MEKANISASI PERTANIAN
“SISTEM IRIGASI TERTUTUP”
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum sistem irigasi tertutup ini adalah untuk mengetahui efisiensi
dari sistem irigasi tertutup dan untuk menentukan efisiensi dari sistem irigasi tertutup.
2. DASAR TEORI
a. Jelaskan Prinsip Dasar Irigasi Tetes (2 Sitasi)
Irigasi tetes merupakan sisitem irigasi sederhana yang sering digunakan di daerah yang
memiliki masalah kekurangan air. irigasi tetes menggunakan metode dimana air menetes
melalui emitter secara kontinyu dengan jumlah tetesan menyesuaikan dengan kebutuhan
tanaman.
Irigasi tetes merupakan irigasi dengan debit kecil dan tekanan yang rendah dengan
sistem pemberian air diaplikasikan melalui emitter (sistem penetes) pada daerah sekitar
perakaran tanaman. Prinsip dasar dari sistem operasinya yaitu air diangkat dari sumbernya
ke tangki penampung menggunakan pompa. Air disaring oleh filter kemudian disalurkan
melalui jaringan lateral dan langsung diteteskan ke daerah perakaran tanaman melalui
emitter (Ridwan, 2013).
Prinsip irigasi tetes merupakan irigasi yang menggunakan jaringan aliran dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Sistem irigasi tetes terdiri dari pipa utama, pipa sub utama,
dan pipa lateral. Melalui emitter pada ujung pipa lateral, air didistribusikan secara merata
pada tanaman sesuai dengan kebutuhan. Pemancar diletakkan didekat perakaran tanaman
sehingga tanah tetap terjaga kelembabannya (Fitriana et al., 2015)
Kelebihan atau keuntungan dari penggunaan sistem irigasi tetes adalah penggunaannya
dapat meminimalisir persentase kehilangan air seperti perkolasi, run off, dan
evapotranspirasi. Sisitem irigasi tetes juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Yanto et al., (2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan irigasi tetes, efisiensi
penggunaan airnya dapat mencapai 80-95%. Sistem irigasi tetes juga dapat mengurangi
proses penguapan, dimana nutrisi dapat langsung diberikan kepada tanaman melalui irigasi
(Fitriana et al., 2015).
Sedangkan kekurangan dari sistem irigasi tetes adalah dapat terjadi kejadian seperti
terputusnya instalasi akibat penyumbatan emitter, perusakan oleh tikus atau binatang tanah
lainnya, akumulasi garam disekitar tanaman, keterbatasan teknis-ekonomis dan
terhambatnya pertumbuhan akar tanaman (Ridwan, 2013).
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum sistem irigasi tertutup
adalah sebagai berikut:
a. Alat:
1) Pipa utama: sebagai rangkaian utama pipa dalam pengaliran air.
2) Pompa: sebagai pemancing air dalam sistem perpipaan.
3) Tunsen Klip: untuk menjaga tekanan di dalam pipa agar air tidak turun
kembali menuju tandon.
4) Filter: untuk menyaring kotoran yang terbawa dalam air.
5) Globe valve: sebagai katup air untuk membuka atau menutup aliran air.
6) Manometer: untuk mengukur tekanan dalam sistem perpipaan.
7) Pipa lateral: untuk mengalirkan air dengan menggunakan emitter yang
dipasang di emitter.
8) Emitter: untuk mngalirkan air dalam skala tetes.
9) Pipa sub utama: untuk menghubungkan pipa utama dan pipa lateral serta
menjaga tekanan dalam pipa.
10) Gelas ukur: untuk mengukur volume air.
11) Gelas plastik: untuk menampung air sebelum diukur dalam gelas ukur.
12) Tandon: untuk menampung air yang akan dialirkan dalam sistem irigasi.
13) Stopwatch: untuk mengukur waktu pengaliran.
14) Stop kontak: sebagai sumber aliran listrik untuk pompa.
b. Bahan:
1) Air: sebagai bahan utama perlakuan.
Meletakkan gelas beaker dibawah emitter untuk menampung air yang keluar
- Gambar Tangan
- Gambar Literatur
Jumlah 270 x 10-6 283 x 10-6 285 x 10-6 292 x 10-6 292 x 10-6
Rata-Rata 45 x 10-6 47,1 x 10-6 47,5 x 10-6 48,6 x 10-6 48,6 x 10-6
Tekanan
Manometer 1 Bar 1 Bar 1 Bar 1 Bar 1 Bar
(Bar)
Standar
10,43 x 10-6 6,67 x 10-6 7,44 x 10-6 6,53 x 10-6 6,58 x 10-6
Deviasi
Ul. 1 Ul. 2 Ul. 3 Ul. 4 Ul. 5 Ul. 1 Ul. 2 Ul. 3 Ul. 4 Ul. 5
No.
(x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ)2 (x-ẋ)2 (x-ẋ)2 (x-ẋ)2 (x-ẋ)2
-10 x -3,1 x -5,5 x -2,6 x -3,6 x 100 x 9,61 x 30,25 6,76 x 12,96
2
10-6 10-6 10-6 10-6 10-6 10-12 10-12 x 10-12 10-12 x 10-12
110,2
-11 x -9,1 x -10,5 -9,6 x -9,6 x 121 x 82,81 92,16 92,16
4 5x
10-6 10-6 x 10-6 10-6 10-6 10-12 x 10-12 x 10-12 x 10-12
10-12
222,8 213,3
0,4 x 0,4 x 0,4 x 544 x 277,5 216,5
∑ 0 0 6 x 10- 6x
10-6 10-6 10-6 10-12 12 x 10-12 x 10-12
10-12
222,8 213,3
∑|x 52 x 31,2 x 35 x 29,2 x 29,2 x 544 x 277,5 216,5
6 x 10- 6x
−ẋ| 10-6 10-6 10-6 10-6 10-6 10-12 12 x 10-12 x 10-12
10-12
Stand
Ulang ar Kehilan
CV CU SU EU EA PELQ
an Devia gan Air
si
10,43 x
1
10-6 0,231 100% 76,9% 31,6% 28,44% 79,9% 77%
6,67 x
2
10-6 0,141 99,8% 85,9% 33,4% 30,06% 89,6% 85,8%
7,44 x
3
10-6 0,156 100% 84,4% 32,4% 29,16% 87% 84,4%
6,53 x
4
10-6 0,134 99,8% 86,6% 33,1% 32,2% 89,7% 86,6%
6,58 x
5
10-6 0,135 99,8% 86,5% 33,1% 32,2% 89,7% 86,5%
Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai rata-rata volume
tetesan pada emitter dengan pengulangan sebanyak lima kali. Pada ulangan pertama,
diperoleh nilai rata-rata volume yaitu sebesar 45 x 10-6 m3. Pada ulangan kedua, diperoleh
nilai rata-rata volume yaitu sebesar 47,1 x 10-6 m3. Pada ulangan ketiga, diperoleh nilai
rata-rata volume sebesar 47,5 x 10-6 m3. Pada ulangan keempat, diperoleh nilai rata-rata
volume sebesar 48,6 x 10-6 m3. Dan pada ulangan kelima, diperoleh nilai rata-rata volume
yaitu sebesar 48,6 x 10-6 m3 . Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada ulangan keempat dan
kelima yaitu sebesar 48,6 x 10-6 m3 dan nilai terendah terdapat pada ulangan pertama yaitu
sebesar 45 x 10-6 m3 . Perbedaan nilai rata-rata volume tetesan ini disebabkan oleh
ketidakstabilan emitter dalam meneteskan air.
c. Analisa Perhitungan
Irigasi tetes merupakan sisitem irigasi sederhana yang sering digunakan di daerah yang
memiliki masalah kekurangan air. irigasi tetes menggunakan metode dimana air menetes
melalui emitter secara kontinyu dengan jumlah tetesan menyesuaikan dengan kebutuhan
tanaman. Prinsip dasar dari sistem operasi irigasi tetes yaitu air diangkat dari sumbernya ke
tangki penampung menggunakan pompa. Air disaring oleh filter kemudian disalurkan melalui
jaringan lateral dan langsung diteteskan ke daerah perakaran tanaman melalui emitter.
