Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

HIDROPONIK

Nama : Hana Rahmawati Haqiqi


NIM : H0719085
Kelompok : 14
Co-Ass : Prakosa

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
ACARA I
PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

1. NFT (Nutrient Film Technique)


Keterangan:
1) Bak air
2) Pipa PVC
3) Tanaman
4) Pompa
5) Talang
6) Media tanam

Nutrient Film Technique (NFT) merupakan salah satu tipe budidaya hidroponik
yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A. J. Cooper di Glasshouse Crops Research
Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960 dan berkembang pada awal tahun
1970 secara komersil.  Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman
hidroponik dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan
tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Tanaman tumbuh pada lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air
yang berisi larutan nutrisi yang tersirkulasikan secara terus menerus yang digerakkan
oleh pompa. Menurut Diki et al. (2020), prinsip kerja Hidroponik Sistem NFT adalah
jenis sistem hidroponik tertutup yaitu air dialirkan pada rangkaian tertutup dari
penampungan air menuju akar tanaman secara dangkal, kemudian air yang mengalir akan
kembali menuju tempat penampungan dan dialirkan kembali menuju tanaman. Aliran air
dalam hidroponik NFT dibantu menggunakan pompa, air yang dapat dialirkan secara
terus menerus dalam 24 jam. Pengontrolan NFT dilakukan secara real time untuk
mengetahui kadar normal nutrisi yang dialirkan dalam sirkulasi aliran tertutup, maka
terdapat parameter sensor yang dapat memonitor dan mengontrol aliran nutrisi tersebut.
Sistem NFT ini memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan dalam pemanfaatannya.
Menurut Frasetya et al. (2018), keunggulan sistem NFT dari aspek teknis adalah dapat
disusun bertingkat dengan pemilihan bahan tiang penyangga yang lebih sederhana,
dikarenakan beban air nutrisi, tanaman dan pipa atau talang air dalam setiap tingkat
instalasi lebih ringan. Kekurangan sistem NFT ini yaitu boros dalam pemakaian listrik di
mana sistem ini menggunakan pompa untuk mengalirkan udara, jika listrik padam maka
pompa akan ikut mati. Sehingga, tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi, dan jika
dibiarkan dalam waktu yang lama tanaman bisa layu bahkan mati.
2. DFT
Keterangan:
1) Pipa PVC
2) Bak air
3) Pompa air
4) Tanaman
5) Media tanam
6) Talang

Hidroponik DFT adalah teknologi


menanam tanaman hortikultura tanpa menggunakan media tanah melainkan media air
yang diberi nutrisi. Menurut Sugianto et al. (2020), prinsip kerja hidroponik DFT adalah
mensirkulasikan larutan nutrisi dan aerasi secara kontinyu atau terus-menerus. Sistem
DFT ini akan mengalirkan larutan nutrisi dari input hingga output dengan menyisakan
genangan air didalamnya. Genangan ini terjadi karena perbedaan ketinggian antara
talang hidroponik dengan output dari aliran. Teknik DFT memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari teknik DFT yaitu lebih menghemat daya listrik karena nutrisi
dapat disimpan sementara dalam genangan air. DFT juga memiliki kekurangan seperti
menurut Gregoriyan et al. (2020), bahwa kelemahan dari penggunaan teknik DFT adalah
lebih banyak membutuhkan nutrisi dibanding teknik NFT karena nutrisi tersimpan dalam
pipa pengairan, selain itu ketika listrik padam menyebabkan oksigen berkurang sehingga
mengganggu proses pertumbuhan tanaman yang jika dibiarkan dalam waktu lama akan
mengakibatkan tanaman layu bahkan mati. Ketika timbul busuk akar maka akan dengan
mudah menyebar karena aliran air yang terus mengalir.
3. EBB flow
Keterangan:
1) Media tanam
2) Pompa
3) Pipa
4) Bak penampungan
5) Timer
Sistem hidroponik EBB and Flow atau pasang surut sangat populer di kalangan
petani hidroponik karena selain penggunaan yang mudah, juga bisa menggunakan
hampir segala jenis bahan yang ada. Selain itu, sistem ini juga bisa digunakan untuk
segala tempat baik itu di dalam rumah maupun di luar. Bahkan, tidak ada batasan cara
untuk merancangnya pada tempat yang akan digunakan. Selain mudah, tumbuhan juga
akan tumbuh dengan baik dengan sistem pasang surut ini. Sistem ini bekerja dengan
memenuhi media pertumbuhan dengan nutrisi yang tidak terserap kembali ke bak
penampung. Waktu pasang surut dapat diatur dengan menggunakan timer. Menurut
Izzuddin (2016), sistem EBB and Flow ini merupakan salah satu sistem hidroponik yang
unik karena prinsip kerjanya yaitu tanaman mendapatkan air, oksigen dan nutrisi melalui
pompaan dari bak penampung yang dipompa melewati media kemudian membasahi akar
tanaman (pasang), kemudian selang beberapa waktu air bersama nutrisi akan turun
(surut) kembali melewati media menuju bak penampungan. Keunggulan dari sistem EBB
and Flow ini yaitu larutan nutrisi dan oksigen yang disuplay ke tanaman lebih optimal,
serta penggunaan nutrisi dan tenaga kerja menjadi lebih efisien karena telah diatur oleh
timer. Seperti yang telah dikemukakan oleh Anggraeni et al. (2019), bahwa salah satu
teknik hidroponik sistem EBB and Flow memiliki keunggulan dalam menyediakan unsur
hara dan air secara otomatis. Kelemahan dari sistem EBB and Flow yaitu membutuhkan
biaya investasi yg besar serta harus memiliki keahlian untuk merakit instalasi ini. Sistem
EBB and Flow memiliki ketergantungan dengan listrik, sehingga ketika listrik padam,
suplay nutrisi dan oksigen akan terhambat.
4. Rakit Apung
Keterangan:
1) Bak tampungan
2) Tanaman
3) Sterofom
4) Air nutrisi
Sistem Rakit Apung (Water culture system) merupakan cara bercocok tanam
hidroponik modern, dan salah satu sistem paling sederhana dari semua sistem hidroponik
aktif. Sistem ini cukup mudah digunakan karena hanya membutuhkan alat yang
sederhana. Hidroponik rakit apung merupakan pengembangan dari sistem bertanam
hidroponik yang dapat digunakan untuk kepentingan komersial dengan skala besar
ataupun skala rumah tangga. Sistem rakit apung hampir sama dengan sistem sumbu,
yaitu berupa sistem statis dan sistem hidroponik sederhana. Perbedaannya dalam sistem
ini tidak menggunakan sumbu sebagai pembantu kapiler air, tetapi media tanam dan akar
tanaman langsung menyentuh air nutrisi. Menurut Sitorus dan Santosa (2019), prinsip
kerjanya kondisi tanaman terapung sehingga akar langsung menyentuh air nutrisi.
Kelebihan menggunakan sistem hidroponik rakit apung yaitu lebih sederhana, tidak
membutuhkan lahan yang luas perawatan instalasi lebih mudah dan murah, optimalisasi
nutrisi dan air, serta pengaplikasian yang mudah dan sederhana. Sependapat dengan
Sudjatmiko et al. (2021), sistem hidroponik rakit apung mempunyai kelebihan dari
sistem hidroponik lain yaitu lebih sederhana, perawatan instalasi lebih mudah dan murah,
optimlisasi pupuk dan air, optimalisasi ruang, serta operasional lebih mudah dan
sederhana. Penaman secara hidroponik salah satunya dapat dilakukan di atap bangunan
atau rooftop farming. Sedangkan kelemahan dari sistem rakit apung yaitu rancangan
lebih cocok dilakukan di dalam ruangan, bukan ditempatkan di luar ruangan, akar
tanaman lebih rentan mengalami pembusukan karena terus tergenang dalam air larutan
nutrisi, Kadar oksigen yang sedikit, meskipun ada sebagian akar tanaman yang tidak
terendam dalam larutan nutrisi sehingga memungkinkan ada oksigen untuk membantu
proses fotosintesis.
5. Aquaponik

Keterangan:

3 1) Kolam ikan
2) Pompa
3) Pipa
4) Bak penampungan
5) Netpot
Aquaponik merupakan sistem teknologi yang ramah lingkungan dan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Akuaponik adalah teknologi yang merupakan
bagian dari pendekatan pertanian yang lebih luas yang dikenal sebagai sistem agribudaya
terpadu. Akuaponik adalah cara bercocok tanam yang menggabungkan akuakultur dan
hidroponik, tujuannya adalah untuk memelihara ikan serta tanaman dalam lingkungan
yang tersirkulasi dan sistem yang saling terhubung. Menurut Maharani dan Sari (2016),
prinsip kerja akuaponik adalah mengalirkan air kolam ke dalam talang-talang air yang
sudah dilengkapi dengan media tanam serta bibit tanaman. Media tanam dan akar
tanaman yang tumbuh berfungsi dalam proses pengolahan air kolam yang kemudian
dialirkan kembali ke dalam kolam ikan. Menurut Puspitasari et al. (2020), keunggulan
dari sistem aquaponik adalah kotoran ikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik yang baik bagi pertumbuhan tanaman dan produk yang dihasilkan merupakan
produk organik karena hanya menggunakan pupuk dari kotoran ikan yang telah melalui
proses biologis. Sedangkan kelemahan dari sistem aquaponik yaitu biaya pembuatan
sistem lebih mahal, tergantung dengan ketersediaan listrik, membutuhkan skill khusus,
membutuhkan perawatan ekstra.
6. Vertikultur (karpet dan pipa)
Keterangan:
1
1) PVC
2) Netpot
3) Selang
4) Bak tampungan
5) Pompa
3
4

Keterangan:
1) Pipa
2) Bak penampungan
3) Pompa
4) Karpet vertikultur
5) Talang

Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau
bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan
lahan terbatas. Tanaman yang dibudidayakan dalam sistem vertikultur disusun dalam
model bertingkat dari bawah keatas. Tujuan utamanya yaitu mendayagunakan lahan yang
luasnya terbatas secara optimal. Prinsip kerja sistem vertikultur pipa yaitu tanaman yang
ada didalam pot dimasukkan ke lubang paralon. Pengaliran air menggunakan pompa
dengan selang sebagai penyalur mengalirkan air dari bawah (bak tampungan) ke atas
menuju ujung paralon. Air dan selang tersebut akan turun membasahi akar tanaman. Air
yang telah melalui perakaran tanaman akan turun menuju bak penampungan. Menurut
Wasonowati (2020), kelebihan dari sistem vertikultur adalah penggunaan lahan lebih
efisien, sedangkan kekurangannya adalah memerlukan investasi awal lebih tinggi dan
lain-lain. Kelebihan vertikultur pipa yaitu pemanfaatan lahan lebih efisien karena tidak
memerlukan banyak tempat, dapat dipindahkan dengan mudah sesuai tempat yang
diinginkan. Prinsip kerja pada sistem vertikultur karpet yaitu air nutrisi yang ada pada
bak penampungan dialirkan melalui pipa dengan pompa. Aliran tersebut dijatuhkan
secara tetes yang akan mengenai karpet lalu akan turun dan membasahi tanaman lalu air
akan turun Kembali kedalam bak penampungan. Menurut Dewi dan Suryanto (2018),
penggunaan vertikultur model karpet ini memiliki kelebihan dalam hal aerasi. Bahan
karpet digunakan karena mampu menahan media tanam dalam air. Kelemahan dari
vertikultur karpet yaitu perawatan lebih intensif, membutuhkan perawatan yang kontinu,
dan investasi awal cukup mahal.
7. Aeroponik
Keterangan:
1) Bak tampungan
2) Pompa
3) Pipa Nozzel
4) Media tanam

Sistem aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam di udara tanpa


penggunaan tanah. Sistem aeroponik ini air dan nutrisi yang akan diserap tanaman
diberikan dalam bentuk butiran kecil atau kabut. Pengkabutan ini berasal dan pompa dan
bak penampungan yang disemprotkan menggunakan nozzel sehingga nutrisi yang
diberikan akan lebih cepat terserap akar tanaman. Menurut Wicaksono et al. (2017),
aeroponik adalah cara menanam tanaman yang digantung di udara dan tumbuh di
lingkungan lembab tanpa tanah. Akar digantungkan di udara memungkinkan untuk
menanamnya hampir dimana saja pada ruang kubik yang dapat digunakan. Alat yang
digunakan yaitu bak penampungan, pompa, pipa nozzel, dan media tanam. Prinsip kerja
aeroponik ini yaitu air bak penampungan dialirkan menuju pipa nozzle yang akan
menyemprotkan air nutrisi ke akar tanaman, prinsip kerja pada aeroponic sangat
sederhana. Air yang menetes setelah penyemprotan selanjutnya kembali ke bak
penampungan. Menurut Laksono (2021), keunggulan aeroponik yaitu oksigenasi dari
tiap butiran kabut halus sehingga respirasi akar lancar dan menghasilkan banyak energi.
Pemanfaatan sistem aeroponik memiliki kelebihan secara khusus yaitu kombinasi larutan
nutrisi dapat tersirkulasi dalam bentuk kabut pada akar tanaman serta volume larutan
hara yang dibutuhkan lebih rendah. Kelebihan lain dari sistem ini yaitu ketersediaan
udara yang optimal karena akar tanaman yang menggantung sehingga tanaman tumbuh
dengan optimal, umur panen menjadi lebih singkat dan penggunaan nutrisi yang efisien.
Namun kekurangan sistem tersebut yaitu biaya investasi cukup mahal, sulit mendapatkan
komponen, dan bergantung pada listrik.
8. Wick System
Keterangan:
1) Tanaman
2) Media tanam
3) Sumbu
4) Nutrisi
5) Batas air
Wick system merupakan sistem yang sangat baik
bagi pemula, karena sangat mudah dalam mengaplikasikannya. Menurut Javandira et al.
(2020), nutrisi mengalir ke akar tanaman dengan bantuan sumbu melalui gaya kapiler.
Sistem ini dapat juga menggunakan air pump untuk menciptakan gelembung udara
dalam bak. Namun tanpa air pump juga tidak masalah. Karena sistem ini adalah sistem
pasif (air tidak mengalir). Cara bertanam hidroponik dengan sistem wick merupakan
sebuah solusi pemberian nutrisi lewat di media tumbuh melalui sumbu yang digunakan
sebagai reservoir. Sistem wick salah satu metode dari hidroponik yang menggunakan
sumbu atau penyambung antara nutrisi dengan media tanam. Sumbu yang digunakan
adalah sumbu yang memiliki daya kapilaritas tinggi serta cepat lapuk. Cara ini sama
dengan mekanisme kompor minyak, yaitu sumbu berfungsi untuk menyerap air. Sumbu
terbaik adalah kain flanel maka cocok digunakan untuk sistem wick. Sistem ini dapat
menggunakan berbagai media tanam, misalnya perlite, vermiculite, kerikil pasir, sekam
bakar, dan serat/serbuk kulit buah kelapa. Menurut Narulita et al. (2019), kelebihan dan
kekurangan sistem hidroponik wick adalah tanaman mendapat suplai air dan nutrisi
secara terus-menerus, biaya alat yang murah, mempermudah perawatan karena kita tidak
perlu melakukan penyiraman, tidak tergantung aliran listrik.
9. Substrat
Keterangan:
1) Pot tanaman
2) Media tanam
3) Nampan

Hidroponik substrat adalah metode hidroponik yang tidak menggunakan air


sebagai media, tetapi menggunakan media selain tanah yang dapat menahan nutrisi dan
air serta menyediakan oksigen untuk mendukung tanaman sebagaimana fungsi tanah.
Menurut Wibowo et al. (2017), hidroponik substrat adalah metode budidaya tanaman
yang menggunakan media padat dimana akarnya tumbuh pada substrat porus, yang diberi
larutan nutrisi sehingga memungkinkan memperoleh air, nutrisi dan oksigen secara
cukup. Pemberian dosis larutan nutrisi dan media tanam yang digunakan ideal pada
hidroponik sistem substrat dapat memberikan hasil yang produktif untuk tanaman.
Penanaman tanpa tanah dapat menjadi alternatif yang cocok bagi tempat yang tidak
memiliki kesuburan tanah baik, pengganti media tanah tersebut bermacam-macam.
Menurut Purnomo et al. (2016), Media substrat yang ada di pasaran macamnya ada
banyak antara lain, rockwool, cocopeat, hidroton, pasir malang, dan lain-lain.
Permasalahan yang muncul adalah mahalnya harga media susbtrat tersebut. Oleh karena
itu perlu dicari media alternatif yang mudah diperoleh, tersedia melimpah dan memiliki
harga yang murah seperti limbah pecahan batu bata, pecahan genteng, pasir pantai,
serabut aren, dan sekam. Hidroponik substrat memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sistem hidroponik yang lain. Kelebihan hidroponik substrat yaitu
tanaman dapat berdiri lebih tegak, biaya operasional tidak terlalu besar, tidak
mempengaruhi pH air, tidak berubah warna dan tidak mudah lapuk. Kebutuhan nutrisi
pada hidroponik substrat mudah untuk dipantau, sehingga pertumbuhan tanaman akan
optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni D, Nurbaity A, Sofyan ET. 2019. Responses beberapa tanaman sayuran


bermikoriza terhadap dosis P pada sistem hidroponik model ebb and flow. J
tanah 17(2): 9-13.
Dewi WT, Suryanto A. Kajian tanaman sisipan andewi (Cichorium endivia) terhadap bawnag
daun (Allium porum) pada media karpet sistem vertikultur. J Produksi Tanaman 6(2):
316-323.
Diki D, Fajari IL, Salsabila A, Tohir T. 2020. Rancang bangun sistem hidroponik nutrient
film technique (NFT) sebagai media terobosan penanaman tanaman menggunakan
wemos mega+ wifi r3 atmega2560. Dalam Prosiding Industrial Research Workshop
dan Seminar Nasional 11(1): 90-94.
Frasetya B, Taofik A, Firdaus RK. 2018. Evaluasi variasi nilai konduktivitas listrik terhadap
pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada sistem NFT. J Agro 5(2): 95-
102.
Gregoriyan M, Andjarwirawan J, Lim R. 2019. Sistem kontrol dan monitoring ph air serta
kepekatan nutrisi pada budidaya hidroponik jenis sayur dengan teknik deep flow
techcnique. J Infra 7(2): 101-106.
Izzuddin A. 2016. Wirausaha santri berbasis budidaya tanaman hidroponik. J Pengabdian
Masyarakat (DIMAS) 12(2): 351-366.
Javandira C, Sujana IP, Suryana IM, Saputra IMA. 2020. Penyuluhan dan pelatihan sistem
wick pada budidaya sayuran hidroponik di KWT Sari Wangi di Desa Kekeran
Kabupaten Badung. J Abdi Dharma Masyarakat (JADMA) 1(1): 21-25.
Laksono RA. 2021. Interval waktu pemberian nutrisi terhadap produksi tanaman selada hijau
(Lactuca sativa) varietas new grand rapid pada sistem aeroponic paspalum. J Ilmiah
Pertanian 9(1): 1-6.
Maharani NA, Sari PN. 2016. Penerapan aquaponik sebagai teknologi tepat guna pengolahan
limbah cair kolam ikan di Dusun Kergan, Tirtomulyo, Kretek, Bantul,
Yogyakarta.Indonesian Journal of Community Engagement 1(2): 172-182.
Narulita N, Hasibuan S, Mawarni R. 2019. Pengaruh sistem dan konsentrasi nutrisi terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy (Brassica rapa) secara hidroponik. J
Penelitian Pertanian 15(3): 99-108.
Purnomo D, Harjoko D, Sulistyo TD. 2016. Budidaya cabai rawit sistem hidroponik substrat
dengan variasi media dan nutrisi. Caraka Tani: J of Sustainable Agriculture 31(2):
129-136.
Puspitasari D, Ariyanto D, Rodiansah A, Zahar I. 2020. Pemanfaatan lahan pekarangan
dengan sistem aquaponik dalam menunjang perekonomian Di Desa Sungai Lama,
Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. J Anadara Pengabdian Kepada Masyarakat 2(1):
11-15.
Sitorus LA, Santosa M. 2019. Pengaruh komposisi ab mix dan biourine sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selada romaine (Lactuca sativa) sistem hidroponik
rakit apung. J Produksi Tanaman 7(5): 843-850.
Sugianto N, Irkhos I, Supiyati S, Saputra HE. 2020. penerapan pompa tanpa listrik (heron's
fountain) untuk hidroponik dft (deep flow technique) di Kelurahan Sukamerindu
Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu. J Pengabdian Masyarakat 5(1): 59-70.
Sujatmiko J, Mahfudz M, Khoiriyah N. 2021. Pendapatan dan efisiensi usahatani sayur
hidroponik (romain lettuce) menggunakan sistem nft dan sistem rakit apung. J Sosial
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 9(4): 10-17.
Wasonowati C. 2020. Teknologi vertikultur solusi untuk lahan sempit dan kurang
subur. Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat 4(1): 99-102.
Wibowo AW, Suryanto A, Nugroho A. 2017. Kajian pemberian berbagai dosis larutan nutrisi
dan media tanam secara hidroponik sistem substrat pada tanaman kalian (Brassica
oleracea). J Produksi Tanaman 5(7): 1119-1125.
Wicaksono AW, Widasari ER, Utaminingrum F. 2017. Implementasi sistem kontrol dan
monitoring ph pada tanaman kentang aeroponik secara wireless. J Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1(5): 386-398.
ACARA II
PENGENALAN MEDIA SUBSTRAT

A. Pengenalan Media Substrat


No
Media Gambar Deskripsi
.
1. Sekam Sekam mengandung beberapa
unsur kimia penting seperti
padi
Kadar air 9,02%, Protein kasar
3,03%, Lemak 1,18%, Serat
kasar 35,68%, Abu 17,17%,
Karbohidrat dasar 33,71.
Menurut Pandapotan (2021),
sekam padi memiliki banyak
keunggulan, yakni jumlahnya
yang tidak terbatas, sangat
mudah ditemui di lingkungan
sekitar, memiliki harga beli
yang rendah. Kelemahan yaitu
sulit menyimpan unsur hara.
2. Arang Arang sekam memiliki
karakteristik yang ringan
sekam
(Berat jenis 0,2 kg/l), kasar
sehingga sirkulasi udara tinggi,
porositas yang baik dan
menyerap air rendah. Arang
sekam mengandung silika (Si)
yang cukup tinggi yakni
sebesar 16,98%, meskipun
begitu silika (Si) bukanlah
unsur hara yang esensial atau
sangat dibutuhkan tanaman.
Menurut Aryani et al. (2021),
keunggulan arang sekam
adalah dapat memperbaiki sifat
fisik dan kimia tanah, serta
dapat melindungi tanaman.
Kelemahan arang sekam yaitu
mempunyai pori-pori yang
besar sehingga penguapan pada
media juga semakin tinggi. Hal
ini juga menyebabkan banyak
unsur hara yang hilang
sebelum diserap oleh tanaman.
3. Cocopeat Cocopeat (sabut kelapa)
merupakan media tanam
hidroponik yang terbuat dari
sabut kelapa tua yang telah
dihaluskan menjadi bubuk-
bubuk seperti pasir, cocopeat
dapat menjadi media tanam
hidroponik baik pada saat
penyemaian atau pembesaran.
Menurut Hafizah et al. (2019),
media tanam cocopeat
memiliki kelebihan yaitu daya
serap air tinggi yang baik
dalam menyimpan air dengan
pH netral, dan cocopeat juga
mengandung unsur hara dari
alam yang dapat membantu
pertumbuhan tanaman.
Kelemahan dari cocopeat yaitu
banyak mengandung zat tanin. Zat
tanin diketahui sebagai zat yang
menghambat pertumbuhan
tanaman karena menjadi
penghalang mekanis dalam
penyerapan unsur hara.
4. Pasir Media tanam pasir malang
adalah batuan halus yang
malang
memiliki ukuran kecil dan
mempunyai ukuran permukaan
lebih besar dari tanah.
Kelebihan dari media tanam ini
adalah memiliki porousitas
atau rongga udara yang lebih
banyak, sehingga sangat cocok
untuk tanaman aglo.
Menurut Afrizal et al. (2018),
pasir malang memiliki pori-
pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi
mudah basah dan cepat kering
oleh proses penguapan.
Kekurangannya adalah pasir
malang memiliki unsur hara
yang sangat minim sehingga
penggunannya harus
dikombinasi dengan media
tanam lain seperti kompos atau
sekam.
5. Pasir Pasir sering digunakan
sebagai media tanam alternatif
merapi
untuk menggantikan fungsi
tanah. Sejauh ini, pasir
dianggap memadai dan sesuai
jika digunakan sebagai media
untuk penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman,
dan perakaran setek batang
tanaman. Menurut Nurhidayati
dan Murwani (2019),
Keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam
penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi
serta drainase media tanam.
Kekurangan dari media tanam
pasir yaitu mengandung sedikit
unsur hara.
6. Hydrogel Hidrogel merupakan media
tanam yang terbuat dari kristal
polimer dengan kemampuan
serap yang cukup tinggi.
Menurut Yogamananto et al
(2021), hidrogel ini dikenal
dalam bidang pertanian sebagai
zat yang dapat digunakan
untuk memperbaiki sifat-sifat
fisika tanah yaitu untuk
meningkatkan kapasitas
penyimpanan air,
meningkatkan efisiensi
penggunaan air, meningkatkan
kecepatan permeabilitas dan
infiltrasi tanah, mengurangi
frekuensi irigasi, menurunkan
kecenderungan kepadatan
tanah, menghentikan erosi dan
kehilangan air, dan
meningkatkan produktivitas
tanaman. Hidrogel memiliki
kelebihan seperti mengurangi
frekuensi penyiraman hingga
50%, meningkatkan
pertumbuhan tanaman karena
air dan nutrisi selalu tersedia di
sekitar tanaman, mengurangi
pencemaran air tanah, dan
ramah lingkungan. Kelemahan
dari hidrogel yaitu harga dari
hidrogel yang mahal, bahan
yang tidak tahan panas,
sehingga apabila terkena sinar
matahari langsung dapat
meleleh atau lumer, serta tidak
semua tanaman dapat tumbuh
dengan baik menggunakan
hidrogel.
7. Hydroton Hidroton merupakan media
tanam hidroponik yang
berbentuk bulat, dalam
bulatan-bulatan terdapat pori-
pori yang dapat menyerap air
sehingga dapat menjaga
ketersediaan nutrisi untuk
tanaman hidroponik.
Pembuatan hidroton
menggunakan tanah liat karena
merupakan jenis tanah yang
bertekstur halus dan lengket
atau berlumpur. Menurut
Nurdin (2017), kelebihan
media tanam ini yaitu mampu
menyimpan air nutrisi lebih
lama dan mudah ditembus akar
serta memiliki sirkulasi udara
yang baik bagi akar tanaman.
Kelemahan hidroton yaitu
ukuran yang kecil atau bisa
lolos penyaring sehingga dapat
menyebabkan penyumbatan
pada pipa sirkulasi. Selain itu
harga hydroton relative mahal
dan memiliki daya ikat air yang
rendah.
8. Akar pakis Menurut Hanik et al. (2020),
Keunggulan dari akar pakis
yaitu mampu mengikat dan
menyimpan air dengan baik,
memiliki aerasi dan draenasi
baik, melapuk secara perlahan
dan mengandung unsur hara
yang diperlukan bagi tanaman.
Kelemahan akar pakis yaitu
sulit didapatkan dan sering
dihuni hewan kecil seperti
semut. Serta mudah busuk dan
berjamur.
9. Zeolith Menurut Ramadhan dan
Nurjasmi (2016), keunggulan
dari menggunakan media
tanam zeolith yaitu zeolith
mampu menyerap air dalam
jumlah cukup tinggi sehingga
praktis untuk perawatan dan
penyiraman tanaman, serta
mempunyai KTK tinggi dan
dapat menyerap ammonium.
Zeolit memiliki beberapa
kelemahan diantaranya
mengandung banyak pengotor
seperti N, K, Ca, Mg, dan Fe
serta kristalinitasnya kurang
baik, keberadaan pengotor-
pengotor tersebut mengurangi
dari aktovitas zeolite tersebut.
Zeolit merupakan kristal
alumina silika terhidrasi yang
mengandung kation-kation
alkali yang dapat diganti oleh
ion-ion lain tanpa merusak
struktur kristal serta dapat
menyerap molekul-molekul air
secara reversible. Zeolit
memiliki beberapa sifat kimia
yang sangat penting,
diantaranya adalah sebagai
agen penyerap yang selektif,
penukar ion, serta katalisator
yang kuat. Sifat-sifat tersebut
berperan pada saat zeolit
tersebut digunakan sebagai
media tanam, khususnya media
tanam hidroponik.
10. Pecahan Pecahan batu bata dapat
digunakan sebagai salah satu
batu bata
alternatif media tanam. Batu
bata baru umumnya memiliki
kandungan senyawa kimia
silika oksida (SiO2) berkisar
55%-65% dan alumina oksida
(Al2O3) berkisar 10%-25%.
Menurut Ponggele dan Jayanti
(2017), pecahan batu bata
berfungsi sebagai tempat
melekatnya akar, memperbaiki
sirkulasi udara dan kelembaban
di sekitar akar tanaman, serta
menyebabkan drainase berjalan
dengan baik. Ukuran batu bata
yang biasanya digunakan
adalah sekitar 2 – 3 cm. Hal ini
dimaksudkan agar daya serap
terhadap air maupun unsur hara
makin meningkat. Penggunaan
pecahan batu bata ini perlu
dikombinasikan dengan pupuk
kandang atau kompos karena
kurangnya unsur hara yang
dikandung oleh pecahan batu
bata.
11. Coral Coral merupakan batu kali
yang sudah dipecah menjadi
bagian-bagian kecil, berukuran
2-3 cm. Menurut Islamiyati
(2020), coral memiliki
komposisi utama mineral
aragonit (CaCO3), mineral
aragonit bersifat metastabil
sehingga dapat menyebabkan
terjadinya perubahan atau
diagenesa menjadi bentuk lain
yang lebih stabil. Ramadhan et
al (2016) menambahkan bahwa
koral memiliki pori-pori yang
kecil yang memudahkan akar
tanaman mendapatkan nutrisi
atau unsur hara yang
dibutuhkan tanaman.
Kekurangan dari media tanam
ini yaitu sifat dari coral yang
terlalu ringan sehingga nutrisi
mudah tercuci dan terbawa air.
Kekurangan tersebut membuat
coral harus diberi campuran
agar menjadi media tanam
yang lebih optimal dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Pandapotan, DD. 2021. Pemanfaatan limbah sekam padi untuk tableware di
café. Dalam Prosiding Seminar Nasional Desain Sosial (SNDS) 3(1): 728-
734.
Afrizal A, Nurdin M, Susilo FX. 2018. Intensitas serangan hama dan patogen
pada agroekosistem hidroponik tanaman padi (Oryza sativa L.) dengan
berbagai media tanam. J Agrotek Tropika 6(2): 9-17.
Aryani F, Rustianti S, Sutiara S. 2021. Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi
(Brassica junceae. L) dengan perlakuan arang sekam bakar dan pupuk npk
pada tanah podsolik merah kuning (pmk). J pertanian 16(1): 11-21.
Hafizah N, Adriani F, Luthfi M. 2019. Pengaruh berbagai komposisi media tanam
hidroponik sistem dft pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada
(Lactuca sativa L.). Rawa Sains: J Sains STIPER Amuntai 9(2): 62-67.
Hanik NR, Harsono S, Nugroho AA. 2020. Pemilihan kulit kacang tanah sebagai
media tanam anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis). J Biologi
Tropis 20(2): 237-244.
Islamiyati AD, Abram PH. 2020. Analisis kadar kalsium oksida (CaO) pada batu
karang di daerah pesisir bayang dampelas donggala. J Media
Eksakta, 16(1): 57-62.
Nurdin, SQ. 2017. Mempercepat panen sayuran hidroponik. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Nurhidayati N, Murwani I. 2019. Efek bahan biochar dan pasir pada media tanam
hidroganik serta dosis vermikompos terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman selada keriting (Lactuca sativa L.). Folium J Ilmu Pertanian 3(2):
6-13.
Ponggele ES, Jayanti KD. 2020. Pertumbuhan dan hasil tanaman bayam
(Amaranthus spinosus L) pada berbagai jenis media tanam. J
Agropet 12(2): 17-22.
Ramadhan MI, Nurjasmi R. 2016. Pengaruh jenis ikan nila dan media tanam
terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L) sistem
akuaponik. J Ilmiah Respati 7(1): 12-22.
Yogamananto H, Sari PE, Farhani RA. 2021. Shining gel lampu hias dari limbah
botol kaca dengan media tanam hidrogel. In Proceedings National
Conference PKM Center 1(1): 12-17.
ACARA III
PERENCANAAN USAHA HIDROPONIK

A. Analisis Keuangan
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Tabel 3.1 Biaya Penyusutan
Harga Biaya
Umur
No. Uraian Jumlah Satuan Total (Rp) Penyusutan
(tahun)
(Rp) (per tahun)
1. Pipa PVC 2 ½” 12 m 20.000/m 240.000 8 30.000
2. Tutup/Dop 2 ½” 10 pcs 3.000/pcs 30.000 8 3.750
3. Pipa PVC ½” 2,5 m 6.000/m 15.000 8 1.875
4. Manifold 1 pcs 35.000/pcs 35.000 8 4.375
Hidroponik
5. Selang PE 7 mm 1,5 m 3.000/m 4.500 5 900
6. Fitting Pipa ¾” 8 pcs 3.000/pcs 24.000 8 3.000
7. Mini Valve ¾” – 8 pcs 24.000/pcs 192.000 10 19.200
16 mm
8. Selang PE 16 2 m 4.000/m 8.000 5 1.600
mm
9. Pompa Air 1 pcs 85.000/pcs 85.000 8 10.625
Celup 25 Watt
10. Tandon Air 50 L 1 pcs 60.000/pcs 60.000 5 12.000
11. Netpot 5 cm 36 pcs 300/pcs 10.800 4 2.700
TOTAL Rp90.025,00
Tabel 3.2 Biaya Tetap
No. Uraian Biaya (tahun) Biaya (bulan)
1. Biaya Penyusutan 90.025 7.500
2. Sewa Tempat - -
3. Dll - -
TOTAL Rp7.500,00
2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Tabel 3.3 Biaya Tidak Tetap
No.
Uraian
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
1.
Larutan AB Mix 500 mL
1 pcs
20.000/pcs
20.000
2.
Benih sayuran
1 pack
5.000/pack
5.000
3.
Rockwool
1 pack
15.000/pack
15.000
4.
Sumbu (kain flanel)
2 helai
2.000/helai
4.000
5.
Listrik
2 bulan
25.200/bulan
50.400
TOTAL
Rp94.400,00

Perhitungan Biaya Listrik:

Pompa air celup


=
(Jumlah x Daya x Lama Pemakaian) x harga listrik per kwh

=
(1 x 25watt x 24 jam x 30 hari) x Rp1.400,00

=
18.000 watt/bulan x Rp1.400,00

=
18 kwh/bulan x Rp1.400,00

=
Rp25.200,00

3. Biaya Total (Total Cost) Dalam Sekali Produksi (2 bulan)


TC = FC + VC
= Rp7.500,00 + Rp94.400,00
= Rp101.900,00
4. Penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP)
Total Biaya Produksi (1 x produksi) = Rp101.900,00
Jumlah Produk = 36 unit (200 g/unit)
Sehingga HPP = Total Biaya Produksi/Jumlah Produk
= Rp101.900,00/36 unit
= Rp2.830,00/unit (200 g selada merah)
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam
sekali produksi mampu menghasilkan 7,2 kg selada merah (200 g x 36
unit) dengan HPP sebesar Rp2.830,00/unit (200 g selada merah)

5. Penerimaan dalam sekali produksi (2 bulan)


Penerimaan = Jumlah Unit x Harga Jual
= 36 x Rp.4.500,00
= Rp162.000,00
6. Pendapatan dalam sekali produksi (2 bulan) pendapatan = Pendapatan –
TC
= Rp162.000,00 - Rp101.900,00
= Rp60.100,00
7. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
R/C Ratio = Penerimaan/Biaya Produksi
= Rp162.000,00/Rp101.900,00
= 1,59
Karena R/C ratio >1, maka usaha ini layak untuk diusahakan. Artinya tiap
satuan biaya produksi diperoleh hasil penerimaan sebesar 1,42 kali lipat
dari biaya produksi.

8. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)


B/C Ratio = Pendapatan/Biaya Produksi
= Rp60.100,00/Rp101.900,00
= 0,59
Karena B/C Ratio <1, maka usaha ini tidak layak diusahakan karena
memiliki nilai pendapatan yang lebih rendah dibandingkan biaya produksi.
Selain itu, tiap satuan biaya produksi diperoleh hasil pendapatan sebesar
0,59 kali lipat dari biaya produksi.

9. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Produk BEP


Produk = Biaya Total/Harga Jual
= Rp101.900,00/Rp4.500,00
= 22,6
Jumlah minimum produk selada merah (200 g) yang harus terjual dalam
satu kali produksi (2 bulan), yaitu sebesar 23unit agar hasil penjualan yang
diperoleh sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.

10.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Penjualan Dalam Rupiah


BEP Harga = BEP Produk x Harga
Jual
= 23unit x Rp4.500,00
= Rp103.500,00
Jumlah penerimaan minimal dalam satu kali produksi (2 bulan), yaitu
sebesar Rp103.500,00 dari penjualan 23unit produk dengan harga
Rp4.500,00 agar hasil penjualan yang diperoleh sama dengan jumlah
biaya yang dikeluarkan. Dengan penerimaan sebesar tersebut, maka
usaha tidak akan mengalami keuntungan dan kerugian.
LOGBOOK ACARA IV
TEKNNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TANPA TANAH

A. Sistem hidroponik

Sistem hidroponik yang digunakan yaitu sistem Nutrient Film Technique (NFT),
dimana sistem ini menerapkan prinsip kerja mensirkulasikan larutan nutrisi dan aerasi
secara kontinyu atau terus-menerus. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya
tanaman hidroponik dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan
tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Tanaman tumbuh pada lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air
yang berisi larutan nutrisi yang tersirkulasikan secara terus menerus yang digerakkan
oleh pompa. Prinsip kerja Hidroponik Sistem NFT adalah jenis sistem hidroponik
tertutup yaitu air dialirkan pada rangkaian tertutup dari penampungan air menuju akar
tanaman secara dangkal, kemudian air yang mengalir akan kembali menuju tempat
penampungan dan dialirkan kembali menuju tanaman. Aliran air dalam hidroponik NFT
dibantu menggunakan pompa, air yang dapat dialirkan secara terus menerus dalam 24
jam. Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipa pvc, bak air, pompa air, tanaman, media
tanam, serta talang.
B. Komoditas Tanaman
Komoditas yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Selada (Lactuva
sativa). Pemilihan menggunakan tanaman selada ini karena selada mudah tumbuh
dengan berbagai kondisi, memiliki nilai ekonomis yang tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit, serta memiliki banyak jenis.
C. Penyemaian dan Penanaman
Penyemaian dilakukan menggunakan rockwool, dimana setiap kelompok
membagi satu kotak rockwool menjadi 9 bagian lalu dilubangi. Tiap lubang rockwool
tersebut diberi 2 benih selada untuk menjaga selada jika tidak tumbuh. Dua minggu
setelah dilakukan penyemaian, maka dilakukan transplanting atau pemindahan tanaman
dari rockwool kedalam NFT serta membuat nutrisi.
D. Nutrisi
Jenis nutrisi yang digunakan untuk tanaman selada pada praktikum kali ini yaitu
menggunakan AB mix. Cara pemberiannya yaitu dengan membuat larutan terlebih
dahulu, lalu dituang kedalam ember yang berisi air serta pompa, lalu dicek kepekatannya
sehingga mencukupi nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman selada.

E. Perawatan
Perawatan yang dilakukan yaitu dengan setiap hari mengecek kepekatan larutan,
karena air nutrisi yang pekat menandakan adanya hara yang mampu diserap oleh
tanaman.
Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuva sativa) umur 7 HST, 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35
HST
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun
Sampel
7 14 21 28 35 7 14 21 28 35
1 4,5 4,5 9,5 15 20 6 5 8 8 14
2 4 11 19 21,5 25,2 6 8 10 12 15
3 4,3 10,5 18 26,5 18,5 6 8 9 11 7
4 4,5 11 17 22 28 6 9 8 12 12
5 3,5 12 18 22 30 6 9 8 11 13
6 4,5 10,5 19 21 23,8 6 7 10 11 16
7 4 11 17 22 27,3 6 7 9 12 14
8 4,6 11,2 16 20 25,9 6 8 9 11 16
9 4,4 11,5 15 18 24,5 6 9 8 11 16
10 4,2 11 18 21,5 26,5 6 8 9 12 16
Rata-rata 7,73 10,42 17,05 20,95 24,97 6 7,8 8,8 11,1 13,9
F. Panen
Sampel Berat Basah (g)
1 45
2 120
3 37,5
4 100
5 75
6 60
7 75
8 75
9 62
10 83
Rata-rata 73,25
ACARA V
RANCANGAN INSTALASI HIDROPONIK BERBASIS SMART FARMING

A. Rancangan Instalasi

Gambar 5.1 Rancangan Instalasi Hidroponik Berbasis Smart Farming


Smart farming merupakan sistem pertanian modern yang menggunakan kendali
otomatis pada proses penyiraman dan pemupukan yang berbasis android, dengan sistem
berbasis IoT maka memungkinkan dapat dilakukan penyiraman dan pemupukan dengan
pemantauan jarak jauh secara langsung atau realtime melalui smartphone android.
Penyiraman dapat dilakukan dengan satu tombol di android untuk menyalakan ataupun
mematikan proses penyiraman. Terdapat dua metode penyiraman yang digunakan, yaitu
tetes dan spray dimana penyiraman dikontrol melalui smartphone. Sistem ini juga dapat
otomatis bekerja menggunakan deteksi sensor kelembaban tanah. Saat kondisi tanah
kering maka CPU dapat memproses data dari sensor untuk menyalakan pompa air.
Sistem ini juga dilengkapi dengan sensor temperatur dan PH tanah yang dapat dimonitor
dari android. Sistem pertanian dengan smart farming dapat meringankan pemeliharaan
meningkatkan efektivitas tenaga kerja dan mengurangi pemborosan pupuk.
a) Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam hidroponik smart farming ini yaitu instalasi,
tanaman, android, serta sistem yang dirankai.
b) Cara Kerja
Cara kerja dari sistem ini yaitu terdapat beberapa sensor yang diletakkan pada tanah
sebagai pendeteksi tanah ketika mengalami kekeringan, sensor pemberi pupuk serta
sensor penyiraman yang semuanya dapat diatur dari android.

Anda mungkin juga menyukai