HIDROPONIK
Nutrient Film Technique (NFT) merupakan salah satu tipe budidaya hidroponik
yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A. J. Cooper di Glasshouse Crops Research
Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960 dan berkembang pada awal tahun
1970 secara komersil. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman
hidroponik dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan
tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Tanaman tumbuh pada lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air
yang berisi larutan nutrisi yang tersirkulasikan secara terus menerus yang digerakkan
oleh pompa. Menurut Diki et al. (2020), prinsip kerja Hidroponik Sistem NFT adalah
jenis sistem hidroponik tertutup yaitu air dialirkan pada rangkaian tertutup dari
penampungan air menuju akar tanaman secara dangkal, kemudian air yang mengalir akan
kembali menuju tempat penampungan dan dialirkan kembali menuju tanaman. Aliran air
dalam hidroponik NFT dibantu menggunakan pompa, air yang dapat dialirkan secara
terus menerus dalam 24 jam. Pengontrolan NFT dilakukan secara real time untuk
mengetahui kadar normal nutrisi yang dialirkan dalam sirkulasi aliran tertutup, maka
terdapat parameter sensor yang dapat memonitor dan mengontrol aliran nutrisi tersebut.
Sistem NFT ini memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan dalam pemanfaatannya.
Menurut Frasetya et al. (2018), keunggulan sistem NFT dari aspek teknis adalah dapat
disusun bertingkat dengan pemilihan bahan tiang penyangga yang lebih sederhana,
dikarenakan beban air nutrisi, tanaman dan pipa atau talang air dalam setiap tingkat
instalasi lebih ringan. Kekurangan sistem NFT ini yaitu boros dalam pemakaian listrik di
mana sistem ini menggunakan pompa untuk mengalirkan udara, jika listrik padam maka
pompa akan ikut mati. Sehingga, tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi, dan jika
dibiarkan dalam waktu yang lama tanaman bisa layu bahkan mati.
2. DFT
Keterangan:
1) Pipa PVC
2) Bak air
3) Pompa air
4) Tanaman
5) Media tanam
6) Talang
Keterangan:
3 1) Kolam ikan
2) Pompa
3) Pipa
4) Bak penampungan
5) Netpot
Aquaponik merupakan sistem teknologi yang ramah lingkungan dan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Akuaponik adalah teknologi yang merupakan
bagian dari pendekatan pertanian yang lebih luas yang dikenal sebagai sistem agribudaya
terpadu. Akuaponik adalah cara bercocok tanam yang menggabungkan akuakultur dan
hidroponik, tujuannya adalah untuk memelihara ikan serta tanaman dalam lingkungan
yang tersirkulasi dan sistem yang saling terhubung. Menurut Maharani dan Sari (2016),
prinsip kerja akuaponik adalah mengalirkan air kolam ke dalam talang-talang air yang
sudah dilengkapi dengan media tanam serta bibit tanaman. Media tanam dan akar
tanaman yang tumbuh berfungsi dalam proses pengolahan air kolam yang kemudian
dialirkan kembali ke dalam kolam ikan. Menurut Puspitasari et al. (2020), keunggulan
dari sistem aquaponik adalah kotoran ikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan produk yang dihasilkan merupakan
produk organik karena hanya menggunakan pupuk dari kotoran ikan yang telah melalui
proses biologis. Sedangkan kelemahan dari sistem aquaponik yaitu biaya pembuatan
sistem lebih mahal, tergantung dengan ketersediaan listrik, membutuhkan skill khusus,
membutuhkan perawatan ekstra.
6. Vertikultur (karpet dan pipa)
Keterangan:
1
1) PVC
2) Netpot
3) Selang
4) Bak tampungan
5) Pompa
3
4
Keterangan:
1) Pipa
2) Bak penampungan
3) Pompa
4) Karpet vertikultur
5) Talang
Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau
bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan
lahan terbatas. Tanaman yang dibudidayakan dalam sistem vertikultur disusun dalam
model bertingkat dari bawah keatas. Tujuan utamanya yaitu mendayagunakan lahan yang
luasnya terbatas secara optimal. Prinsip kerja sistem vertikultur pipa yaitu tanaman yang
ada didalam pot dimasukkan ke lubang paralon. Pengaliran air menggunakan pompa
dengan selang sebagai penyalur mengalirkan air dari bawah (bak tampungan) ke atas
menuju ujung paralon. Air dan selang tersebut akan turun membasahi akar tanaman. Air
yang telah melalui perakaran tanaman akan turun menuju bak penampungan. Menurut
Wasonowati (2020), kelebihan dari sistem vertikultur adalah penggunaan lahan lebih
efisien, sedangkan kekurangannya adalah memerlukan investasi awal lebih tinggi dan
lain-lain. Kelebihan vertikultur pipa yaitu pemanfaatan lahan lebih efisien karena tidak
memerlukan banyak tempat, dapat dipindahkan dengan mudah sesuai tempat yang
diinginkan. Prinsip kerja pada sistem vertikultur karpet yaitu air nutrisi yang ada pada
bak penampungan dialirkan melalui pipa dengan pompa. Aliran tersebut dijatuhkan
secara tetes yang akan mengenai karpet lalu akan turun dan membasahi tanaman lalu air
akan turun Kembali kedalam bak penampungan. Menurut Dewi dan Suryanto (2018),
penggunaan vertikultur model karpet ini memiliki kelebihan dalam hal aerasi. Bahan
karpet digunakan karena mampu menahan media tanam dalam air. Kelemahan dari
vertikultur karpet yaitu perawatan lebih intensif, membutuhkan perawatan yang kontinu,
dan investasi awal cukup mahal.
7. Aeroponik
Keterangan:
1) Bak tampungan
2) Pompa
3) Pipa Nozzel
4) Media tanam
A. Analisis Keuangan
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Tabel 3.1 Biaya Penyusutan
Harga Biaya
Umur
No. Uraian Jumlah Satuan Total (Rp) Penyusutan
(tahun)
(Rp) (per tahun)
1. Pipa PVC 2 ½” 12 m 20.000/m 240.000 8 30.000
2. Tutup/Dop 2 ½” 10 pcs 3.000/pcs 30.000 8 3.750
3. Pipa PVC ½” 2,5 m 6.000/m 15.000 8 1.875
4. Manifold 1 pcs 35.000/pcs 35.000 8 4.375
Hidroponik
5. Selang PE 7 mm 1,5 m 3.000/m 4.500 5 900
6. Fitting Pipa ¾” 8 pcs 3.000/pcs 24.000 8 3.000
7. Mini Valve ¾” – 8 pcs 24.000/pcs 192.000 10 19.200
16 mm
8. Selang PE 16 2 m 4.000/m 8.000 5 1.600
mm
9. Pompa Air 1 pcs 85.000/pcs 85.000 8 10.625
Celup 25 Watt
10. Tandon Air 50 L 1 pcs 60.000/pcs 60.000 5 12.000
11. Netpot 5 cm 36 pcs 300/pcs 10.800 4 2.700
TOTAL Rp90.025,00
Tabel 3.2 Biaya Tetap
No. Uraian Biaya (tahun) Biaya (bulan)
1. Biaya Penyusutan 90.025 7.500
2. Sewa Tempat - -
3. Dll - -
TOTAL Rp7.500,00
2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Tabel 3.3 Biaya Tidak Tetap
No.
Uraian
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
1.
Larutan AB Mix 500 mL
1 pcs
20.000/pcs
20.000
2.
Benih sayuran
1 pack
5.000/pack
5.000
3.
Rockwool
1 pack
15.000/pack
15.000
4.
Sumbu (kain flanel)
2 helai
2.000/helai
4.000
5.
Listrik
2 bulan
25.200/bulan
50.400
TOTAL
Rp94.400,00
=
(1 x 25watt x 24 jam x 30 hari) x Rp1.400,00
=
18.000 watt/bulan x Rp1.400,00
=
18 kwh/bulan x Rp1.400,00
=
Rp25.200,00
A. Sistem hidroponik
Sistem hidroponik yang digunakan yaitu sistem Nutrient Film Technique (NFT),
dimana sistem ini menerapkan prinsip kerja mensirkulasikan larutan nutrisi dan aerasi
secara kontinyu atau terus-menerus. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya
tanaman hidroponik dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan
tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Tanaman tumbuh pada lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air
yang berisi larutan nutrisi yang tersirkulasikan secara terus menerus yang digerakkan
oleh pompa. Prinsip kerja Hidroponik Sistem NFT adalah jenis sistem hidroponik
tertutup yaitu air dialirkan pada rangkaian tertutup dari penampungan air menuju akar
tanaman secara dangkal, kemudian air yang mengalir akan kembali menuju tempat
penampungan dan dialirkan kembali menuju tanaman. Aliran air dalam hidroponik NFT
dibantu menggunakan pompa, air yang dapat dialirkan secara terus menerus dalam 24
jam. Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipa pvc, bak air, pompa air, tanaman, media
tanam, serta talang.
B. Komoditas Tanaman
Komoditas yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Selada (Lactuva
sativa). Pemilihan menggunakan tanaman selada ini karena selada mudah tumbuh
dengan berbagai kondisi, memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit, serta memiliki banyak jenis.
C. Penyemaian dan Penanaman
Penyemaian dilakukan menggunakan rockwool, dimana setiap kelompok
membagi satu kotak rockwool menjadi 9 bagian lalu dilubangi. Tiap lubang rockwool
tersebut diberi 2 benih selada untuk menjaga selada jika tidak tumbuh. Dua minggu
setelah dilakukan penyemaian, maka dilakukan transplanting atau pemindahan tanaman
dari rockwool kedalam NFT serta membuat nutrisi.
D. Nutrisi
Jenis nutrisi yang digunakan untuk tanaman selada pada praktikum kali ini yaitu
menggunakan AB mix. Cara pemberiannya yaitu dengan membuat larutan terlebih
dahulu, lalu dituang kedalam ember yang berisi air serta pompa, lalu dicek kepekatannya
sehingga mencukupi nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman selada.
E. Perawatan
Perawatan yang dilakukan yaitu dengan setiap hari mengecek kepekatan larutan,
karena air nutrisi yang pekat menandakan adanya hara yang mampu diserap oleh
tanaman.
Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuva sativa) umur 7 HST, 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35
HST
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun
Sampel
7 14 21 28 35 7 14 21 28 35
1 4,5 4,5 9,5 15 20 6 5 8 8 14
2 4 11 19 21,5 25,2 6 8 10 12 15
3 4,3 10,5 18 26,5 18,5 6 8 9 11 7
4 4,5 11 17 22 28 6 9 8 12 12
5 3,5 12 18 22 30 6 9 8 11 13
6 4,5 10,5 19 21 23,8 6 7 10 11 16
7 4 11 17 22 27,3 6 7 9 12 14
8 4,6 11,2 16 20 25,9 6 8 9 11 16
9 4,4 11,5 15 18 24,5 6 9 8 11 16
10 4,2 11 18 21,5 26,5 6 8 9 12 16
Rata-rata 7,73 10,42 17,05 20,95 24,97 6 7,8 8,8 11,1 13,9
F. Panen
Sampel Berat Basah (g)
1 45
2 120
3 37,5
4 100
5 75
6 60
7 75
8 75
9 62
10 83
Rata-rata 73,25
ACARA V
RANCANGAN INSTALASI HIDROPONIK BERBASIS SMART FARMING
A. Rancangan Instalasi