Kondisi tanah yang tercemar oleh minyak bumi dapat diketahui tingkat
polusinya dengan menguji beberapa parameter tanah, seperti kelembapan,
temperatur, pH, turbiditas, konsentrasi minyak dan lemak (oil and grease), TPH
dan juga laju pertumbuhan bakteri. Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) adalah
persentase kandungan minyak mentah pada tanah yang terpapar untuk
menentukan tingkat aman bagi lingkungan. TPH adalah jumlah hidrokarbon
minyak bumi yang terukur dari media lingkungan. Hidrokarbon minyak bumi
(Petroleum Hydrocarbon) adalah berbagai jenis senyawa hidrokarbon yang
terdapat dalam minyak bumi. TPH menjelaskan konsentrasi hidrokarbon minyak
bumi dalam tanah dan sering dinyatakan dalam satuan mg/kg atau %. Analisis
TPH diawali dari ekstraksi dengan pelarut n-heksana. Pelarut n-heksana pada
analisis dipilih untuk menghindari penggunaan Freon-113 yang merusak
lingkungan. Hal ini mengikuti kaidah like dissolves like. yaitu zat terlarut polar
akan terekstraksi pada pelarut polar, demikian pula sebaliknya. Silika gel yang
bersifat polar digunakan pada analisis menggunakan penganalisis TPH untuk
menyerap kadar air bersifat polar yang tersisa dalam tanah (Nugroho 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yang mencakup beberapa
parameter yaitu kelembaban, suhu/temperatur, pH, oil and grease, laju
pertumbuhan bakteri, dan Total Petroleum Hyrocarbons (TPH). Dari parameter
tersebut, didapatkan hubungan antar beberapa parameter.
Oil and Grease
Total Oil and Grease terdiri atas minyak dan lemak yang berasal dari biologis
(lemak dan minyak dari hewani maupun nabati). Oil and Grease merupakan
substansi sisa dari sampel yang diasamkan dengan cara diekstrasi dan tidak
mengalami penguapan selama pengujian berlangsung. Setelah sampel diekstraksi.
sisa ekstrak yang berupa Oil and Grease dapat diukur secara gravimetri atau
dengan spektroskopi merah. Data hasil penelitian yang didapatkan mengenai
parameter oil and grease disajikan pada Tabel A.
6 Kontrol
5 1%
4 2%
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (hari)
Gambar B Grafik hubungan antara konsentrasi oil and grease metode biopile
terhadap waktu
6
5
Kontrol
4 1%
3 2%
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (hari)
Grafik tersebut menjelaskan bahwa konsentrasi oil and grease pada penelitian
yang dilakukan menghasilkan data yang berfluktuatif. Hal tersebut dikarenakan,
kondisi tanah yang tercemar oleh minyak bumi memiliki kadar yang berbeda,
sehingga terdapat hasil degradasi yang dilakukan oleh bakteri untuk
menghilangkan kontaminan yang terdapat pada tanah yang sudah tercemar.
Berdasarkan kedua metode yang digunakan, terjadi penurunan konsentrasi oil and
grease yang signifikan yaitu pada metode biopile. Menurut teori beberapa bakteri
yang berinteraksi saling menguntungkan dalam bentuk konsorsium sangat
berperan selama berlangsungnya proses degradasi minyak bumi (Astri 2006).
Sedangkan dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa biopile memiliki tingkat
degradasi yang cepat dibandingkan dengan landfarming. Parameter lain yang
berhubungan dengan oil and grease diantaranya yaitu kelembaban,
temperatur/suhu dan pH. Masing-masing parameter tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
a. Kelembaban
Kondisi tanah yang lembab mengakibatkan degradasi bakteri dapat optimal
karena terpenuhinya nutrient dan substrat. Kelembaban ideal bagi pertumbuhan
bakteri adalah 25-28% (Thapa et al. 2012), sedangkan kelembaban optimum
untuk bioremidiasi tanah tercemar adalah sekitar 80% kapasitas lapang atau
sekitar 15% air dari berat tanah. Ketika kelembaban tanah mencapai 70%, hal
tersebut dapat mengganggu proses transfer gas oksigen secara signifikan sehingga
mengurangi aktivitas aerobik. Kadar air yang terkandung dalam tanah juga akan
mempengaruhi keberadaan dan tingkat toksisitas kontaminan, transfer gas, serta
pertumbuhan dan distribusi dari mikroorganisme (Cookson 1995).
Terdapat hubungan antara konsentrasi oil and grase (%) dan kelembaban (%)
terhadap waktu. Grafik hubungan antara ketiganya disajikan pada Gambar D
mengenai metode biopile dan Gambar E mengenai metode landfarming.
9 16
8 14 Konsentrasi 2%
7 Konsentrasi 1%
Kelembaban (%)
12
6 10 Konsentrasi (kontrol)
5
8 Kelembaban 2%
4
3 6 Kelembaban 1%
2 4 Kelembaban (kontrol)
1 2
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Kelembaban (%)
5
15 Konsentrasi (kontrol)
4
Kelembaban 2%
3 10 Kelembaban 1%
2
5 Kelembaban (kontrol)
1
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Gambar E Grafik hubungan konsentrasi oil and grease dan kelembaban terhadap
waktu dengan metode landfarming
Grafik tersebut menjelaskan hubungan antara oil and grease dan kelembaban
terhadap waktu dengan menggunakan metode lanfarming dan biopile. Hasil dari
keduanya menjelaskan bahwa hubungan masing-masing dari parameter tersebut
menghasilkan data yang berfluktuatif. Data yang didapatkan pada hari ke-1
sampai hari ke-15 dengan metode landfarming pada kondisi kontrol, bakteri 1%,
dan bakteri 2% berada pada rentang 11.74% - 14.5%, pada kelembaban selama 32
hari nilainya berada pada rentang 8.1% - 12.02%, sedangkan dengan metode
biopile pada kondisi kontrol, bakteri 1%, dan bakteri 2% berada pada rentang
9.98% - 10.04%, pada kelembaban selama 32 hari nilainya berada pada rentang
9.94% - 10.38%. Hubungan antara keduanya menghasilkan data yang sebanding.
Pada metode landfarming nilai konsentrasi oil and grease masih berada pada
rentang yang cukup tinggi dibandingkan dengan metode biopile. Begitu pun
dengan kelembaban yang dimiliki oleh masing-masing metode. Semakin tinggi
nilai konsentrasi oil and grease yang dimiliki, maka kadar kelembaban pun akan
bernilai sebanding.
b. Temperatur/Suhu
Suhu tanah dapat memberi efek pada aktivitas mikroorganisme dan laju
biodegradasi kontaminan senyawa hidrokarbon. Suhu optimum bagi hampir
semua mikroorganisme tanah umumnya pada kisaran 10-40oC, walaupun ada
beberapa yang dapat hidup hingga suhu 60oC (bakteri termofilik) (Retno dan
Mulyana 2013). Pada keadaan suhu rendah (< 5 oC) maka akan memperlambat
atau menghentikan proses bidegradasi (Antizar et al. 2007). Pada suhu rendah
hanya fraksi hidrokarbon tertentu yang didegradasi, sedangkan pada suhu hangat
berbagai fraksi dapat didegradasi pada kecepatan yang sama (Atlas dan Bartha
1995).
Terdapat parameter lain mengenai hubungan antara oil and grease dan
temperatur terhadap waktu. Hubungan antara parameter tersebut dijelaskan pada
grafik yang disajikan pada Gambar F untuk metode landfarming dan Gambar G
untuk metode biopile. Berdasarkan grafik hubungan konsentrasi oil and grease
dan temperatur terhadap waktu, data yang didapatkan bernilai fluktuatif. Suhu
yang dimiliki oleh metode biopile lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang
dimiliki oleh metode landfarming. Suhu rata-rata yang dimiliki oleh metode
landfarming sebesar 29.44oC, sedangkan suhu rata-rata yang dimiliki oleh metode
biopile sebesar 30.42 oC. Suhu yang cenderung rendah disebabkan karena adanya
campuran bulking agent berupa sekam padi yang dapat menyerap kalor, sehingga
meningkatkan porositas campuran tanah yang mengakibatkan hilangnya kalor
yang terbentuk. Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju reaksi. Kenaikan suhu
juga akan mempengaruhi kenaikan nilai biotransformasi dalam aktivitas, kenaikan
slubilitas kontaminan, dan penurunan proses adsorbsi kontaminan di dalam tanah
(Retno dan Mulyana 2013). Namun pada penelitian yang dilakukan, peningkatan
temperatur yang dialami tidak menyebabkan penurunan pada nilai konsentrasi oil
and grease. Jika temperatur yang dimiliki tinggi, maka konsentrasi oil and grease
yang dimiliki harus memiliki nilai yang rendah atau dalam arti lain hubungan
antara keduanya berbanding terbalik.
