Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANISASI PERTANIAN
“IDENTIFIKASI DAN KALIBRASI ALAT TANAM”

Disusun oleh:
NAMA : KHOIRINA TSALTSA ULINUHA
NIM : 205040200111206
KELOMPOK : L1
ASISTEN : 1. DWI AGUS SETIAWAN
2. MUFIDATUL MAGFIROH
3. ARINI ROBBIL IZZATI ULINNUHA
4. PANDU SETYA PRAJA
5. BAGAS RAHMATULLAH

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
MATERI II
IDENTIFIKASI DAN KALIBRASI ALAT TANAM

1. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan praktikum mekanisasi pertanian dengan materi
identifikasi dan kalibrasi alat tanam adalah untuk mengenalkan peralatan mekanis
yang digunakan sebagai alat tanam beberapa biji-bijian, utnuk mengetahui
karakteristik serta menghitung efisiensi alat tanam, dan untuk memprediksi biji
yang dibutuhkan pada penanaman di suatu lahan.
2. DASAR TEORI
a. Pengertian Penanaman

Menurut Setiawan et al., (2018), penanaman merupakan kegiatan


memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk di
dapatkan hasil produk dari tanaman yang dibudidayakan. Menurut Aini dan
Ichwan (2017), penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di
dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan
tanah atau menanamkan di dalam tanah untuk mendapatkan perkecambahan
serta pertumbuhan biji yang baik. Sedangkan menurut Aroyandini et al., (2021)
menanam merupakan upaya mengurangi kerusakan lingkungan, menjaga dan
mempertahankan lingkungan hidup agar terus sustainable sehingga dapat terus
menerus mencukupi kebutuhan manusia, baik dimasa kini maupun dimasa
mendatang.
b. Pengertian Alat dan Mesin Penanam

Mesin penanaman menurut Sianipar dan Fatoni (2019) merupakan setiap


alat yang dioperasikan dengan daya yang digunakan untuk menempatkan biji,
potongan biji, atau bagian tanaman ke dalam atau diatas tanah untuk
perkembangbiakan, produksi pangan, serat, dan pakan.
Sedangkan menurut Jamaluddin et al., (2019) mesin penanaman
merupakan mesin yang digunakan untuk meletakkan biji-bijian atau benih,
yang akan ditanamn pada kedalaman tertentu dengan keseragaman yang relatif
tinggi.
Dari dua pernyataan tersebut dapat disimpulkan, bahwa mesin
penanaman merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu petani
menanam biji maupun benih dengan kedalaman yang sudah ditentukan,
sehingga akan mempercepat proses penanaman yang berfungsi untuk
perkembangbiakan, produksi pangan, serat, dan pakan.

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


c. Sebutkan dan Jelaskan Jenis Alat Tanam berdasarkan Sumber Tenaga Pengerak
Dalam perkembangan alat dan mesin penanam ini dikenal dari bentuk
yang sederhana atau tradisional sampai bentuk yang modern. Macam dan jenis
alat atau mesin penanam dapat digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan
sumber atau tenaga penarik yang digunakan.
1. Alat penanam dengan sumber tenaga manusia
Menurut Aini dan Ichwan (2017), alat penanam dengan sumber tenaga
manusi masih digolongkan lagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Alat penanam tradisional
Alat penanam tradisional pada umumnya disebut dengan tugal,
yang merupakan alat yang paling sederhana, digerakkan dengan tangan,
dan cocok unyuk menanam benih dengan jarak tanam yang lebar. Tugal
bekerja ketika ujung tunggal ditancapkan atau dimasukkan kedalam
tanah, maka akan menyebabkan terbukanya mekanisme pengatur
pengeluaran benih sehingga dengan sendirinya benih akan jatuh ke
dalam tanah.
b. Alat penanam semi mekanis
Alat penanam semi mekanis sangat cocok digunakan pada tanah
ringan maupun berat dan biji berukuran besar maupun kecil.
Mekanisme jatuhnya benih terjadi saat putaran roda dengan melalui
batang penghubung antara penutup atau pembuka lubang jatuhnua
benih dengan lempengan pengungkit di pusat roda depan.
2. Alat penanam dengan sumber tenaga hewan
Alat penanam dengan sumber tenaga hewan merupakan tipe yang
hanya memiliki satu atau dua buah jalur dengan pemasukan benij dilakukan
secara terpisah, artinya benih dijatuhkan oleh operator melalui corong
pemasukan terus melalui saluran benih yang kemudian sampai masuk ke
dalam tanah (Aini dan Ichwan, 2017).
3. Alat penanam dengan sumber tenaga traktor
Alat penanaman dengan sumber tenaga traktor digolongkan menjadi
3 golongan.
a. Alat penanaman sistem baris lebar
Alat ini dirancang untuk menempatkan benih-benih dalam tanah
dengan jarak baris tanam satu dengan yang lainnya cukup lebar
sehingga akan mungkin dilakukan penyiangan dan meningkatkan
efisiensi panen. Alat tanam seperti ini banyak digunakan untuk
menanam jagung, kapas, sorgum, dan kacang-kacangan. Berdasarkan
cara penempatan benihdalam tanah, alat penanaman sistem baris lebar
dibagi menjadi 3: drill, hill-drop, dan checkrow. Sedangkan utnuk
penempatan alat penanaman pada traktor dibagi menjadi 2 golongan:
trailing dan mounted (Aini dan Ichwan, 2017).

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


c. Alat penanaman sistem baris sempit
Alat penanaman sistem baris sempit dirancang khusus untuk
menanam benih kecil atau rumput dalam baris dan alur yang sempit
serta kedalaman yang seragam. Alat penanaman sistem ini ada yang
mempunyai corong pemasukan yang hanya untuk benih saja dan ada
pula yang mempunyai corong yang cukup luas namun terbagi menjadi
dua bagian, satu bagian menjadi tempat benih dan bagian lain menjadi
temoat pupuk (Budiman, 2016).
d. Alat penanaman sistem sebar
Penanaman sistem sebar merupakan cara penanaman yang paling
lama dan sederhana. Penebaran benih dengan menggunakan mesin
lebih teliti dan cepat bila dibandingkan dengan penebaran dengan
tangan. Penanaman sistem sebar ini memerlukan adanya pembuka alur,
maka dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah yang
menggunakan peralatan seperti garu piring. Dan juga sistem ini tidak
memerlukan penutupan. Penutupan kemudian dapat dilakukan dengan
garu paku atau yang lainnya. Alat penanaman sistem sebar terdapat 3
sistem alat: tipe sentrifugal atau endgate, tipe pesawat terbang, dan
penebar rumput-rumputan (Budiman, 2016).

d. Hubungan Jarak Tanam Dan Pertumbuhan Tanaman


Menurut Marliah et al., (2012) pengaturan jarak tanam merupakan
faktor penting dalam upaya meningkatkan hasil tanam. Jarak tanam yang
terlalu jarang mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam
tanah, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya
persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur hara, dan juga intensitas
cahaya matahari. Tingkat kerapatan tanaman berhubungan dengan populasi
tanaman dan sangat menentukan hasil tanaman.
Sedangkan menurut Pithaloka et al., (2015), jarak tanam berhubungan
dengan kerapatan. Dimana kerapatan berhubungan dengan terjadinya
kompetisi ruang tumbuh, intersepsi cahaya, air dan unsur hara yang
diperlukan tanaman. Semakin tinggi kerapatan maka tingkat kompetisinya
semakin tinggi, begitu juga apabila tingkat kerapatan semakin rendah maka
tingkat kompetisi juga semakin rendah. Sehingga kerapatan tanaman
merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena
penyerapan energi matahari oleh permukaan daun yang sangat menentukan
pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh kerapatan tanaman, jika
kondisi tanaman terlalu rapat maka dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman karena dapat menghambat perkembangan vegetative dan
menurunkan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis dan
perkembangan daun.

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


e. Definisi Transplanter dan Jelaskan Prinsip kerja alat tanam Transplanter

Menurut Afrizal (2019), transplanter merupakan mesin tanam pindah


bibit yang memberikan keuntungan bagi petani. Sedangkan menurut Fujiarta
et al., (2019), transplanter is a modern machine for planting seeds. Jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, transplanter merupakan mesin
modern untuk menanam benih.
Menurut (Sobirin, 2017), mekanisme alat tanam model transplanter
menggunakan metode hubungan gerak linier yang dihubungkan dengan gerak
putar pith tanam. Prinsip kerjanya yaitu petani menarik poros engkol yang
sudah ditentukan ketinggiannya sesuai dengan gerak tangan dalam posisi
berdiri. Kemudian dihubungkan dengan roda gigi sprocket dengan diameter
tertentu. Roda gigi tersebut dihubungan dengan roda gigi yang akan
menggerakkan poros engkol tanam menggunakan rantai ukuran standar.
Kemudian roda gigi berputar dan menggerakkan poros yang juga memutar
crank. Begitu crank berputar akan memutar conectedrood dengan pola
tertentu dan ujungnya akan bergerak mengambil bibit yang sudah tersusun
rapi di bak penampungan dan menanmnya ke dalam tanah dengan kedalaman
tertentu. Seiring dengan putaran yang kontinu maka Gerakan connectroot
akan terus menerus mengambil bibit kemudian menanamkannya di tanah
dengan kecepatan yang diatur sesuai Gerakan tangan penanam.

f. Sebutkan dan Jelaskan kelebihan dan kekurangan Transplanter

Menurut Afrizal (2019), penggunaan transplanter memiliki


keuntungan dapat menghemat waktu dan tenaga petani dalam menanam,
selain itu transplanter dapat meningkatkan efisiensi produksi karena biaya
tanam yang murah. Namun mesin ini juga memiliki kekuranganyaitu sulit
digunakan pada lahan berbukit.
Menurut Rahmawati et al., (2016), dengan adanya mesin Transplanter
dapat membantu petani dalam mengatasi sulitnya mencari sumber tenaga
kerja tanam, sehingga penanaman dapat dilakukan lebih cepat dan serempak.
Namun banyak sekali petani yang belum dapat menerima perkembangan
inovasi.

3. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM


Pelaksanaan praktikum mekanisasi pertanian dengan materi identifikasi
dan kalibrasi alat tanam, dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 April 2021.
Untuk praktikan melaksanakan praktikum secara online di rumah masing-
masing. Hal tersebut karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung untuk
dapat menghadiri praktikum secara tatap muka di kampus Universitas
Brawijaya. Sedangkan untuk asisten praktikum, menjelaskan dengan
menggunakan video yang sebelumnya sudah direkam di laboratorium daya dan
mesin pertanian.

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


4. ALAT BAHAN DAN FUNGSI
Alat dan Bahan Fungsi
Seperangkat seed table Sebagai mesin yang akan digunakan
untuk praktikum
Rotary job planter Sebagai mesin yang akan digunakan
untuk praktikum
Meteran Untuk menghitung jarak antara biji
yang terjatuh
Stop watch Untuk menghitung waktu yang
sudah disepakatai sebelumnya
Timbangan digital Untuk menimbang massa dari biji
Penggaris Untung mengukur jarak
Biji-bijian (jagung, kacang hijau) Sebagai bahan yang digunakan
untuk praktikum

5. CARA KERJA
Prosedur seed table
Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Pengukuran massa biji bahan yang digunakan

Pengaturan control panel dan seed table

Bahan yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam hopper pada seed tabel

Seed table dinyalakan dan diukur waktu yang diperlukan biji untuk sampai
pada ujung seed table

Mengukur jarak antar biji yang jatuh pada konveyor seed table

Menghitung jumlah biji yang jatuh pada setiap titik pada konveyor seed table

Menentukan rencana lebar alur tanaman

Prosedur rotary job planter


Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Pengukuran massa biji bahan yang digunakan

Bahan yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam hopper alat

Pegang Handle alat kemudian dorong alat kedepan dengan kecepatan konstant

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


Diukur jarak antar biji yang jatuh pada tanah

Dihitung jumlah biji yang jatuh pada setiap titik

Ditentukan rencana lebar alur tanaman

6. GAMBAR ALAT
Gambar tangan seed table:

Gambar literatur seed table:

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


Gambar tangan rotary job planter:

Gambar literatur rotary job planter:

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


7. PEMBAHASAN
a. Data Hasil Praktikum
DHP matering device 12 mm
Ulangan 1 Ulangan 2
Jarak (cm) Jumlah biji Jarak (cm) Jumlah biji
6 1 13,5 3
15,5 1 19 2
32 1 33 2
50 1 17 2
32 1 49 1
19 2 16,5 2
30 2 11,5 2
32,5 1 15 2
16 1 14,5 1
17 2 17 2
20,5 2 49,5 2
13 1 14 2
34 1 18,5 2
134 2 15,5 2
17,5 2 34,5 1
39,5 1 23,5 1
21,5 2 94,5 2
19,5 3 15,5 2
12 1
7 1
11 3
31,5 2
13,5 1
24 1
Rata-rata
a. Ulangan 1 b. ulangan 2
• Jarak = 30,3 cm jarak = 24,06 cm
• Biji =1,5 biji biji = 1,75 biji
• t =25 s t = 25,6 s
t rata-rata = 25,3 s
berat 100 biji = 23 gr LK = 0,2 m
Panjang konveyor s = 6,17 m k = 1,08 m
P = 5,84 m L = 0,22 m

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


DHP matering device 8 mm
Ulangan 1 Ulangan 2
Jarak (cm) Jumlah biji Jarak (cm) Jumlah biji
32,5 1 44 1
18 1 30,5 1
63 1 68 1
15 1 61 1
21,5 1 66 1
13 1 29,5 1
17,5 1 30 1
66 1 21 1
17 1 17,5 1
14 1 15,5 1
53 2 50,5 1
17 1 14 1
27,5 1 32,5 1
26 1 15,5 1
13,5 1 16 1
13,5 1 16,5 1
17,5 1
32 1
16 1
10 1
21,5 1
20 1
Rata-rata
b. Ulangan 1 b. ulangan 2
• Jarak = 37,56 cm jarak = 33 cm
• Biji =1 biji biji = 1 biji
• t =28 s t = 25 s
t rata-rata = 26,5 s
berat 100 biji = 23 gr LK = 0,2 m
Panjang konveyor s = 6,17 m k = 1,08 m
P = 5,84 m L = 0,22 m

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


b. Analisa Data Hasil Praktikum
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat perbedaan jarak tanam
dan jumlah biji yang keluar. Pada diameter 13 mm ulangan pertama
menghasilkan 18 data, dengan rata-rata jarak 30,3 cm. rata-rata jumlah biji 1,5.
Dan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke ujung konveyor 25
destik. Sedangkan pada ulangan kedua menghasilkan 24 data, dengan rata-rata
jarak 24,06 cm. rata-rata jumlah biji 1,75 cm. Dan rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ke ujung konveyor 25,6 detik. Sehingga didapatkan
rata-rata keduanya 25,3 detik. Jarak tanam yang terpanjang u;angan pertama
134 cm, dan yang terpendek 6 cm. sedangkan ulangan kedua yang terpanjang
94,5 cm dan yang terpendek 7 cm.
Pada diameter 8 mm ulangan pertama menghasilkan 22 data, dengan rata-
rata jarak 37,56 cm. rata-rata jumlah biji 1. Dan rata-rata waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ke ujung konveyor 28 destik. Sedangkan pada
ulangan kedua menghasilkan 16 data, dengan rata-rata jarak 33 cm. rata-rata
jumlah biji 1 cm. Dan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke ujung
konveyor 25 detik. Sehingga didapatkan rata-rata keduanya 26,5 detik. Jarak
tanam yang terpanjang ulangan pertama 66 cm, dan yang terpendek 10 cm.
sedangkan ulangan kedua yang terpanjang 68 cm dan yang terpendek 14 cm.

c. Data Hasil Perhitungan

Matering Device 13 mm
1. Efisiensi Kerja
a. Kecepatan maju alat tanam (v)
s 6,17 m
V = t rata-rata = = 0,243 m/s
25,3 s
b. Jarak konveyor dalam 1 menit (sC)
sC = v x 60 s = 0,243 m/s x 60 s = 14,58 m
c. Putaran roda alat tanam (PRT)
sC 14,58 m
PRT = = = 13,5 m
K 1,08 m
d. Putaran roda alat tanam aktual (PRA)
60 60
PRA = t rata-rata = = 2,371 m
25,6 s
e. Efisiensi (Ef)
PRA 2,371 m
Ef = PRT x 100% = x 100% = 17,56%
13,5 m
f. Kapasitas kerja efektif (KKE)
KKE = LK x V x Ef = 0,2 m x 0,243 m/s x 17,56% = 0,850 m2/s
2. Kebutuhan Biji
a. Jarak rata-rata antar lubang (x)
x1 + x2 30,3 cm + 24,06 cm
x= = = 27,18 cm = 0,2718 m
2 2

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


b. Jumlah biji rata-rata per lubang (g)
g1 + g2 1,5 + 1,75 3,25
g= = = = 1,625 biji
2 2 2
c. Jumlah lubang per meter alur (h)
s/x 6,17 m / 0,2178 m 22,7 m
h= = = = 3,679 lubang
s 6,17 m 6,17 m
d. Panjang alur lahan total (Rtot)
l 0,22 m
Rtot = LK x p = x 5,84 m = 6,424 m
0,2 m
e. Jumlah lubang total (Htot)
Htot = h x Rtot = 3,679 lubang x 6,424 m = 23,63 lubang
f. Kebutuhan biji total (Gtot)
Gtot = g x Htot = 1,625 x 23,63 = 38,4 biji
g. Kebutuhan massa biji total (Mtot)
Gtot 38,4
Mtot = xM= x 0,023 kg = 0,008832 kg = 8,832 g
100 100
Matering Device 8 mm
1. Efisiensi Kerja
a. Kecepatan maju alat tanam (v)
s 6,17 m
V = t rata-rata = = 0,233 m/s
26,5 s
b. Jarak konveyor dalam 1 menit (sC)
sC = v x 60 s = 0,233 m/s x 60 s = 13,98 m
c. Putaran roda alat tanam (PRT)
sC 13,98 m
PRT = = = 12,94 m
K 1,08 m
d. Putaran roda alat tanam aktual (PRA)
60 60
PRA = t rata-rata = = 2,264 m
26,5 s
e. Efisiensi (Ef)
PRA 2,264 m
Ef = PRT x 100% = x 100% = 17,49%
12,94 m
f. Kapasitas kerja efektif (KKE)
KKE = LK x V x Ef = 0,2 m x 0,233 m/s x 17,49% = 0,815 m2/s
2. Kebutuhan Biji
a. Jarak rata-rata antar lubang (x)
x1 + x2 37,36 cm + 33 cm
x= = = 35,18 cm = 0,3518 m
2 2
b. Jumlah biji rata-rata per lubang (g)
g1 + g2 1+1 2
g= = = 2 = 1 biji
2 2
c. Jumlah lubang per meter alur (h)
s/x 6,17 m / 0,3528 m 17,48 m
h= = = = 2,84 lubang
s 6,17 m 6,17 m
d. Panjang alur lahan total (Rtot)
l 0,22 m
Rtot = LK x p = x 5,84 m = 6,424 m
0,2 m
e. Jumlah lubang total (Htot)
Htot = h x Rtot = 2,84 lubang x 6,424 m = 18,24 lubang

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


g. Kebutuhan biji total (Gtot)
Gtot = g x Htot = 1 x 18,24 = 18,24 biji
h. Kebutuhan massa biji total (Mtot)
Gtot 18,24
Mtot = xM= x 0,023 kg = 0,00419 kg = 4,19 g
100 100

d. Analisa Perhitungan
Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa dari segi efisiensi kerja
matering device 13 mm memiliki kapasitas yang lebih efektif dari pada matering
device 8 mm. selain itu juga, kebutuhan biji dan jumlah lubang pada matering
dvice 13 mm lebih banyak dari pada matering device 8 mm.

e. Grafik

Grafik DHP Matering Device 13 mm


Ulangan 1
5
4
Jumlah Biji

3
2
1
0
6 15,5 32 50 32 19 30 32,5 16 17 20,5 13 34 134 17,5 39,5 21,5 19,5
Jarak Tanam (cm)

Ulangan 2
5
Jumlah Biji

1
15,5
13,5

16,5
11,5

14,5

49,5

18,5

34,5
23,5
94,5
15,5

31,5
13,5
19
33
17
49

15

17

14

12
7
11

24

-1
Jarak Tanam (cm)

Grafik DHP Matering Device 8 mm


Ulangan 1
5
Jumlah Biji

4
3
2
1
0
17,5

21,5
32,5
18
63
15
21,5
13
17,5
66
17
14
53
17
27,5
26
13,5
13,5

32
16
10

20

Jarak Tanam (cm)

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


Ulangan 2
5

Jumlah Biji 0
44 30,5 68 61 66 29,5 30 21 17,5 15,5 50,5 14 32,5 15,5 16 16,5
Jarak Tanam (cm)

f. Analisa Grafik

Berdasarkan grafik tersebut diatas, matering device 13 mm memiliki hasil


yang fluktuatif dari pada grafik matering device 8 mm. hal tersebut disebabkan
oleh biji yang dikeluarkan oleh alat memiliki bentuk yang beragam. Menurut
Idhansyah et al., (2019) bervariasinya jumlah benis pada setiap lubang tanam
disebabkan oleh besat kecilnya benih dan tidak adanya implement agitator
sehingga terjadinya penumpukan benih pada metering device yang dipengaruhi
oleh berat benih dan gravitasi.
Sedangkan menurut Mu’minin et al., (2018), Perbedaan nilai rata-rata
serta jumlah benih yang jatuh pada setiap jalur lubang tanam dipengaruhi oleh
karakteristik dari benih yang dimensi ukurannya berbeda- beda. Nilai rata-rata
jarak tanam yang telah diperoleh memiliki nilai jarak yang hampir berbeda-
beda pada setiap jalur pada bedengan, ini disebabkan perbedaan berat pada
setiap benih yang jatuh namun nilai jarak yang diperoleh masih dalam jarak
ketentuan yang ada pada umumnya diterapkan pada penanaman

g. Hubungan Antara Diameter Metering Device Terhadap Jumlah Biji Yang Keluar
Dibandingkan Dengan Literatur

Pada pelaksanaan praktikum kali ini menggunakan metering device


dengan ukuran 13 mm dan 8 mm. metering 8 mm menghasilkan biji yang
memiliki ukuran yang relative sama. Berbeda halnya dengan metering 13 mm
yang menghasilkan biji dengan ukuran yang berbeda-beda. Hal tersebut
disebabkan oleh ukuran diameter lubang metering device. Semakin besar
lubang akan menghasilkan biji yang semakin beragam, karena lubang yang
besar dapat menghasilkan biji yang kecil dan yang besar, sedangkan lubang
yang kecil hanya dapat menghasilkan biji yang kecil. Menurut Fatmawati et al.
(2011), bentuk dimensi biji mempengaruhi kinerja alat tanam karena di dalam
pengujian didapat kendala terhambatnya putaran metering device yang
disebabkan oleh bentuk benih yang beragam.
Sedangkan menurut Idhansyah et al., (2019) bahwa jumlah biji yang
dikeluarkan akan berbeda-beda dikarenakan oleh besar kecilnya benih
(diameter benih) yang berbeda pada setiap metering device.

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


h. Jika rpm dipercepat apa yang akan terjadi terhadap jarak, waktu, dan jumlah biji
yang keluar?
Jika rpm dipercepat maka akan mempengaruhi jarak antara biji, waktu,
dan jumlah biji yang dikeluarkan. Semakin cepat rpm, semakin cepat pula
waktu berputarnya. Sehingga menurut Sitorus et. al., (2015), metering device
berguna untuk mengatur pengeluaran benih. Semakin besar atau kecilnya
metering device menentukan banyak sedikitnya biji yang keluar. Semakin lebar
atau semakin besar lubang suatu metering device akan menghasilkan keluaran
benih yang lebih banyak.

8. PENUTUP
a. Kesimpulan
Penanaman merupakan kegiatan memindahkan bibit dari tempat
penyemaian ke lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman
yang dibudidayakan. Sedangkan mesin penanaman merupakan mesin yang
digunakan untuk meletakkan biji-bijian atau benih, yang akan ditanamn pada
kedalaman tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi.

b. Saran
Dikarenakan sedang dalam situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan
untuk bertemu secara langsung dan menjalankan kegiatan praktikum, sehingga
dengan dilampirkannya vido pembelajaran sudah lebih dari cukup untuk bahan
belajar.

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, A. S. (2019). Analisis Penentuan Keseimbangan Beban pada Mesin Rice


Transplanter Indo Jarwo 2:1. Seminar Nasional Teknologi Komputer dan Sains
(SAINTEKS). Hal 213-216.
Aini, F. N., M. Y. Ichwan. (2017). Mesin Penanaman dan Alat Penanam Tradisional.
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik.
Aroyandini, E. N., R. A. Krismawati., A. R. Anas. (2021). Menanam Tumbuhan dalam
Perspektif Islam dan Sains sebagai Upaya Preventif untuk Mengurangi Kerusakan
Lingkungan. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains. 3: 121-
126.
Budiman, D. A. (2016). Pengujian dan Evaluasi Alat Tanam Jagung Model HPCP-01 Tipe
Dorong Sistem Injeksi Pada Lahan Sempit. In Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian.
Fatmawati. H., Mandang. T., Setiawan. R.P. 2011. Analisis Unjuk Kerja “Co Seeders”
Prototipe II Alat Penanam Benih Yang Penanam benih yang presisi dan flexsibel.
:1– 19. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fujiarta, P. I., I. D. G. R. Sarjana., I. G. S. A. Putra. (2019). Faktor yang Berkaitan dengan
Tahapan Adopsi Petani terhadap Teknologi Mesin Rice Transplanter (Kasus pada
Enam Subak di Kabupaten Tabanan). E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 8 (1):
29-38.
Idhansyah, Rantung. R.A., Ludong. D.P.M. 2019. Uji Teknis Alat Tanam Jagung (Zea
mays L.) Tipe TP CSM 15 dengan Menggunakan Traktor Tangan sebagai Alat
Penarik. COCOS. 1(5):1–6.
Ivan, S., Bina, U., Dayang, B. (2018). Usaha Tani Selada Keriting (Lactuva sativa L.)
Secara Organik Di Yayasan Bina Sarana Bakti. Karya Ilmiah Mahasiswa.
Jamaluddin, P., H. Syam., N. Lestari., M. Rizal. (2019). Alat dan Mesin Pertanian.
Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Marliah, A., T. Hidayat., N. Husna. (2012). Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan Kedelai [Glycine Max (L.) Merrill]. Jurnal Agrista. 16 (1): 22-28.
Mu’minin, M. A., M. W. Caronge., Kadirman. (2018). Modifikasi Alat Tanam Tipe
Dorong untuk Memaksimalkan Pembudidayaan Wortel (Daucus carrota). Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian. 4: S21-S26.
Pithaloka, S. A., Sunyoto., M. Kamal., K. F. Hidayat. (2015). Pengaruh Kerapatan
Tanaman terhadap Petumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum
bicolor (L.) Moench). Jurnal Agrotek Tropika. 3 (1): 56-63.
Rahmawati, N., S. Anantanyu., A. Wijianto. (2016). Sikap Petani Padi terhadap Inovasi
Mesin Rice Transplanter di Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Journal of
Agricultural Extension. 40 (2): 114-128.
Sianipar, T. P. O., Z. Fatoni. (2019). Perancangan Alat Penanaman Benih Jagung dan
Penyiraman. Jurnal Teknik Mesin Universitas Tridinanti Palembang. 2 (1): 25-32.
Sitorus, A. Hermawan, W. dan Setiawan, R. P. A. 2015. Pengembangan Mesin Penanam
dan Pemupuk Jagung Terintegrasi dengan Pengolahan Tanah Alur. Jurnal
Keteknikan Pertanian, Oktober 2015, Vol 3 (2), p 81-88. E-ISSN 2338-8439.

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


Sobirin, M. (2017). Rancang Bangun Kinematika Alat Tanam Padi Model
Transplanter. (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


LAMPIRAN

Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021


Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021
Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021
Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021
Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021
Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai