Anda di halaman 1dari 6

IRIGASI DAN DRAINASE

TUGAS M5-M6

Disusun Oleh:
Nama : Anggi Wiyaniputri Hasna
NIM : 215040201111159
Kelas :Q

Dosen Pengampu:
Syamsul Arifin, S.P., M.Si.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
SOAL 1
1. Irigasi sprinkle tidak sesuai diaplikasikan pada lahan yang berangin, karena
menyebabkan adanya ketidakefisienan. Jelaskan mekanisme apa yang terjadi,
sehingga keberadaan angin menyebabkan irigasi sprinkle menjadi tidak
efisien!
Jawaban:
Keberadaan angin dapat membuat irigasi sprinkle menjadi tidak efisien karena
angin dapat mengganggu distribusi air yang disemprotkan oleh sistem irigasi
sprinkle. Angin dapat membawa tetesan air ke arah yang tidak diinginkan,
sehingga air tidak tersebar merata di area yang perlu disiram. Ini dapat
mengakibatkan beberapa bagian tanaman menerima terlalu banyak air
sementara yang lain mungkin tidak mendapatkan cukup air. Angin juga dapat
menyebabkan banyak air hilang karena terbawa oleh angin sebelum mencapai
tanah. Ini mengakibatkan pemborosan air dan dapat meningkatkan biaya
operasional irigasi.
2. Pada irigasi center pivot, jika lahannya tidak berbentuk lingkaran, tetapi
persegi panjang, apa yang dilakukan agar sudut-sudut lahan tetap mendapatkan
air irigasi?
Jawaban:
- mengurangi kecepatan pivot di bagian tengah dan meningkatkannya di
bagian luar untuk menyamakan distribusi air di seluruh area.
- merancang pola pivot yang disesuaikan dengan bentuk lahan.
- menggunakan additional tool pada setiap ujung pipa lateral sebagai
tambahan untuk menyemprotkan air ke ujung petak lahan.
3. Jelaskan hal terkait dengan intake dan optimum application rate. Apa yang
dimaksud, dan kondisi-kondisi apa yang harus dicapai untuk mendapatkan
praktek irigasi yang efisien!
Jawaban:
Intake rate (Laju Penyerapan) mengacu pada kemampuan tanah untuk
menyerap air dari sistem irigasi. Hal ini berkaitan dengan seberapa cepat tanah
dapat menyerap air yang diberikan melalui irigasi. Sementara itu, optimum
application rate (Laju Aplikasi Optimal) mengacu pada tingkat aliran atau
volume air yang diberikan oleh sistem irigasi dalam satuan waktu tertentu.
Guna mencapai praktek irigasi yang efisien soil intake tidak boleh lebih kecil
dari optimum aplication rate karena hal ini akan menimbulkan genangan air.
Selain itu, harus dapat menciptakan kondisi yang tepat pada (adjust) tetesan air
pada sprinkle agar tidak lebih besar dari soil intake.
4. Jelaskan fungsi selenoid valve!
Jawaban:
Solenoid valve (katup solenoid) digunakan untuk mengendalikan aliran fluida
untuk mengeluarkan air ke pipa dengan membuka atau menutup jalur aliran
fluida sesuai dengan sinyal listrik yang diberikan ke solenoidnya.
5. Jelaskan apa yang harus dilakukan oleh irigator agar kadar garam pada irigasi
drip tidak mengancam akar tanaman!
Jawaban:
- menganalisis kualitas air, termasuk kadar garamnya.
- mencari sumber air irigasi alternatif yang lebih berkualitas.
- hindari penyiraman berlebihan yang dapat mengakibatkan akumulasi
garam di zona akar tanaman.
- pemantauan teratur terhadap kadar garam di tanah menggunakan tes tanah.
- praktek rotasi tanaman dapat membantu mengelola salinitas tanah.

SOAL 2
1. Dari tugas tutorial materi CropWat, buatlah desain irigasi dengan jalan
menguraikan mulai dari preliminary design sampai dengan efisiensi irigasi
yang saudara pilih.
2. Kemudian buat detail desain irigasinya (pilih sprinkle atau mikro). Buat sketsa
detail dari lahan yang ingin anda rencanakan untuk diinstal irigasi tersebut
sesuai dengan data dari analisa CropWat. Gunakan sketsa, gambar, dan layout
yang diperlukan untuk menjelaskan apa yang saudara rencanakan.

Jawaban:
Desain irigasi yang efisien dan berhasil memerlukan perencanaan yang cermat,
termasuk tahap-tahap dari preliminary design hingga mencapai efisiensi yang
diinginkan.

Langkah 1: Preliminary Design


a) Identifikasi Area Pertanian: Tentukan area pertanian yang akan diirigasi.
Ini melibatkan pengukuran area yang akan disiram, termasuk bentuk dan
topografi lahan.
b) Analisis Tanaman: Tentukan jenis tanaman yang akan ditanam, kebutuhan
airnya, serta periode pertumbuhan. Ini akan membantu dalam menghitung
kebutuhan air per tanaman. Dalam kasus ini menggunakan tanaman melon.
c) Kualitas Air Irigasi: Lakukan analisis kualitas air irigasi untuk mengetahui
kadar garam, pH, dan kontaminan lainnya. Informasi ini penting dalam
menentukan dampak kualitas air terhadap tanaman.
d) Sumber Air: Identifikasi sumber air yang akan digunakan untuk irigasi,
seperti sumur, sungai, atau sistem penyedia air.

Langkah 2: Perhitungan Kebutuhan Air


a) CropWat Software: Gunakan CropWat atau perangkat lunak serupa untuk
menghitung kebutuhan air tanaman berdasarkan data yang telah
dikumpulkan, termasuk jenis tanaman, luas area, dan faktor-faktor lainnya.
b) Jadwal Penyiraman: Tentukan jadwal penyiraman yang tepat, termasuk
frekuensi dan volume air yang dibutuhkan oleh tanaman selama periode
pertumbuhan.

Langkah 3: Sistem Irigasi


a) Pilih Sistem Irigasi: Pilih sistem irigasi yang sesuai dengan kondisi
lapangan dan kebutuhan air tanaman. Dalam contoh ini, menggunakan
irigasi tetes (drip irrigation) karena efisiensi tinggi dalam penggunaan air.
b) Desain Sistem: Tentukan lokasi pipa, titik penyemprotan (drip emitters),
dan sistem kontrol. Pastikan bahwa penyemprotan tetes merata di seluruh
area pertanian.

Langkah 4: Pengendalian dan Monitoring


a) Pengendalian Otomatis: Pasang sistem pengendalian otomatis yang
mengatur jadwal penyiraman dan volume air berdasarkan kebutuhan
tanaman, data cuaca, dan kondisi tanah.
b) Pemantauan: Pasang alat pemantauan yang memungkinkan Anda untuk
memantau suhu tanah, kelembaban, dan kondisi tanaman secara real-time.
Ini dapat membantu dalam penyesuaian irigasi jika diperlukan.

Langkah 5: Efisiensi Irigasi


a) Efisiensi Penggunaan Air: Pastikan bahwa sistem irigasi tetes dirancang
dan dioperasikan dengan baik untuk menghindari kebocoran air dan
pemborosan. Periksa secara berkala untuk memastikan tidak ada
kebocoran atau penyumbatan pada sistem.
b) Manajemen Salinitas: Terus pantau kualitas air irigasi dan ambil tindakan
jika terjadi peningkatan salinitas. Ini bisa mencakup penggunaan air irigasi
berkualitas tinggi atau penggunaan teknik seperti rinsing tanah.
c) Pengelolaan Drainase: Pastikan sistem drainase berfungsi dengan baik
untuk menghindari akumulasi garam di zona akar tanaman.
d) Pemeliharaan Rutin: Lakukan pemeliharaan rutin pada sistem irigasi dan
perangkat kontrol untuk memastikan operasional yang optimal.
Gambar 1. Perencanaan desain sistem irigasi tetes
Irigasi tetes merupakan pilihan tepat dalam meningkatkan efisiensi
penggunaan air. Menurut Hadiutomo (2012), irigasi tetes adalah metode pemberian
air pada tanaman secara langsung, baik pada areal perakaran tanaman maupun pada
permukaan tanah melalui tetesan secara kontinu dan perlahan. Efisiensi
penggunaan air dengan sistem irigasi tetes dapat mencapai 80 - 95% (Simonne et
al., 2010). Irigasi mikro memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknologi
pemberian air lainnya karena menghemat air, memiliki laju aliran air yang rendah
sehingga akar tanaman lebih efektif dalam menyerap air, dapat diterapkan secara
bersamaan dengan proses pemupukan serta dapat disesuaikan dengan topografi
lahan pertanian (Adhiguna & Rejo, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Adhiguna, R. T. & Rejo, A., 2018. Teknologi Irigasi Tetes dalam Mengoptimalkan
Efisiensi Penggunaan Air di Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional
Hari Air Dunia, Volume e-ISSN: 2621-7449, pp. 107-117.
Hadiutomo, K. 2012. Mekanisasi Pertanian. IPB Press. Bogor.
Simonne, E.H., M.D.Dukes, and L.Zotarelli. 2010. Principles and Practices of
Irrigation Management for Vegetables. Chapter 3. IFAS Extension. Florida.

Anda mungkin juga menyukai