Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PRAKTIKUM IRIGASI TERPADU


“ IRIGASI TETES “

Disusun Oleh :
Benedikta Apriela Surya
2010531048

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tingkat keberhasilan penerapan sistem irigasi salah satunya dapat diketahui dari nilai
efisiensi irigasinya. Semakin tinggi nilai efisiensi irigasi menunjukkan bahwa semakin presisi
jumlah air yang dibutuhkan tanaman dengan jumlah air yang diberikan melalui proses irigasi.
Salah satunya factor penentuan utama tinggi rendahnya efisiensi sistem irigasi adalah dari
perencanaan sistem irigasi tersebut. Perencanaan sistem irigasi harus didasarkan pada berbagai
pertimbangan, misalnya : Ketersediaan air, komoditas, dan budidayakan, metode irigasi yang
ditetapkan serta kondisi ekonomi dan lingkungan.
Sehubungan dengan jumlah air yang relative terbatas, sementara permintaan air terus
meningkat, maka secara alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air antar sector (pertanian,
air minum, domestic, dan industri), antar wilayah dan antar waktu. Untuk mengantisipasi
kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar sektor, maka pemanfaatan air yang efisien
mutlak diperlukan. Salah satu cara adalah dengan penerapan sistem irigasi yaitu curah dan
tetes.
Meskipun awalnya membutuhkan investasi yang relative tinggi namun dengan
perhitungan dan penentuan desain yang akurat, operasional dan pemeliharaan yang tepat maka
pemanfaatan air untuk sektor pertanian dapat ditingkatkan daya saingnya terhadap sektor
kompetitornya. Sumber air yang tak terbatas untuk pertanian menjadi berkurang disebabkan
oleh musim kemarau, tekanan populasi dan penduduk. Usaha untuk mengatasi permasalahan
lahan di atas adalah dengan mengoptimalkan pemakaian air dan untuk meningkatkan efisiensi
pemakaian air irigasi pada setiap jenis kegiatan produksi pertanian. Pemanfaatan sumber daya
air yang terbatas mendorong berkembangnya teknologi irigasi bertekanan. Hal ini
dimungkinkan mengingat jenis irigasi ini mampu memanfaatkan air yang terbatas secara
optimal.

1.2 Tujuan Praktikum

✓ Mengenal sistem irigasi tetes


✓ Mempelajari dan memahami kinerja dari sistem tersebut

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu bisa mengenal sistem irigasi tetes dan mendapatkan
pemahaman dan pembelajaran tentang sistem irigasi tetes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum irigasi didefinisikan sebagai usaha pemberian air kepada tanah agar dicapai
kelembaban tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Air irigasi merupakan air pelengkap
untuk mencapai kelembaban tanah yang diinginkan selain air hujan dan air tanah. Manfaat air
irigasi secara terinci yaitu, menambah kelembaban tanah, menghindarkan tanaman dari
kekeringan, menjaga suhu tanah dan udara sehingga membuat lingkungan yang mendukung
pertumbuhan tanaman, mencuci dan melarutkan garam, mencegah keretakan tanah, dan
mempermudah pengolahan tanah.
Air irigasi dapat berasal dari mata air, sungai, aliran tidak sinambung (intermittent
stream), air tanah, air rembesan, air bergaram (saline water), air desalinisasi dan hujan buatan.

Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi (applicator,
emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang
tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman. Irigasi tetes mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu:

➢ Meningkatkan nilai guna air


Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan
metode lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat local
dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran permukaan dan
perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah yang dibasahi hanya
terbatas disekitar tanaman.
➢ Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan
kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
➢ Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemberian
Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi,
sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi
pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
➢ Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah
perakaran.
➢ Menekan pertumbuhan gulma
Pemerian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan.
➢ Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga
kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan
pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.
Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah sebagai berikut:
➢ Memerlukan perawatan yang intensi
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes,
karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu
diperlukan perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan
dapat diperkecil.
➢ Penumpukan garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering,
resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
➢ Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila
perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
➢ Keterbatasan biaya dan teknik
Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya. Selain
itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan
memeliharanya.
Pemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metoda pemberian, yaitu sbb:
➢ Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan
yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan
menggunakan emitter.
➢ Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi diberikan
menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada metoda irigasi
ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
➢ Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah seperti
aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube). Untuk mengontrol aliran permukaan
(run off) dan erosi, seringkali dikombinasikan dengan cara penggenangan (basin) dan
alur (furrow)
➢ Irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dengan
menggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Pada metoda
ini, kehilangan air karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi
tetes lainnya.

Berikut ini beberapa komponen sistem irigasi tetes adalah sebagai berikut:
❖ Jaringan pipa pada irigasi tetes
➢ Pertama adalah jaringan pipa irigasi itu sendiri. ada beberapa pipa yang
digunakan pada sistem irigasi tetes meliputi pipa lateral, pipa sekunder dan pipa
utama komponen penting dari irigasi tetes. Untuk tata letaknya sendiri, irigasi
tetes bergantung pada banyak hal, mulai dari luas tanah, bentuk dan keadaan
topografi. Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting yaitu pipa dan emiter.
➢ Pipa utama, untuk komponen yang terdapat pada pipa utama terdiri dari pompa,
tangki injeksi, filter utama, pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup
pengontrol.
➢ Pipa pembagi, selain pipa utama, juga ada pipa pembagi, (sub-main, manifold
m), katup solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang.
➢ Pipa lateral, ada juga pipa lateral yang terbuat dari pipa pvc fleksibel atau pipa
politeline dengan. Untuk emiter sendiri dimasukkan ke dalam pipa lateral pada
jarak yang ditentukan yang dipilih sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah.
➢ Pipa lubang ganda, pipa porous dan pipa dengan perforasi yang kecil digunakan
pada beberapa instalasi untuk menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa
dan sebuah emitter sistem. Dalam sistem irigasi tetes tersusun atas pipa dan
emiter.
❖ Emiter
Komponen irigasi tetes berikutnya adalah emitter atau pemancar,dimana alat yang
berfungsi untuk meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Emiter ini harus
mengeluarkan air yang relative konstan dan aliran yang kecil, penampang aliran perlu
relative lebar untuk mengurangi tersumbatnya emitter. Usahakan agar emitter ini
posisinya dekat dengan permukaan tanah agar daerah yang dibasahi semakin tinggi.
❖ Tabung marihot
Komponen sistem irigasi tetes berikutnya adalah tabung marihot. Tabung ini berfungsi
untuk mengalirkan air dengan mengandalkan ketinggian sesuai dengan rancangan yang
telah dibuat. Aliran air ini akan mengalir sesuai dengan tekanan atmosfir, dimana akan
mengalir ke jaringan pipa yang memiliki ketinggian lebih rendah daripada tabung
marihot ini. Tabung ini sendiri menjadi bak penampung air irigasi (dan larutan nutrisi)
yang dapat mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah pada elevasi yang
berbeda (pada headyang berbeda). Bagian dari tangki dilengkapi dengan selang-selang
kecil untuk saluran pemasukan udara dan saluran pengairan.
❖ Debit aliran
Untuk komponen yang mesti anda perhatikan selanjutnya adalah debit aliran. Dimana
biasanya debit aliran yang digunakan adalah 4 liter/jam. ada juga pengelola yang
menggunakan debit 2, 6, 8 liter/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan
waktu operasi. Debit air keluaran emiter rata-rata adalah volume dari keseluruhan air
yang tertampung dari semua emiter per satuan waktu dan jumlah emiter yang ada.
Perhitungan dalam irigasi tete
➢ Volume Total
ΣV = V1 + V2 + V3 + ……….. + Vn

➢ Volume rata-rata
Vrata−rata = σ V n

➢ Volume rata-rata 25%

• Data diurutkan dari besar ke kecil

• Data 𝑛25% = 25 100 𝑥 𝑛

• Ambil data volume terkecil sejumlah Data n25%

• 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 25% = σ 𝑉𝑛25% 𝑛25%

➢ Debit
q = Vrata−rata

waktu

➢ Debit 25%
q25% = Vrata−rata 25%

waktu
➢ Keseragaman
EU % = q25% x 100
BAB III
METODE

3.1 Waktu pelaksanaan praktikum

• Praktikum di laksanakan secara online (webex) , hari jumaat, 24 Maret 2023 pada
pukul 8:30-10:10 WITA.

