BAB I
PENDAHULUAN
pasar. Hal ini diakibatkan karena rata-rata produksi sawi nasional masih sangat
rendah. Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil sawi
di Indonesia hanya 9 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2010).
pompa untuk mengalirkan nutrisi. Larutan nurisi akan dialirkan dan diteteskan ke
media tanam dalam polibag dantidak dialirkan kembali (Roberto, 2003).
Di antara berbagai jenis sistem hidroponik, jenis yang paling sederhana adalah sistem
Wick atau lebih dikenal sebagai sistem sumbu. Pemberian nutrisi pada sistem ini adalah
menggunakan sumbu yang digunakan sebagai reservoir yang melewati media tanam.
Pada sistem ini
Pot
diletakkan di atas pot kedua yang lebih besar sebagai tempat air/nutrisi. Pot pertama
dan pot kedua dihubungkan oleh sumbu yang dipasang melengkung, dengan lengkungan
berada di dalam pot pertama, sedangkan ujung pangkalnya dibiarkan melambai di luar
pot/pot kedua. Hal ini memungkinkan air terangkat lebih tinggi, dibandingkan apabila
diletakkan datar saja di dalam pot. Larutan hara yang naik secara kapiler dapat langsung
mengisi ruang berpori dalam media tanam, akibat adanya daya tegangan muka pori kapiler
yang lebih besar dari gaya berat(Resh, 1987; Soetedjo, 1983).
2. Berapakah dosis pemberian nutrisi AB Mix yang paling efektif terhadap laju
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi (brassica juncea L.) dengan
teknik hidripinik sistem sumbu (wick system) ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sawi
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis
bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek
karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran,
struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk ke dalam
kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang
memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi
dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai
macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam
penyakit (Cahyono, 2003).
Klasifikasi tanaman sawi dalam (Rukmana, 2002) sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Papavorales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica juncea L.
1. Akar
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua
arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
batang tanaman (Heru dan Yovita, 2003).
2. Batang
Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun
(Rukmana, 2002).
3. Daun
Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada
umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk
krop (Sunarjono, 2004).
4. Bunga
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam
tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang
banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat
helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
2.2.1 Iklim
Tanah
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan
kebersihan lebih terjamin, pemakaian pupuk lebih efisien, perawatan lebih praktis,
dan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Budidaya hidroponik terdiri dari dua
sistem yaitu sistem hidroponik substrat dan non substrat. Salah satu sistem yang
terdapat dalam budidaya hidroponik adalah sistem sumbu (wick system) (Lingga,
2005).
Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat dilakukan dalam
tiga sistem, yaitu sistem kultur air, sistem kultur pasirdan sistem kultur bahan porous (kerikil,
pecahangenting, gabus putih dan lain-lain. Sistem kultur air adalah hiroponik
yang
sangat
yang
berlebih.
Berdasarkan cara pengairan, ada beberapa system hidroponik yang dikenal yaitu
hidroponik system Wick, Aqua kultur, Ebb dan Aliran, tetes (drip irigation), Film
Teknik Hara (Nutrient Film Technique/NFT), dan aerophonik.
Sistem sumbu (wick system) merupakan sistem yang paling sederhana dalam
budidaya hidroponik. Sumbu sebagai perantara penyalur larutan makanan tanaman
dalam media tanam (Soeseno, 1985). Sistem sumbu bersifat pasif, karena tidak ada
bagian-bagian yang bergerak.
kapilaritas tinggi dan tidak cepat lapuk sehingga dapat berfungsi untuk menyerap
larutan nutrisi.
2.1.1
Media Tanam
Selain larutan nutrisi, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yaitu media tanam. Fungsi dari media tanam ini sebagai tempat tumbuh
dan tempat penyimpanan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman.
10
Kebutuhan Nutrisi
Bahan-bahan yang digunakan sebagai nutrisi dalam budidaya tanaman dipilih
berdasarkan beberapa faktor sesuai kebutuhan per unit unsur, kelarutannya dalam
air, kemampuan memberikan unsur majemuk, bebas dari
digunakan. Bahanbahan tersebut
11
mix B (83 gram) masing-masing ke dalam 500 ml air, selanjutnya kedua larutan
tersebut dicampurkan ke dalam 100 liter air.
Tanaman Sawi
Prodiksi Rendah
Teknologi Kurang
Memadai
Lahan Pertanian
Berkurang
Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman
Sawi Meningkat
Hidroponik
Pemanfaatan Lahan
Sempit (Pekarangan)
2.5 Hipotesis
12
Diduga bahwa terdapat satu perlakuan pemberian berbagai dosis nutrisi AB Mix
yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawi.
BAB III
METODEOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Geen Hous Agroteknologi kampus II
Universitas Cokroaminoto Palopo, Jalan Lamaranginang, Kelurahan Sabbangparu,
Kecamatan Wara Utara, Kabupaten Luwu Utara, Kota Palopo.
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2016 sampai
selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi hijau,
nutrisi Hydroponik AB Mix, arang sekam, pasir, dan air bersih.
Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: botol plastic
bekas ukuran 1 liter, sumbu atau kain flannel, ember, pisau, gunting, pulpen, kertas
atau bukau catatan, mistar, dan kamera.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
5 perlakuan dan setiap perlakuan di ulanganan sebanyak 4 kali, sehingga didapat 20
13
unit tanaman percobaan. Adapun perlakuan yang akan diberikan antara lain sebagai
berikut:
P0
P1
P2
P3
P4
1,5 liter yang dipotong menjadi dua bagian. Bagian atas botol sebagai wadah
media tanam pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:2 dan diberi sumbu
dari kain flanel yang berfungsi untuk menyerap larutan nutrisi serta bagian
bawah botol sebagai tempat larutan nutrisi hidroponik.
3.4.3
Pemindahan tanaman
Pemindahan bibit sawi dilakukan setelah bibit tanaman telah berumur 2
minggu atau telah berdaun 3 helai kedalam media tanam yang telah disiapkan.
3.4.4
14
unsure hara mikro lainnya dilakukan pemberian unsur hara melalui daun dengan
sprayer. Selain itu juga dilakukan pengendalian hama dan penyakit yang
mungkin menyerang.
3.4.5
Panen
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman mencapai pertumbuhan
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat , 2010. Statistik Indonesia Tahun 2010. Jakarta
Pusat : Badan Pusat Statistik
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Sawi Hijau (Pat-Tsai). Yayasan Pustaka
Nusantara. Yogyakarta.
Haryanto, dkk,
Food
Growing
Methods. Woodbrigde
Press
Publishing
16
Roberto, K., 2003. How to Hydroponics. 4th edition. The Future Garden Press, New
York.
Rukmana, R., 1994 Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana Rahmat. 2004. Bertanam petsai dan sawi. penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Sumarjono, H.H.,2004. Bertanam 30 jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. CV. Nuansa
Aulia, Bandung.