebut. Setelah tinggi rata-rata terhitung
kemudian dicari nilai koefisien keseragaman (CU). Pengukuran keseragaman
Hasil penelitian Umar et al. (2008), pemberian air dengan debit 20 L/jam
33,61 % walau nilai ini masih lebih rendah dari kandungan lengas tanah yang
dikehendaki oleh tanaman jeruk 55-65 % dari kapasitas lapang (Rais dan
Murhadi, 1996). Berdasarkan indeks panen (IP) 100 % hasil panen cabai di tanah
latosol Serpong (BBP Mektan) 4,73 t/ha (Prabowo dan Wiyono, 2006).
Selanjutnya hasil cabai pada tanah sulfat masam melalui irigasi tetes dengan
pemupukan NPK 112,5 + 72 + 37,5 kg/ha memberikan hasil tertinggi yakni 7,59
minggu setelah tanam (Supriyo et al., 2008). Hasil cabai yang dihasilkan pada
lahan sulfat masam dengan irigasi tetes umunya belum optimal (relatif rendah)
antara 2,99-7,59 t/ha, hal ini diduga juga dipengaruhi oleh pH tanah yang rendah,
pH tanah yang diperlukan tanaman cabai untuk pertumbuhan optimum adalah >
5,5 (Dierolf et al., 2001). Debit yang akan disalurkan pada masing-masing lateral
fase. Pada fase awal lamanya penyiraman selama 0,085 jam/hari, pada fase tengah
0,195 jam/hari dan pada fase akhir 0,181 jam/hari. Debit didapat dari hasil
perkalian debit rata-rata dengan waktu penyiraman sehingga setiap fase tanaman
akan berbeda-beda mendapatkan debit air. Adanya perbedaan debit air yang
disalurkan kepada setiap tanaman dikarenakan lubang pipa lateral dan jarak letak
emiter tempat pengeluaran air setiap tanaman berbeda-beda. Umumnya untuk
mencapai 100 %, sehingga setiap tanaman akan memperoleh jumlah air yang
pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman cabai di lokasi sulfat masam aktual
distribusi tetesan air irigasi dengan pemberian pupuk mencapai 77,78 %. Menurut
ASAE nilai distribusi tetesan cukup baik (75-80 %) sesuai Tabel 1 kriteria tingkat
keseragaman tetes sistim irigasi tetes (Lamm et al., 2003). Dari 3 ulangan dengan
waktu yang digunakan untuk menghitung irigasi tetes atau debit maka nilai
menampung air yang mengalir melalui emitter pada suatu wadah per satuan waktu
(1 jam) pada tiap emitternya, kemudian dihitung debit air rata-rata dari seluruh
emitter. Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada
irigasi tetes debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit
rata-rata dari emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes
bergantung dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum
100%. Keseragaman irigasi tetes dapat dikatakan seragam atau layak apabila nilai
Cu lebih besar dari 90% (>90%). Nilai Cu yang rendah dapat dijadikan indikator
A. Kesimpulan
1. Bagian-bagian dari irigasi tetes adalah bak penampung, kran air, pipa utama,
tekanan pada sistem atau instalasi irigasi tetes atau dikeluarkan dengan
tekanan mendekati nol maka akan mendapatkan tetesan yang terus menerus
B. Saran
Praktikum irigasi tetes sudah berjala dengan lancar. Kendala yang dihadapi
saat praktikum adlah ada emiiter yang tersumbat dan mengakibatkan air tidak
menetes.
DAFTAR PUSTAKA
Cumulus, A.R. 1992. Perencanaan Sistem Irigasi Tetes untuk Tanaman Melon
(Cucumis melo L.) di PT Hortitek Tropika Sari Bogor. Skripsi. Jurusan
Teknik Pertanian, IPB, Bogor
Erizal, 2003. Aplikasi Teknologi Irigasi Sprinkler dan Drip. Lembaga Penelitian
IPB. Bogo
Hansen, V.E. Israelsen, O.W. Glen, E.S. Endang, P.T dan Soetjipto., 1986.
Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga, Jakarta.
Hansen, V.E., O.W. Israelsen dan G.E. Stringham. 1992. Dasar-dasar dan
Praktek Irigasi Edisi ke-IV. Penerjemah Endang P. Tachyan. Erlangga:
Jakarta
James, D.W; O.W. Israelsen and G.E. Stringham, 1982. Modern Irrigated Soils,
Departemen of Soil Science and Meteorology. Utah State University. Utah
Keller, J. dan Ron D. Bliesner. 1990. Sprinkle and Trickle Irrigation. New York.
Van Nostrand Reinhold.
Michael, A.M., 1978. Irrigation Theory and Practice. Vikas Publishing House
PVT LTD
Nakayama FS, DA Bucks .1986. Trickle Irrigation for Crop Production Design,
Operation and Management. Development in Agricultural Engineering 9.
Elsevier Science Publishers B.V. Amsterdam.
Prabowo A, Wiyono J (2006) Pengelolaan sistem irigasi mikro untuk tanaman
hortikultura dan palawija. Jurnal Engineering Pertanian 4(2): 83-92.
Sapei, A., 2003. Uniformity dan Efisiensi Irigasi Sprinkler dan Drip. Pelatihan
Aplikasi Teknologi Irigasi Sprinkler dan Drip. Lembaga Penelitian Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sumarna, A. 1998. Irigasi Tetes pada Budidaya Cabai. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran: Bandung. 31 hlm