Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN IRIGASI CURAH PADA BUDIDAYA

TANAMAN NANAS

IRRIGATION PLANNING BULK ON PINEAPPLE


CULTIVATION
Bella Yuliani1, Thariq Ziyad Ilhami2, Virda Maharani3
Selasa Siang - Kelompok 2
1,2,3)
Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680
Email: thariqziyad14@gmail.com

PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan tanaman.
Keberadaan air di dalam tanah perlu diatur sebaik mungkin agar pertumbuhan
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pemberian air pengairan (irigasi) terhadap
lahan-lahan pertanaman dalam jangkauan pembasahan permukaan tanah atau pun
pembasahan tanah di bawah permukaannya (surface and below the surface
irrigation) dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan perancangan lahan-
lahan pertanian dan kebutuhan tanamannya akan air pengairan. Salah satu cara
pemberian air irigasi yaitu irigasi curah atau sprinkler.
Irigasi curah adalah sistem pemberian air ke lahan pertanian dengan
menggunakan tekanan (pressure). Tekanan biasanya didapatkan dengan cara
pemompaan atau gravitasi. Sistem irigasi curah merupakan salah satu alternatif
teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai efisiensi irigasi lebih tinggi
dibandingkan irigasi permukaan. Oleh karena itu, teknologi irigasi bertekanan lebih
tepat diterapkan di daerah-daerah yang relatif kering, yang memerlukan teknologi
irigasi hemat air (Departemen Pertanian 2010).
Menurut Balai Irigasi Bekasi (2009), irigasi curah (sprinkler) merupakan teknologi
dengan input tinggi dan biaya investasi yang tinggi, tetapi sangat cocok dan sesuai
untuk pengembangan lahan kering, misalnya di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara
Barat serta daerah lahan kering lainnya. Teknologi irigasi ini juga diperlukan untuk
usaha tani dengan teknik budidaya tanaman tertentu seperti jenis tanaman pangan,
jagung, hortikultura, kelapa sawit, tanaman jarak, kapas, nanas, salak, jeruk, cabe,
tomat, terong.
Jaringan irigasi bertekanan khususnya irigasi curah dapat menjadi investasi yang
baik apabila dirancang dengan baik, dipasang, dipelihara secara tepat. Desain
jaringan irigasi curah yang baik memerlukan batasan yang diambil untuk dimensi
pipa, distribusi tekanan, debit serta sejumlah parameter hidrolik yang lain (Owusu-
Ansah 2011).

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi curah
Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode
pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh
ke permukaan tanah seperti air hujan (Keller and Bliensner, 2000). Sistem irigasi
curah (sprinkler) ini menggunakan energi tekanan untuk membentuk dan
mendistribusikan air ke lahan. Tekanan merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan kinerja sprinkler. Sistem irigasi curah (sprinkler) merupakan salah satu
alternatif metode pemberian air dengan efisiensi pemberian air lebih tinggi
dibanding dengan irigasi permukaan. Sistem ini berbiaya mahal akan tetapi sangat
murah dalam pengoperasiannya (Kartasapoetra dan Mulyani, 1990).
Irigasi curah disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan
dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Dinas Pertanian 2010).
Menurut Sapei et al. (2006), beberapa keuntungan irigasi curah antara lain:
a. Efisiensi pemakaian air cukup tinggi
b. Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman
tanah (solum) yang dangkal, tanpa diperlukan perataan lahan (land grading).
c. Cocok untuk tanah berpasir di mana laju infiltrasi biasanya cukup tinggi.
d. Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan
terjadinya erosi.
e. Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama
dengan air irigasi.
f. Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi
permukaan.
g. Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang
tidak dapat ditanami
h. Tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian.
Menurut Sapei et al. (2006), berbagai faktor pembatas penggunaan irigasi curah
adalah:
a. Kecepatan dan arah angin berpengaruh terhadap pola penyebaran air
b. Air irigasi harus cukup bersih bebas dari pasir dan kotoran lainnya
c. Investasi awal cukup tinggi
d. Diperlukan tenaga penggerak di mana tekanan air berkisar antara 0,5 – 10
kg/cm2.
Komponen irigasi curah
Menurut Balai Irigasi (2010), umumnya komponen irigasi curah adalah
sebagai berikut:
a. Tenaga penggerak
Sumber tenaga penggerak pompa dapat berupa motor listrik atau motor bakar.
Jenis pompa yang biasa digunakan pada suatu sistem irigasi curah adalah
pompa sentrifugal dan turbin. Pompa sentrifugal digunakan apabila debit dan
tekanan yang dibutuhkan relatif kecil, sedangkan pompa turbin digunakan
apabila debit dan tekanan yang dibutuhkan relatif besar.
b. Pipa utama
Pipa utama (main line) adalah pipa yang mengalirkan air dari pompa ke pipa
lateral. Pipa utama dibuat permanen di atas atau di bawah permukaan tanah,
dapat pula berpindah (portable) dari satu lahan ke lahan yang lain. Untuk pipa
utama yang ditanam, umumnya dipasang pada kedalaman 0.75 m di bawah
permukaan tanah. Pipa manifold berdiameter antara 75 – 200 mm. Jenis pipa
yang biasa digunakan baik sebagai pipa lateral, manifold, maupun pipa utama
antara lain GIP, PVC, PE, dan Alumunium.
c. Pipa lateral
Pipa lateral adalah pipa yang mengalirkan air dari pipa utama ke sprinkler.
Pipa lateral biasanya tersedia di pasaran dengan ukuran panjang 5, 6, atau 12
meter setiap potongnya. Pipa lateral berdiamater lebih kecil dari pada pipa
manifold, umumnya lateral berdiameter 50 – 125 mm, dapat bersifat
permanen atau berpindah.
d. Kepala sprinkler (sprinkler head)
Terdapat dua tipe kepala sprinkler untuk mendapatkan semprotan yang baik
yaitu:
1. Kepala sprinkler berputar (rotating head sprinkler). Kepala sprinkler
berputar mempunyai satu atau dua nozzle dengan berbagai ukuran
tergantung pada debit dan diameter lingkaran basah yang diinginkan.
2. Pipa dengan lubang-lubang sepanjang atas dan sampingnya (sprayline)
Skema jaringan irigasi curah dan contoh jaringan pipa dapat dilihat
pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1 Skema jaringan irigasi curah (Prastowo 2002 dalam Hadi 2010)

METODE PRAKTIKUM
Praktikum Teknik Irigasi tentang Perencanaan Irigasi Curah Pada Budidaya
Tanaman Nanas dilakukan pada hari Selasa, 23 April 2019 di Laboratorium
Komputer Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan. Perhitungan dilakukan
dengan bantuan Microsoft Excel. Untuk lebih singkat nya, langkah-langkah
praktikum dapat dilihat pada Gambar 2 diagram alir dibawah ini.
Mulai

Buka PC/Laptop lalu jalankan Microsoft Excel

Data awal dikumpulkan

Tentukan jumlah dan blok irigasi

Tentukan modifikasi blok irigasi

Tentukan TDH dan kapasitas sistem irigasi curah

Cek modifikasi

selesai

Gambar 2 Diagram alir metode analisis jaringan pipa

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data awal yang diperoleh dalam menentukan blok irigasi adalah luas lahan yaitu
sebesar 25 Ha dengan ukuran lahan 500m, volume air tanah adalah 15%, kebutuhan
air tanahman nanas adalah 5 mm/hari, kedalaman akar nanas adalah 500 mm
dengan efisiensi irigasi sebesar 85%. Langkah pertama dalam menentukan jumlah
dan blok irigasi adalah menentukan RAW atau kedalaman bersih air irigasi
maksimum, faktor yang memengaruhi RAW adalah MAD (Fraksi kandungan air
tanah tersedia), kedalaman akar dan volume air tanah. Nilai RAW yang diperoleh
kelompok 2 sebesar 37.5 mm dengan interval irigasi 7.5 hari, sehingga jumlah blok
yang dibutuhkan sebanyak 6 blok dengan luas lahan 41666.7 m2. Panjang blok
yang digunakan oleh kelompok 2 adalah 250 m dan lebar sebesar 166.67 m.
Langkah selanjutnya adalah menentukan modifikasi blok irigasi. Jumlah blok
irigasi kelompok 2 adalah 6 blok dengan subblok sebanyak 6 buah, panjang pipa
lateral yang digunakan adalah 125 m dan panjang pipa manifold sepanjang 55.67
m. Pipa yang digunakan berukuran 2.5 inci dengan jenis pipa adalah PVC jumlah
pencurah/lateral berjumlah 4 buah dengan jumlah lateral/manifold sebesar 6 buah.
Tekanan yang digunakan sebesar 3 bar. Headloss yang didapatkan sebesar 2.86 m
sehingga modifikasi modifikasi blok irigasi memenuhi syarat yang telah ditentukan
yaitu kurang dari 11%.
Langkah selanjutnya adalah menentukan TDH (Total Dynamik Head)
dipengaruhi beberapa faktor yaitu, beda elevasi sumber air dengan pompa sebesar
0 m sedangkan beda elevasi pompa dengan lahan tertinggi sebesar 0 m, kehilangan
head akibat gesekan sepanjang pipa penyaluran dan distribusi sebesar 6.5 m dapat
dilihat pada nomogram hazen wiliam, kehilangan head pada sambungansambungan
dan katup berkisar antara 0.3 – 1 m, kehilangan head pada sub unit (m) biasanya
besarnya 20% dari Ha, Velocity head (m) besarnya 1 m, head untuk faktor
keamanan (m), besarnya 20% dari total kehilangan head. Sehingga TDH yang
diperoleh adalah penjumlahan dari faktor – faktor yang mempengaruhi yaitu
sebesar 40.5 m. Sistim operasi yang digunakan adalah air tanah diangkat dengan
pompa JIAT, kemudian didistribusikan melalui jaringan pipa utama, manifold dan
lateral, bersamaan dengan pupuk/nutrisi, dan diteteskan melalui emiter langsung
menuju daerah perakaran tanaman. Laju penyiraman sebesar 5.56 mm/jam dengan
lama pemberian air 9.53 jam sehingga kapasitas sistem (Qs) sebesar 34.07 l/detik .
sedangkan debit pada jumlah pencurah sebesar 0.33 l/detik dengan jumlah pencurah
sebanyak 102.21 buah. Blok irigasi yang dirancang oleh kelompok 2 perlu
dimodifikasi karena debit pada kapasitas sistem lebih besar dari pada debit sumber
yaitu 34.07/detik untuk debit kapasitas dan 10 l/detik untuk debit sumber.

SIMPULAN
Sistem perancangan irigasi tetes oleh kelompok 2 dirancang pada lahan terbuka
(outdoor) yang sistem pengaplikasian air irigasinya bisa bersamaan sekaligus
dengan pupuk dan nutrisi, dan sumber airnya menggunakan air tanah dengan
bantuan tenaga pompa JIAT. Lahan secara keseluruhan akan dibagi menjadi
beberapa blok irigasi disesuaikan dengan luas garapan petani dan kapasitas pompa
yang ada. Luas lahan sebesar 25 Ha dibagi menjadi 6 blok irigasi. Per blok rata-rata
terdiri dari 6 sub blok irigasi didasarkan pada tipe lahan yang ada. Ukuran blok
adalah 250 x 166.67 m, sedangkan pipa yang digunakan adalah pipa jenis PVC
untuk lateral dengan ukuran 2.5 inci. Nilai RAW yang diperoleh kelompok 2
sebesar 37.5 mm dengan interval irigasi 7.5 hari. Blok irigasi yang dirancang oleh
kelompok 2 perlu dimodifikasi karena debit pada kapasitas sistem lebih besar dari
pada debit sumber yaitu 34.07 l/detik untuk debit kapasitas dan 10 l/detik untuk
debit sumber.

SARAN
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan seharusnya lebih kodusif, dan
pemahaman mengenai metode yang digunakan harus lebih diperhatikan, agar hasil
data yang didapatkan sesuai atau akurat.

DAFTAR PUSTAKA
[Balai Irigasi] Tim Balai Irigasi. 2009. Pengenalan Irigasi Curah. Bekasi: Balai
Irigasi. 2009. Konsep Laporan Akhir Penelitian Jaringan Irigasi Non Padi
(Lanjutan). Bekasi: Balai Irigasi.
Departemen Pertanian. 2010. Pedoman Teknis: Pengembangan Irigasi Bertekanan.
Direktorat Pengelolaan Air, Direktorat Pengelolahan Lahan dan Air,
Departemen Pertanian, Jakarta.
Hadi, Ismail. 2010. Model Rancangan Hidrolika Sub-Unit Irigasi Curah dengan
Tekanan Sedang[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kartasapoetra, A. G. dan M. S. Mulyani. 1990. Teknologi Pengairan Pertanian.
Bumi. Aksara. Jakarta
Keller, J. and D, R. Bliensner. 2000. Springkler and Trickle Irrigation. Blackburn
Presss
Owusu-Ansah, Frank. 2011. Hydraulic Modelling of Pressurized Irrigation
Networks for Optimization in Desaign [Tesis]. Italia: IAO.
Safei Asep, Prastowo, Dedi K. 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai