Anda di halaman 1dari 7

KONSTRUKSI DAN INSTALASI IRIGASI TETES PADA DAERAH

IRIGASI BATANG ALAI, SULAWESI SELATAN

Construction and Installation of Drip Irrigation in the


Saddang Irigation, South Sulawesi
Devita Eka1, Khairurrijal 2, Rahmat Fauzan3
Kelompok 3-P2
1,2,3)
Institut Pertanian Bogor, Jalan Raya Dramaga Babakan Bogor Jawa
Barat, 16680 Email : devita_eka@apps.ipb.ac.id

Abstrak : Pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan yang tepat merupakan faktor yang paling
penting dalam menentukan keberhasilanusaha untuk meningkatkan produksi tanaman, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Irigasi tetes yang lebih dikenal sebagai drip atau trickle irrigation
merupakan salah satu metode pemberian air ketanaman pada zona perakarannya melalui suatu alat yang
disebut emitter baik yang tunggal maupun berbentuk selang berlubang (drip line). Perhitungan dalam
penentuan emitter sendiri masuk kedalam desain perencanaan dari irigasi tetes. Langkah pertama dalam
perancangan emitter adalah menentukan dimensi dan jumlah blok irigasi, setelah itu dapat menentukan
desain pipa dan selanjutnya akan menentukan desain emitter. Micro spray merupakan suatu metode
irigasi yang memakai teknik pembuatan hujan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Secara umum
komponen micro spray sama dengan komponen pada sistem irigasi tetes, yaitu Emitter atau penetes,
merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah di sekitar tanaman secara
sinambung dengan debit yang rendah dan tekanan yang mendekati tekanan atmosfir. Penyiraman
dengan irigasi tetes menghemat waktu karena penyiraman dilakukan secara otomatis. Pada lahan seluas
1 Ha, dirancang irigasi dengan 5 blok (digunakan interval irigasi 5 hari dengan pertimbangan 1,4 hari
untuk pemeliharaan jaringan. jumlah pembe-rian air irigasi sebesar 33,68 mm selama 2.59 jam dengan
frekuensi aplikasi/hari 4 aplikasi/hari. Digunakan 25 emiter/ lateral, dan 10 emiter atau manifold.
Kata Kunci : Emitter, irigasi, mainfold, lateral

Abstract: Proper management of water resources and utilization are the most important factors in
determining the success of businesses to increase crop production, both in terms of quality and quantity.
Drip irrigation, better known as drip or trickle irrigation, is one method of supplying water to plants in
their root zones through a device called a single emitter or a drip line. The calculation in determining the
emitter itself goes into the design plan of drip irrigation. The first step in designing the emitter is to
determine the dimensions and number of irrigation blocks, after that it can determine the pipe design and
then it will determine the emitter design. Micro spray is an irrigation method that uses rain making
techniques to meet crop water needs. In general, the micro spray component is the same as the
component in a drip irrigation system, the Emitter or dropper, which is a component that supplies water
from a lateral pipe to the ground around the plant in a continuous manner with low discharge and
pressure close to atmospheric pressure. Watering with drip irrigation saves time because watering is
done automatically. On an area of 1 hectare, irrigation with 5 blocks is designed (5-day irrigation
intervals are used with consideration of 1.4 days for network maintenance. The amount of irrigation
water is 33.68 mm for 2.59 hours with application frequency / day 4 applications / day 25 emitters /
lateral, and 10 emitters or manifolds are used.
Keywords: Emitter, irrigation, mainfold, lateral

1
PENDAHULUAN
Pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan yang tepat merupakan faktor yang
paling penting dalam menentukan keberhasilanusaha untuk meningkatkan produksi
tanaman, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kandungan air dalam
tanahmerupakan salah satu hal yang penting pada produksi tanaman. Keberhasilan
sistem penanaman akan tercapai apabila diatur jumlah dan waktu pemberian airnya.
Kelebihan dan kekurangan air juga akan menghambat pertumbuhan dan mempengaruhi
produksi tanaman.Air di dalam pertumbuhan tanaman diperlukan sebagai media
transportasi hara dari dalam tanah ke seluruh bagian tanaman.
Irigasi tetes yang lebih dikenal sebagai drip atau trickle irrigation merupakan
salah satu metode pemberian air ketanaman pada zona perakarannya melalui suatu alat
yang disebut emitter baik yang tunggal maupun berbentuk selang berlubang (drip line).
Sistem irigasi tetes memanfaatkan tekanan gravitasi dan tekanan pompa sebagai sumber
energi untuk mengalirkan air dari reservoir ke tanaman. Menurut Prastowo (2002),
irigasi tetes dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen sekaligus
meningkatkan nilai guna air. Selain itu juga, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penanaman, menghemat tenaga, menekan risiko penumpukan garam dan menekan
pertumbuhan gulma. isini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi tetapi
seluruh air yang ditambahkan dapat diserap cepat pada keadaan kelembapan tanah
rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah penggunaan air irigasi yang sangat efisien.
Nilai ekonomis air dengan menggunakan irigasi tetes lebih baik dibandingkan dengan
irigasi permukaan (Marpaung 2013).
Secara umum pengelolaan irigasi bertujuan untuk memaksimumkan produksi hasil
tanaman dalam hubungannya dengan efisiensi, biaya operasi dan kemudahan
operasional. Irigasi tetes menjadi salah satu pilihan dalam metode pemberian air irigasi,
karena memiliki efisiensi yang paling tinggi. Sistem irigasi tetes bisa digunakan untuk
hampir semua jenis tanaman seperti tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman
merambat dan tanaman lain yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Instalasi irigasi tetes sistem gravitasi memerlukan tangki sebagai penampung air,
menara penopang tangki, kran, saringan (filter), pipa PVC, sambungan pipa, dan pipa
tetes (drip line) tempat air menetes ke setiap akar tanaman, yang lebih sederhana bisa
memanfaatkan ember yang digantung setinggi 1 m. Akibat beda ketinggian ini, air akan
mengalir dari tangki melalui pipa PVC, dari pipa PVC air kemudian mengalir ke drip
lines yang memiliki lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman.

METODOLOGI
Perhitungan dalam penentuan emitter sendiri masuk kedalam desain perencanaan
dari irigasi tetes. Langkah pertama dalam perancangan emitter adalah menentukan
dimensi dan jumlah blok irigasi, setelah itu dapat menentukan desain pipa dan
selanjutnya akan menentukan desain emitter.

2
RAW = P x TAW (1)

Keterangan:
RAW = Readily Availabel Water (mm)
P = Panjang irigasi (m)
TAW = Kapasitas tanah menahan air (mm/m)

Interval Irigasi = (2)

Keterangan :
IWR = Irrigation Water Requirement (mm/hari)

Jumlah pemberian air = (3)

Lama pemberian air = (4)

Frekuensi aplikasi Irigasi/hari = (5)

Jumlah emitter/mainfold = (6)

Jumlah emitter/lateral = (7)

Kapasitas sistem = n emitter/lateral x n emitter/manifold x qa x n sub-unit


TDH = SH + E + Hf1 + Hm + Hf2 + Hv + Ha + Hs
Keterangan:
SH = Beda elevasi sumber air dengan pompa (m)
E = Beda elevasi pompa dengan lahan tertinggi (m)
Hf1 = Kehilangan head akibat gesekan sepanjang pipa penyaluran dan distribusi (m)
Hm = Kehilangan head pada sambungan-sambungan dan katup (m)
Hf2 = Kehilangan head pada sub-unit (m), besarnya ≤ 20 % dari Ha
Hv = Velocity head (m), besarnya sekitar 0,3 m
Ha = Tekanan operasi penetes (m)
Hs = Head untuk faktor keamanan (m), besarnya 20 % dari total kehilangan head

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara teoritis efisiensi irigasi tetes relatif lebih tinggi dari irigasi yang lain, karena
sistem irigasi tetes hanya memberikan air pada daerah perakaran, sehingga mengurangi
kehilangan air irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman.
Namun demikian dalam aplikasinya di lapangan, nilai efisiensi irigasi tetes yang relatif

3
tinggi ini dapat tercapai bila memenuhi dua persyaratan (Prastowo dan Liyantono,
2002), yaitu : (1) Jaringan irigasi tetes yang dibangun dapat memberikan air secara
seragam. (2) Pengoperasian jaringan irigasi dilakukan dengan jadwal yang tepat.
Micro spray merupakan suatu metode irigasi yang memakai teknik pembuatan hujan
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Secara umum komponen micro spray sama
dengan komponen pada sistem irigasi tetes, yaitu Emitter atau penetes yang merupakan
komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah di sekitar tanaman secara
sinambung dengan debit yang rendah dan tekanan yang mendekati tekanan atmosfir.
Kinerja beberapa macam emitter disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kinerja Beberapa Emitter

Pada lahan yang ditanami semangka seluas 1 Ha dirancang sebuah instalasi irigasi
tetes. Data awal untuk perancangan terlampir pada Tabel 2

Tabel 2 Data Awal


Luas 1 Ha
Ukuran Lahan 100 m
50 m
Volume air tanah 16%
Kebutuhan air tanaman 5 mm/hari
efisiensi irigasi (Ea) 95%
kedalaman perakaran 400 mm
semangka
MAD 50%
TAW 64 mm

Berdasarkan data awal yang dimiliki, maka dirancang irigasi tetes 100 m x 10 m
atau 20 m x 50 m dengan interval irigasi selama 5 hari, 5 blok irigasi dengan 1,4 hari
masa pemeliharaan jaringan. Pipa yang digunakan untuk emiter ada dua macam, yaitu

4
pipa lateral dengan diameter 13 mm, panjang maksimal 62 m, dan pipa manifold
dengan diameter 40 mm, panjang maksimal 17 m. Frekuensi aplikasi irigasi
ditentukan 4 aplikasi/hari dengan pertimbangan untuk pemasangan dan pengontrolan
jaringan pada saat operasi. Sehingga, jumlah blok irigasi dikalikan dengan frekuensi
aplikasi irigasi didapatkan sebesar 20 blok. Ukuran blok yang dapat ditentukan dari
20 blok irigasi adalah 25 m × 10 m dapat dilihat pada gambar 4 atau 20 m x 12,5 m
dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 Denah irigasi tetes

Tabel 2 Hasil Rancangan


1. Menentukan jumlah dan blok irigasi
RAW, dx 32 mm
Interval irigasi 6.4 hari
Jumlah blok irigasi 5 blok
Maintenance 1.4 hari
Luas lahan/Blok 1000 m2
0.1 Ha
Ukuran Blok
P 100 m
L 10.00 m

2. Menentukan modifikasi blok irigasi


Jumlah pemberian air irigasi 33.68 mm
Lama pemberian air 2.59 jam/aplikasi
frekuensi aplikasi irigasi digunakan 4.63125 aplikasi/hari
4 aplikasi/hari
jumlah blok irigasi 20 blok

5
Ukuran Blok
P 25 m
L 10.00 m
DILAKUKAN MODIFIKASI

3. Dimensi dan jumlah emiter dan manifold


Diameter pipa lateral 13 mm
panjang maks pipa lateral 62 mm
Diameter pipa manifold 40 mm
panjang maks pipa manifold 17 m
blok baru 20 blok
Sub unit 4 sub-unit
Panjang manifold 12.5 m
Panjang lateral 10.00 m
Dg ukuran tersebut, maka dalam 1 blok irigasi terdapat 4 sub-unit, dengan 12,5m
manifold dan 10 m lateral
jmlh emiter/lateral 20.0 buah
jmlh lateral/manifold 25 buah
Berdasarkan perancangan yang telah dilakukan maka terdapat 20 buah
emiter/lateral, dan 25 buah emiter/lateral pada instalasi irigasi tetes ini. Berdasarkan
jumlah emiter tersebut, maka kapasitas sistem mampu menampung sebesaar 3.9
l/detik. Selanjutnya untuk mendapatkan Total Dynamic Head (TDH), membutuhkan
data headloss (Hf) yang dicari menggunakan Nomogram Hazzen William.

SIMPULAN
Penyiraman dengan irigasi tetes menghemat waktu karena penyiraman dilakukan
secara otomatis. Pada lahan seluas 1 Ha, dirancang irigasi dengan 5 blok (digunakan
interval irigasi 5 hari dengan pertimbangan 1,4 hari untuk pemeliharaan jaringan.
jumlah pembe-rian air irigasi sebesar 33,68 mm selama 2.59 jam dengan frekuensi
aplikasi/hari 4 aplikasi/hari. Digunakan 25 emiter/ lateral, dan 10 emiter/manifold.

Daftar Pustaka
Direktorat Bina Produksi Hortikultura. 1998. Irigasi Mikro, Penerapan Irigasi Tetes.
Jakarta(ID): Direktorat Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian.
Marpaung R. 2013. Estimasi nilai ekonomi air dan eksternalitas lingkungan pada
penerapan irigasi tetes dan alur di lahan kering desa pejarakan Bali. Jurnal Sosial
Ekonomi Pekerjaan Umum. 5(1): 65-75.
Prastowo A. 2002. Prosedur Rancangan Irigasi Tetes, Bogor, Laboratorium Teknik
Tanah dan Air – Jurusan Teknik Pertanian- IPB.
Pasaribu I S, Sumono S, Daulay S B, Susanto E. 2018. Analisis efisiensi irigasi tetes dan
kebutuhan air tanaman semangka (Citrullus Vulgaris S.) pada tanah utisol. Jurnal
Rekayasa Pangan dan Pertanian. 2(1): 90-95.

6
7

Anda mungkin juga menyukai