Anda di halaman 1dari 18

1.

Tahapan perencanaan system irigasi curah


Tahapan Rancangan Irigasi Tetes
Tahapan rancangan irigasi tetes yang harus dilakukan adalah :
a) Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang meliputi sifat fisik tanah, air tanah tersedia,
laju infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif dan kebutuhan air irigasi.
b) Menyusun rancangan pendahuluan, mencakup pembuatan skema tata letak (layout) serta
penetapan jumlah dan luas sub-unit dan blok irigasi.
c) Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan mempertimbangakan karakteristik
hidrolika pipa dan spesifikasi emitter. Apabila persyaratan hidrolika sub-unit tidak
terpenuhi, alternatif langkah/penyelesaian yang dapat dilakukan adalah:
 Modifikasi tata letak.
 Mengubah diameter pipa.
 Mengganti spesifikasi emitter.
 Finalisasi (optimalisasi) tata letak.
 Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic head) dan kapasitas sistem,
berdasarkan desain tata letak yang sudah final serta dengan mempertimbangkan
karakteristik hidrolika pipa yang digunakan.
 Penentuan jenis dan ukuran pompa air beserta tenaga/mesin penggeraknya.

2. Contoh perhitungan pelaksanaannya


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Irigasi Lahan Kering ini dengan
baik serta tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Sistem Irigasi Curah. Mudah-
mudahan makalah yang kami buat ini bisa membantu meningkatkan pengetahuan kita jadi
lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah turut membantu dan dalam penyelesaian tugas ini. Atas perhatian serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.

Mataram, 17 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

IRIGASI LAHAN KERING ‘’ SISTEM IRIGASI CURAH’’

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi dari sistem irigasi curah
2.2. Jenis/Macam dari sistem irigasi curah
2.3. Sistem Irigasi Curah
2.4. Tahapan Perencanaan
2.5. Contoh Perhitungan

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan
irigasi rawa. Irigasi juga berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang
tersedia kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Menurut Anonim (2003), lahan kering adalah hamparan lahan yang
didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman dengan
sumber air berupa hujan atau air irigasi. Sedangkan mennurut Soil Survey Staffs (1998),
lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau
digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006, Bab I, pasal 1 ayat (16), Jaringan Irigasi Air Tanah
(JIAT) merupakan jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari sumur
dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk bangunan
didalamnya. Sistem pengairan jaringan irigasi air tanah ini menggunakan media saluran
tertutup/perpipaan beserta aksesoris perpipaan.
Beberapa jenis sistem irigasi yang paling cocok untuk irigasi lahan kering
adalah sistem irigasi tetes dan sistem irigasi curah. Sistem irigasi curah dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi dan keseragaman irigasi yang diberikan
lebih dari 80%. Salah satu kendala yang dihadapi pada daerah lahan kering adalah
terbatasnya pasokan air irigasi, dan sebagian besar mengandalkan dari air hujan.
Irigasi Curah (Sprinkler Irrigation) metode pemberian pada tanaman yang
dilakukan melalui curahan air seperti curahan air hujan. Irigasi tetes (Trickle Irrigation)
adalah irigasi secara langsung baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah
melalui tetesan secara sinambung dan perlahan di daerah perakaran tanaman atau di
sekitar tanaman. Namun sistem ini memerlukan biaya investasi yang tidak sedikit untuk
keperluan biaya sumber air, pompa dan tenaga penggerak, sistem perpipaan, dan nozel
(sprayer).

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah definisi dari sistem irigasi curah ?
b. Apakah Jenis/Macam sistem irigasi curah ?
c. Apa sajakah Sistem Irigasi curah?
d. Bagaimana Tahapan Perencanaan Sistem Irigasi curah?
e. Bagaimanakah perhitungan perencanaan Sistem Irigasi curah?
f. Bagaimanakah Gambar perencanaan Sistem Irigasi curah?
1.3. Tujuan
a. Memahami definisi dari sistem irigasi curah
b. Mengetahui jenis/macam sistem irigasi curah
c. Mengetahui sistem irigasi curah
d. Mengetahui tahapan perencanaan
e. Memahami contoh perhitungan perencanaan sistem irigasi curah
f. Mengetahui gambar perencanaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dari sistem irigasi curah

Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode
irigasi dimana pemberian air dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian
jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan (Schwab, et.all,1981).
Tujuan dari irigasi curah itu sendiri adalah agar air dapat diberikan secara merata
dan efisien pada areal pertanaman dengan jumlah dan kecepatan yang sama atau kurang
dari laju infiltrasi air ke dalam tanah (kapasitas infiltrasi), dan banyaknya kebutuhan
kapasitas irigasi curah tergantung pada luas areal irigasi, jumlah dan kedalaman air
irigasi, efisiensi permukaan air dan lama operasi irigasi.
Diluar dari tujuan irigasi curah yang agar air dapat diberikan secara merata dan
efisien pada suatu areal tanaman, sistem irigasi curah sendiri tentu saja memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam mewujudkan tujuannya, adapun kelebihan dan
kekurangan dari sistem irigasi curah yaitu:
Kelebihan:
1. Efisiensi cukup tinggi (± 75 %)
2. Tidak memerlukan perataan lahan (land grading).
3. Menekan erosi.
4. Pemupukan, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama dengan air
irigasi.
5. Biaya tenaga kerja untuk operasi < irigasi permukaan
6. Mengurangi lahan yang tidak dapat ditanami
7. Tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian.
Kelemahan :
1. Pola penyebaran air dipengaruhi kecepatan angin (kec. angin < 13 km/jam)
2. Air irigasi harus cukup bersih
3. Investasi awal cukup tinggi tanaman dg nilai ekonomi tinggi
4. Diperlukan tenaga penggerak untuk menekan air (0.5 - 10 kg/cm2).

2.2. Jenis/Macam dari sistem irigasi curah


Berdasarkan penyusunan alat penyemprot, irigasi curah dapat dibedakan :
1. Sistem berputar (rotating head system).
Terdiri dari satu atau dua buah nozzle miring yang berputar dengan sumbu
vertikal akibat adanya gerakan memukul dari alat pemukul (hammer blade).
Sprinkler ini umumnya disambung dengan suatu pipa peninggi (riser) berdiameter 25
mm yang disambungkan dengan pipa lateral. Alat pemukul sprinkler bergerak karena
adanya gaya impulse dari aliran jet semprotan air, kemudian berbalik kembali karena
adanya regangan pegas. (Gambar 3).

2. Sistem pipa berlubang (perforated pipe system).

Sistem pipa berlubang (perforated pipe system). Terdiri dari pipa berlubang-lubang,
biasanya dirancang untuk tekanan rendah antara 0,5 -2,5 kg/cm2 , sehingga sumber
tekanan cukup diperoleh dari tangki air yang ditempatkan pada ketinggian tertentu
(Gambar 4). Semprotan dapat meliput selebar 6 - 15 meter. Cocok untuk tanaman
yang tingginya tidak lebih dari 40 - 60 cm.

2.3. Sistem Irigasi Curah


Berdasarkan kemampuan berpindahnya (portability), terdiri dari :
1. Sistim berpindah manual
Sistim berpindah yang sangat sederhana adalah memindahkannya dengan tenaga
manusia secara manual. Sistim ini terdiri dari sebuah pompa, pipa utama, lateral dan
sprinkler putar. Lateral tetap di suatu posisi sampai irigasi selesai. Pompa dihentikan
dan lateral dilepaskan dari pipa utama dan dipindahkan ke posisi lateral berikutnya.
Bila irigasi satu blok lahan telah selesai, keseluruhan sistim (lateral, pipa utama dan
pompa) dipindahkan ke blok lahan lainnya. Kebanyakan, yang dipindah-pindahkan
hanya lateralnya saja, sedangkan pompa dan pipa utamanya tetap. Sistem seperti ini
disebut dengan sistim semi-portable.
Sistim Berpindah dengan Mesin Laeral-move atau roll-move system. Pada
sistem ini, pipa lateral selain untuk mengalirkan air digunakan juga sebagai poros
roda berdiameter 1,5 ~ 2,0 m. Roda ditempatkan pada jarak 9 ~ 12 m sehingga lateral
dapat mudah didorong dari satu setting irigasi ke setting lainnya dengan
menggunakan tenaga gerak motor bakar (internal combustion engine).

2. Sistim Berpindah dengan Mesin


Laeral-move atau roll-move system. Pada sistem ini, pipa lateral selain untuk
mengalirkan air digunakan juga sebagai poros roda berdiameter 1,5 ~ 2,0 m. Roda
ditempatkan pada jarak 9 ~ 12 m sehingga lateral dapat mudah didorong dari satu
setting irigasi ke setting lainnya dengan menggunakan tenaga gerak motor bakar
(internal combustion engine).

Pada waktu irigasi, lateral tetap pada satu lokasi sampai sejumlah air irigasi
selesai diaplikasikan. Pompa dihentikan dan pipa lateral dilepas dari pipa utama,
airnya dibuang, kemudian posisi lateral dipindahkan dengan tenaga penggerak.
Lateral disambung kembali dengan pipa utama di posisi berikutnya.
Sistim ini cocok digunakan di lahan datar, luas, berbentuk segi empat dengan
tanaman rendah dalam barisan. Lateral dipasang melintang barisan tanaman
sehingga roda penggerak ditempatkan di antara baris tanaman. Pergerakan lateral
juga dapat berputar mengelilingi suatu poros dan disebut dengan sistem center pivot
(Gambar 9).

3. Mobile rain-gun system (MRS).


Sistem ini menggunakan sprinkler putar besar yang bekerja pada tekanan tinggi
mengairi areal yang luas.. Umumnya sprinkler dipasang pada alat angkut bergerak
sinambung memotong lahan selama beroperasi dan disebut travellers (Gambar 10).
Akhir-akhir ini menjadi sangat populer karena biaya modal per hektar relatif rendah
dan kebutuhan tenaga kerja lebih kecil.

Rain-guns umumnya beroperasi pada tekanan tinggi 5 – 10 bar, dengan debit 40 –


120 m3 /jam. Dalam satu setting mampu mengairi areal lebar 100 m dan panjang 400
m (sekitar 4 ha). Laju aplikasi berkisar antara 5 – 35 mm/jam. Tersedia dalam dua
tipe (a) Hose-pull system, dan (b) Hose-reel system

a) Hose-pull system
Mesin hose-pull mempunyai rain-gun yang dipasang pada alat angkut
beroda. Air dipasok melalui slang feksibel (flexible hose) dengan panjang
sampai 200 m dan diameter 50 – 100 mm. Pada tipikal tata-letak HPS pipa
utama dipasang melintas pusat lahan dari stasiun pompa (Gambar 11). Suatu
jalur sepanjang 400 m dapat diairi pada satu setting meskipun panjang slang
feksibel hanya 200 m. Rain-gun carrieage diposisikan pada kondisi start dari
jalur pertama. Slang fleksibel (FH) diletakkan sepanjang jalur gerak (travel line)
dan disambung ke rain gun dan valve coupler pada pipa utama.
Suatu kabel baja pelurus pada sprinkler carriage ditarik sampai ujung
terjauh lapangan dan dipantek kuat ke tanah. Valve coupler perlahan dibuka
memulai irigasi. Rain-gun carriage ditarik baik oleh “water motor” dengan
tenaga dari aliran air menggunakan piston atau turbin, atau menggunakan motor
bakar.

b) Sistim lateral fleksibel (flexible lateral system)


Teknik lainnya adalah apa yang disebut dengan sistim lateral fleksibel
(flexible lateral system) dimana lateral dapat digulung oleh suatu drum pada
akhir irigasi (Gambar12). Sprinkler putar disambungkan ke lateral pada jarak
tertentu dengan rangka khusus (sfecial frame). Sprinkler ini berbaring pada
waktu lateral digulung, tapi akan berdiri tegak (pop up) secara vertikal jika pipa
lateral sedang beroperasi.

4. Solid-set atau Sistim Permanen


Jika jumlah lateral dan sprinkler cukup meliput seluruh lahan, sehingga tak
diperlukan peralatan untuk berpindah, maka sistim tersebut disebut sebagai solid-set
system (Gambar 13). Untuk tanaman semusim, pipa dan sprinkler dipasang setelah
tanam dan tetap di tempat selama musim pertumbuhan dan irigasi. Sesudah panen
perlengkapan dibongkar dan disimpan di gudang peralatan untuk digunakan pada
musim berikutnya

Jika mengairi tanaman tahunan seperti buah-buahan, maka jaringan pipa dan
sprinkler seringkali tetap di tempat dari musim ke musim. Dalam kasus ini sistim
tesebut disebut sebagai sistim permanen. Umumnya pada sistim permanen jaringan
perpipaan ditanam di bawah tanah untuk menghindari kerusakan dari kendaraan
pertanian yang lewat, atau dipasang permanen di atas tanaman.
Umumnya pada sistim solid atau permanen hanya sebagian dari sistim bekerja
secara simultan. Hal ini tergantung pada ukuran pipa dan jumlah air tersedia. Debit
aliran disalurkan dari satu blok ke blok lainnya melalui hidran atau katup. Pada
kondisi khusus misalnya untuk pencegahan kabut beku (frost) diperlukan operasi
simultan di seluruh lahan.
Sistim solid atau permanen ini memerlukan tenaga kerja jauh lebih sedikit
daripada sistim bergerak dan juga memerlukan tenaga trampil lebih sedikit. Akan
tetapi investasi awalnya lebih besar karena jumlah pipa, sprinkler, dan
perlengkapannya akan lebih banyak. Jadi sistim ini hanya cocok untuk daerah yang
tenaga kerjanya langka dan mahal.
5. Sistim Semi-Permanen
Beberapa sistim baru dkembangkan akhir-akhir ini untuk memperoleh
keuntungan keduanya baik dari sistim berpindah maupun sistim solid-set. Rancangan
diarahkan untuk mendapatkan suatu kombinasi baik biaya investasi rendah maupun
tenaga buruh yang diperlukan juga rendah. Sistim ini disebut sebagai Semi-Permanen
yang terdiri dari (a) Sprinkler-hop system, (b) Pipe-grid system, (c) Hose-pull system
dan (d) Hose move system

a) Sprinkler-hop system
Sistim ini dalam beberapa hal menyerupai sistim berpindah (portable), tetapi
sprinkler ditempatkan pada posisi selang-seling sepanjang lateral (Gambar 14).
Jika sejumlah air irigasi sudah diaplikasikan maka sprinkler dilepas dan dipindah-
geserkan atau hopped 2 sepanjang lateral ke posisi berikutnya dengan perioda
(lama) irigasi yang sama.
Perpindahan ini dikerjakan tanpa menghentikan aliran di lateral. Setiap
penyambungan sprinkler digunakan katup khusus yang otomatis menutup jika
sprinkler dicabut. Lateral kemudian dipindahkan ke posisi berikutnya, selanjutnya
proses penggeseran (hopping) diulang kembali. Sistim ini menggunakan air
dengan laju aplikasi rendah sehingga pipa dan pompa berukuran kecil. Umumnya
setiap hari hanya satu kali pindah lateral dan satu kali pindah sprinkler.

b) Pipe-grid system
Sistim ini dalam beberapa aspek hampir sama dengan solid-set system.
Pipa lateral diameter kecil sekitar 25 mm digunakan supaya biaya investasi
rendah. Pipa lateral dipasang di seluruh lahan dan tetap berada di lokasi selama
periode irigasi, sehingga perpindahan pipa lateral antar irigasi dapat dihindarkan.
Dua buah sprinkler disambung ke masing-masing lateral. Jika jumlah air irigasi
sudah cukup diaplikasikan, maka masing-masing sprinkler dilepas dan
dipindahkan sepanjang lateral ke posisi berikutnya. Prosedur ini diulang sampai
seluruh lahan terairi. Sprinkler kemudian dipasang lagi pada posisi awal untuk
memulai periode irigasi berikutnya. Sprinkler disambung ke lateral menggunakan
katup (valves) seperti yang digunakan pada hop-system. Sistim ini mengairi pada
laju aplikasi rendah dengan periode lama, seringkali malam hari juga beroperasi.
Seperti pada “hop” system perpindahan sprinkler dapat diatur sesuai dengan
aktivitas budidaya tanaman lainnya. Suatu tipikal sistim ini beroperasi setiap hari
paling tidak dua buah sprinkler berpindah pada setiap lateral. Satu sprinkler
berpindah pada siang hari dan yang lainnya pada malam hari (Gambar 15).
c) Sistim tarik-slang (Hose-pull systems)
Sistim ini awalnya diciptakan untuk mengairi tanaman di bawah pohon
(under-tree) pada perkebunan jeruk, tetapi sekarang banyak digunakan untuk
tanaman buah-buahan lainnya dan untuk tanaman dalam barisan. Pipa utama dan
lateral dipasang permanen baik di permukaan atau di bawah permukaan tanah.
Slang plastik berdiameter kecil digunakan untuk memasok air dari lateral ke satu
atau dua buah sprinkler putar. Panjang slang biasanya dibatasi sampai 50 m,
mengingat kehilangan energi gesekan yang besar jika slang plastik terlalu
panjang. Selama irigasi, dua buah sprinkler diletakkan antara dua baris pohon
pada posisi 1-1 dan tetap di situ sepanjang hari. Pada hari berikutnya sprinkler
tersebut ditarik ke posisi 2-2, dan seterusnya sampai irigasi selesai (Gambar 16).
Penggunaan slang plastik seperti ini dapat mengurangi jumlah lateral
permanen, selain itu juga memungkinkan fleksibilitas yang tinggi pada waktu
irigasi. Sprinkler dapat dipindahkan ke dekat pohon yang masih muda untuk
mencegah pembasahan yang tak perlu di lahan. Meskipun sistim ini relatif lebih
kecil biayanya daripada sistim permanen, biasanya masalah akan muncul dengan
slang plastik. Slang plastik mudah rusak oleh peralatan mesin pertanian dan jika
ditangani secara kasar, selain itu juga cepat rusak jika kena sinar matahari secara
terus menerus.

d) Hose move system


Sistem lain yang juga menggunakan lateral fleksible adalah sistem hose-move
sprinkler. Sistem ini merupakan gabungan dari sistem perpindahan manual,
sistem semi permanen dan sistem permanen. Pada sistem ini, sprinkler, yang
biasanya dari jenis tekanan rendah sampai sedang, dipasang di atas kaki tiga dan
disambungkan ke pipa utama menggunakan slang fleksibel berdiameter 20 – 25
mm dan panjang sampai 30 m. Sprinkler dapat dipindah-pindahkan sepanjang
posisi lateral (Gambar 17).

sistem hose-move sprinkler

2.4. Tahapan Perencanaan


1. Kumpulkan informasi/data mengenai tanah, topografi, sumber air, sumber tenaga,
jenis tanaman yang akan di tanam dan rencana jadwal tanam
2. Penentuan kebutuhan air irigasi :
 Prediksi jumlah atau kedalaman air irigasi yang diperlukan pada setiap pemberian
air
 Tentukan kebutuhan air irigasi: puncak, harian, musiman atau tahunan
 Tentukan frekuensi atau interval irigasi
 Tentukan kapasitas sistem yang diperlukan
 Tentukan laju pemberian air yang optimal

3. Desain sistem :

Tentukan spasi, debit, ukuran nozle dan tekanan operasi dari sprinkler pada
kondisi laju pemberian air yang optimal serta jumlah sprinkler yang
dioperasikan secara bersamaan
 Desain tata-letak dari sistem yang terbaik yang memenuhi poin (a)
 Bila diperlukan lakukan penyesuaian (adjusment) dari (2) dan (3a)
 Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa lateral
 Tentukan ukuran (diameter) dan tekanan pipa utama
4. Penentuan pompa:
 Tentukan total tenaga dinamik (TDH) yang diperlukan
 Tentukan pompa yang sesuai dengan debit dan TDH yang diperlukan
2.5. Contoh Perhitungan
SOAL
Tentukan rancang bangun sistim irigasi sprinkler berpindah untuk lahan seluas 16.2 ha.
Laju pemberian maksimum = 15 mm/jam
laju pemberian 58 mm selama 8.1 hari atau seluas 2 ha per hari.
Kecepatan angin = 6.7 km/jam,
Ha = 276 kPa, Hj = 1,0 m, He = 0,6 m, Hs = 5.0 m, Hr = 0.8 m,
NPSH = 2.0 m,
Sl = 12 m dan Sm = 18 m.
Variasi tekanan di lateral yang diijinkan = 20 % dari tekanan rata-rata.
Sumur terletak di tengah lahan.

PENYELESAIAN
Tata letak dari sprinkler, lateral dan pipa utama adalah seperti berikut

Asumsi bahwa sprinkler pertama berjarak 12 m dari pipa utama, maka jumlah sprinkler
per lateral = (201.2 – 12)/12 = 15,8 , dibulatkan menjadi 16 buah.
Asumsi bahwa lateral pertama berjarak 12 m dari sisi, maka jumlah lateral =
(402,5 – 12)/18 = 21,7 , dibulatkan menjadi 22 buah.
1. Jumlah lateral yang beroperasi per hari :
(2,0 ha x 10000 m2/ha)/(16 x 12 m x 18 m) = 5,8 , dibulatkan menjadi 6 buah lateral
Untuk menekan jumlah lateral yang dipindahkan, maka dapat dipilih 2 buah lateral
yang beroperasi bersamaan dan dipindahkan 3 kali per hari

2. Sprinkler :
 Debit per sprinkler Q = (12 m x 18 m x 15 mm/hr x 10000 cm2/m2)/(10 mm/cm
x 100 cm3/lt x 3600 det/jam) = 0.9 lt/det
 Debit per lateral = 16 x 0.9 = 14.4 lt/det
 Debit per operasi = kapasitas sistem = 2 x 14.4 = 28.8 lt/det
 Dari Tabel dengan Ha= 276 kPa dan debit 0,9 lt/det, sprinkler yang sesuai
adalah yang berukuran 6.35 mm x 3, 97 mm dengan diameter pembahasan 31 m.
 Kecepatan angin 6 km/jam :
 diameter pembasahan sprinkler sepanjang lateral = 12/0.45 = 27 m
 diameter pembahasan sprinkler antar lateral = 18/0.69 = 30 m
 Keduanya < 31 m, maka sprinkler dapat digunakan

3. Pipa lateral dan utama


 Kehilangan tekanan di lateral yang diijinkan = 0.20 x 276 = 55.2 kPa = 55.2/9.8
= 5.6 m
 Kehilangan tekanan karena gesekan saja = 5.6 – He = 5.6 – 0.6 = 5.0 m
 Kehilangan tekanan di pipa utama yang diijinkan = 0.41/10 x 189 = 7.7 m
 Hitung kehilangan tekanan pada pipa lateral (192 m) dan pipa utama (189 m)
untuk pipa 76.2 mm, 101.6 mm dan 127.0 mm. Nilai F untuk 16 sprinkler = 0.38

4. Tekanan yang diperlukan pada pangkal lateral terjauh


Hn = (276/9.8) + 0.75(3.2) + 0.6(0.6) + 0.8 = 31.8 m

5. Kapasitas pompa
Ht = 31.8 + 2.0 + 2.7 + 1.0 + 5.0 = 42.5 m
2.6. Gambar perencanaan
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode irigasi
dimana pemberian air dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh ke
permukaan tanah seperti air hujan yang agar air dapat diberikan secara merata dan efisien pada
areal pertanaman dengan jumlah dan kecepatan yang sama atau kurang dari laju infiltrasi air ke
dalam tanah (kapasitas infiltrasi), dan banyaknya kebutuhan kapasitas irigasi curah tergantung
pada luas areal irigasi, jumlah dan kedalaman air irigasi, efisiensi permukaan air dan lama
operasi irigasi.
Yang penggunaan sistem irigasi curahnya disesuaikan berdasarkan kebutuhan
kebutuhan air tiap lahan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/kharistya/13-irigasi-curah

http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/pdf/Topik%2011%20kuliah%20irigasi%20curah%20-dedi-
asep-prastowo.pdf

https://www.slideshare.net/kharistya/13-irigasi-curah

Anda mungkin juga menyukai