kecil, yang dikenal dengan unsure mikro. Unsur makro yaitu Nitrogen (N), Fosfor
(P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Unsur mikro
yaitu Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Zinc (Zn),
Molybdenum (Mo) dan Klor (Cl). Tanaman tidak dapat tumbuh baik tanpa salah
satu dari unsur penting tersebut, karenanya disebut penting. Sebagai penanam, ke
13 unsur penting tersebut harus disediakan. Dalam hidroponik dikenal sebagai
larutan nutrisi (Resh, 2013).
Pemberian nutrisi dengan konsentrasi yang tepat sangatlah penting pada
hidroponik kultur air, karena media nutrisi cair merupakan satu-satunya sumber
hara bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan
konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N,
P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang
rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Kebutuhan tanaman
akan unsure hara berbedabeda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis
tanaman (Moerhasrianto, 2011).
Dalam pembuatan larutan nutrisi, baik untuk sayuran daun, batang dan
daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan
tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat
dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat 7
dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsur Ca dan S
tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala defisiensi Ca dan
S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam
pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat
diserap oleh akar (Sutiyoso, 2009).
Sumber : https://klinikhidroponik.com
Gambar 2.1 Teknik NFT
oleh akar basah yang dikelilingi oleh banyak udara. Hal ini memberikan
oksigenasi yang baik di zona akar.
Keuntungan utama dari NFT dibanding metode hidroponik lainnya adalah
keseimbangan yang baik pada pasokan nutrisi, penyediaan air, dan oksigenasi.
Tiga parameter pada sistem NFT yang harus benar dan disesuaikan pada setiap
instalasi untuk memastikan kinerja adalah lereng saluran, saluran panjang dan laju
aliran. Apabila membuat sistem NFT sendiri, diperlukan lapisan yang dangkal
berdasar datar bak dan pompa perendaman yang akan menyimpan air yang
mengalir pada akar tanaman. Tanaman harus diletakkan secara berdekatan dengan
media agar memungkinkan nutrisi untuk lebih mudah menempel pada akar.
Pompa perendaman akan terusmenerus mensirkulasi air untuk kembali ke dalam
sistem karena air secara terusmenerus bersirkulasi, maka kita perlu melakukan
pengawasan tingkat nutrisi yang terkandung di dalam air.
Teknik NFT juga memiliki beberapa potensi kelemahan yang perlu segera
ditangani, sebagai contoh nutrisi yang diperlukan bagi tanaman dapat
menyebabkan kerusakan pada pompa perendaman. Jika pompa perendaman gagal
atau jika ada kegagalan listrik, tanaman tidak akan mendapatkan nutrisi yang
mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan gangguan yang relatif pendek di
pompa dapat mengakibatkan kegagalan total pada tanaman.
Sumber : https://123wegrow.com
Gambar 2.2 Teknik FHS
8
Sumber : https://www.nosoilsolutions.com
Gambar 2.3 Teknik EFT
Hidroponik sistem pasang surut (Ebb and flow) adalah suatu sistem
menanam dalam hidroponik dimana nutrisi dan pupuk yang diberikan dengan cara
menggenangi/merendam media tanam (zona akar) untuk beberapa waktu tertentu,
setelah itu nutrisi dialirkan kembali ke bak penampungan. Prisip kerja dari sistem
ini adalah nutrisi dipompakan kedalam bak penampungan yang telah diisi media
tanam diletakkan diatasnya. Pompa dihubungkan dengan pengatur waktu (timer)
sehingga lamanya dan periode penggenangan dapat diatur sesuai kebutuhan
tanaman. Pada dasar bak kita pasang siphon yang berfungsi mengalirkan kembali
nutrisi ke bak penampungan nutrisi secara otomatis (Affan, 2005).
Teknologi ini sering disebut flood and drain. Prinsip kerja dari ebb and
flow adalah mengisi kemasan dengan media, misalnya arang sekam kemudian
menempatkannya di instalasi. Selama 5 menit, kemasan yang berisi media
tersebut akan dikucuri larutan. Kemudian secara gravitasi, larutan dalam kemasan
akan turun kembali ke dalam tandon yang berada dibawahnya. Setelah 10 menit,
pompa menyala lagi dan terjadi kembali siklus serperti diatas (Sutiyoso, 2006).
Hidroponik sistem ebb and flow merupakan salah satu metode yang
populer dari hidroponik. Sistem ini memiliki prinsip kerja menyediakan larutan
nutrisi dengan pola pasang surut. Sistem hidroponik ebb and flow bisa diibaratkan
sebagai sebuah paru-paru. Saat air menggenang dan membasahi media, gas-gas
sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar akan terpompa keluar. Demikian
pula sebaliknya, ketika air meninggalkan media dalam pot, maka udara baru dari
10
luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot ke dalam media tanam. Hal
ini tentunya menjadikan tanaman semakin tumbuh subur dan sehat (Rosliani N.
Sumarni, 2005).
Sumber : https://laylanasution.home.blog
Gambar 2.4 Teknik DFT
rangkaian satu bidang dapat dipraktikkan pada tanaman yang tinggi atau rendah.
(Ruaf-asia Foundation, 2010).
Deep Flow Technique (DFT) sebaiknya dilakukan pada kolam berbentuk
persegi empat dan berukuran besar, agar mudah melakukan pengaturan dan tidak
ada ruang yang terbuang. Perawatan pada sistem DFT lebih mudah dibandingkan
dengan sistem hidroponik yang lain, yaitu dengan menngganti styrofoam,
menguras kolam dan mengontrol instalasi irigasi yaitu pada pompa dan pipa-pipa
distribusi (Gunarto, 1999).
Sumber : https://greencamp.com
Gambar 2.5 Teknik DIT
Drip-Irrigation juga dikenal sebagai irigasi tetes atau irigasi mikro atau
irigasi lokal, metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan
air menetes perlahan ke akar tanaman, baik ke permukaan tanah atau langsung ke
zona akar, melalui jaringan katup, pipa, tabung, dan emitter. Hal ini dilakukan
melalui tabung sempit yang memberikan air langsung ke dasar tanaman. Dengan
demikian, kerugian (kehilangan air) seperti perkolasi, run off, dan
evapotranspirasi bisa diminimalkan sehingga efisiensinya tinggi. Irigasi tetes
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu irigasi tetes dengan pompa dan irigasi tetes
dengan gaya gravitasi. Irigasi tetes dengan pompa yaitu irigasi tetes yang sistem
penyaluran air diatur dengan pompa. Irigasi tetes pompa ini umumnya memiliki
alat dan perlengkapan yang lebih mahal daripada sistem irigasi gravitasi. Irigasi
12
tetes dengan sistem gravitasi yaitu irigasi tetes dengan menggunakan gaya
gravitasi dalam penyaluran air dari sumber (Sibarani, 2005).