Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“KINTETIKA ENZIM”

Disusun Oleh
Nama : Revina Devi Arifanty
NIM : 205040201111045
Kelas :D
Asisten : Jopie Meiske

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sistem biologi, reaksi kimia memerlukan katalis untuk mempercepat
prosesnya. Enzim merupakan salah satu biomolekul berupa protein yang berfungsi
sebagai senyawa yang dapat mempercepat laju reaksi kimia. Fungsi tersebut yang
membuat enzim disebut sebagai biokatalisator. Enzim memiliki sifat yang spesifik
terhadap substrat.
Kinetika enzim merupakan studi tentang reaksi kimia yang dikatalisis oleh
enzim. Dasar dari reaksi enzimik adalah pembentukan ES kompleks. Tolak ukur
suatu enzim bekerja dengan cepat adalah dari banyaknya produk yang dihasilkan
persatuan waktu.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui mekanisme kerja enzim.
2. Mengetahui teori kerja enzim.
3. Mengetahui karakteristik enzim.
4. Mengetahui macam-macam inhibitor.
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatik.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui mekanisme kerja enzim.
2. Mahasiswa mengetahui teori kerja enzim.
3. Mahasiswa mengetahui karakteristik enzim.
4. Mahasiswa mengetahui macam-macam inhibitor.
5. Mahasiswa mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Mekanisme Kerja Enzim
Menurut Anwar (2013) enzim merupakan senyawa kompleks disusun oleh
banyak asam amino atau biasa disebut protein dengan bentuk, peran, dan ukuran
yang beragam. Enzim berperan sebagai biokatalisator pada reaksi.
Menurut Martantyo (2013) mekanisme kerja enzim dapat mempercepat
reaksi. Pertama enzim menempel pada permukaan substrat sehingga mempercepat
reaksi. Enzim menurunkan energi pengaktifan sehingga akan mempercepat laju
reaksi dengan sendirinya. Substrat menempel dan berikatan dengan enzim untuk
membentuk enzim-substrat kompleks yang sifatnya sementara dan kemudian akan
terurai sehingga membentuk free enzim dan juga produk.

2.2 Teori Kerja Enzim


Terdapat 2 teori kerja enzim, yaitu teori gembok dan kunci atau teori Lock
and Key dan teori kecocokan induksi atau Induced Fit Theory.Menurut Anam
(2020) teori Lock and Key dan Induced Fit Theory memiliki kesamaan yaitu
ikatan substrat dengan enzim merupakan ikatan sementara dan segera terlepas jika
reaksi sudah terjadi.
1. Teori Gembok dan Kunci (Lock And Key Theory)
Pada teori ini enzim dan substrat bergabung membentuk kompleks
seperti kunci yang masuk ke dalam gembok, dimana substrat sebagai kunci
dan enzim sebagai gembok. Setelah bereaksi, kompleks akan terurai dan
membentuk produk serta melepaskan enzim. Menurut teori ini enzim tidak
menerima substrat yang tidak komplemen dengan sisi aktifnya (Susilo,
2012).
2. Teori ketepatan yang terinduksi (Induced fit theory)
Pada teori ini sisi aktif enzim memiliki bentuk yang fleksibel.
Ketika substrat menempel pada sisi aktif enzim maka sisi aktif akan
termodifikasi sehingga melingkupi substrat dan membentuk ikatan yang
kompleks. Setelah produk terbentuk makai katan kompleks akan terlepas
dan sisi aktif akan kembali menjadi bentuk enzim bebas sehingga substrat
lain dapat bereaksi dengan enzim tersebut (Susilo, 2012).

2.3 Karakteristik Enzim


1. Enzim bersifat spesifik terhadap substrat sehingga produk yang terbentuk
akan sesuai dengan enzim dan substrat (Susanti dan Febriana, 2017).
2. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh inhibitor (Susanti dan Febriana, 2017).
3. Enzim memiliki pH optimum, dimana pada pH tersebut merupakan
kondisi yang paling kondusif bagi enzim untuk mengikat substrat (Yusriah
dan Kuswytasari, 2013).
4. Enzim tidak ikut berubah dengan reaksi yang sedang dikatalisnya (Susanti
dan Febriana, 2017).

2.4 Definisi Inhibitor + Macam-macam Inhibitor + contoh


Menurut Astuti (2018) inhibitor merupakan molekul senyawa yang menjadi
penghambat kerja enzim. Berdasarkan reaksi kimianya, inhibitor dibagi menjadi
macam, yaitu inhibitor irreversible dan reversible. Menurut Susanti dan Febriana
(2017) inhibitor reversible merupakan inhibitor yang dapat lepas dari enzim
setelah berikatan, sedangkan inhibitor irreversible merupakan inhibitor yang tidak
bisa lepas lagi dari enzim. Menurut Astuti (2018) contoh dari inhibitor
irreversible yaitu diisoprofilfluorofosfat yang menhambat kerja enzim asetil
kolinesterase Inhibitor reversible terdapat 3 macam, yaitu:
1. Inhibitor Kompetitif
Menurut Susanti dan Febriana (2017) inhibitor ini merupakan
inhibitor yang mempunya struktur yang mirip dengan substrat, sehingga
berkompetisi dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim.
Contoh: Malonate yang merupakan inhibitor dari enzim suksinat
dehydrogenase yang berperan untuk mengkatalis oksidasi asam suksinat
menjadi fumarate.
2. Inhibitor Non-Kompetitif
Menurut Susanti dan Febriana (2017) inhibitor ini merupakan
inhibitor yang menempel bukan pada bagian sisi aktif enzim, sehingga
inhibitor ini tidak berkompetisi dengan substrat. Inhibitor ini dapat
mengikat free enzim atau enzim dengan substrat sehingga membentuk
secara bersamaan membentuk kompleks enzimsubstrat-inhibitor.
Contoh: astaxantin, β-karoten, fikosianobilin, dan kriptoxantin merupakan
inhibitor non kompetitif (Sulistyani, 2020).
3. Inhibitor Unkompetitif
Menurut Yulian (2014) inhibitor unkompetitif merupakan inhibitor
yang menempel pada sisi alosterik dari enzim. Inhibitor ini akan akan
menempel pada enzim Ketika enzim telah berikatan dengan substrat dan
pada kondisi ini enzim akan kehilangan sifat katalisatornya serta produk
tidak akan terbentuk.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Enzimatik


Menurut Susanti dan Febriana (2017) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
reaksi enzimatik, yaitu:
1. Konsentrasi Substrat
Apabila konsentrasi substrat rendah, maka reaksi akan bergantung
dengan substrat hingga tercapai keseimbangan antara laju reaksi dan
konsetrasi substrat. Selain itu aktivitas enzim juga akan rendah. Apabila
konsentrasi substrat berlebih maka reaksi akan bergantung pada
konsentrasi enzim dan laju reaksi enzim tidak tergantung pada konsentrasi
substrat.
2. Temperatur
Tinggi atau rendahnya temperature yang dapat menentukan
aktivitas maksimum dari enzim. Jika temperature berada pada titik
optimumnya maka kerja enzim akan baik.
3. Konsentrasi ion hidrogen H+
Aktivitas tertinggi dari enzim terjadi apabila berada pada pH yang
optimum dan nilai optimum pH pada suatu enzim berbeda-beda karena
setiap enzim memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Umumnya pH
optimum bagi enzim berada diantara pH netral atau asam lemah.
4. Banyak dan susunan cairan yang ditambahkan
Unsur yang dapat meningkatkan aktivitas enzim disebut activator
dan yang menghambat aktivitas enzim disebut sebagai inhibitor.

2.6 Persamaan Michaelis Menten


Menurut Kurniawan et al., (2015) berdasarkan persamaan Michaelis
Menten dapat diketahui bahwa jumlah enzim berbanding lurus dengan laju reaksi.
Menurut Michaelis Menten, enzim memiliki nilai Km dan Vmax. Km menyatakan
konsentrasi substrat pada saat enzim sudah mencapai setengah dari kecepatan
maksimum dan Vmax merupakan kecepatan reaksi maksimum untuk
menghasilkan produk yang optimal sesuai dengan persamaan:

Gambar 1. Persamaan Michaelis-Menten

Gambar 2. Grafik Michaelis-Menten

(Saropah et al., 2012)


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Grafik Simulasi Enzim dengan Software

3.1.1 Grafik Hubungan Km dan Vmaks

Gambar 3. Grafik Hubungan Km dan Vmaks


3.1.2 Grafik Tanpa Inhibitor

Gambar 4. Grafik Tanpa Inhibitor


3.1.3 Grafik Inhibitor kompetitif
Gambar 5. Grafik Inhibitor kompetitif pada konsentrasi 1 mol/liter

Gambar 6. Grafik Inhibitor kompetitif pada konsentrasi 2 mol/liter

Gambar 7. Grafik Inhibitor kompetitif pada konsentrasi 5 mol/liter

3.1.4 Grafik Inhibitor Unkompetitif


Gambar 8. Grafik Inhibitor Unkompetitif pada konsentrasi 1 mol/liter

Gambar 9. Grafik Inhibitor Unkompetitif pada konsentrasi 2 mol/liter

Gambar 10. Grafik Inhibitor Unkompetitif pada konsentrasi 5 mol/liter

3.1.5 Grafik Inhibitor Non Kompetitif


Gambar 11. Grafik Inhibitor Non kompetitif pada konsentrasi 1 mol/liter

Gambar 12. Grafik Inhibitor Non kompetitif pada konsentrasi 2 mol/liter

Gambar 13. Grafik Inhibitor Non kompetitif pada konsentrasi 5 mol/liter


3.2 Analisa Grafik.

Berdasarkan grafik hubungan vmax dengan Km dapat diketahui bahwa


pada nilai Vmax yang sama maka nilai Km akan berbeda-beda. Menurut Wahyuni
(2017) nilai Km yang tinggi berarti enzim memiliki afinitas yang rendah terhadap
substrat dan sebaliknya jika nilai Km lebih rendah atau kecil maka enzim
memiliki afinitas yang tinggi terhadap substrat. Hapsari et al.,(2015) menyatakan
bahwa semakin besar aktivitas katalitik suatu enzim maka akan diperoleh nilai
vmax yang akan semakin tinggi, serta jenis substrat yang berbeda dengan enzim
yang sama maka nilai km juga akan berbeda. Dimana nilai vmax menyatakan
tingkat kejenuhan suatu enzim oleh substrat, sedangkan Km menyatakan efisiensi
proses katalis dari suatu enzim yaitu konsentrasi substrat pada saat kecepatan
reaksi enzimatis mencapai setengah dari vmax (Saropah et al., 2012).
Kerja enzim dapat dipengaruhi atau dihambat oleh inhibitor. Pada grafik
inhibitor kompetitif dapat diketahui bahwa nilai vmax tetap dan tidak mengalami
penurunan atau peningkatan dari grafik awal tanpa inhibitor, sedangkan nilai km
menjadi lebih besar dari nilai km semula. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Elmaniar (2017) bahwa inhibitor kompetitif menyebabkan peningkatan nilai km
yang jelas untuk substrat, tetapi tidak ada perubahan pada vmaks. Peningkatan
nilai km juga terjadi seiring dengan bertambahnya konsentrasi inhibitor dan vmax
berada pada nilai yang tetap walupun konsentrasi inhibitor bertambah.
Pada grafik inhibitor unkompetitif dapat diketahui bahwa nilai vmax dan
Km mengalami perubahan yaitu menurun dari grafik awal tanpa inhibitor. Hal ini
diperkuat oleh Yulian (2014) yang menyatakan bahwa pola kinetika yang
terbentuk dari inhibitor kompetitif ini adalah nilai Km dan vmaks yang menurun
dari keadaan normal.
Pada grafik inhibitor nonkompetitif dapat diketahui bahwa vmax
mengalami penurunan dari nilai vmax pada grafik awal tanpa inhibitor, tetapi
nilai km tidak terpengaruhi atau tetap seperti nilai km pada grafik tanpa inhibitor.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mardiah (2015) bahwa inhibisi nonkompetitif
menyebabkan penurunan nilai v max, tanpa mengubah nilai Km enzim terhadap
substrat. Penurunan nilai vmax ini juga terjadi seiring dengan bertambahnya
konsentrasi inhibitor.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa enzim bersifat
spesifik terhadap substrat dan enzim tidak ikut berubah dengan reaksi yang sedang
dikatalisnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatik, yaitu
konsentrasi substrat, temperature, pH, serta inhibitor dan activator. Berbagai
macam inhibitor juga memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap nilai vmax
dan Km.

