PENDAHULUAN
1. 1 . Latar Belakang
ekonomisnya yang semakin tinggi. Namun, hal ini menjadi kendala karena
bagi masyarakat, untuk mengatasi hal tersebut ditempuh berbagai cara agar
produktivitas tanaman meningkat, dengan harapan dari lahan yang sempit dapat
keterbatasan lahan kosong. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem penanaman
yang sehat berkualitas. Salah satunya dengan sistem hidroponik, baik dengan atau
perikanan di lahan terbata akan lebih baik apabila digabungkan dengan pertanian,
simbiotik. Nutrisi akuaponik bisa didapat dengan mudah, yaitu kotoran ikan.
Umumnya, pada akuakultur ekskresi dari ikan yang dipelihara akan terakumulasi
di air dan meningkatkan toksisitas jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, kotoran
ikan ini akan dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami dan
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber nutrisi. Dalam kegiatan ini sistem
hidroponik berperan sebagai filter bagi lingkungan ikan (Hasbullah, dkk., 2011).
pihak, hasil sawi belum mencukupi kebutuhan dan permintaan masyarakat karena
areal pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih relatif
rendah. Bagian tanaman sawi yang bernilai ekonomis adalah daun maka upaya
1998).
Kotoran ikan yang seringkali menimbulkan masalah karena bau yang tidak
sedap dan membuat kolom menjadi kotor ternyata bisa memberikan manfaat. Sisa
pakan yang ditebar di kolam yang tidak termakan oleh ikan dan mengendap di
kolam pun bisa bermanfaat pula. Kedua limbah yang berasal dari hasil budidaya
di kolam ikan tersebut dapat dimanfaatkan untuk akuaponik. Inti dasar dari sistem
mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan
2
yang sempit. Akuaponik merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang
aquaponik. Namun, belum ada penelitian yang membahas tentang variasi larutan
tanaman. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk membandingkan
ikan dengan AB Mix dan limbah cair ikan dengan larutan EM4.
1. 2 . Rumusan Masalah
1. 3 . Tujuan Penelitian
larutan nutrisi.
1. 4 . Manfat Penelitian
Manfaat dari penilitian ini adalah sebagai sumber informasi dan referensi
bagi petani tanaman sayur untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil
3
1. 5 . Hipotesis
berikut: Diduga bahwa menggunakan tambahan nutisi EM4 lebih baik bagi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 . Tanaman Hortikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin, yaitu hortus (kebun) dan colere
dengan budidaya intensif tanaman yang diajukan untuk bahan pangan manusia
gabungan ilmu, seni, dan teknologi dalam mengelola tanaman sayuran, buah,
konsumsi bahan pangan cenderung bergeser pada bahan non pangan. Konsumsi
lapangan pekerjaan, serta penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri. Hal ini
luas yang meliputi tekno-ekonomi dan sosio-budaya petani. Ditinjau dari proses
(Mubyarto, 1995).
hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah
mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi
masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan
maupun dalam bentuk olahan berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L
Sawi (Brassica juncea L.) merupakan jenis sayuran yang digemari setelah
bayam dan kangkung. Tanaman ini bukan asli tanaman Indonesia, melainkan
6
sawi mempunyai sifat self incompatible, artinya bunga jantan dan bunga betina
pada tanaman caisim tidak mekar secara bersamaan sehingga caisim sulit untuk
menyerbuk sendiri.
pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun sawi berbentuk bulat panjang serta
berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih (gambar 2.1).
Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak
pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih
dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat
arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain
mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya
7
2. 3 . Teknologi Hidroponik
media tanah. Berdasarkan jenis medianya dikenal dua jenis sistem hidroponik,
yaitu hidroponik kultur air dan substrat. Hidroponik kultur air menggunakan air
ditumbuhkan pada suatu media inert yang bisa berupa pasir, rockwool, kerikil,
perlit dan sebagainya. Pada sistem hidroponik substrat, sistem pengairan yang
digunakan bersifat terbuka, yaitu air bersama larutan nutrisi dialirkan ke tanaman
dengan jumlah tertentu, sehingga dapat langsung diserap akar tanaman (Indriyati,
2002).
penanaman terus menerus sepanjang tahun, kuantitas dan kualitas produksi lebih
tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, periode tanam
besar; pada “Close sistem” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang
patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena
serangan tersebut; pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat
lebih kecil daripadamedia tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah
nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat
8
Menurut Sutiyoso (2004), kultur hidroponik terdiri dari beragam sistem
antara lain sistem substrat, Nutrient Film Technique (NFT), Floating Raft
(Wick Sistem), Kultur air (Water Culture), Pasang surut (Ebb and Flow), Irigasi
tetes (Drips Sistem), DFT (Deep Flow Technique), Kultur udara/kabut (Aeroponic
Culture).
tanaman pada lapisan air dengan kedalaman berkisar antara 4-6 cm. Penelitian ini
akan kering atau layu ketika sistem tidak bekerja karena pasokan listrik mati,
nutrisi selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan tidak selalu membutuhkan
2. 4 . Sistem Aquaponik
Nutrisi akuaponik bisa didapat dengan mudah, yaitu kotoran ikan. Umumnya,
pada akuakultur ekskresi dari ikan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan
meningkatkan toksisitas jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, kotoran ikan ini
akan dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami dan dimanfaatkan oleh
9
tanaman sebagai sumber nutrisi. Dalam kegiatan ini sistem hidroponik berperan
budidaya hewan air, seperti ikan, udang serta moluska (Rakocy, et al., 2006).
dan ammonia hasil metabolisme ikan, sebagai sumber nutrisi (Graber dan Junge,
Hamidpour, 2011).
pupuk serta air; dapat dilakukan pada lahan non pertanian; produktivitas tinggi;
menghasilkan dua produk sekaligus yakni tanaman dan ikan; produk yang
dihasilkan terkategori organik tenaga kerja serta dapat dilakukan oleh setiap orang
pada berbagai lapisan umur (Somerville, et al., 2014). Oleh sebab itu,
pengembangan akuaponik tersebut sangat sesuai pada tempat dimana tanah dan
air langka serta mahal contohnya di wilayah perkotaan, di daerah kering dan
padang pasir serta pulau-pulau kecil (Rakocy, 2007; Bernstien, 2011; Tokunaga,
10
klasik seperti pemadatan tanah, salinisasi, polusi, penyakit dan kelelahan tanah
2. 5 . Larutan Nutrisi
adalah unsur- unsur yang secara aktif diserap oleh akar dan hilang dari larutan
dalam beberapa jam yaitu N, P, K dan Mn. Kelompok kedua adalah unsur-unsur
yang mempunyai tingkaserapannya sedang dan biasanya hilang dari larutan agak
lebih cepat daripada air yang hilang (Mg, S, Fe, Zn, Cu, Mo, Cl). Kelompok
ketiga adalah unsur-unsur yang secara pasif diserap dari larutan dan sering
bertumpuk dalam larutan (Ca dan B), P, K, dan Mn harus tetap dijaga pada
konsentrasi rendah dalam larutan untuk mencegah akumulasi yang bersifat racun
mengurangi serapan
K, Ca, Mg, dan unsur mikro. Kandungan ammonium nitrat harus di bawah 10 %
11
serapan Ca dan Mg, sedangkakonsentrasi fosfor yang tinggi menimbulkan
