MEKANISASI PERTANIAN
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
MATERI
2. DASAR TEORI
a. Jelaskan Prinsip Dasar Irigasi Tetes (2 Sitasi)
Pada dasarnya irigasi tetes memiliki pronsop dasar memompa dan mengalirkan air ke
tanaman dengan menggunakan sebuah alat perantara berupa pipa-pipa ang telah
dirangkai dan dibocorkan pada jarak tertentu yang disesuaikan dengan jarak tanaman
(Widiastuti & Wijiyanto, 2018).
Menurut Ridwan (2013), pada irigasi tetes memiliki sebuah prinsip dasar dalam
pengroprasian sistemnya, yaitu air akan diangkat dari sumbernya ke tangki penampung
dengan sebuah alat pompa tangga tali. Tahap yang dilalui sebelum masuk ke tangki, air
akan terlebih dahulu masuk melalui saringan inlet. Lalu setelahna air akan disaring kembali
melalui saringan outlet, lalu air tadi akan disalurkan melalui jaringan utama dan yang
kemudian akan didistribusikkan dengan jaringan pembagi (lateral) dan langsung diteteskan
ke daerah perakaran tanaman melalui emitter
b. Sebutkan dan Beri Penjelasan Singkat Beberapa Metode Irigasi Tetes (2 Sitasi)
Pada irigasi tetes terdapat beberapa metode dalam sistem irigasi tersebut. Menurut
Velthuizen et al. (2017), terdapat dua macam metode dalam sistem irigas tetes yaitu metode
penyiraman silang dan metode penyiraman blok. Metode penyiraman silang merupakan suatu
metode pada sistem irigasi tetes dengan cara melakukan penyiraman pada plot-plot tanaman
yang saling berjauhan, sedangkan metode penyiraman blok merupakan suatu metode pada
sistem irigasi tetes dengan cara melakukan sebuah penyirama terhadap plot plot tanaman
yang saling berdekatan.
Selain itu, ada 3 metode irigasi tetes menurut Ekaputra et al.(2017) yaitu mengalir
sepanjang pipa lateral atau viaflow, menetes pada pipa lateral melalui semacam aplikasi, dan
mengalir dengan melalui lubang pipa lateral tersebut.
Digunakan sebagai tempat untuk menampung air dan biasanya terbuat dari plastic
2. Saluran Primer
3. Saluran Sekunder
Merupakan suatu saluran yang digunakan untuk menyalurkan air dari saluran
primer ke saluran lateral dan biasanya terbuat dari pipa PVC
4. Saluran Lateral
Merupakan suatu saluran yang dipasangkan dan digunakan untuk menyalurkan air
dari saluran sekunder ke penetes.
5. Penetes
Merupakan suatu komponen utama dari irigasi tetes dan memiliki fungsi untuk
meneteskan air dari saluran lateral ke setiap tanaman.
Sedangkan menurut Dirjen PLA (2008) dalam Adhiguna & Rejo (2018),
komponen komponen irigisi terdiri dari:
1. Sumber Air
Salah satu komponen yang penting ketika menggunakan sistem irigasi tetes.
Sumber air irigasi biasanya dari pengaliran suatu petkan, gelombang,
penggenangan, genangan dan air di permukaan tanah.
Mengangkat air dari sumber air menuju ke jaringan perpipaan untuk irigasi
tanaman.
3. Emitter (Penetes)
Memiliki fungsi sebagai komponen yang akan menyalurkan air dari pipa lateral ke
tanah secara berkelanjutan dan memiliki debit air yang rendah dan tekanan yang
mendekati tekanan atmosfer.
4. Pipa Lateral
d. Sebutkan dan Jelasan Secara Singkat Macam- Macam Irigasi Menurut Sumber Airnya,
Cara Pengambilan Airnya, dan Cara Distribusi Lahan (2 Sitasi)
Menurut Arsyad (2017), irigasi dapat dibagi menjadi tiga macam berdasarkan sumber
airnya yaitu:
1. Irigasi Air Permukaan
Merupakan irigasi yang memiliki sumber airnya berasa dari air yang mengalir
diatas suatu permukaan tanah, misalnya dari sungai atau danau atau waduk.
Irigasi ini dapat dibedakan menjadi 5 golongan yaitu irigasi alur, irigasi gelombang,
irigasi penggenangan petak jalur, irigasi genangan, dan sistem irigasi di bawah
permukaan tanah.
Merupakan irigasi yang memiliki sumber airnya berasal dari air yang berada di
bawah permukaan tanah. Hal ini dilakukan dengan memompa air yang ada di
dalam tanah ke permukaan tanah kemudian air tersebut dialirkan ke lahan.
Merupakan irigasi yang memiliki sumber airnya berasal dari air hujan yang sengaja
ditampung dalam waktu yang lama pada pemantang-pemantang sawah lalu
memberikan air ke lahan yang memerlukan air sebagai pelengkap pemberian air
oleh hujan.
Berdasarkan cara pengambilan airnya, irigasi juga terbagi menjadi tiga macam, berikut
adalah macam-macam irigasi berdasarkan cara pengambilan airnya:
1. Irigasi Genangan
2. Irigasi Sprinkler
3. Irigasi Tetes
Merupakan irigasi yang memiliki cara pemberian airnya dengan meneteskan air
1. Penggenangan (flooding)
2. Menggunakan alur besar atau alur kecil
3. Menggunakan air di bawah permukaan tanah melalui sub irigasi agar
permukaan air tanah
4. Penyiraman (Sprinkling)
5. Cucuran (trickle)
(Hamad, 2017)
Menurut Wijayanto & Widiastuti (2016), irigasi tetes memiliki kelebihan dibanding
dengan teknologi pertanian yaitu:
1. Efisiensi aplikasi irigasi relatif lebih tinggi dibanding sistem irigasi lain
2. Dapat mencegah timbulnya penyakit leaf burn pada tanaman tertentu
3. Dapat mengurangi terjadinya serangan hama dan penyakit tanaman serta dapat
mengurangi timbulnya gulma yang disebabkan oleh kondisi tanah terlalu basah.
Akan tetapi, irigasi memiliki suatu kelemahan yaitu penyumbatan emitter, mengalami
kerusakan oleh tikus atau binatang lain, akumulasi garam di sekitar tanaman, gerakan air
tanah dan perkembangan akar tanaman yang terhambat serta keterbatasan teknis-
ekonomis
Menurut Chandra (2015) sistem irigasi tetes memiliki keukurangan yaitu pembagian air
irigasinya yang tidak dapat disesuaikan dengan kondisi media tanam. Hal ini terjadi karena
mengingat pemberian air irigasi adalah berdasarkan waktu bukan berdasarkan kebutuhan
air itu sendiri. Oleh karena itu pemberian air dengan penggunaan pengatur waktu dalam
irigasi tetes tidak efektif karena hanya mampu memberikan air berdasarkan interval waktu.
Lalu karena irigasi tetes ini akan tetap memberikan air sesuai interval yang diatur dan
selalu terus berjalan maka dapat mengakibatkan cekaman pada tanaman, hal ini bisa saja
terjadi jika tanah sudah dalam keadaan jenuh dan irigasi tetap berjalan, pada kondisi ini
tanaman akan mengalami kebusukan akar
5. Globe valve Sebagai katup untuk membuka atau menutup aliran air
9. Pipa sub utama Untuk mengangkut air dari pipa utama ke pipa lateral
Gelas plastik
11. Untuk menampung air sebelum diukur dalam gelas ukur
12
Bahan yang diperlukan dalam percobaan sistem irigasi tetes adalah sebagai berikut:
Ukur volume air yang terdapat dalam gelas plastik menggunakan gelas ukur
- Gambar Tangan
- Gambar Literatur
2 52 44 43 49 52
3 54 53 55 53 58
4 42 42 39 44 45
5 46 45 49 52 48
6 52 52 51 54 53
(x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ)2 (x-ẋ) (x-ẋ) 2 (x-ẋ) 2 (x-ẋ)2
2
a. Jumlah = X1 + X2 + X3 + … + Xn
Ulangan 1 = 49 + 52 + 54 + 42 + 46 + 52 = 295
Ulangan 2 = 49 + 44 + 53 + 42 + 45 + 52 = 285
Ulangan 3 = 48 + 43 + 55 + 39 + 49 + 51 = 295
Ulangan 4 = 50 + 49 + 53 + 44 + 52 + 54 = 302
Ulangan 5 = 49 + 52 + 58 + 45 + 48 + 53 = 305
𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖ℎ
b. . Rata-rata = ( /𝑖)
(𝑋𝑖−𝑋 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)2
c. Standar deviasi = √
𝑛−1
Ulangan 1 =
(49−49,166)2 +(52−49,166)2 +(54−49,166)2 +(42−49,166)2 +(46−49,166)2 +(52−49,166)2
√ =
5
4,490731
Ulangan 5 =
(49−50,833)2+(52−50,833)2 +(58−50,833)2 +(45−50,833)2 +(48−50,833)2 +(53−50,333)2
√ = 4,535049
5
a. (x-ẋ)
Ulangan 1
Emitter 1 = 49 – 49,166 = -0,166
Emitter 2 = 52 – 49,166 = 2,834
Emitter 3 = 54 – 49,166 = 4,834
Emitter 4 = 42 – 49,166 = -7,166
Emitter 5 = 46 – 49,166 = -3,166
Emitter 6 = 52 – 49,166 = 2,834
Ulangan 2
Emitter 1 = 49 – 47,5 = 1,5
Emitter 2 = 44 – 47,5 = -3,5
Emitter 3 = 53 – 47,5 = 5,5
Emitter 4 = 42 – 47,5 = -5,5
Emitter 5 = 45 – 47,5 = -2,5
Emitter 6 = 52 – 47,5 = 4,5
Ulangan 3
Emitter 1 = 48 – 47,5 = 0,5
Emitter 2 = 43 – 47,5 = -4,5
Emitter 3 = 55 – 47,5 = 7,5
Emitter 4 = 39 – 47,5 = -8,5
Emitter 5 = 49 – 47,5 = 1,5
Emitter 6 = 51 – 47,5 = 3,5
Ulangan 4
Emitter 1 = 50 – 50,333 = -0,333
Emitter 2 = 49 – 50,333 = -1,333
Emitter 3 = 53 – 50,333 = 2,667
Emitter 4 = 44 – 50,333 = -6,333
Emitter 5 = 52 – 50,333 = 1,667
Emitter 6 = 54 – 50,333 = 3,667
Ulangan 5
Emitter 1 = 49 – 50,833 = -1,833
Emitter 2 = 52 – 50,833 = 1,167
Emitter 3 = 58 – 50,833 = 7,167
Emitter 4 = 45 – 50,833 = -5,833
Emitter 5 = 48 – 50,833 = -2,833
Emitter 6 = 53 – 50,833 = 2,167
Ulangan 2
Emitter 1 = (x-ẋ)2 = 1,52 = 2,25
Emitter 2 = (x-ẋ)2 = -3,52 = 12,25
Emitter 3 = (x-ẋ)2 = 5,52 = 27,5
Emitter 4 = (x-ẋ)2 = -5,52 = 27,5
Emitter 5 = (x-ẋ)2 = -2,52 = 6,25
Emitter 6 = (x-ẋ)2 = 4,52 = 20,25
Ulangan 3
Emitter 1 = (x-ẋ)2 = 0,52 = 0,25
Emitter 2 = (x-ẋ)2 = -4,52 = 20,25
Emitter 3 = (x-ẋ)2 = 7,52 = 56,25
Emitter 4 = (x-ẋ)2 = -8,52 = 72,25
Emitter 5 = (x-ẋ)2 = 1,52 = 2,25
Emitter 6 = (x-ẋ)2 = 3,52 = 12,25
Ulangan 4
Emitter 1 = (x-ẋ)2 = -0,3332 = 0,11089
Emitter 2 = (x-ẋ)2 = -1,3332 = 1,776889
Emitter 3 = (x-ẋ)2 = 2,6672 = 7,112889
Emitter 4 = (x-ẋ)2 = -6,3332 = 40,106889
Emitter 5 = (x-ẋ)2 = 1,6672 = 2,778889
Emitter 6 = (x-ẋ)2 = 3,6672 = 13,446889
Ulangan 5
Emitter 1 = (x-ẋ)2 = -1,8332 = 3,359889
Emitter 2 = (x-ẋ)2 = 1,1672 = 1,361889
Emitter 3 = (x-ẋ)2 = 7,1672 = 51,365889
Emitter 4 = (x-ẋ)2 = -5,8332 = 34,023889
Emitter 5 = (x-ẋ)2 = -2,8332 = 8,025889
Emitter 6 = (x-ẋ)2 = 2,1672 = 4,695889
Ulangan 2
= 2,25 + 20,25 + 56,25 + 72,25 + 2,25 + 12,25 = 96
Ulangan 3
= 0,25 + 20,25 + 56,25 + 72,25 + 2,25 + 12,25 = 163,5
Ulangan 4
= 0,11089 + 1,776889 + 7,112889 + 40,106889 + 2,778889 + 13,446889 =
65,33335
Ulangan 5
= 3,359889 + 1,361889 + 51,365889 + 34,023889 + 8,025889 + 4,695889 =
68,80944
a) (𝑥 − 𝑥̇ )
Ulangan 1 = | (-0,166) + 2,834 + 4,834 + (-7,166) + (-3,166) + 2,834 | = 21
Ulangan 2 = | 1,5 + (-3,5) + 5,5 + (-5,5) + (-2,5) + 4,5 + 0 | = 23
Ulangan 3 = | 0,5 + (-4,5) + 7,5 + (-8,5) + 1,5 + 3,5 + 0 | = 26
Ulangan 4 = | (-0,333) + (-1,333) + 2,667 + (-6.333) + 1,667 + 3,667 + 0,002 | = 16
Ulangan 5 = | (-1,833) + 1,167 + 7,167 + (-5,833) + (-2,833) + 2,167 + 0,002 | = 21
b) |𝑥 − 𝑥̇ |
Ulangan 1 = |0,027556 + 8,031556 + 23,367556 + 51,351556 + 10,023556 + 8,031556|
= 100,833336
Ulangan 2 = | 2,25 + 12,25 + 27,5 + 27,5 + 6,25 + 20,25 | = 96
Ulangan 3 = | 0,25 + 20,25 + 56,25 + 72,25 + 2,25 + 12,25 | = 163,5
Ulangan 4 = | 0,11089 + 1,776889 + 7,112889 + 40,106889 + 2,778889 + 13,446889 |
= 65,333325
Ulangan 5 = | 3,359889 + 1,361889 + 51,365889 + 34,023889 + 8,025889 + 4,695889 |
= 68,809445
Perhitungan Data Selanjutnya
𝑆𝐷
a. CV = 𝑋̅
Ulangan 1
4,490731
CV = = 0,0913381402
49,166
Ulangan 2
4,505552
CV = 47,5
= 0,0948537263
Dari praktikum ini dihasilkan sebuah data, sehingga dapat diketahui pada tabel 1
terdapat 6 data dengan 5 kali pengulangan. Pada ulangan pertama hingga kelima
mendapatkan hasil sebesar 295, 285, 285, 302, dan 305. Pada ulangan pertama
hingga kelima memiliki rata-rata sebesar 49,166, 47,5, 47,5, 50,333, dan 50,833. Dapat
dilihat pada ulangan pertama hingga kelima menunjukkan tekanan manometer sebesar
1 bar. Adapun besar standar deviasi pada ulangan pertama hingga kelima yaitu
4m490731, 4,505552, 5,718391, 3,614784, 4,535049. Pada tabel 1 diketahui jumlah
dan rata-rata tertinggi terdapat pada ulangan kelima, dan jumlah dan rata-rata terendah
terdapat pada ulangan kedua dan ketiga. Standar devisiasi pada tabel yang tertinggi
terdapat pada ulangan ketiga dan yang terendah pada ulangan keempat.
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa debit pada ulangan pertama hingga kelima,
yaitu memperoleh hasil sebesar 4,916668, 4,75, 4,750001, 5,0333333, 5,083334
dengan rata-rata sebesar 0,819445, 0,791667, 0,791667, 0,838889, 0,847222. Adapun
Qmin pada ulangan pertama hingga kelima menunjukkan nilai 0,7, 0,7, 0,65, 0,733333,
0,75. Kemudian pada tabel 2 terlihat jumlah, rata-rata, dan Qmin tertinggi terdapat pada
ulangan kelimat dan terendah pada ulangan ketiga.
Pada tabel 3 dapat dilihat menunjukkan perhitungan emitter per ulangan 1 hingga
5 yang mendapatkan hasil nilai sebesar 0,004; 0; 0; 0,002; 0,002; 100,833336; 96;
163,5; 65,333335; 68, 809445. Sedangkanhasil kuadratnya pada pengulangan pertama
hingga kelima memperoleh nilai sebesar 100,833336; 96; 163,5; 65,333335; 68,
809445. Hasil mutlak emitter tanpa kuadrat pada ulangan pertama hingga kelima
memperoleh nilai sebesar 21, 23, 26, 16, 21. Pada jumlah emitter terdapat nilai tertinggi
pada ulangan pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan nilai terendah pada ulangan
kedua dan ketiga. Pada hasil kuadrat terdapat nilai tertinggi pada ulangan ketiga dan
nilai terendah pada ulangan kelima. Kemudian, pada hasil mutlak emitter tanpa
kuadrat memperoleh nilai tertinggi pada ulangan ketiga dan nilai terendah pada
ulangan keempat. Lalu pada hasil mutlak emitter kuadrat memperoleh nilai tertinggi
pada ulangan pertama dan nilai terendah pada ulangan keempat.Pada tabel 4 berisikan
mengenai data hasil perhitungan dari keseluruhan tabel dari ulangan pertama hingga
kelima. Tabel tersebut berisi standar deviasi dan CV dengan nilai tertinggi terdapat
pada ulangan pertama, CU tertinggi terdapat pada ulangan pertama dan ketiga, SU
tertinggi pada ulangan keempat, EU tertinggi pada ulangan kedua, EA dan PELQ
tertinggi pada ulangan keempat dan kelima, dan kehilangan air tertinggi pada
ulangan keempat.
Dari hasil perhitungan CV, CU, SU EU, EA, PELQ, dan kehilangan air didapatkan
sebuah analisa mengenai perhitungan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan
didapatkan hasil dari perhitungan CV yang tertinggi terdapat pada ulangan ketiga
sebesar 0,1203871789 danperhitungan CV terendah terdapat ulangan keempat sebesar
0,134. Kemudian pada hasil perhitungan CU, didapatkan hasil teringgi pada ulangan
pertama dan ketiga sebesar 100% dan terendah pada ulangan kedua, keempat, dan
kelima sebesar 99,8%. Lalu pada perhitungan SU, didapatkan hasil tertinggi pada
ulangan keempat sebesar 86,6% dan terendah pada ulangan pertama sebesar 76,9%.
Pada perhitungan EU, didapatkan sebuah hasil tertinggi yang terdapat pada ulangan
kedua sebesar 33,4% dan hasil terendah terdapat pada ulangan keempat dan kelima
dengan nilai 33,1%. Pada perhitungan EA, didapatkan hasil nilai tertinggi pada ulangan
keempat dan kelima sebesar 32,2% dan nilai terendah terdapat pada ulangan pertama
dengan nilai 28,44%. Lalu pada perhitungan PELQ didapatkan nilai tertinggi pada
ulangan keempat dan kelima sebesar 89,7% dan terendah pada ulangan pertama
sebesar 79,9%. Untuk perhitungan kehilangan air, didapatkan hasil tertinggi pada
ulangan keempat sebesar 86,6% dan terendah pada ulangan pertama sebesar 77%.
Berdasarkan hasil dari praktikum ini dapat disumpulkan bahwa nilai koefisien
kaseragaman distribus air (CU) yang diperoleh sudah berjalan dengan baik dan sesuai
dengan batasan atau kesesuaian yang telah ditentukan yaitu lebih dari 95%. Pada sistem
irigasi tetes memiliki CU di atas 95% dengan arti bahwa jaringan irigasi layak digunakan
sebab nilai debt yang keluar dari tiap-tiap emitter pada masing-masing pipa adalah
mendekati sama (Mustawa et al., 2017). Nilai CU yang diperoleh dari praktikum ini
adalah 100%; 99,8%; 100%; 99,8%; dan 99,8%. Dengan demikian, sistem irigasi tetes
pada praktikum ini dalam hal keseragaman dsitribusi air sudah berjalan dengan baik,
serta bekerja dengan layak dan memenuhi batas persyaratan perpipaan hidrolika.
Dalam pemberian air dengan menggunakan sistem irigasi tetes terdapat beberapa
manfaat didalamnya. Manfaat pemberian air menurut Bria et al. (2017), yaitu
meningkatkanpertumbuhan tanaman serta hasil panen dan meningkatkan nilai guna air.
Selain itu, dapat meningkatkan efetivitas penanaman, menghemat tenaaga, menekan
resiko penumpukan garam, dan menekan pertumbuhan gulma.
Sedangkan menurut Ridwan (2013), manfaat dari pemberian air menggukanan
sistemirigasi tetes adalah efisiensi penggunaan aplikasi irigasi yang tinggi,
menyempurnakan pengelolaan nutrisi tanaman, penanganan salintas yang baik, dan
kebuuhan energi rendahdibandingkan mekanisasi irigasi lainnya.
b. Saran
Pelaksanaan praktikum yang dilakukan secara daring dirasa sudah cukup baik dalam
penyampain materi mengenai irigasi tertutup, sehingga praktikan mengerti materi
tersebut. Kemudian saran saya mengenai waktu pengerjaan pre test dan post test adalah
untuk menambah waktu ketika pengerjaannya.
Adhiguna, R. T., & Rejo, A. (2018). Teknologi Irigasi Tetes Dalam Mengoptimalkan
Efisiensi Penggunaan Air Di Lahan Pertanian. Seminar Nasional Hari Air Dunia
2018 (pp. 108-116). Palembang: core.ac.uk. e-ISSN:2621-7449.
Candra, H., Triyono, S., Kadir, M. Z., & Tusi, A. (2015). Rancang Bangun dan Uji
Kinerja Sistem Kontrol Otomatis Pada Irigasi Tetes Menggunakan
Mikronkontroller Arduino Mega. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, IV(4), 235-
244.
Ekaputra, E. G., Yanti, D., Saputra, D., & Irsyad, F. (2017). Rancang Bangun Sistem
Irigasi Tetes Untuk Budidaya Cabai (Capsicum Annum L.) Dalam Greenhouse
Di Nagari Biaro, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera
Barat. Padang. Jurnal Irigasi, XI(2), 103-112.
Mustawa, M., Abdullah, S. H., & Putra, G. M. (2017). Analisis Efisiensi Irigasi Tetes Pada
Berbagai Tekstur Tanah untuk Tanaman Sawi (Brassica juncea). Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem, V(2), 408-421.
Ridwan, D. (2013). Model Jaringan Irigasi Tetes Berbasis Bahan Lokal Untuk
Pertanian Lahan Sempit. Jurnal Irigasi, VIII(2), 90-98.
Velthuizen, A., Idrus, M., Kuswadi, D., Suprapto, & Darmaputra, I. G. (2018). Kinerja
Irigasi Tetes Tipe Emiter Aries pada Tanaman Pisang Cavendhis di PT
Nusantara Tropical Farm. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, XVIII(1), 33-38.
doi:10.25181/jppt.v18i1.
Widiastuti, I., & Wijayanto, D. (2018). Implementasi Teknologi Irigasi Tetes pada
Budidaya Tanaman Buah Naga. Jurnal Keteknikan Pertanian (JTEP), VI(1), 1-8.
E-ISSN 2338-8439. https://doi.org/10.19028/jtep.06.1.1-8.
Wijayanto, D. S., & Widiastuti, I. (2016). Pompa AIir Bertenaga Hibrid Untuk Irigasi Tanaman
Buah Naga. Journal Of Mechanical Engineering Education, I(2), 169-178. ISSN
2528-2611.