Kelebihan atau keuntungan dari penggunaan sistem irigasi tetes adalah penggunaannya
dapat meminimalisir persentase kehilangan air seperti perkolasi, run off, dan
evapotranspirasi. Sisitem irigasi tetes juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Dari data hasil perhitungan antara kelima ulangan, kelimanya memiliki nilai koofisien
keseragaman yang hampir sama. Hail perhitungan koofisien keseragaman, Ulangan pertama
dan ketiga memiliki nilai persentase yang sama yaitu 100%, dan ulangan kedua, keempat dan
kelima memiliki nilai yang sama juga sebesar 99,8%. Apabila hasil koofisien keseragaman
telah melampaui batas kesesuaian yang telah ditentukan, yakni 85%. Maka ini menandakan
bahwa keseragaman distribusi air pada sistem irigasi dalam praktikum ini sudah berjalan
dengan baik dan telah memenuhi batas persyaratan persentase perpipaan hidrolika.
b. Saran
Diharapkan pada penulisan laporan praktikum selanjutnya praktikan dapat lebih teliti
dalam menulis laporan, serta asisten praktikum diharapkan dapat memberikan ppt kepada
praktikan agar dapa digunakan sebagai bahan bacaan tambahan selain dari literatur dan
modul.
𝛴 (𝑿𝒊−𝑿 𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂)𝟐
c. Standar deviasi = √
𝒏−𝟏
√(25 × 10−12 )+(100 × 10−12 )+(225 × 10−12 )+(121 × 10−12 )+(9 × 10−12 )+(64 × 10−12 )
● Ulangan 1 = 5
= 10,43 x 10-6
● Ulangan 2 =
√(4,41 × 10−12 )+(9,61 × 10−12 )+(62,41 × 10−12 )+(82,81 × 10−12 )+(1,21 × 10−12 )+(62,41 × 10−12 )
5
= 6,67 x 10-6
● Ulangan 3 =
√(2,25 × 10−12 )+(30,25 × 10−12 )+(42,25 × 10−12 )+(110,25 × 10−12 )+(2,25 × 10−12 )+(90,25 × 10−12 )
5
= 7,44 x 10-6
● Ulangan 4 =
√(0,36 × 10−12 )+(6,76 × 10−12 )+(40,96 × 10−12 )+(92,16 × 10−12 )+(2,56 × 10−12 )+(70,56 × 10−12 )
5
= 6,53 x 10-6
d. Qmin Debit
• Ulangan 1 = 0,57 × 10-6
• Ulangan 2 = 0,63 × 10-6
• Ulangan 3 = 0,61 × 10-6
• Ulangan 4 = 65 × 10-8
• Ulangan 5 = 0,65 × 10-6
• Ulangan 2
1. (x-ẋ) = 45 x 10-6 - 47,1 x 10-6 = -2,1 x 10-6
2. (x-ẋ) = 44 x 10-6 - 47,1 x 10-6 = -3,1 x 10-6
3. (x-ẋ) = 55 x 10-6 - 47,1 x 10-6 = 7,9 x 10-6
4. (x-ẋ) = 38 x 10-6 - 47,1 x 10-6 = -9,1 x 10-6
5. (x-ẋ) = 46 x 10-6 - 47,1 x 10-6 = -1,1 x 10-6
6. (x-ẋ) = 55 x 10-6 - 47,1 x 10-6 = 7,9 x 10-6
• Ulangan 3
1. (x-ẋ) = 46 x 10-6 – 47,5 x 10-6 = -1,5 x 10-6
2. (x-ẋ) = 42 x 10-6– 47,5 x 10-6 = -5,5 x 10-6
3. (x-ẋ) = 54 x 10-6– 47,5 x 10-6 = 6,5 x 10-6
4. (x-ẋ) = 37 x 10-6– 47,5 x 10-6 = -10,5 x 10-6
5. (x-ẋ) = 49 x 10-6– 47,5 x 10-6 = 1,5 x 10-6
6. (x-ẋ) = 57 x 10-6– 47,5 x 10-6 = 9,5 x 10-6
• Ulangan 4
1. (x-ẋ) = 48 x 10-6 – 48,6 x 10-6 = -0,6 x 10-6
2. (x-ẋ) = 46 x 10-6– 48,6 x 10-6 = -2,6 x 10-6
3. (x-ẋ) = 55 x 10-6– 48,6 x 10-6 = 6,4 x 10-6
4. (x-ẋ) = 39 x 10-6– 48,6 x 10-6 = -9,6 x 10-6
5. (x-ẋ) = 47 x 10-6– 48,6 x 10-6 = -1,6 x 10-6
6. (x-ẋ) = 57 x 10-6– 48,6 x 10-6 = 8,4 x 10-6
b. (x-ẋ)2
• Ulangan 1
1. (x-ẋ)2 = (-5 x 10-6)2 = 25 x 10-12
2. (x-ẋ)2 = (-10 x 10-6)2 = 100 x 10-12
3. (x-ẋ)2 = (15 x 10-6)2 = 225 x 10-12
4. (x-ẋ)2 = (-11 x 10-6)2 = 121 x 10-12
5. (x-ẋ)2 = (3 x 10-6)2 = 9 x 10-12
6. (x-ẋ)2 = (8 x 10-6)2 = 64 x 10-12
• Ulangan 2
1. (x-ẋ)2 = (-2,1 x 10-6)2 = 4,41 x 10-12
2. (x-ẋ)2 = (-3,1 x 10-6)2 = 9,61 x 10-12
3. (x-ẋ)2 = (7,9 x 10-6)2 = 62,41 x 10-12
4. (x-ẋ)2 = (-9,1 x 10-6)2 = 82,81 x 10-12
5. (x-ẋ)2 = (-1,1 x 10-6)2 = 1,21 x 10-12
6. (x-ẋ)2 = (7,9 x 10-6)2 = 62,41 x 10-12
• Ulangan 3
1. (x-ẋ)2 = (-1,5 x 10-6)2 = 2,25 x 10-12
2. (x-ẋ)2 = (-5,5 x 10-6)2 = 30,25 x 10-12
3. (x-ẋ)2 = (6,5 x 10-6)2 = 42,25 x 10-12
4. (x-ẋ)2 = (-10,5 x 10-6)2 = 110,25 x 10-12
5. (x-ẋ)2 = (1,5 x 10-6)2 = 2,25 x 10-12
6. (x-ẋ)2 = (9,5 x 10-6)2 = 90,25 x 10-12
• Ulangan 4
1. (x-ẋ)2 = (-0,6 x 10-6)2 = 0,36 x 10-12
2. (x-ẋ)2 = (-2,6 x 10-6)2 = 6,76 x 10-12
• Ulangan 5
1. (x-ẋ)2 = (-0,6 x 10-6)2 = 0,36 x 10-12
2. (x-ẋ)2 = (-3,6 x 10-6)2 = 12,96 x 10-12
3. (x-ẋ)2 = (8,4 x 10-6)2 = 70,56 x 10-12
4. (x-ẋ)2 = (-9,6 x 10-6)2 = 92,16 x 10-12
5. (x-ẋ)2 = (-0,6 x 10-6)2 = 0,36 x 10-12
6. (x-ẋ)2 = (6,4 x 10-6)2 = 40,1 x 10-12
c. ∑(x-ẋ)
· Ulangan 1 = {(-5 x 10-6) + (-10 x 10-6) + (15 x 10-6) + (-11 x 10-6) + (3 x 10-6) + (8 x
10-6)} = 0
· Ulangan 2 = {(-2,1 x 10-6) + (-3,1 x 10-6) + (7,9 x 10-6) + (-9,1 x 10-6) + (-1,1 x 10-6)
+ (7,9 x 10-6)} = 0,4 x 10-6
· Ulangan 3 = {(-1,5 x 10-6) + (-5,5 x 10-6) + (6,5 x 10-6) + (-10,5 x 10-6) + (1,5 x 10-6)
+ (9,5 x 10-6)} = 0
· Ulangan 4 = {(-0,6 x 10-6) + (-2,6 x 10-6) + (6,4 x 10-6) + (-9,6 x 10-6) + (-1,6 x 10-6)
+ (8,4 x 10-6)} = 0,4 x 10-6
· Ulangan 5 = {(-0,6 x 10-6) + (-3,6 x 10-6) + (8,4 x 10-6) + (-9,6 x 10-6) + (-0,6 x 10-6)
+ (6,4 x 10-6)} = 0,4 x 10-6
d. ∑(x-ẋ)2
· Ulangan 1 = {(25 x 10-12) + (100 x 10-12) + (225 x 10-12) + (121 x 10-12) + (9 x 10-12)
+ (64 x 10-12)} = 544 x 10-12
· Ulangan 2 = {(4 x 10-12) + (9 x 10-12) + (64 x 10-12) + (81 x 10-12) + (1 x 10-12) + (64
x 10-12)} = 223 x 10-12
· Ulangan 3 = {(2,25 x 10-12) + (3,03 x 10-11) + (4,23 x 10-11) + (1,1 x 10-10) + (2,25 x
10-12) + (9,03 x 10-11)} = 279 x 10-12
e. ∑|x-ẋ|
· Ulangan 1 = {|5 x 10-6| + |10 x 10-6| + |15 x 10-6| + |11 x 10-6| + |3 x 10-6| + |8 x 10-
6
|} = 52 x 10-6
· Ulangan 2 = {|2,1 x 10-6) + |3,1 x 10-6| + |7,9 x 10-6| + |9,1 x 10-6| + |1,1 x 10-6| +
|7,9 x 10-6|} = 31,2 x 10-6
· Ulangan 3 = {|1,5 x 10-6| + |5,5 x 10-6| + |6,5 x 10-6| + |10,5 x 10-6| + |1,5 x 10-6| +
|9,5 x 10-6|} = 35 x 10-6
· Ulangan 4 = {|0,6 x 10-6| + |2,6 x 10-6| + |6,4 x 10-6| + |9,6 x 10-6| + |1,6 x 10-6| +
|8,4 x 10-6|} = 29,2 x 10-6
· Ulangan 5 = {|0,6 x 10-6| + |3,6 x 10-6| + |8,4 x 10-6| + |9,6 x 10-6| + |0,6 x 10-6| +
· Ulangan 1 = {|25 x 10-12| + |100 x 10-12| + |225 x 10-12| + |121 x 10-12| + |9 x 10-12|
+ |64 x 10-12|} = 544 x 10-12
· Ulangan 2 = {|4,41 x 10-12| + |9,61 x 10-12| + |62,41 x 10-12| + |82,81 x 10-12| + |1,21
x 10-12| + |62,41 x 10-12|} = 222,86 x 10-12
· Ulangan 3 = {|2,25 x 10-12|+|30,25 x 10-12| + |42,25 x 10-12| + |110,25 x 10-12| +
|2,25 x 10-12| + |90,25 x 10-12|} = 277,5 x 10-12
· Ulangan 4 = {|0,36 x 10-12| + |6,76 x 10-12| + |40,96 x 10-12| + |92,16 x 10-12| + |2,56
x 10-12| + |70,56 x 10-12|} = 213,36 x 10-12
· Ulangan 5 = {|0,36 x 10-12| + |12,96 x 10-12| + |70,56 x 10-12| + |92,16 x 10-12| +
|0,36 x 10-12| + |40,1 x 10-12|} = 216,5 x 10-12
6,53 × 10−6
● Ulangan 4 : CV = 48,6 × 10−6
= 0,134
6,58 × 10−6
● Ulangan 5 : CV = 48,6 × 10−6
= 0,135
∑(𝑋𝑖−𝑋 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎)
b. CU = (𝟏 − ∑ 𝑋𝑖
× 100%)
0
● Ulangan 1 = (1 − × 100%)
270 × 10−6
= 100%
0,4 × 10−6
● Ulangan 2 = (1 − 283 × 10−6 × 100%)
= 99,8%
0
● Ulangan 3 = (1 − 285 × 10−6 × 100%)
= 100%
0,4 × 10−6
● Ulangan 4 = (1 − 292 × 10−6 × 100%)
= 99,8%
0,4 × 10−6
● Ulangan 5 = (1 − × 100%)
292 × 10−6
= 99,8%
𝑄𝑛
c. EU = 𝑄𝑎 × 100%
∑ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑣𝑜𝑙.
Qn = 25% x Qmin dan Qa =
𝑛
𝑊𝑠
d. EA = EU x 0,9 atau EA =𝑊𝑓 × 100%
● Ulangan 1
EA = 31,6 x 0,9
EA = 28,44%
● Ulangan 2
EA = 33,4 x 0,9
EA = 30,06%
● Ulangan 3
EA = 32,4 x 0,9
EA = 29,16%
● Ulangan 4
EA = 33,1 x 0,9
EA = 32,2%
● Ulangan 5
EA = 33,1 x 0,9
EA = 32,2%
e. SU
SU = (1-CV) × 100%
Ulangan 1 : SU= (1-0,231) × 100% = 76,9%
Ulangan 2 : SU = (1-0,141) × 100% = 85,9%
Ulangan 3 : SU = (1-0,156) × 100% = 84,4%
Ulangan 4 : SU = (1-0,134) × 100% = 86,6%
Ulangan 5 : SU = (1-0,135) × 100% = 86,5%
47,8×10−6 − 7,44×10−6
● Ulangan 3 = 47,8 × 10−6
× 100%
= 84,4%
49×10−6 − 6,53×10−6
● Ulangan 4 = 49×10−6
× 100%
= 86,6%
49×10−6 − 6,58×10−6
● Ulangan 5 = 49×10−6
× 100%
= 86,5%