7 36
32 Konsentrasi 2%
6
28 Konsentrasi 1%
Temperatur (°C)
5 24 Konsentrasi (kontrol)
4 20 Temperatur 2%
3 16
12 Temperatur 1%
2
8 Temperatur (kontrol)
1 4
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Gambar F Grafik hubungan konsentrasi oil and grease dan temperatur terhadap
waktu dengan metode landfarming
9
8 40 Konsentrasi 2%
7 Konsentrasi 1%
Temperatur (°C)
32
6 Konsentrasi (kontrol)
5 24 Temperatur 2%
4
3 16 Temperatur 1%
2 8 Temperatur (kontrol)
1
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Gambar G Grafik hubungan konsentrasi oil and grease dan temperatur terhadap
waktu dengan metode biopile
c. pH
Nilai pH tanah berpengaruh pada kondisi optimum mikroorganisme
pendegradasi karbon. Nilai pH akan mempengaruhi kemampuan mikroorganisme
untuk menjalankan fungsi-fungsi sel, transpor sel membran maupun
keseimbangan reaksi yang terkatalis oleh enzim (Notodarmojo 2005).
Pertumbuhan mikroorganisme akan meningkat apabila pH berada pada kisaran 6-
9 (Eweis et al. 1998). Pernyataan tersebut serupa dengan standar Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tatacara dan
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi
oleh Minyak Bumi Secara Biologis.
7 12
Konsentrasi 2%
6
Konsentrasi 1%
5 8 Konsentrasi (kontrol)
4
pH 2%
pH
3
4 pH 1%
2 pH (kontrol)
1
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Gambar H Grafik hubungan konsentrasi oil and grease dan pH terhadap waktu
dengan metode landfarming
Hubungan konsentrasi oil and grease dan pH terhadap waktu
dengan metode biopile
Konsentrasi Oil & Grease (%)
9 8
8 7 Konsentrasi 2%
7 6 Konsentrasi 1%
6 5 Konsentrasi (kontrol)
5
4 pH 2%
pH
4
3 3 pH 1%
2 2 pH (kontrol)
1 1
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Gambar I Grafik hubungan konsentrasi oil and grease dan pH terhadap waktu
dengan metode biopile
Berdasarkan grafik yang disajikan, ditunjukkan bahwa data tersebut mengalami
fluktuasi. pH rata-rata yang dimiliki oleh kedua metode tersebut berbeda, nilai pH
yang lebih tinggi dimiliki oleh metode landfarming sebesar 7.79 dan pH pada
metode biopile sebesar 5.92. Pada kisaran tersebut, aktivitas bakteri berlangsung
dalam melakukan proses metabolisme, sehingga akan mempengaruhi laju reaksi
biodegradasi, akibat adanya perubahan struktur ionik active site enzim bakteri.
Nilai pH biopile lebih rendah dibandingkan dengan pH landfarming, karena
secara alamiah bakteri indogenous di dalam tanah menghasilkan asam atau
metabolit lain yang terkadang berlebih. Hal itu berkurangnya bakteri yang akan
menggunakan asam atau metabolit yang tersedia, maka kondisi toksik tersebut
akan menghalangi proses metabolisme dan pertumbuhan bakteri dalam
mendegradasi polutan, sehinigga akan sulit mengharapkan kenaikan laju
pertumbuhan bakteri yang cepat (Retno dan Mulyana 2013).
Nilai pH pada metode landfarming yang tinggi dikarenakan adanya
kemampuan bakteri dalam melakukan respon toleransi asam dengan mekanisme
pompa hidrogen. Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk melakukan upaya
homeostatis terhadap keasaman lingkungan sebatas masih dalam toleransi
adaptasinya. Sedangkan, penurunan pH yang terjadi selama proses bioremediasi
disebabkan oleh aktivitas konsorsium bakteri yang membentuk metabolit-
metabolit asam. Biodegradasi alkana yang terdapat dalam minyak bumi akan
membentuk alkohol dan selanjutnya menjadi asam lemak. Asam lemak hasil
degradasi alkana akan dioksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat dan asam
propionate, sehingga dapat menurunkan nilai pH medium. Pada saat nilai pH
berada di kondisi optimum, maka zat-zat makanan bagi mikroorganisme mudah
larut dalam air dan mengoptimalkan kerja enzim oksigenase yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dalam mendegradasi hidrokarbon (Retno dan Mulyana 2013).
d. Jumlah Mikroorganisme
Pada lingkungan yang telah tercemar maupun kolam pengolahan limbah,
secara alamiah telah terdapat bakteri pendegradasi minyak/lemak yang bersaing
dan berkonsorsia dengan mikroorganisme lain di dalamnya. Oleh karena itu, pada
masa mendatang pengendalian pencemaran menggunakan mikroba lebih
berpotensi untuk diterapkan karena prosesnya yang ramah lingkungan serta dapat
mengurangi penggunaan bahan kimia yang berpotensi menimbulkan pencemaran
baru (Suyasa 2007).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan mikroorganisme dalam
menguraikan minyak bumi adalah suhu lingkungan. Berdasarkan suhu optimum
pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu
psikrofilik, dengan suhu optimum 25-40oC, dan termofilik 45-60oC. pada
umumnya bioremediasi limbah minyak menggunakan mikroorganisme mesofilik
(Karwati 2009). Semakin banyak mikroorganisme yang terlibat dalam proses,
akan semakin membuka kemungkinan jalur proses degradasi.
Penelitian yang dilakukan mengenai laju pertumbuhan bakteri menghasilkan
data yang berfluktuatif. Data yang berfluktuatif ini terjadi sebagai akibat adanya
suksesi (perkembangan ekosistem menuju kedewasaan) dalam ekosistem tersebut.
Data yang dihasilkan berdasarkan tiga reaktan yang digunakan, disajikan pada
grafik di Gambar J.
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Menit ke-
KONTROL 1% 2%
10 400
350 Konsentrasi 2%
8 300 Konsentrasi 1%
Konsentrasi (kontrol)
Turbiditas
6 250
200 Turbiditas 2%
4 150 Turbiditas 1%
2 100 Turbiditas (kontrol)
50
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Gambar G Grafik hubungan turbiditas dan oil and grease terhadap waktu pada
metode biopile
TPH
3 TPH (kontrol)
2
2 TPH 1%
1 1 TPH 2%
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Grafik Y Hubungan Konsentrasi Oil & Grease dan TPH dengan metode landfarming
10 7
Oil&Grease 2%
6
8 Oil&Grease 1%
5
6 Oil&Grease (kontrol)
4
TPH
3 TPH (kontrol)
4
2 TPH 1%
2 TPH 2%
1
0 0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu (Hari)
Grafik Z Hubungan Konsentrasi Oil & Grease dan TPH dengan metode biopile
Penurunan konsentrasi oil & grease dan TPH dipengaruhi oleh bulking agent
yaitu sekam padi. Bulking agent berfungsi untuk menghomogenkan transfer udara
dan oksigen dalam tanah, dengan adanya bulking agent transfer udara dan oksigen
ke dalam tanah akan meningkatkan kadar oksigen di dalam tanah. Oksigen
digunakan oleh mikroba untuk meningkatkan energi dan jumlah sel dalam
melakukan proses remediasi, sehingga menyebabkan proses remediasi semakin
cepat. Bulking agent yang berupa sekam padi sangat mempengaruhi laju
pertumbuhan bakteri. Sekam padi memiliki sifat yang dapat menyerap kalor pada
sampel tanah yang telah terkontaminasi, sehingga suhu yang dimiliki oleh sampel
rendah. Semakin rendahnya suhu, maka jumlah mikroorganisme pun dapat
tumbuh dengan baik. Berbeda halnya dengan suhu tinggi yang dimiliki oleh
sampel tanah yang telah terkontaminasi, maka mikrooganisme yang berada pada
sampel tanah tidak akan bertahan hidup. Semakin sedikit jumlah mikroorganisme
yang terdapat pada sampel tanah yang telah terkontaminasi, maka proses
pendegradasian pun akan berjalan lebih lambat, begitu pun sebaliknya. Jumlah
mikroorganisme yang berfungsi dalam proses pendegradasi tanah yang tercemar
oleh minyak bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu temperatur,
pH dan kelembaban.
Pemilihan teknik bioremediasi terbaik antara metode landfarming dan biopile
dari sisi efektivitas dan efisiensi proses bioremidiasi tanah yang tercemar limbah
minyak bumi melalui sistem bioaugmentasi (penambahan mikroorganisme
pendegradasian non indigenuos) jatuh pada proses biopile. Konsentrasi akhir oil
and grease dengan metode biopile lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi
akhir oil and grease pada metode landfarming. Hal ini mengindikasikan bahwa
metode biopile lebih efisien dalam.
Daftar Pustaka
Antizar LB, Beck AJ, Spanova K, Lopez RJ, Russel NJ. 2007. The Influence of
Different Temperature Programmes on the Bioremediation of Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in a coal-tar contaminated soil by invessel
composting. Journal of Hazard Mater. 14(4): 340-347.
Astri. 2006. Biodegradasi sludge minyak bumi dalam skala mikrokosmos:
simulasi sederhana sebagai kajian awal bioremediasi land treatment. Jurnal
Makara Teknologi. 10 (2): 82-89.
Atlas RM, Bartha R. 1985. Microbial Ecology. London (UK):
Benjamin/Cummings Publising.
Cookson JT. 1995. Bioremediation Engineering. New York (US): Mc-Graw Hill.
Eweis JB, Ergas SJ, Chang DP, Schoroeder ED. 1998. Bioremediation Principles.
New York (ID): Mc-Graw Hill.
Karwati. 2009. Degradasi Hidrokarbon pada Tanah Tercemari Minyak Bumi
dengan Isolat A10 dan D8. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara
Biologis.
Notodarmojo S. 2005. Pencemaran Tanah & Air Tanah. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Nugroho A. 2006. Biodegradasi Sludge Minyak Bumi dalam Skala Mikrokosmos.
Jurnal Makara Teknologi. 10 (2): 82-89.
Retno T, Mulyana N. 2013. Bioremediasi lahan tercemar limbah lumpur minyak
menggunakan campuran bulking agents yang diperkaya konsorsia mikroba
berbbasis kompos iradiasi. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. 9(2):
139-150.
Suyasa IWB. 2007. Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak/Lemak dari Beberapa
Sedimen Perairan Tercemar dan Bak Penampung Limbah. Bali (ID): Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.
Thapa, Bijay, Kumar, Ajay KC, Ghimire, and Anish. 2012. A Review on
Bioremediation of Petroleum Hydrocarbon 48 Contaminants in Soil. Journal
of Science, Engineering, and Technology. 8 (1) : 164-170.
Aziz T, Permatasari A, Sari AP. 2015. Pengaruh pencucian dengan deterjen
terhadap komposisi dan nilai TPH pada tanah yang terkontaminasi minyak.
Jurnal Teknik Kimia. 1(21): 22-28.
Puspita F, Ali M, Pratama R. 2017. Isolasi dan karakterisasi morfologi dan
fisiologi bakteri Bacillus sp. endofitik dari tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.). Jurnal Agroteknologi Trop. 6(2): 44-49.
Retnosari AA, Shovitri M. 2013. Kemampuan isolat Bacillus sp. dalam
mendegradasi limbah tangki septik. Jurnal Sains dan Seni POMITS. 2(1): 7-
12.
Sumarsih S. 2008. Bioaktivator Kompos. Yogyakarta (ID): Fakultas Pertanian
Universitas Pendidikan Nasional “Veteran”.
Sutiamiharjo N. 2008. Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase. Jakarta (ID):
Gramedia.