Anda di halaman 1dari 15

BUDIDAYA TANAMAN KAILAN (Brassica oleraceae Var.

Acephala)
SECARA ORGANIK
MAKALAH
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi )
Disusun oleh :
Alamsyah
1137060007
Alida Corry Yohana
1137060008
Jajang Ahmad Faozan 1
1137060040
Junietti Anisah
1137060041

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tanaman kalian (Brassica oleraceae Var. Acephala) merupakan salah satu jenis
sayuran family kubis-kubisan (Brassicaceae) yang diduga berasal dari negeri China.
Kailan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, namun sayuran ini sudah cukup
popular dan diminati di kalangan masyarakat. (Arif, A. 1990)

Tanaman kailan dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin. Suhu yang baik untuk pertumbuhannya berkisar antara 15-25 C.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 meter diatas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman kailan tahan
terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau
yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pertumbuhan tanaman ini
membutuhkan hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana
lembab. Kailan juga menghendaki keadaan tanah yang gembur dan subur dengan pH
5,5-6,5. (Damanik, 2010)
Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran daun, dimana rasanya enak
serta mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein,
mineral dan vitamin. Kandungan gizi serta rasanya yang enak membuat kailan
menjadi salah satu produk pertanian yang di minati masyarakat, sehingga mempunyai
potensi serta nilai komersial yang tinggi. Kailan merupakan salah satu jenis sayuran
yang populer di Indonesia. Kailan mempunyai rasa yang enak dan renyah, kailan juga
merupakan sumer makanan sumber makanan yang bergizi banyak mengandung
vitamin dan mineral. (Agustina, 1990)
Kailan yang segar mengandung air, protein, lemak, kalsium dan vitamin A.
Kailan bermanfaat bagi kesehatan manusia karena dapat membantu pencernaan,
menetralkan zat asam dan mencegah penyakit sariawan. Permintaan pasar untuk

ekspor kailan cukup besar yakni 72 ton pertahun sementara Riau hanya mampu
menyediakan 25 ton pertahun. (Agustina, 1990)
Karena ketersediaan tanah yang subur dan potensial untuk pertanian sekarang
semakin berkurang akibat dari alih fungsi lahan sehingga penggunaan tanah alluvial
menjadi alternatif untuk digunakan tanah alluvial/gambut merupakan tanah yang
terbentuk dari endapan baru yang ketebalannya berbeda-beda, kandungan bahan
organik beragam sesuai dengan bahan endapan sehingga tingkat kesuburannyapun
akan ditentukan oleh bahan endapan yang membentuknya. (Eko Widiyanto, 1991).
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

Bagaimana proses budidaya tanaman kailan ?


1.3

Tujuan
Sesuai dengan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah: Untuk

mengetahui mengetahui proses budidaya tanaman Kailan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kailan bahasa latin (Brassica oleraceae Var. Acephala) berasal dari Negeri
Cina, dan mulai dikenal diindonesia pada abad ke 17, sistem matika botani tanaman
kailan termasuk dalam divisio: supermatophyta Sub Divisio: Anglosperemae, kelas
dicotyledoneae, ordo:Rhodales, famili: Cruciferae, genus: Brassica, dan spesies
Brassica al boglabra.( Nursanyoto, 1992)

Kailan mempunyai daun berbentuk bulat, bewarna hijau kebiru-biruan, batang


bulat, sedikit agak luas dibandingkan sawi lain, setiap batang mempunyai tangkal,
daun dan helaian daun, kalian dapat menghasilkan bung namun bunga ini tidak dapat
dimakan seperti kol. Bunga kalian tumbuh pada ujung batang utama, tetapi diatas
pangkal daun dan bunganya bewarna putih. ( Nursanyoto, 1992)
Kailan merupakan sayuran yang mempunyai nilai gizi yang cukup, baik untuk
dikonsumsi sehari-hari. Kailan dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur
dan kaya akan bahan organik. Kailan dapat tumbuh pada dataran rendah. Tanah
alluvial adalah jenis tanah yang sering dijumpai didataran rendah disepanjang aliran
sungai, rawa, air tawar, dan sepanjang lembah-lembah aliran sungai dipegunungan.
(Prabawa, 2007)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, produksi
tanaman kubis-kubisan khususnya kailan mengalami penurunan dari rata-rata
produksi 287,30 kw/ha tahun 2005 menjadi 253,70 kw/ha. Menurunnya produksi
sayuran tersebut disebabkan belum adanya penerapan teknik budidaya yang baik
khususnya di kalangan petani. Penurunan produksi tersebut juga diikuti dengan
terjadinya penurunan luas lahan panen dari 5.897 ha pada tahun 2005 menjadi 5.461
ha pada tahun 2006. Berdasarkan data tersebut perlu dilakukan suatu usaha untuk
meningkatkan kembali produksi kailan. Usaha untuk meningkatkan produksi kailan
dapat dilakukan dengan memperluas areal penanaman, penerapan teknik budidaya
yang baik, serta menjaga kesuburan lahan pertanian supaya kesinambungan usaha

pertanian tetap terlaksana. Pertanian berkesinambungan adalah suatu teknik budidaya


pertanian yang menitik beratkan adanya pelestarian hubungan timbal balik antara
organisme dengan sekitarnya. Sistem pertanian ini tidak menghendaki penggunaan
produk berupa bahan-bahan kimia yang dapat merusak ekosistem alam. Pertanian
berkesinambungan identik dengan penggunaan pupuk organik yang berasal dari
limbah-limbah pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, kotoran-kotoran manusia,
serta kompos. Penerapan pertanian organik diharapkan keseimbangan antara
organisme dengan lingkungan tetap terjaga. (Rubatzky, 1997)
Pupuk organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan
kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Penambahan bahan organik membuat tanah
bersifat lebih gembur, sehingga aerasinya lebih baik dan tidak mudah mengalami
pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan organik rendah.
Bahan organik dalam tanah bermanfaat mempercepat aktivitas mikro organisme,
sehingga meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik dan mempercepat
pelepasan hara. (Rubatzky, 1997)
Klasifikasi dan deskripsi tanaman kailan adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Papavorales
Famili
: Cruciferae (Brassicaceae)
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica oleraceae

Tanaman kailan yang dibudidayakan umumnya tumbuh semusim (annual)


ataupun dwimusim (biennual) yang berbentuk perdu. Sistem perakaran relative
dangkal, yakni menembus kedalaman tanah antara 20-30 cm.
Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung air
(herbaceous). Disekeliling batang hingga titik tumbuh terdapat tangkai daun yang
bertangkai pendek. Tanaman ini dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral ke
arah puncak, cabang tak berbatang. Sebagian besar sayuran kailan memiliki ukuran
daun yang lebih besar, dan permukaan serta sembir daun yang rata. Pada tipe tertentu,
daun yang tersusun secara spiral ini selalu bertumpang tindih sehingga agak mirip
kepala longgar.
Umumnya bunga berwarna kuning namun ada pula yang berwarna putih.
Bunganya terdapat dalam tandan yang muncul dari ujung batang/tunas. Kailan
berbunga sempurna dengan enam benang sari yang terdapat dalam dua lingkaran.
Empat benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar.
Buahbuah kailan berbentuk polong, panjang dan ramping berisi biji. Bijibijinya bulat kecil berwarna coklat sampai kehitam-hitaman. Biji-biji inilah yang
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman kailan.

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1

Alat dan Bahan

3.2

Alat tulis
Handphone yang berfungsi sebagai alat perekam dan pengambil gambar

Waktu dan Tempat


Observasi dilakukan pada hari Sabtu tanggal 21 Februari 2015, di Gapoktan

Cisondari Organik, Kp. Gambung Pangkalan, Ds. Ciawul Kec.Cisondari, Ciwidey.


3.3

Metode
Metode yang dilakukan oleh kami untuk memperoleh informasi dari

narasumber yaitu dengan metode wawancara, dan untuk lebih mengakuratkan data,
kami melakukan pengamatan ke lokasi langsung yaitu ke lahan tanaman Kailan.
Adapun narasumber yang kami wawancarai adalah Bapak H. Wahyudin yang
merupakan pemilik Cisondari Organik.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang kami dapat dari narasumber

ada beberapa data mengenai tempat observasi serta tanaman kailan (Brassica
oleraceae Var. Acephala) diantaranya adalah sebagai berikut :
Narasumber mengungkapkan bahwa sistem penanaman di tempatnya
menggunakan sistem organik, namun bukan berarti tradisional dan konvesional, yang
dimaksud dengan organik ialah sistem penanamannya yang menggunakan pupuk
yang masih ramah lingkungan dan tidak bersifat kimia, namun dari sistem
pengolahannya tetap menggunakan teknologi yang bisa dikatakan canggih.
Narasumber mengatakan bahwa untuk membuat lahan pertanian organik
tidaklah mudah dikarenakan lahan yang benar-benar organik adalah lahan yang
terbebas dari residu kimia sepenuhnya, dan saat mencetuskan membuka lahan
pertanian organik sebagai tempat usahanya ia menetralkan lahan organik di tempat
tersebut selama 3 tahun untuk terbebas dari residu kimia, maksimal 99% harus bersih
dari residu kimia.
Cisondari Organik membudidayakan berbagai komoditas sayur dan salah
satunya adalah Kailan, alasan untuk membudidayakan komoditas ini adalah karena
kailan merupakan komoditas yang dewasa ini sangat dicari sebagian konsumen
karena berbagai manfaatnya yang tentunya juga berpotensi untuk peluang usaha.
Adapun hasil dari olahan dari cisondari organik ini kemudian di distribusikan
ke berbagai daerah yang mencakup wilayah Bandung, hasil olahannya sendiri biasa di

distribusikan ke swalayan, seperti yang kita ketahui bahwa saat ini banyak sayuran
organik yang dipasarkan di swalayan dan sudah dikemas dengan kemasan menarik,
dan Cisondari adalah salah satu pemasoknya.
Dewasa ini kailan merupakan komoditas yang dicari oleh sebagian

para

konsumen, menurut salah satu penelitian di Jepang, tanaman ini mengandung


berbagai manfaat yang diyakini dapat memperbaiki kesehatan, diantaranya untuk
kesehatan kulit dan mata serta dapat membantu pencernaan, menetralkan zat asam
dan mencegah penyakit sariawan.
Proses budidaya kailan diawali dengan persemaian yang kemudian dipindah
tanamkan saat tanaman berusia 15 hari dipersemaian, dan setelah 35 hari selanjutnya
tanaman dengan kriteria panen yang baik di panen.
4.2

Pembahasan
Tanaman kalian (Brassica oleraceae Var. Acephala) merupakan salah satu

tanaman yang saat ini banyak di budidayakan di berbagai daerah, permintaan pasar
dari tanaman ini lumayan banyak, karena tanaman kailan ini diyakini memiliki
berbagai khasiat untuk kesehatan. Selain itu keunggulan dari kailan yang dapat
tumbuh di berbagai tempat yaitu di dataran rendah ataupun tinggi membuat kailan
termasuk kedalam komoditas yang banyak dicari.
Proses budidaya dari tanaman ini juga tergolong mudah, adapun proses
budidaya dari tanaman kailan meliputi beberapa tahap diantaranya, tahap persemaian,
penanaman dan panen. Pada tahap-tahap tersebut diperlukan pemeliharaan juga pada
tanaman

diantaranya

pemupukan,

penjelasannya adalah sebagai berikut ;

penyiraman

dan

penyiangan.

Adapun

A. Tahap Persemaian
Tujuan dari persemaian kailan ini adalah untuk menghindari kerusakan pada
benih kailan, benih kailan adalah benih yang berukuran

kecil, jika ditanam

langsung pada lahan pertanaman akan rentan terserang serangan hama dan
penyakit serta iklim yang ekstrim. Selain itu dapat mengefektifkan pertumbuhan
karena dalam lahan persemaian sudah disediakan lahan yang pas untuk setiap
benih.
Sebelumnya benih kailan yang disiapkan untuk persemaian adalah benih
dengan kualitas terbaik, benih kailan yang dipilih adalah yang memiliki kriteria
mulus, tidak terdapat cacat apapun pada cangkang benih, warna gelap. Setelah
mendapat benih yang emmenuhi kriteria persemaian baru bisa dilaksanakan.
Persemaian dilakukan dengan cara membuat bekongan dari daun pisang
yang telah dibentuk menyerupai cincin. Bekongan dibuat berdasarkan kebutuhan
benih dan disusun rapi dalam sebuah tatakan dan diisi tanah. Setelah media
persemaian telah siap, benih kailan sudah bisa ditanamkan.
Setiap bekongan diisi oleh dua benih kailan, pada saat persemaian ini
diperlukan ketelitian karena benih kailan itu sangat kecil, dan benih kailan yang
masuk dalam bekongan tidak boleh lebih dari 2, karena jika terlalu banyak benih
kailan dalam satu bekongan dikhawatirkan bisa menimbulkan kematian padan
tanaman.
Benih kailan disemai selama 15 hari, setelah itu benih yang memiliki kriteria
pindah tanam akan dipindahkan ke lahan pertanaman langsung, adapun kriteria
dari tanaman yang siap untuk dipindah tanam adalah, sudah memiliki daun,
memiliki batang yang kuat serta perakaran yang baik.
B. Proses Penanaman

Proses selanjutnya adalah proses pindah tanam bibit kailan yang sebelumnya
telah disemai dengan usia 15 hari. Proses pindah tanam dilakukan pada lahan yang
telah olah sebelumnya dan terbebas dari gulma. Proses penanaman dilakukan
dengan membuat lubang tanam dengan kedalaman sekitar 1-2 cm dengan jarak
tanam yang disesuaikan dengan luas dari bedengan (lahan pertanaman).
Pada proses ini juga perlu diperhatikan ketelitiannya karena bibit kailan
mudah rapuh, jika benih kailan sudah masuk kedalam lubang tanam, tutup kembali
lubang tanam, jangan terlalu ditekan karena jika terlalu ditekan dikhawatirkan
bibit tanaman akan mati. Menanam kailan ini dilakukan pada sore hari karena
sinar matahari tidak terlalu terik sehingga memungkinan layu bibit dapat diatasi.
C. Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan tanaman kailan lebih dahulu harus dilakukan
pemupukan, yang mana pemupukan dasar dilakuakan sehari sebelum bibit di
tanam kelahan, yaitu pupuk kompos organik yang terbuat dari bahan-bahan yang
ramah lingkungan dengan dosis 5-20 ton/ha.
D. Penyiraman
Penyiraman pun dilakukan sore hari. Penyiraman tidak dilakuakan pada hari
hujan, penyiraman diberikan secukupnya untuk tamanan kailan. Alat penyiraman
sebaiknya mempunyai lubang yang halus agar air siraman tidak merusak tanaman
terutama bibit yang baru ditanam.
E. Penyiangan
Pengendalian hama dilakukan secara manual yaitu membunuh dan
membuang hama yang menyerang daun tanaman kalian, setelah pembersihan
hama dan gulma, pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari

setelah tanam dengan kriteria panen daun berukuran lebih kecil muai muncul pada
bagian atas tanaman daun bagian bawah mulai menguning.
Hama yang sering menyerang kailan adalah berupa serangga, ulat,
serta beberapa jenis gastropoda seperti siput dan bekicot. Sedangkan penyakit
yang lazim dijumpai adalah busuk batang dan busuk daun. Pemberantasan
hama penyakit dapat dilakukan dengan cara manual, yakni dengan menyingkirkan
organisme pengganggu tersebut. Pencabutan daun yang terinfeksi juga dapat
dilakukan demi mencegah menyebarnya serangan hama penyakit.
F. Panen dan Pascapanen Panen
Panen dan Pascapanen Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur 4550 hari dengan cara mencabut atau memotong pangkal batangnya. Pemanenan
yang terlambat dilakukan menyebabkan tanaman cepat berbunga.
Tanaman yang baru dipanen ditempatkan di tempat yang teduh, dan dijaga
agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. Kemudian dilakukan sortasi untuk
memisahkan bagian yang tua, busuk atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan
wadah berupa keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang
untuk menjaga sirkulasi udara.

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Sistem penanaman yang dilakukan dalam budidaya kailan yang telah

dikunjugi yaitu menggunakan sistem organik, namun bukan berarti tradisional dan
konvesional, yang dimaksud dengan organik ialah sistem penanamannya yang
menggunakan pupuk yang masih ramah lingkungan dan tidak bersifat kimia, namun
dari sistem pengolahannya tetap menggunakan teknologi yang bisa dikatakan
canggih.
Proses budidaya dari tanaman kailan meliputi beberapa tahap diantaranya,
tahap persemaian, penanaman dan panen,dimana pada tahap-tahap tersebut
diperlukan pemeliharaan juga pada tanaman diantaranya pemupukan, penyiraman dan
penyiangan.
5.2

Saran
Diharapkan untuk kunjungan selanjutnya diikutsertakan pembimbing atau

asisten dosen agar dalam sesi wawancara terdapat pembimbing yang bisa mengajukan
juga pertanyaan yang dapat menjadi inspirasi lebih lanjut dalam bertanya kepada
narasumber.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta : Rineka Cipta.


Arif, A. 1990. HORTIKULTURA. Jakarta : Andi Ofset.
Damanik, Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah
dan pemupukan. Medan : USU Press.
Eko Widiyanto. (1991). Sinar Tani. Bercocok Tanam Sayuran.Jakarta: Sinar Tani.
Muktmar, 2. 1993. Studi Potensi Lahan Gambut di Propinsi Bengkulu untuk
Tanaman Semusim. Prosiding Seminar Nasional Gambut. Jakarta: HGI.
Nursanyoto H, dkk. 1992. Ilmu Pertanian. Jakarta: Golden Terayon Press.
Prabawa, W. 2007. Pertanian Tips Menanam Sayur. Jakarta: Karya Mandiri
Pratama.
Rubatzky, VE., dan Yamaguchi, M. 1997. Sayuran dunia 2. Bandung : Penerbit
ITB.
Sarief. S, 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka
Buana.
Setyati, S.H. 1989. Dasar-dasar Agronomi. Simplex. Jakarta.
Sunarjono, H. H. 2003. Seri Agribisnis: Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta :

Penebar Swadaya.
www.fas.org/sgp/crs/natsec/RS22122.pdf. 2010. Bercocok Tanam Kailan di
Lahan Marjinal. Diakses pada tanggal 19 Maret 2015.
www.organikpro.com/files/Sawi-Panduan_Menanam.pdf. 2010. Panduan
Menanam Kailan. Diakses pada tanggal 19 Maret 2015.
www.pustaka-deptan.go.id/agritek/lip50073.pdf, 2010. Tanaman Kailan. Diakses
pada tanggal 19 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai