Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabai rawit (Capsicum Annuum ‘Bird’s Eye’) merupakan salah satu tanaman
hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas. Cabai jenis
ini dibudidayakan oleh para petani karena banyak dibutuhkan masyarakat, tidak hanya dalam
skala rumah tangga, tetapi juga digunakan dalam skala industri, dan dieksport ke luar negeri.
Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya, yaitu sebagai bumbu
masak, bahan campuran industri makanan, dan sebagai bahan kosmetik. Selain buahnya,
bagian lain dari tanaman ini seperti batang, daun, dan akarnya juga dapat digunakan sebagai
obat-obatan (Ashari, 1995). Produksi tanaman cabai rawit ini dari tahun ke tahun terus
meningkat, tahun 2009 produksinya sebesar 591.294 ton, sedangkan pada tahun 2010
produksinya sebesar 521.704 ton. Setahun terahir ini produksi tanaman cabai rawit
mengalami penurunan sebanyak 69.590 ton (Deptan, 2011). Selain itu cabai rawit harganya
di pasaran seringkali lebih tinggi dari pada cabai jenis lainnya. Hal ini dikarenakan tidak
sedikit petani yang mengalami gagal panen. Terjadinya gagal panen Diakibatkan karena
adanya beberapa kendala, terutama tingkat kesuburan tanah Dan hama yang berkembang di
tengah udara lembab sehingga membuat bunga, Daun dan tanaman cabai rusak akhirnya
mengakibatkan kegagalan panen (Anonimus, 2011). Cabai rawit juga dapat digunakan dalam
pembuatan ramuan obat-obatan (industri farmasi),industry kosmetika,industry pewarna bahan
makanan, bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman,
penyedap masakan, serta penghasil minyak asiri.

Buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni kalori, protein,
lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat
obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid, minyak asiri karotenoid (kapsantin,
kapsorubin, karoten, dan lutein). Cabai rawit juga mengandung flavonoid, anti-oksidan, abu,
dan serat kasar.

Pada umumnya, cabai rawit mengandung 0,1 % - 1% rasa pedas, yang disebabkan
oleh kandungan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar
(termasuk paprika), kandungan capsaicin dan dihidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggi.
Oleh karena itu, cabai rawit memiliki rasa lebih pedas daripada jenis cabai lainnya.
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik.[1] Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk
berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu
kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk
buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.

Pupuk mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa
mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik.
Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam masih
melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu,
Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm). Pupuk organik didefinisikan
sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai
bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Contohnya pupuk
kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dll. Pupuk anorganik sering digunakan oleh petani
sejak penerapan system REVOLUSI HIJAU pada jaman Soeharto. Akibat dari sistem
tersebut, ketergantungan pada pupuk anorganik sampai saat ini pada petani. Misalnya Urea,
NPK, KCL, dll. Pupuk Hayati adalah pupuk yang berasal dari makhluk hidup yaitu
mikroorganisme yang hidup secara aktif dan mampu menghasilkan dan menciptakan unsur
hara dan hormon pertumbuhan yang berasal dari unsur-unsur di tanah yang menjadi sumber
makanan bagi mikroba tersebut. Pupuk hayati (biofertilizer) seringkali dianggap sebagai
pupuk organik. Kekeliruan ini sepertinya sepele, namun bisa berakibat fatal jika terdapat
kesalahan dalam menggunakannya. Permentan No.2 tahun 2006, menggolongkan pupuk
hayati kedalam pembenah tanah, bukan pupuk organik. Pembenah tanah itu sendiri bisa
organik ataupun non organik. Pupuk hayati termasuk dalam pembenah tanah organik. Dalam
peraturan tersebut pupuk organik didefinisikan sebagai sekumpulan material organik yang
terdiri dari zat hara (nutrisi) bagi tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup
atau pun tidak. Sedangkan pupuk hayati merupakan sekumpulan organisme hidup yang
aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah.

Dalam prakteknya bisa saja satu pupuk organik mengandung agen hayati ataupun sebaliknya.
Meskipun begitu, tidak semua pupuk organik yang mengandung mikroorganisme hidup
dikatakan sebagai pupuk hayati, kecuali kondisi mikroorganismenya memenuhi syarat
kualitas tertentu. Pupuk hayati dan pupuk organik bisa dikombinasikan sehingga
menghasilkan pupuk tanaman yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan hasil panen.

Pupuk hayati organik ini lebih menguntungkan dari segi pembiayaan, ketahanan
terhadap penyebab penyakit tanaman, bebas dari mikroorganisme patogen, dan dari segi
keramahan terhadap lingkungan, dibandingkan dengan pupuk kimiawi buatan.

Sisa atau residu pupuk kimiawi buatan yang terbuang ke aliran sistem perairan adalah
penyebab terganggunya keseimbangan ekosistem diantaranya adalah terjadinya eutrofikasi
(masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO43-), khususnya dalam
ekosistem air tawar). Pupuk hayati organik juga dapat dibuat dengan cara yang sederhana,
efektif dan efisien. Pupuk Hayati (Biofertilizer) berbeda dengan Pupuk Organik.

Pupuk hayati adalah larutan konsentrat campuran sel-sel beberapa jenis


mikrorganisme tertentu yang aktif (hidup), diantaranya mikroorganisme pengikat nitrogen,
pelarut pospat dan pengurai senyawa organik, yang dapat menyuplai nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman. Mikroorganisme tersebut diperoleh dari perakaran tanaman atau dari tanah
disekitar zona perakaran (Rhizosphere). Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang terdiri
dari unsur-unsur kimia organik yang bisa langsung diserap oleh tanaman. Namun dengan cara
yang sederhana, keduanya bisa dikombinasikan sehingga menghasilkan pupuk tanaman yang
berkualitas tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen.

Pupuk hayati organik ini lebih menguntungkan dari segi pembiayaan, ketahanan
terhadap penyebab penyakit tanaman, bebas dari mikroorganisme patogen, dan dari segi
keramahan terhadap lingkungan, dibandingkan dengan pupuk kimiawi buatan. Sisa atau
residu pupuk kimiawi buatan yang terbuang ke aliran sistem perairan adalah penyebab
terganggunya keseimbangan ekosistem diantaranya adalah terjadinya eutrofikasi(masalah
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO43-), khususnya dalam ekosistem
air tawar). Selain itu residu pupuk kimiawi ini juga bertanggungjawab dalam rusaknya
keseimbangan kimiawi tanah pertanian.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar


tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak
zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun
disemprotkan ke daun.

Tumbuhan tidak memerlukan pupuk. Karena tumbuhan mampu mengambil unsur


hara yang tersedia di lingkungan hidupnya. Pada lahan yang tidak terusik manusia, kesuburan
tanah selalu meningkat, karena terjadi pelonggokan materi dan energi di tempat tersebut.
Mineral dari jeluk yang lebih dalam diangkut ke daun dan digugurkan ke permukaan tanah.
Gas-gas di udara terutama CO2 dijerat dan digunakan sebagai penyusun tubuh
tumbuhan. Tumbuhan selalu hidup bersama dengan lelembut (mikrobia). Serasah tumbuhan
menjadi makanan dan sumber energi bagi lelembut tersebut untuk terus bekerja. Hasil
perombakan digunakan kembali oleh tumbuhan. Interaksi mineral dan bahan organik yang
terus menerus itu, akan diikuti ketersedian hara dan lengas yang makin besar, sehingga
memberikan lingkungan yang terbaik bagi tumbuhan.

Semakin berkurang usikan manusia terhadap suatu lahan, maka lahan tersebut akan
bertambah subur. Sebaliknya, semakin banyak usikan semakin banyak pula masukan yang
harus diberikan agar lahan tetap subur. Semakin intensif lahan dikelola, semakin banyak pula
pupuk yang diperlukan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian ilmiah
dengan judul Pengaruh Aplikasi Jenis-Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan
Produktivitas Cabai Rawit (Capsicum Annuum ‘Bird’s Eye’) sebagai kajian utama dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

1.2 . Identifikasi Masalah

Penelitian berjudul Pengaruh Aplikasi Jenis-Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan


Produktivitas Cabai Rawit (Capsicum Annuum ‘Bird’s Eye’) memfokuskan pembahasan
pada perbedaan pupuk organik dengan pupuk hayati berdasarkan jumlah tertentu untuk
mengukur kecepatan tumbuh tanaman cabai rawit.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian berjudul Pengaruh Aplikasi Jenis-Jenis Pupuk


Terhadap Pertumbuhan Produktivitas Cabai Rawit (Capsicum Annuum ‘Bird’s Eye’)
adalah bagaimana perbandingan tingkat kecepatan tumbuh tanaman cabai rawit yang diberi
pupuk organik dengan tanaman cabai rawit yang diberi pupuk hayati?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian berjudul Pengaruh Aplikasi Jenis-Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan


Produktivitas Cabai Rawit (Capsicum Annuum ‘Bird’s Eye’) adalah untuk mengetahui
perbandingan tingkat kecepatan tumbuh tanaman cabai rawit yang diberi pupuk organik
dengan tanaman cabai rawit yang diberi pupuk hayati?

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat seperti


Memberikan informasi kepada pembaca khususnya yang berkecimpung di bidang pertanian
tentang pengaruh pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan tanaman cabai
rawit. Bagi petani, hal ini dapat memudahkan petani dalam memilih pupuk agar dapat
meghasilkan cabai rawit berkualitas bagus. Bagi siswa, dapat menambah wawasan tentang
penggunaan jenis-jenis pupuk terhadap pertumbuhan cabai rawit.

Anda mungkin juga menyukai