oleh cendawan Pythium. Tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat menekan
pertumbuhan mikrobia, tetapi pada konsentrasi agak tinggi menjadi racun bagi
Limbah cair yang berasal dari kolam ikan biasanya belum dikelola dan di-
olah secara khusus. Limbah cair tersebut hanya dibuang di sekitar lingkungan
Pembuangan limbah cair kolam ikan di lingkungan sekitar kolam yang dilakukan
terjadinya pencemaran air sumur. Oleh karena itu, pengolahan limbah kolam ikan
lingkungan. Pengolahan limbah kolam ikan yang sudah mulai dilakukan adalah
pemanfaatan kotoran ikan dalam limbah sebagai pupuk cair meskipun belum
Terkait dengan masalah pengolahan limbah cair kolam ikan yang kurang
dikelola secara khusus, aquaponik bisa menjadi salah satu pilihan utama untuk
12
ikan dan cocok tanam. Akan tetapi, sumber daya manusia untuk mendukung
pengenalan dan penerapan sistem pengolahan limbah kolam ikan dengan sistem
Dari 16 unsur tersebut, unsur karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) dipasok
dari udara sedangkan hidrogen (H) berasal dari air. Enam unsur makro serta tujuh
unsur mikro lainnya didapat tanaman melalui mekanisme serapan akar. Guna
formulasi AB mix. Yaitu kalsium pada grup A dan tidak bertemu sulfat dan fosfat
pada grup B.(Sastro, 2015) Dibawah ini adalah nama bahan-bahan yang
Komposisi Pekatan A
• Fe EDTA: 38 gram
Komposisi B
13
• Magnesium sulfat: 790
dikenal saat ini adalah EM4 yang diaplikasikan sebagai inokulan untuk
kandang atau limbah rumah tangga dan limbah pertanian dengan EM4merupakan
menguntungkan yang ada didalam tanah juga dapat memberikan respon positif
terkandungakan terserap dan tersedia bagi tanaman, EM4 juga sangat efektif
14
digunakansebagai pestisida hayati yang bermanfaat untuk meningkatkan
Kelebihan dari EM4 ini adalah bahan yang mampu mempercepat proses
mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik serta menyuplaiunsur hara
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2019 dalam Greenhouse
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem aquaponik
yang terdiri dari pipa ukuran 2,5 in, pompa kapasitas 2 m, pH-meter, TDS/ EC
meter, hygrometer, dan bak penampung (limbah ikan). Bahan yang digunakan
yaitu, pupuk AB Mix, larutan EM4, air, bibit tanaman sawi, dan ikan.
3. 3 . Metode Penelitian
2. Perlakuan kedua (P2) menggunakan larutan EM4 dan limbah dari ikan dengan
ikan.
3. 4 . Tahap Penelitian
3.4.1. Persiapan
dan bahan yang dibutuhkan seperti: sistem aquaponik,bor tangan, pH-meter, gelas
plastik, larutan EM4, pupuk AB Mix, air bersih, air kolam ikan, dan bibit tanaman
sawi.
Sistem aquaponik tersebut terdiri dari: (1) Bak penampung nutrisi, (2)
Pipa/Talanag aliran, (3) Bak filter, (4) Bak pembagi nutrisi, (5) Lubang tanam,
17
3.5. Parameter Penelitian
aquaponik. Adapun beberapa parameter yang diukur dan diamati dalam penelitian
ini terdiri dari parameter larutan nutrisi dan pertumbuhan tanaman. Masing-
masing parameter ini ada yang diukur harian, mingguan dan saat panen.
nilai variasi dari pH larutan nutrisi pada setiap lubang tanam. Keseragaman pH
Ʃǀxi −x́ ǀ
Cu = 100 { 1- n x́ }………………………………………………
(3.1)
Dimana :
Cu = Koefisien keseragaman pH larutan (%)
n = Jumlah pot / lubang tanam
x́ = Nilai rata-rata pH larutan nutrisi pada tiap lubang tanam
xi = Ph larutan nutrisi air pada tiap lubang tanam
Ʃǀxi-x́ǀ = Jumlah dari deviasi absolut rata-rata pengukuran
18
3.5.4. Electrical Conductivity (EC)/konduktivitas listrik larutan
3. Indeks luas daun diamati setiap seminggu sekali dengan menggunakan metode
millimeter blok. Pengukuran ini dilakukan seminggu sekali pada pukul 17.00-
18.00 WITA.
sebagai berikut:
19
1. Berat Total Tanaman
sawi pada setiap perlakuan. Pengukuran ini dilakukan pada saat panen setelah
Pengukuran ini dilakukan pada saat panen setelah tanaman berumur 30 hari.
untuk memperoleh data tersebut. Data yang akan diperoleh yaitu kuantitatif yang
20
3.8. Diagram Alir Penelitian
Pelaksanaan penelitian
Pengumpulan data :
1. Pengukuran nilai pH, TDS, EC, dan suhu.
2. Pertumbuhan tanaman,Tinggi tanaman, jumlah daun, berat
total tanaman dan panjang akar
Analisis data
Hasil penelitian :
Selesai
21
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
22
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pat-Tsai). Yayasan
Nusatama. Yogyakarta.
Ekawati, ikhsan M, N. 2006. Kombinasi pupuk granul kompos daun lamtoro dan
urea pada budidaya sawi (Brasicca Juncea L). program studi agroteknologi
fakultas pertanian Yogyakarta
Farid, Nur Fitria. 2017. Analisis Kualitas Air Pada Sistem Pengairan Aquaponik.
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. Vol. 5. No. 2.
Graber, A., and R. Junge. 2009. Aquaponic sistem: nutrient recycling from
fishwastewater by vegetable production.Desalination 246:147–156.
Heru, P dan Yovita, H. I. 2003. Hidroponik sayuran semusim untuk hobi dan
bisnis. Gramedia, Jakarta.
Izzati, I.R. 2006. Penggunaan pupuk majemuk sebagaai sumber hara pada
budidaya selada (lactuca santiva L.) secara hidroponik dengan tiga cara
fertigasi. Program studi horticultural. Fakultas pertanian IPB. bogor
Nerotama, S. 2014. Pengaruh Dua Jenis Pupuk Daun Dan Dosis Pupuk NPK
Terhadap Pertumbuhan Vegetative Awal Tanman Jambu Biji (Psidium
Guajava L.) Kultivar Citaya. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
Nxawe, S., C.P. Laubscher, and P.A. Ndakidemi. 2009. Effect of Regulated
Irrigation Water Temperature On Hydroponics Production of Spinach
(Spinacia Oleracea L). African Journal Of Agriculture Research Vol. 4,
No. 12: 1442-1446.
Maharani, Nur Annisa. 2016. Penerapan Aquaponic Sebagai teknologi tepat guna
Pengolahan limbah cair kolam ikan di dusun kergan, Tirtomulyo, kretek,
bantul, Yogyakarta. ndonesian Journal of Community Engagement Vol. 01,
No. 02, Maret 2016
Masda, P.R. 2018. Budidaya Tanaman Hidroponik Dft Pada Tiga Kondisi Nutrisi
Yang Berbeda (Skripsi).. Fakultas pertanian universitas lampung. Bandar
lampung
Meriatna, suriyati, dan fahri, A. 2018. Pengaruh Waktu Fermentasi Dan Volume
Bio Aktovator EM4 (Effective Microorganisme) Pada Pembuatan Pupuk
Organic Cair (POC) Dari Limbah Buah-Buahan. Jurnal Teknologi Kimia
Unimal 7:1 13-29
24
Pertamawati, 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kentang (Solanium Tuberosum L.) Dalam Lingkungan Fotoautrotof Secara
Invitro. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia. Pusat TFM-BPP Teknologi.
ejurnal.bppt.go.id/index.php/jsti/article/download/694/643. 1 Maret 2015
Rakocy, J.E., M.P. Masser, and T.M. Losordo. 2006. Raciculating Aquaculture
Tankproduction Sistems: Aquaponics- Integrating Fish And Plant Culture.
SRAC publication No. 464.
25
Wijayani, A., W Widodo. (2005). Usaha meningkatkan kualitas beberapa
varietas tomat dengan system budaya hidroponik, ilmu pertanian 12 (1)
26
27