4.2 Kritik dan Saran


Pada praktikum kali ini sebaiknya praktikan dapat menguasai materi
tentang hubungan Km dan vmax serta pengaruh inhibitor terhadap Km dan Vmax.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, K. 2020. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Observasi Ekstrak Biji Pinang
Muda (Areca cathecu) dalam Bentuk Spray sebagai Bioinsektisida
Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal MID-Z (Midwivery Zigot) Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 3(1), 19-23.
Anwar, Y. A. S. 2013. Prospek enzim tanase dalam pengembangan industri di
Indonesia. Jurnal Pijar Mipa, 8(1): 32-36.
Elmaniar, R. 2017. Aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase oleh ekstrak
etanol umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hapsari, F., Prasetyo, I., dan Budhijanto, W. 2015. Evaluasi Efek Pre-treatment
Ultrasonik pada Proses Hidrolisis Enzimatis Ampas Tahu. Jurnal
Rekayasa Proses, 9(2), 65-70.
Kurniawan, S., Fajariati, D. N., Istiqomah, H. A., Antasari, O. M., dan
Mulyasuryani, A. 2015. Penentuan Urea Dalam Serum Darah dengan
Biosensor Konduktometri Screen Printed Carbon Electrode (SPCE)–Nata
De Coco. Molekul, 10(2), 97-103.
Mardiah, E. 2015. Mekanisme Inhibisi Enzim Polifenol Oksidase Pada Sari Buah
Markisa Dengan Sistein Dan Asam Askorbat1. Jurnal Riset Kimia, 4(2),
32-37
Martantyo, D. 2013. Isolasi Enzim Papain dari Getah Buah dan Sari Daun Pepaya
(Carica Papaya). Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
Saropah, D. A., Jannah, A., dan Maunatin, A. 2012. Kinetika reaksi enzimatis
ekstrak kasar enzim selulase bakteri selulolitik hasil isolasi dari bekatul.
Alchemy. 2(1): 34-45.
Sulistyani, I. 2020. Kajian Potensi Pigmen Chlorella Vulgaris Dan Spirulina
Platensis Sebagai Inhibitor Lipase Dalam Aplikasinya Sebagai Anti
Jerawat Berdasarkan Studi Molekuler Docking. Skripsi. Purwakarta:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Susanti R.Dan Fibriana F. 2017. Teknologi Enzim. Yogyakarta: Cv Andi Offset.
Susilo, B. 2012. Studi Optimasi Esterifikasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis Minyak
Kelapa Dengan Glukosa Menggunakan Lipase Candida Rugosa Ec
3.1.1.3 Terimmobilisasi Pada Matriks Zeolit. Depok: Universitas
Indonesia.
Wahyuni, S. 2017. Biokimia Enzim dan Karbohidrat. Aceh: UNIMAL Press.
Yulian, M. 2014. Potensi biodiversitas indonesia sebagai inhibitor xantina
oksidase dan antigout. Lantanida Journal, 2(1), 80-94.
Yusriah, Y., dan Kuswytasari, N. D. 2013. Pengaruh pH dan Suhu Terhadap
Aktivitas Protease Penicillium sp. Jurnal Sains dan Seni ITS, 2(1), 48-50.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai