Anda di halaman 1dari 47

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang sebagian besar lahan daratan digunakan untuk aktivitas pertanian, mayoritas masyarakat Indonesia mempunyai mata

pencaharian sebagai petani yang mendukung lahan pertanian tanaman pangan. Upaya untuk meningkatkan produksi holtikultura seiring dengan pertumbuhan penduduk yang juga semakin tinggi serta perancangan program peningkatan gizi masyarakat yang memerlukan dukungan dari sektor pertanian pangan untuk

menyediakan sayuran dan buah - buahan dalam jumlah yang cukup (Siswadi, 2006). Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar (Harpenas, 2009). Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe (300-500 gr biji) (Harpenas, 2009).

Tanaman cabe termasuk tanaman sayuran yang mudah tumbuh di mana saja. Buktinya tanaman cabe bisa telah berhasil dibudidayakan serta dikembangkan secara luas di India, Sri Lanka, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika Utara, serta Hawai. Di Indonesia, tanaman cabai banyak ditemukan dari Sabang sampai Merauke. Sebagai salah satu Negara tropis yang besar, hampir seluruh pelosok negeri Indonesia terdapat tanaman cabai. Menurut data BPS tahun 2008, sentra penanaman cabai terbesar berada di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatra Utara (Harpenas, 2009). Cabai rawit (Capsicum frutescens ) termasuk sayuran buah dan merupakan bahan yang dibutuhkan sehari- hari pada setiap rumah tangga sebagai bumbu dapur. Rasanya pedas dan banyak mengandung vitamin C. Cabai rawit juga banyak digunakan untuk industri makanan kaleng, saus dan industri obat- obatan.Disamping sebagai konsumsi dalam negeri, cabe juga merupakan komoditi eksport yang tinggi nilainya. Untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi, banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan, salah satu diantaranya adalah tersedianya unsur- unsur hara di dalam tanah, baik unsur hara makro maupun mikro (Nellahutasoit, 2001). Kebutuhan tanaman akan unsur hara pada Cabai rawit merupakan tanaman hortikultura(sayuran) yang buahnya dimanfaatkan untuk keperluan aneka pangan. Cabai rawit banyak digunakan sebagai bumbu dapur, yakni sebagai bahan penyedap berbagai macam masakan, antara lain sambal, saus, aneka sayur, acar, lalap, asinan, dan produk-produk makanan kaleng. Dalam industri makanan, ekstrak bubuk cabai rawit digunakan sebagai pengganti lada untuk membangkitkan selera makan bagi kebanyakan orang. Sebagai bumbu berbagai masakan dan hidangan makanan dalam lingkungan masyarakat.(Nellahutasoit, 2001). Selain digunakan sebagai penyedap masakan, cabai rawit juga dapat digunakan dalam pembuatan ramuan obat-obatan (industri farmasi), industri kosmetika, industri pewarna bahan makanan, bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman, serta penghasil minyak atsiri. Dalam bidang peternakan ekstrak bubuk cabai rawit digunakan sebagai campuran makan ternak,
2

terutama makanan burung ocehan, burung hias, dan ayam. Rasa pedas yang terdapat pada cabai rawit karena adany kandunga n zat capsaicin dapat merangsang burung untuk sering berkicauan dan merangsang ayam untuk segera bertelur (Nellahutasoit, 2001). Cabai rawit mengandung zat oleorisin, yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik, misalnya alkohol dan heksan.Proses pembuatan oleorisisn meliputi penggilingan (maserasi), sktraksi, penghilangan perlarut (destilasi), dan finising at dan bleeding. Dalam indutsri farmasi zat oleorisin dan zat-zat aktif (capsaicin) yang terdapat dalam bemtuk larutan capsikum adalah obat yang digukan secara luas untuk mengobati berbagai jenis penyakit, misalnya gangguan pada tulang, rematik.sakit kepala, sakit penggang, bisul pada anak-anak, sakit perut, diare kram,sakit gigi, mulas, radang pada tenggorokan, sesak nafas, pegalpegal, penyakit kulit atau gatal-gatal, Polio, penyakit mata, bronkhitis, influensa, masuk angin, sinusitis dan asma serta mencegah infeksi sistem pencernaan (Nellahutasoit, 2001). Cabai rawit juga dapat mencegah kanker karena kandungan flavonoid dan anti oksidan yang terdapat didalamnya. Bubuk cabai rawit yang dikombinasi dengan 25 ml jus lemon madu dan air panas cukup baik untuk mengobati penyakit teggorokan. Obat lain yang mengandung cabai dan banyak terdapat dipasaran adalah koyo, yang digunakan untuk meringankan pegal-pegal dan sakit gigi.Buah cabai rawit juga

mengandung minyak atsiri, yang dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan dan bahan baku kosmetika. Dalam industri farmasi, minyak atsiri dapat menggantikan fungsi minyak kayu putih (Nellahutasoit,2001) . Komposisi gizi cabai rawit, buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, (kalsium, fosfor, besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid, minyak asitri, karatenoid, (kapsantin,kapsorubin, karoten, dan lutein). Pada umumnya, cabai rawit juga mengandung 0,1% - 1% rasa pedas, yang
3

disebababkan oleh kandungan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungan capsaicin dan

dihidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggi. Oleh karena itu, cabai rawit memiliki rasa lebih pedas dari pada jenis cabai lainnya. pat dipenuhi dengan pemupukan, dimana pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah hingga pertumbuhan tanaman lebih baik (Nellahutasoit, 2001). Selain air, pupuk merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi tanaman. Pupuk ibarat makanan bagi tanaman, sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman. Di dalam pupuk terkandung berbagai jenis unsure hara yang sangat penting bagi tanaman. Pada zaman dahulu pupuk memang belum begitu dibutuhkan oleh tanaman karena tanah di lapisan top soil masi kaya akan unsure hara. Seiring berjalannya waktu, unsur hara yang ada di dalam tanah menjadi semakin tipis akibat diserap oleh tanaman dan juga oleh karena terbawa air hujan. Di samping itu, dengan semakin terbatasnya lahan pertanian, banyak usaha pertanian yang terpaksa dilakukan di atas tanah yang kurang subur. Kini bahkan tanaman juga diusahakan di dalam pot dengan menggunakan tanah atau media tanam yang kandungan unsur haranya kurang mencukupi (Nurheti Yuliarti, 2009). Untuk meningkatkan kandungan unsur hara itulah pupuk dibutuhkan. Seberapa banyak pupuk yang diperlukan tentu bergantung pada kondisi tanah. Menurut Balai Penelitian/Balai Teknologi Pertanian, faktor yang menentukan berapa banyak unsur hara yang diperlukan untuk koreksi ialah kondisi kesuburan tanah itu sendiri, kemasaman (pH) tanah, kelembaban tanah, tinggi rendahnya kadar bahan organik dalam tanah, kemampuan penyerapan terhadap pupuk (zat - zat mineral) dari tanaman, faktor iklim, dan nilai ekonomi tanaman yang dibudidayakan. Kandungan unsur hara pada lapisan permukaan tanah dapat di tingkatkan dengan pemupukan, di samping tergantung pada proses - proses yang terjadi dalam pembentukan tanah. Faktor iklim, jasad hidupdan bahan - bahan lainnya sangat berpengaruh terhadap proses ini. Segala unsur yang hilang terangkut bersama tanaman yang dipanen harus segera diganti dengan melakukan pemupukan(Nurheti Yuliarti, 2009).
4

Seiring merebaknya gaya hidup kembali alam, pupuk organik jadi populer kembali. Pupuk jenis ini memang memiliki berbagai keunggulan dibanding pupuk kimia, diantaranya dapat mengatur sifat tanah dan dapat berperan sebagai penyangga pupuk ini dapat mengembalikan kesuburan tanah. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang ada di alam, misalnya sampah tanaman. Dengan bantuan teknologi yang ada saat ini pupuk organik dapat tampil lebih menarik. Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair misalnya daun johar, gamal, dan lamtorogung ( Chairani Hanum, 2011). Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan yang masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing, domba, kelinci atau ternak lainnya. Larutan tersebut merupakan pupuk cair yang bagus untuk memupuk pertumbuhan tanaman. Pupuk ini dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman. Untuk mendapatkan hasil yang bagus lebih baik pupuk cair tersebut diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Untuk satu bagian larutan, tambahkan 1 atau 2 bagian air. Larutan tersebut digunakan untuk menyiram tanaman, di sekeliling tanaman. Beberapa tanaman dapat juga langsung menggunakan pupuk cair tersebut misalnya jagung. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanamn karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di atas daundaun (Redhanie, 2009)

1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens ) ? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens). 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi tentang pengaruh pemberian Pupuk Pelengkap Cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens ). 2. Dapat menjadi bahan informasi bagi pengembangan budidaya tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dan sebagai bahan pertimbangan pada penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Cabai Rawit 2.1.1.1 Tanaman Cabai Rawit Cabai rawit merupakan jenis tanaman hortikultura yang menghasilkan buah dengan rasa pedas. Buah cabai rawit ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan ukuran buah cabai jenis cabai besar (cabai hibrida). Namun, rasa buah cabai rawit lebih pedas dibandingkan dengan cabai besar karena memiliki kandungan oleoresin yang lebih tinggi. Cabai rawit juga dikenal sebagai tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Cabai rawit bisa hidup dalam kisaran suhu yang luas, yaitu antara 15 - 32 C. Di antara jenis tanaman cabai lainnya, tanaman cabai rawit memiliki umur lebih panjang bahkan bisa mencapai tahunan. Karena itu, tanaman cabai rawit dapat di golongkan menjadi tanaman tahunan (Ir.Purwono, MS ,2003). 2.1.1.2 Klasifikasi Tanaman Cabe Menurut (Warsino, 2010) susunan klasifikasi tanaman cabai rawit(Capsicum frutescen) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Solanales : Solanaceae : Capsicum : Capsicum frutescens (cabai rawit)

2.1.1.3 Morfologi Tanaman Cabai Secara morfologi bagian - bagian atau organ - organ penting dari tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1. Daun Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 11 cm, dengan lebar antara 1 5 cm (Warsino, 2010). Gambar 1 Daun Tanaman Cabai

2. Morfologi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens)

3. Batang Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim (Warsino, 2010)
8

4. Akar Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu (Warsino, 2010).

Gambar 2 Tanaman Cabai 5. Bunga Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 20 mm. Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama, sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun dilahan, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman yang ditanam di lahan dalam

jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 20 km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya (Warsino, 2010). 6. Buah dan Biji Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Menurut Sanders et. al. (1998), buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell (Tabel 3). Namun menurut Peet (2001), hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama (Warsino, 2010). 2.1.1.4 Syarat tumbuh tanaman cabai rawit Untuk dapat tumbuh dengan baik hasil yang maksimum sesuai dengan potensi produksinya, tanaman cabai rawit memerlukan kondisi lingkungan yang menentukan pertumbuhan tanaman cabai rawit. Tetapi secara umum, terdapat empat faktor lingkungan utama yang menentukan,yakni : a. Suhu Suhu merupakan factor penting dalam proses kehidupan tanaman. Hal ini karena proses biokimia dalam tanaman sangat di pengaruhi oleh suhu. Aktivitas biokimia tanaman yang di pengaruhi oleh suhu udara antara lain proses penyerbukan tanaman, pembentukan warna, dan pembentukan kualitas buah yang di hasilkan. Demikian pula dengan tanaman cabai rawit. Demikian pula dengan tanaman cabai rawit. Supaya tanaman cabai rawit yang di budidayakandapat tumbuh dengan baik, suhu ideal untuk pertumbuhannya harus dipenuhi. Tanaman cabai secara umum dikenal
10

sebagai tanaman sayuran yang dapat tumbuh pada rentang suhu yang cukup luas, yakni pada kisaran 15 - 32C. Dengan begitu, tanaman cabai dapat di budidayakan baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Penting untuk di ingat bahwa tanaman cabai cukup sensitive terhadap suhu rendah. Apabila suhu lingkungan di bawah 15C, pertumbuhan tanaman cabai akan terganggu (Wiryanta, 2002).

Gambar 3 Budidaya Tanaman Cabai b. Cahaya tanaman Cahaya memiliki pengaruh yang sama penting dengan suhu. Cahaya merupakan sumber energy bagi proses fotosintesis. Tanaman

membuhtuhkan cahaya yang cukup untuk mendapatkan pertumbuhan yang sehat dan pembentukan buah yang maksimum selama masa produksinya. Tanaman cabai rawit akan tumbuh maksimum di bawah cahaya dengan kisaran panjang gelombang 400 700nm (Wiryanta, 2002). c. Tanah Fungsi tanah bagi tanaman tidak hanya menyediakan unsur - unsur mineral, tetapi juga sebagai tempat berpegang dan bertumpuhnya tanaman agar dapat tumabuh tegak. Hal ini terkait dengan kinerja akar dalam tanah. Perakaran ini dapat menjalankan fungsinya dengan baik jika tanah sebagai media tumbuh tidak menyediakan ruang yang cukup. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat dan tidak dapat tegak. Pada teknik penanaman cabai rawit menggunakan wadah, media tanah yang digunakan
11

tentu terbatas. Supaya proses budidaya tetap berjalan dengan baik, kebutuhan minimal ruang perakaran harus dipenuhi. Diameter wadah yang di gunakan tidak kurang 30cm dan kedalaman tanah untukperakaran cabai tidak boleh kurang dari 50cm.Dari kedua syarat tersebut , dapat digunakan cara sederhana dan mudah dipraktikkan. Bila diameter wadah 30cm, kedalaman idealnya adalah 50cm, begipula sebaliknya (Wiryanta, 2002). d. Air Bagi tanaman, air tidak hanya berfungsi sebagai sistem pelarut sel tanaman, tetapi juga sebagai media pengangkutan unsur unsur makanan di dalam tanah. Karena itu, air sangat di perlukan dalam proses pertumbuhan tanaman. Di sisi lain, air juga di perlukan tanaman sebagai hara untuk pembentukan persenyawaan baru. Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman cabai juga membutuhkan air yang baik untuk

pertumbuhannya. Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam (salinitas) terlalu tinggi atau mengandung logam logam berat. Sel sel tanaman cabai sangat rentan terutama terhadap pengaruh kadar garam, pertumbuhan tanaman cabai dapat terhambat bahkan mati. Air yang digunakan sebaiknya bebas polutan dan berkadar garam rendah(Wiryanta, 2002). e. Pemeliharaan tanaman cabai rawit Pemeliharaan tanaman cabai (Capsicum frutescens). Untuk

mendapatkan hasil yang memuaskan dari tanaman yang di tanam maka perlu dilakukan langkah - langkah agar terhindar dari hama maupun

penggangu pertumbuhan tanaman sebagai, berikut : 1. Penyiraman tanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena pada siang harinya tanaman banyak membuhtuhkan air untuk proses fotosintesis ( Ir.Purwono.,MS ).

12

2. Pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman yang rutin, karena apa bila berlebihan dapat menyebabkan akar tanaman busuk, penyiraman hanya dilakukan jika tanah kering (Harpenas, 2009). 3. Untuk mengurangi risiko serangan penyakit, memperkokoh tanaman, dan mengoptimalkan sinar matahari, perlu di lakukan perempelan tunas air tanaman cabai (Wiryanta, 2007). 4. Saat tanamn berumur 7 dan 14 hari setelah penanaman, kita perlu melakukan penyulaman atau mengganti bibit tanaman cabai yang mati dengan bibit tanaman yang baru ( Wiryanta, 2007). 5. Untuk menjaga kondisi tanaman, bunga pertama dan kedua yang muncul sebaiknya dibuang juga karena pada saat tersebut sebenarnya kondisi tanaman cabai belum waktunya untuk berbua (Wiryanta, 2007). 6. Tanaman cabai mutlak memerlukan ajir atau urus untuk membantu pertumbuhan supaya tegak, mencegah tanaman roboh karena berat buah dan angin (Wiryanta, 2007). 7. Pemupukan pada tanaman, terutama pada tanaman cabai, bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, selain unsur hara yang diambil tanaman dari tanah (Wiryanta, 2007). 8. Salah satu perawatan yang juga harus dijaga yaitu sanitasi kebun yang meliputi penjagaan kebersihan areal kebun. Daun, buah, dan tunas hasil air hasil perempelan harus dimusnahkan dengan cara di bakar atau di buang jauh jauh (Wiryanta, 2007).

13

2.1.2

Tinjauan tentang Pupuk pelengkap cair 2.1.2.1 Kandungan pupuk pelengkap cair Pupuk cair jenis ini memiliki tanaman kegunaan, untuk menyuburkan

keseluruhannya yaitu daun, bunga, buah tanaman menjadi berkerut atau keriting serta berlubang,

subur, mencegah daun

menyuburkan daun, menyuburkan penunasan dan tunas - tunas baru mencegah kelayuan daun, menyuburkan pembuahan, menjadikan buah subur dan mencegah kerontokan buah. Pemakaiannya seperti

pengaplikasian pupuk daun atau dapat dikategorikan Pupuk Pelengkap Cair (Chairani, 2011). 2.1.2.2 Kegunaan pupuk pelengkap cair. Pupuk cair jenis ini memiliki tanaman kegunaan, untuk menyuburkan

keseluruhannya yaitu daun, bunga, buah tanaman menjadi berkerut atau keriting serta berlubang,

subur, mencegah daun

menyuburkan daun, menyuburkan penunasan dan tunas - tunas baru mencegah kelayuan daun, menyuburkan pembuahan, menjadikan buah subur dan mencegah kerontokan buah. Formula organik pupuk ini di proses untuk merangsang pertumbuan dan kesuburan tanaman serta ramah terhadap lingkungan, namun secara umum pupuk organik buatan ini memiliki kandungan hara seperti yang tercantum dalam table berikut: Tabel 1 Kandungan Hara Pupuk Organik No 1 2 3 4 5 6 7 Kandungan Hara Nitrogen P2O5 K2O Sulfur Protein Lemak Organik lain Jumlah 15% 15 - 18% 15 - 18% 5, 2 - 5,4% 70,3 % 1,18% 1,55%

14

Pupuk ini pun mengandung unsur hara mikro seperti, Fe, Mn, Cu, Mg, Za, Ca, B,dan Co kandungan sisanya adalah air sebagai pelarut (Pinus, 2007) . Pupuk cair dapat berbahan dari daun gamal, daun lamtoro, kulit kerang, air ikan, kulit pisang, kulit semangka, kulit papaya, air beras, dan rebung. Adapun manfaat dari bahan-bahan ini: Kulit buah-buahan sebagai makanan dari organisme Kulit kakao sebagai penghasil kalium Daun lamtoro dan daun gamal sebagai penghasil nitrogen Cangkang telur dan kulit kerang sebagai penghasil posfat Rebung dan pucuk labu sebagai penghasil auksin dan giberelin Semua bahan-bahan dicampur menjadi satu menjadi pupuk NPK dan ZPT (Nurheti, 2009) 2.1.2.3 Keuntungan Pupuk Pelengkap Cair Pada pembuatan formula pupuk cair tentu saja ada tujuannya, yaitu untuk mengatasi beberapa kendala penggunaan pupuk padat yang diberikan melalui akar kemudian kurang efektif atau kurang mengenai sasaran karena penyerapan zat hara melalui akar banyak di

pengaruhi oleh kondisi media tumbuh. Selain itu, pupuk padat kurang cepat bereaksi untuk memperbaiki kekurangan hara tanaman mudah mengalami pencucian, serta kurang dapat memenuhi kebutuhan hara. sebaliknya, penggunaan pupuk bentuk cair dapat secara cepat

mengatasi defisiensi hara, tidak pernah ada masalah pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat (Pinus, 2007). Pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil digunakan dibandingkan lewat akar. Seperti diketahui bahwa daun memiliki mulut daun (stomata). Stomata ini membuka dan menutup secara mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Hal ini erat hubungannya dengan terik

15

matahari, angin serta suhu. Untuk menggantikan cairan yang hilang. Kalau yang di semprotkan bukan air, tetapi larutan pupuk maka tanaman ini akan menyerap air dan zat-zat makanan yang di butuhkannya untuk pertumbuhan. Itulah sebabnya dikatan penyerapan hara lewat daun lebih cepat (Pinus, 2007). Keuntungan lain dari pada pupuk cair ialah didalamnya terkandung unsur hara mikro. Umumnya tanaman sering kekurangan unsur hara mikro bila hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas berisi hara makro. Dengan pemberian pupuk cair melalui daunyang berisi mikro

makakekurangan tersebut dapat teratasi tidak kalah pentingnya dengan pemakaian pupuk cair maka tanah akan terhindar dari kelelahan atau rusak (Pinus, 2007). Adanya kebijakan pemerintah, serta keinginan pecinta lingkungan untuk mempertahankan keadaan dalam memperbaiki sumber daya alam sebagai suatu sumber hidup manusia maka orang beramai ramai

memproduksi pupuk organik buatan. Saat ini banyak pupuk organik buatan yang beredar dipasar namun, pada dasarnya semuanya sama, yaitu berasal dari pupuk organik (Pinus, 2007). Pupuk organik berasal dari pelapukan bahan - bahan organik seperti sisa sisa tanaman, serta hewan, tumbuhan, dan manusia sebelum abad -20, orang telah mengenal pemupukan. Sekarang pemupukan tradisional. telah umum

dilakukan, walaupun tidak cukup dengan cara

Pemupukan

bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah yang telah tercuci, tetapi masalahnya kemudian bagaimana dengan petani yang sudah bergantung pada pupuk buatan. Selain haraganya yang mahal juga sangat terbatas bagi petani, salah satu alternatif untuk mengatasinya adalah dengan memberikan pupuk organik (Pinus, 2007).

16

Berdasarkan peraturan Meteri pertanaian No. 02 / pert/ hk. 060 / 2 /2006 pasal 1, yang berbunyi pupuk organic adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik tanah, kimia dan biologi tanah (Novizan, 2005) . Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang telah habis terisap oleh

tanaman. Sampai urusan menyuburkan tanah seluruhnya di tentukan oleh pupuk organik. Kala itu, belum ada pupuk anorganik seperti urea. Dapat di maklumi kalau tanah yang rata - rata masih subur secara alamiah kian subur saja dengan adanya pupuk organik (Novizan, 2005). Pupuk selain menambah unsur hara makro dan mikro didalam tanah juga pupuk organik ini pun terbukti sangat baik di dalam memperbaiki sturktur tanah pertanian pupuk organik tidak lain adalah bahan yang di hasilkan dari berbagai pelapukan sisa - sisa tanaman, hewan dan manusia. Secara umum pupuk hanya di bagi dalam 2 (dua) kelompok berdasarkan asalnya, yaitu pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 ( pupuk P), KCL (pupuk) serta pupuk organik seperti, pupuk kandang,

kompos, dan pupuk hijau, humus, pupuk guano dan pupuk organic cair (Pinus,2007). 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Judul Penelitian : Pengaruh Pupuk Pelengkap Cair Terhadap Pertumbuhan Tanaman Terung (Solanum melongena) Dataran Rendah. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai dengan September 2010 yang dilakukan oleh Kadek

Warniasih (2011). Panen dilakukan sebanyak empat kali yaitu sejak tanaman berumur 50 hari setelah tanam hingga umur 75 hari setelah tanam. Hal ini berarti dalam penelitian ini kurun waktu panen tanaman terong yang ditanam lebih lama jika

17

dibandingkan dengan deskripsi tanaman terong yang sudah didapatkan sebelumnya (50-60 hari setelah tanam). Keadaan ini diduga akibat dari pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap tanaman terong yang dapat menyebabkan kurun waktu panen tanaman terong bmenjadi lebih lama. Tanaman terong menunjukkan pertumbuhan yang relatif serempak untuk semua perlakuan selama pertumbuhan di lahan. Hal ini ditandai dengan rata-rata benih mulai berkecambah pada umur 6-7 hari setelah benih tersebut ditanam di lahan dan hampir seragamnya umur berbunga (hanya berbeda 1-2 hari antar perlakuan) dan umur panen yang seragam yaitu pada umur 50 hari setelah tanam untuk semua perlakuan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terong akan baik jika jumlah

unsur hara yang diberikan turut diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk dengan dosis yang tidak sesuai akan berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pemupukan di zona defisien akan meningkatkan bobot kering tanaman, sedangkan pemupukan di zona berlebihan akan mengakibatkan peningkatan kandungan unsur hara tertentu di dalam jaringan tanaman. Apabila hal ini terjadi, maka efisiensi pemupukan tidak tercapai. Dengan demikian, diperlukan adanya pengujian-pengujian untuk mendapatkan suatu rekomendasi pemupukan yang sesuai tentang dosis dan frekuensi pemberian pupuk yang dianjurkan, khususnya pupuk organik cair. Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini mengandung unsur hara makro dan mikro cukup lengkap, selain itu pupuk tersebut juga mudah larut dalam air sehingga kemungkinan dengan cepat dapat diserap oleh tanaman. Hal ini merupakan sifat baik dari pupuk organik cair yang diaplikasikan melalui daun, karena efeknya akan cepat terlihat. Unsur hara mikro dapat merangsang pembentukan ATP, yang mempunyai peranan penting di dalam menyerap energi sinar matahari.

18

2.3

Kerangka Berpikir Cabai rawit (Capsicum frutescens) salah satu tanaman sayuran yang sangat

penting sebagai pelengkap kebutuhan sehari - hari masyarakat, karna (Capsicum frutescens) memiliki manfaat selain sebagai sumber vitamin juga mengandung gizi tinggi yang selalu dihadirkan dimeja makan hampir diseluruh rumah tangga

Indonesia, baik di pedesaan maupun di kota. Buah Cabai rawit (Capsicum frutescens) mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, (kalsium, fosfor, besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid, minyak asitri, karatenoid, (kapsantin,kapsorubin, karoten, dan lutein). Pada umumnya, cabai rawit juga mengandung 0,1% - 1% rasa pedas, yang

disebababkan oleh kandungan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungan capsaicin dan

dihidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggisumber kalori yang cukup besar yaitu sekitas 24 kalori. Dengan penggunaannya yang begitu luas, maka cabai rawit (Capsicum frutescens) memiliki peluang bisnis yang baik sebagai komunitas yang bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan akan akan cabai rawit (Capsicum frutescens) terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah industri pengolahannya yang memerlukan bahan baku cabai rawit. Peluang pemasarannya tidak hanya terbatas dalam negeri, tetapi berpeluang pemasarannya keluar negeri. Dalam memenuhi permintaan pasar, berbagai cara dilakukan untuk membudidayakan tanaman cabai yang sesuai dengan daya dukung agroekosistem dengan menijau aspek agronomis yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman cabai rawit antara lain penyiapan lahan, pembibitan benih , penanaman, penyulaman, pemupukan, penyiangan, penyiraman dan penggemburan tanah. Dari semua faktor tersebut diatas, penyiapan lahan merupakan hal yang penting, dimana tanah sangat penting untuk tanaman. Tanah tersebut menentukan

mati dan hidupnya tanaman dan produktif tidaknya tanaman. Agar tanah mampu mengoptimalkan produksi tanaman, bahan organik dalam air (drinase) dan sirkulasi
19

udara (aesrase) dalam tanah menjadi lancar selain itu, harus diimbangi juga dengan memperkaya kandungan material dalam tanah dengan berbagai unsur unsur organik maupun anorganik. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan Pupuk Pelengkap Cair yang memberikan unsur hara mikro / makro pada tanaman. 2.4 Hipotesis Untuk memberikan arah jelas dan pedoman dalam pelaksanaan penelitian, maka perlu dirumuskan hipotesis. Adapun Hipotesis yang dapat di rumuskan pada penelitian ini adalah: 1. H0 (Hipotesis Nol) Tidak ada pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens). 2. H1 ( Hipotesis Alternatif) Ada pengaruh pemberian pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens).

20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimen dengan memakai variabel bebas yaitu

Pupuk Pelengkap Cair kemudian mengukur pengaruhnya terhadap variabel terikat yaitu Pertumbuhan cabai rawit (Capsicum frutescens). 3.2 Objek Penelitian Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens). Sebagai objek yang akan diamati dalam penelitian ini yang bertempat dilahan cabai rawit (Capsicum frutescens) pekarangan rumah. 3.3 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan selama 1 (satu) bulan yang dimulai pada bulan Maret 2012 yang bertempat dilahan perkebunan cabai rawit (Capsicum frutescens) berlokasi di Jln. Pajalesang Kota palopo, Kecamatan Wara, Propinsi Sulawesi - Selatan. 3.4 Alat dan Bahan 3.4.1 Alat Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berilkut: gelas ukur 100 ml, mistar, alat tulis menulis (buku dan pulpen), spayer, cangkul dan parang, dan patok. 3.4.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens), pupuk pelengkap cair (PPC), Tanah, label dan polibag.

21

3.5

Desain Penelitian Penelitian ini digunakan dalam penyiraman tanaman setiap perlakuan tediri

dari 4 sampel tiap tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga jumlah unit pengamatan keseluruhan adalah 4 x 3 = 12 tanaman. Adapun perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : PO P1 P2 P3 : Tanpa pemberian pupuk pelengkap cair ( kontrol) : Pemberian pupuk pelengkap cair 3 cc/ 1 liter air : Pemberian pupuk pelengkap cair dengan 4 cc/ 1 liter air : Pemberian pupuk pelengkap cair dengan 5 cc/ 1 liter air Skema Desain Penelitiaan
PPC

Tanaman cabai

PO Kontrol

P1 + 3 cc/ 1 L air

P2 + 4 cc / 1 L air

P3 + 5 cc /1 L air

Pengaruh pupuk pelengkap cair terhadap pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescens)

22

3.6

Metode kerja 3.6.1 Tahap Persiapan Persiapan Penelitian

Dalam penelitian ini uji yang akan digunakan adalah pupuk pelengkap cair yang terbuat dari beberapa bahan seperti daun gamal, daun lamtoro, kulit kerang, air ikan, kulit pisang, kulit semangka, kulit papaya, air beras, dan rebung. Cara kerja membuat pupuk pelengkap cair. Siapkan ember besar dan karung untuk tempat penampungan bahan-bahan pembuat Pupuk Cair. Masukkan bahan yaitu air pencucian beras. Pencucian ikan, air kelapa, kulit kakao, kulit kerang, cangkang telur, buah-buahan busuk, kulit semangka, rebung, sabuk kelapa, daun lamtoro, daun gamal, pucuk labu, gula merah dan air untuk melarutkan semua bahan kedalam ember yang telah tersedia. Setelah semua bahan telah tercampur kadalam ember besar, ditutup dengan rapat dengan menggunakan selotip. Ember dan toples dipasangkan dengan menggunakan selang agar gas yang ada didalam tidak mengalami pertukaran udara. Toples harus berisi air agar udara luar tidak masuk ke dalam ember. Kemudian disimpan di tempat yang aman selama 2 minggu. Yang menjadi patokan pupuk pelengkap cair telah jadi yaitu sudah tidak adanya gelembung udara yang muncul di dalam toples. 3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pembagian Tanaman Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dibagi menjadi 4 perlakuan dengan simbol PO,P1,P2, dan P3. Tiap perlakuan terdiri dari tiga unit tanaman. Pembagian ini sesuai dengan kosentrasi masing masing yaitu untuk PO (kontrol), P1 (3 cc / 1 liter air) P2 (4 cc / 1 liter air), dan P3 (5 cc / 1 liter air). Pemberian Pupuk Pelengkap Cair. Pemberian Pupuk Pelengkap Cair (PPC) dilakukan dengan cara menyiram secara langsung pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan menggunakan timba sesuai dengan kosentrasi masing - masing yaitu untuk PO (kontrol), P1 (3 cc / 1 liter air) P2 (4 cc / 1 liter air), dan P3 (5 cc / 1 liter air).
23

Pemeliharaan Tanaman cabai rawit Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman satu kali sehari yaitu pagi hari disesuaikan dengan kondisi tanaman karena tanaman cabai rawit tidak terlalu membutuhkan air. Awal pemupukan pada saat tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) berumur 3 (tiga) minggu sampai tanaman berbuah atau menghasilkan. Pada saat dilakukan keseluruh pemupukan, setiap tanaman bagian tanaman disiram larutaan pupuk pelengkap cair

sampai tanaman menjadi jenuh penyiraman pupuk

pelengkap cair dilakukan setiap seminggu sekali. 3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengumpulan Data pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung

Teknik

pertumbuhan tanaman kemudian cabai rawit (Capsicum frutescens) menghitung : 1. Panjang Daun 2. Lebar Daun 3. Tinggi Tanaman dan Pengamatan pertumbuhan tanaman yang akan dilakukan pada cabai rawit (Capsicum frutescens) saat setelah 1 (satu) minggu dilakukan perlakuan yaitu

penyiraman PPC terhadap tanaman. Pengamatan dilakukan di cabai rawit (Capsicum frutescens) pagi hari, mulai pada pukul 7 sampai pada pukul 9 pagi. Penelitian ini diamati sebanyak 1 (satu) kali seminggu yaitu setiap hari rabu dan diamati selama 7 minggu. 3.7.2 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh di analisis secara varians dalam bentuk uji f = 0,05 kemudian di lanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) taraf kepercayaan = 0,05.

24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari uji hasil yang dilakukan untuk rata-rata biji yang berkecambah setiap minggunya, menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian Pupuk Organik Cair terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens). Untuk melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada tinggi tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan. Perlakuan 1 P0 P1 P2 P3 Jumlah Ulangan I 2 3,52 4,12 5,22 5,72 II 3 3,90 4,60 5,02 5,68 III 4 3,87 4,95 5,55 6,27 Total 5 11,29 13,67 15,79 17,67 40,75 Ratarata 6 3,76 4,56 5,56 5,89

Tabel 2. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair Tingggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 3 8 11 JK 7,55 0,79 8,35 KT 2,51 0,09 Fhit 25,26* Ftab 4,06*

25

Tabel 3 : Hasil Uji BNT rata-rata laju tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Perlakuan P3 P2 P1 P0 rata-rata 3,76 4,56 0,07 5,56 5,89 BNT 0,05

Keterangan : Angka yang disamping oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata dengan uji BNT pada 0,05 Dengan BNT 5% ( 0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai

perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai,

26

Jumlah daun Cabe rawit (Capsicum frutascens) Dari uji hasil yang dilakukan untuk rata-rata biji yang berkecambah setiap minggunya, menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian Pupuk Organik Cair terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens). Untuk melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tebel 4 : Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC untuk jumlah daun cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan. Perlakuan 1 P0 P1 P2 P3 Jumlah Ulangan I 2 3.00 3.50 4.75 5.25 II 3 3.25 3.50 4.25 5.25 III 4 3.25 3.75 5.00 5.50 Total 5 9.50 10.75 14.00 5.00 39,25 Ratarata 6 3.17 3.58 4.67 5.33

Tabel 5. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair jumlah daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 3 8 11 JK 8,84 0,41 9,26 KT 2,94 0,05 Fhit 56,63* Ftab 4,07*

27

Tabel 6 : Hasil Uji BNT rata-rata jumlah daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Perlakuan P3 P2 P1 P0 Dengan BNT 5% ( rata-rata
5,33 4,67 3,58 3,17

BNT 0,05

0,04

0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai

perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai. Luas Daun Cabe rawit (Capsicum frutascens) Dari uji hasil yang dilakukan untuk rata-rata biji yang berkecambah setiap minggunya, menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian Pupuk Organik Cair terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens). Untuk melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 7, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada luas daun cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan. Perlakuan 1 P0 P1 P2 P3 Jumlah Ulangan I 2 1,87 2,50 3,75 4,22 II 3 1,67 3,00 3,62 4,60 III 4 1,72 4,33 4,05 5,00 Total 5 5,26 9,83 11,42 13,82 40,33 Ratarata 6 1,75 3,28 3,81 4,61

28

Tabel 8. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair untuk luas daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 3 8 11 JK 13,02 2,21 15,23 KT 4,34 0,27 Fhit 15,70* Ftab 4,07*

Tabel 9 : Hasil Uji BNT rata-rata luas daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Perlakuan P3 P2 P1 P0 rata-rata 4,61 3,81 0,21 3,28 1,75 BNT 0,05

Data tabel 4 diatas menunjukkan bahwa rata-rata laju tumbuh perkecambahan biji Cabe Rawit (Capsicum frutescens) yang tertinggi adalah pada perlakuan P3 (5 cc/ 1 ltr air) Data tabel diatas menunjukkan bahwa semakin banyak Pupuk Organik Cair yang diberikan, maka pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) semakin cepat. Dengan BNT 0,05, maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0

(control) sampai dengan perlakuan P3 (Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air) mempunyai perbedaan yang nyata sehingga setiap rata-rata perlakuan didampingi oleh huruf yang berbeda.

29

Grafik pengamatan hasil rata-rata pengaruh PPC pada Perlakuan P0,P1,P2,P3 untuk tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun
5.89 6 5 4 3 2 1 0 P0 P1 P2 P3 1.75 3.76 3.17 4.56 3.58 3.28 5.56 4.67 3.81 Tinggi tanaman Jumlah daun Luas daun 5.33 4.61

4.2

Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang pertumbuhan Cabe Rawit

(Capsicum frutescens) yaitu dengan mengamati Tinggi tanaman, Jumlah daun, dan Luasn Daun. Maka dapat ditetapkan bahwa Pupuk Organik Cair pada setiap konsentrasi perlakuan P0 : Kotrol (Tanpa pemberian Pupuk Oganik cair), P1 :

(Pemberian Pupuk Organik Cair 3 cc/ 1 ltr air), P2 : (Pemberian Pupuk Organik Cair 4 cc/ 1 ltr air), P3 : (Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air) memberikan daya tumbuh yang berbeda terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan luasn daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens), dimana pengaruh ekstrak yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabe rawit yaitu terdapat pada perlakuan P3 = Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air, Pemberian Pupuk Organik Cair 5

30

cc/ 1 ltr air. Jumlah daun yaitu pada perlakuan P3 dan Luas Daun pada perlakuan , P3 : Pemberian Pupuk Organik Cair 5 cc/ 1 ltr air Cabe Rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung (Sayuti . 2006) Tanaman cabe cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang serta tidak tergenang air; pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Media tanam dari bahan yang subur seperti Pupuk Cair. Keuntungan dari hal tersebut adalah mempermudah aliran nutrisi yang diberikan pada tanaman. Kardinan. (2002) mengatakan, bahwa pemberian bahan organik berpengaruh baik terhadap

pertumbuhan tanaman karena dapat memperbaiki sifat , kimia dan biologi tanah. Bahan organik cair yang telah terurai akan melepaskan senyawa yang sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Sejauh mana pengaruh pemberian pupuk an organik dengan pupuk organik cair terhadap hasil cabe rawit sistim budidaya vertikultur, adalah merupakan salah satu tantangan yang perlu dikaji. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.

31

Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah (Parnata, Ayub 2004). Tingginya laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) disebabkan oleh kerena banyak senyawa kimia yang terdapat pada Pupuk Organik Cair. Senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya seperti Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanahMembentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Pupuk Organik Cair mampu

mempengaruhi laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) pada setiap perlakuan yang diberikan, semakin banyak Pupuk Organik Cair yang diberikan pada pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) semakin nyata pula laju pertumbuhan terhadap Cabe Rawit (Capsicum frutescens), seperti yang nampak pada tiap-tiap perlakuan yang diberikan. Dengan demikian, hasil analisis statistik

32

menunjukkan bahwa Pupuk Organik Cair dapat menambah laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens)

33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik untuk tiap perlakuan P0, P1, P2, P3 menunjukkan bahwa pertumbuhan yang baik terdapat pada perlakuan P3 (5 cc/ 1 ltr air) untuk masingmasing pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Pupuk Organik Cair mampu mempengaruhi laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) pada setiap perlakuan yang diberikan, semakin banyak Pupuk Organik Cair yang diberikan pada pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) semakin nyata pula laju pertumbuhan terhadap Cabe Rawit (Capsicum frutescens), seperti yang nampak pada tiap-tiap perlakuan yang diberikan. Dengan demikian, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Pupuk Organik Cair dapat menambah laju pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan agar : 1. penggunaan Pupuk Organik Cair lebih ditinggkatkan dalam sektor pertanian khususnya bagi para petani yang membudidayakan Cabe Rawit (Capsicum frutescens). 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjutan dengan isolasi jarak pada perlakuan tanaman antagonis. 3. Perlu mengapilkasikan dengan skala sempit pada lokasi/lahan yang bermasalah. 4. Perlu penelitian lanjut lamanya ketahanan pupuk kandang didalam tanah dan efek yang ditimbulkan bagi kesehatan tubuh kita apabila mengkonsumsi makanan yang, mengunakan berupa sayur-sayuran yang menggunakan pupuk kandang.

34

Daftar Pustaka
Cahyono, Bambang. 2009. Cabai Rawit Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani. Agromedi Pustaka. Jakarta. Hanum, Chairani. 2011. Pupuk Cair. Sejati. Jakarta. Harpenas, Asep. 2009. Budi Daya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Surabaya. Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. Nellahutasoit. 2011. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk N dan P Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Rawit. Publised. Novisan .2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nurhety, Yuliarti. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Andi. Jakarta. Parnata, Ayub (2004). Pupuk Organik Cair. Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Pinus, Lingga. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta Purwono, Ms. 2003. Bertanam Cabai Dalam Pot. Agromedia Pustaka. Bogor. Rudhy. 2009. Pupuk Alami. Graminea. Bogor. Sayuti . 2006. Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Sumatera Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Siswadi . 2006. Budidaya Tanaman Sayuran. PT. Intan Sejati. Klaten Warsino. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Gramedia. Jakarta Wiryanta, Wahyu. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

35

36

Table 10. Pertumbuhan Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Pada Tiap Perlakuan P0, P1, P2, dan P3 Pada minggu terakhir pengamatan Pengamatan kePerlakuan PoA1 PoA2 PoA3 P1A1 P1A2 P1A3 P2A1 P2A2 P2A3 P3A1 P3A2 P3A3 I 3.00 3.50 3.20 3.50 3.70 4.00 4.50 4.20 4.60 4.90 4.70 5.00 II 3.40 3.90 3.80 3.90 4.30 4.70 4.90 4.80 5.20 5.20 5.30 6.00 III 3.70 4.00 4.00 4.30 4.80 5.00 5.30 5.10 5.80 5.90 6.00 6.60 IV 4.00 4.20 4.50 4.80 5.60 6.10 6.20 6.00 6.60 6.90 6.70 7.50 Jumlah 14.10 15.60 15.50 16.50 18.40 19.80 20.90 20.10 22.20 22.90 22.70 25.10 Ratarata 3.53 3.90 3.88 4.13 4.60 4.95 5.23 5.03 5.55 5.73 5.68 6.28

Tabel 11, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada tinggi tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan. Perlakuan 1 P0 P1 P2 P3 Jumlah Ulangan I 2 3,52 4,12 5,22 5,72 II 3 3,90 4,60 5,02 5,68 III 4 3,87 4,95 5,55 6,27 Total 5 11,29 13,67 15,79 17,67 40,75 Ratarata 6 3,76 4,56 5,56 5,89

37

Tabel 12. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair Tingggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 3 8 11 JK 7,55 0,79 8,35 KT 2,51 0,09 Fhit 25,26* Ftab 4,06*

Tabel 13 : Hasil Uji BNT rata-rata laju tinggi tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Perlakuan P3 P2 P1 P0 rata-rata 3,76 4,56 0,07 5,56 5,89 BNT 0,05

Keterangan : Angka yang disamping oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata dengan uji BNT pada 0,05 Dengan BNT 5% ( 0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai

perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai,

38

Tebel 14 : Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC untuk jumlah daun cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan. Perlakuan 1 P0 P1 P2 P3 Jumlah Ulangan I 2 3.00 3.50 4.75 5.25 II 3 3.25 3.50 4.25 5.25 III 4 3.25 3.75 5.00 5.50 Total 5 9.50 10.75 14.00 5.00 39,25 Ratarata 6 3.17 3.58 4.67 5.33

Tabel l5. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair jumlah daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 3 8 11 JK 8,84 0,41 9,26 KT 2,94 0,05 Fhit 56,63* Ftab 4,07*

Tabel 16 : Hasil Uji BNT rata-rata jumlah daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Perlakuan P3 P2 P1 P0 rata-rata
5,33 4,67 3,58 3,17

BNT 0,05

0,04

39

Dengan BNT 5% (

0,05) maka disimpulkan bahwa mulai dari perlakuan P0 sampai

perlakuan P3, mempunyai pebedaan yang nyata sehingga rata-rata perlakuan didampingi oleh huruf yang berbeda Nilai. Tabel 17, Hasil pengamatan rata-rata pengaruh PPC pada luas daun cabe rawit (Capsicum frutescens) pada perlakuan PO,P1,P2,P3 untuk tiap ulangan. Perlakuan 1 P0 P1 P2 P3 Jumlah Ulangan I 2 1,87 2,50 3,75 4,22 II 3 1,67 3,00 3,62 4,60 III 4 1,72 4,33 4,05 5,00 Total 5 5,26 9,83 11,42 13,82 40,33 Ratarata 6 1,75 3,28 3,81 4,61

Tabel 18. Analisis Varian (ANAVA) rata-rata pengaruh Pupuk Organik Cair untuk luas daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) selama 4 minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 3 8 11 JK 13,02 2,21 15,23 KT 4,34 0,27 Fhit 15,70* Ftab 4,07*

40

Tabel 19 : Hasil Uji BNT rata-rata luas daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Perlakuan P3 P2 P1 P0 rata-rata 4,61 3,81 0,21 3,28 1,75 BNT 0,05

1.

Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf a. Tinggi Tanaman BNT = f (DB Galat) s2 ulangan = = = = f0,05 (8) f0,05 (8)

0,05

2,306 x 0,03 0,07

b. Jumlah daun BNT = f (DB Galat) s2 ulangan = = = = f0,05 (8) f0,05 (8)

2,306 x 0,01 0,04

41

c. Luas daun BNT = f (DB Galat) s2 ulangan = f0,05 (8)

= = =

f0,05 (8)

2,306 x 0,09 0,21

42

Nilai Persentil Untuk Distribusi F (Bilangan badan daftar menyatakan Fpi Baris atas p = 0,05 dan baris bawah p = 0,01)
p

Fp

y1 = dk penyebut 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
161 4052 18,51 98,49 10,13 34,12 7,71 21,20 6,61 16,26 5,99 13,74 5,591 2,25 5,32 11,26 5,12 10,56 4,96 10,04 4,84 9,65 4,75 9,33 4,67 9,07 4,60 8,86 4,54 8,68 4,49 8,53 4,45 8,40 4,41 8,28 4,38 8,18 4,35 8,10

y2 = dk bilangan 2
200 4999 19,100 99,01 9,55 30,81 6,94 18,00 5,79 13,27 5,14 10,92 4,74 9,55 4,46 8,65 4,26 8,02 4,10 7,56 3,98 7,20 3,88 6,93 3,80 6,70 3,74 6,51 3,68 6,36 3,63 6,23 3,59 6,11 3,55 6,01 3,52 5,93 3,49 5,58

3
216 5403 19,16 99,17 9,28 29,46 6,95 16,69 5,41 12,06 4,76 9,78 4,35 8,45 4,07 7,59 3,86 6,99 3,71 6,55 3,59 6,22 3,19 5,95 3,41 5,74 3,34 5,56 3,29 5,42 3,24 5,29 3,20 5,18 3,16 5,09 3,13 5,01 3,10 4,94

4
225 5625 19,25 99,25 9,12 28,71 6,39 15,98 5,19 11,39 4,53 9,15 4,12 7,85 3,84 7,01 3,63 6,42 3,48 5,99 3,36 5,67 3,26 5,41 3,18 5,20 3,11 5,03 3,06 4,89 3,01 4,77 2,96 4,67 2,93 4,58 2,90 4,50 2,87 4,43

5
230 5764 19,30 99,30 9,01 28,24 6,26 15,52 5,05 10,97 4,39 8,75 3,97 7,46 3,69 6,63 3,48 6,06 3,33 5,64 3,20 5,32 3,11 5,06 3,02 4,86 2,96 4,69 2,90 4,56 2,85 4,44 2,81 4,34 2,77 4,25 2,74 4,17 2,71 4,10

6
234 5859 19,33 99,33 8,94 27,91 6,16 15,21 4,95 10,67 4,28 8,47 3,87 7,19 3,58 6,37 3,37 5,80 3,22 5,39 3,09 5,07 3,00 4,82 2,92 4,62 2,85 4,46 2,79 4,32 2,74 4,20 2,70 4,10 2,66 4,01 2,63 3,94 2,60 3,87

7
237 5928 16,36 99,34 8,88 27,67 6,09 14,98 4,88 10,45 4,21 8,26 3,79 7,00 3,50 6,19 3,29 5,62 3,11 5,21 3,01 4,88 2,92 4,65 2,84 4,44 2,77 4,28 2,70 4,14 2,66 4,03 2,62 3,93 2,58 3,85 2,55 3,77 2,52 3,71

8
239 5981 19,37 99,39 8,84 27,49 6,04 14,80 4,82 10,27 4,15 8,10 3,73 6,84 3,44 6,03 3,23 5,47 3,07 5,06 2,95 4,74 2,85 4,50 2,77 4,30 2,70 4,14 2,64 4,00 2,59 3,89 2,55 3,79 2,51 3,71 2,48 3,63 2,45 3,56

9
241 6022 19,38 99,48 8,81 27,34 6,00 14,66 4,78 10,15 4,10 7,98 3,68 6,71 3,39 5,91 3,18 5,35 3,02 4,95 2,90 4,63 2,80 4,39 2,72 4,19 2,65 4,03 2,59 3,89 2,54 3,78 2,50 3,68 2,46 3,60 2,43 3,52 2,40 3,45

10
242 6056 19,39 99,40 8,78 27,23 5,96 14,54 4,74 10,05 4,06 7,87 3,63 6,62 3,34 5,82 3,13 5,26 2,97 4,85 4,54 2,76 2,76 4,30 2,67 4,10 2,60 3,94 2,55 3,80 2,49 3,69 2,45 3,59 2,41 3,51 2,38 3,43 2,35 3,37

11
243 6082 19,40 99,41 8,76 27,13 5,93 14,45 4,70 9,96 4,03 7,79 3,60 6,54 3,31 5,74 3,10 5,18 2,94 4,78 4,46 2,72 2,72 4,22 2,63 4,02 2,56 3,86 2,51 3,73 2,45 3,61 2,41 3,52 2,37 3,44 2,34 3,36 2,31 3,30

12
244 6106 19,41 99,42 8,74 27,05 5,91 14,5 4,68 9,89 4,00 7,72 3,57 6,46 3,28 5,67 3,07 5,11 2,91 4,71 4,40 2,69 2,69 4,16 2,60 3,96 2,53 3,80 2,48 3,67 3,55 2,38 2,38 3,45 2,34 3,37 2,31 3,30 2,28 3,23

Lampiran F 205

43

Daftar nilai baku studen pada taraf uji 10, 5, 1 dan 0,1% Untuk uji Beda Nyata Terkecil (Least Signifikant Difference test)
v = Drajat Bebas Galat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Traf Kritis 0,100 6,314 2,920 2,353 2,132 2,015 1,943 1,895 1,860 1,833 1,812 1,796 1.782 1,771 1,761 1,753 1,746 1.74 1,734 1,729 1,725 1,721 1,717 1,714 1,711 1,708 1,706 1,703 1,701 1,699 1,697 0,050 12,706 4,303 3,182 2,776 2,571 2,447 2,365 2,306 2,262 2,228 2,201 2,179 2,160 2,145 2,131 2,120 2,110 2,101 2,093 2,086 2,080 2,074 2,069 2,064 2,060 2,056 2,052 2,048 2,045 2,042 0,010 63,657 9,925 5,841 4,604 4,032 3,707 3,499 3,355 3,250 3,169 3,106 3,055 3,012 2,977 2,947 2,921 2,898 2,878 2,861 2,845 2,831 2,819 2,807 2,797 2,787 2,779 2,771 2,763 2,756 2,750 0,001 31,589 12,941 8,610 6,859 5.959 5,405 5,041 4,781 4,587 4,437 4,318 4,221 4,140 4,037 4,015 3,965 3,922 3,883 3,850 3,819 3,792 3,767 3,745 3,725 3,707 3,690 3,674 3,659 3,646

44

Dokumentasi

Gambar 4 : Pembuatan PPC

Gambar 5 : Hasil Fermentasi PPC

45

Gambar 6 : Penanaman biji cabai rawit

Gambar 7 : Perlakuan pada pengamatan Cabai rawit

46

Gambar 8 : Penyiraman PPC pada tanaman cabai rawit

Gambar 9 : Pengukuran tanaman cabai rawit

47

Anda mungkin juga menyukai