3.2 Alat dan Bahan

• Jaringan pipa
• Kran Pengatur Debit
• Unit Penetes (emitter)
• Manometer Air
• Gelas Ukur
• Penampung Air (Kolektor)
• Stopwatch

3.3 Cara Kerja

• Siapkan alat dan bahan.


• Pipa lateral diletakkan pada permukaan tanah.
• Tiap emitter dipasang dengan kedalaman yang sudah ditentukan pada tiap kelompok.
• Pipa lateral disambungkan dengan selang dari pompa.
• Siapkan catch can (kolektor / penampung) pada setiap emitter.
• Pastikan emitter tegak lurus pada catch can.
• Pompa/keran dinyalakan.
• Air dialirkan melalui lateral dengan variasi tekanan kerja (75 dan 150 cm-air) yang
diatur dengan kran pengatur debit.
• Tunggu air mengalir pada catch can (kolektor / penampung) selama waktu yang telah
ditentukan tiap kelompoknya (10 menit)
• Pompa/keran dimatikan.
• Volume pada tiap catch can (kolektor / penampung) dihitung diukur dengan gelas
ukur.
• Hasil dicatat.
• Cara kerja no. 6 s.d. 12 diulangi untuk tinggi tekanan kerja 75 dan 150cm-air
(Percobaan dilakukan untuk dua variasi kedalaman putaran pengatur debit) Masing-
masing 3x ulangan pada tiap variasi tinggi tekanan kerja.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1: Tinggi tekanan kerja 150 cm air

• Tinggi tekan operasi : Tinggi tekanan kerja 150 cm air


• Waktu operasional : 10 menit
• Kedalaman putaran pengatur debit : 0,5 putaran
• Volume air yang tertampung tiap kolektor selama waktu operasional :

Volume (ml)
No.
Kolektor Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata Urutan Volume dari Volume 25% terkecil
ulangan besar ke kecil
1 43 38 46 42,33 46,67
2 48 34 42 41,33 42,00
3 36 32 40 36,00 41,33
4 49 37 35 40,33 41,33
5 30 40 37 35,66 40,33
6 32 29 32 31,00 38,67
7 37 28 30 31,66 36,00
8 35 32 34 33,66 36,00
9 40 27 27 31,33 33,66
10 32 30 31 31,00 33,66
11 47 45 48 46,67 32,00
12 45 41 40 42,00 31,66
13 35 38 43 38,67 31,33
14 31 31 34 32,00 31,00
15 34 38 36 36,00 31,00
16 30 33 30 31,00 31,00 31,00
17 34 30 27 30,33 30,33 30,33
18 28 30 32 30,00 30,00 30,00
19 29 29 28 28,67 28,67 28,67
20 27 26 24 25,67 25,67 25,67
Rata-rata 33,08 33,08 29,13
Debit Debit 25% Keseragaman
𝑉rata − rata 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 25% 𝑞25%
q= 𝑞25% = EU (%) = x 100
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑞
33,08 29,13 2,91
q= = 3,30 q25% = = 2,91 EU (%) = 3,30 x 100
10
10
EU (%) = 88,12

Percobaan 1: Tinggi tekanan kerja 75 cm air

✓ Tinggi tekan operasi : Tinggi tekanan kerja 75 cm air

✓ Waktu operasional : 10 menit

✓ Kedalaman putaran pengatur debit : 0,5 putaran

✓ Volume air yang tertampung tiap kolektor selama waktu operasional:

Volume (ml)
No. Urutan Volume
Rata-rata Volume 25%
Kolektor Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 dari Besar ke
ulangan terkecil
Kecil
1 38 45 41 41,33 47,67
2 42 46 32 40,00 45,33
3 36 40 42 39,33 45,00
4 48 37 45 43,33 43,33
5 31 41 38 36,67 41,33
6 32 35 32 33,00 40,67
7 32 30 28 30,00 40,00
8 20 21 17 19,33 39,33
9 17 18 22 19,00 39,00
10 22 20 24 22,00 36,67
11 45 50 48 47,67 36,67
12 48 41 47 45,33 33,00
13 42 48 45 45,00 31,33
14 36 41 33 36,67 30,00
15 43 38 36 39,00 30,00
16 40 43 39 40,67 22,00 22,00
17 34 33 27 31,33 19,33 19,33
18 30 27 33 30,00 19,33 19,33
19 15 19 18 17,33 19,00 19,00
20 23 15 20 19,33 17,33 17,33
Rata-rata 33,81 33,81 19,39
Debit Debit 25% Keseragaman
𝑉rata − rata 𝑉𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 25% 𝑞25%
q= 𝑞25% = EU (%) = x 100
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑞
33,81 19,39 1,93
q= = 3,38 q25% = = 1,93 EU (%) = 3,38 x 100
10
10
EU (%) = 57,17

90

80

70

60

50

40

Dari hasil data yang didapat diperoleh hasil seperti tabel yang ada di atas. Di mana tinggi
dari tekanan kerja mempengaruhi nilai dari keseragaman emisi (EU). Dari grafik diatas
didapatkan hasil yaitu untuk tekanan 150 cm air nilai dari keseragaman emisinya yaitu 88,12
%, sedangkan pada tekanan kerja 75 cm air nilai dari keseragaman emisinya yaitu 57,17 %.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tekanan kerja maka semakin tinggi pula
nilai dari keseragaman emisinya dan jika nilai dari tekanan kerjanya kecil maka semakin
kecil juga nilai dari keseragaman emisinya.
Sistem irigasi tetes memanfaatkan tekanan gravitasi dan tekanan pompa sebagai sumber
energi untuk mengalirkan air dari reservoir ke tanaman. Selain itu ada beberapa parameter
yang di gunakan dalam menguji karakteristik penetes adalah debit penetes, tekanan (head)
operasi, hubungan debit penetes dengan head operasi yang dikenal dengan komponen emisi ,
koefisien variasi penetes, diameter penetes dan volume basah tanah.
BAB IV
KESIMPULAN
Secara umum irigasi didefinisikan sebagai usaha pemberian air kepada tanah agar dicapai
kelembaban tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Irigasi tetes merupakan salah satu
sistem pemberian air irigasi yang termasuk ke dalam penerapan teknologi irigasi mikro. Irigasi
tetes adalah cara membasahi tanaman dengan jalan memberikan air langsung pada permukaan
tanah di sekitar daerah perakaran tanaman sesuai dengan kebutuhannya.

Keseragaman yang terjadi pada irigasi tetes ini dipengaruhi oleh tekanan kerja yang terjadi.
Dimana semakin tinggi tekanan kerja maka semakin tinggi pula nilai dari keseragaman
emisinya dan jika nilai dari tekanan kerjanya kecil maka semakin kecil juga nilai dari
keseragaman emisinya.
DAFTAR PUSTAKA

Rizky Tirta Adhiguna dan Amin Rejo. 2018. “Teknologi Irigasi Tetes dalam
Mengoptimalkan Efisiensi Penggunaan Air di Lahan Pertanian”. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Hari Air Dunia (e-ISSN: 2621-744

I Made Udiana dan Rizky A. Pa Padja. 2014. “Perencanaan Sistem Irigasi Tetes (Drip
Irigation) di Desa Besmarak Kabupaten Kupang”. Dalam Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 1.

Hendri Yanto, Ahmad Tusi, dan Sugeng Triyono3. 2014. “Aplikasi Sistem Irigasi Tetes pada
Tanaman kembang Kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora DC) dalam
Greenhouse”. Dalam Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.3, No. 2: 141-154

Anda mungkin juga menyukai