Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Mentimun (Cucumis sativus.L) termasuk jenis sayuran buah yang memiliki

banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat sehari–hari. Di pasaran mentimun

dibutuhkan dalam jumlah besar dan kontinyu karena buah ini banyak disukai oleh

sebagian besar golongan masyarakat.

Buah mentimun mengandung mineral seperti kalsium, phospor, kalium, besi,

vitamin A, B, dan C. Buah mentimun berguna untuk terapi pengobatan berbagai

macam penyakit seperti gangguan lever, mencegah hepatitis, dan meningkatkan

kekebalan tubuh selain sebagai bahan makanan. Mentimun telah banyak

dimanfaatkan dibidang kecantikan. Berbagai produk kosmetik diolah dari bahan

mentimun dengan menggunakan teknologi modern (Hembing, 2000).

Pertanian konvensional merupakan paket pertanian modern yang memberikan

hasil panen yang tinggi dengan input pupuk kimia, pestisida kimia, benih varietas

unggul, penggunaan mesin-mesin pertanian untuk pengolahan dan pemanenan. Badan

dunia FAO mengemukakan bahwa penggunaan pupuk yang berimbang dapat

meningkatkan hasil panen mencapai 50%-60% ( Sutanto, 2002).


2

Dalam kurun waktu 30 tahun terakhir negara-negara industri mulai

berpendapat bahwa paket pertanian modern yang memberi hasil panen yang tinggi

ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan ( Sutanto 2002).

Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat mencemari lingkungan,

sedangkan penggunaan pupuk organik yang tidak hati-hati terutama pada proses

pengolahannya juga akan mencemari lingkungan, udara utamanya, sebagai contoh

hamparan limbah pertanian yang dibiarkan terendam air dan mengalami proses

fermentasi aeroup akan menghasilkan gas metane yang berpotensi besar terhadap

pelubangan pada lapisan ozon ( Sutanto, 2002).

Menurut Susilo (2005), menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem

pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut :

a.      Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian dan

sedimen,

b.     Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida

maupun aditif pakan,

c.      Pengaruh aditif senyawa kimia pertanian pada mutu dan kesehatan makanan,

d.     Peningkatan daya tahan organisme terhadap pestisida,dan

e.      Penurunan produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan serta berkurangnya

bahan organik tanah.


3

Pertanian berkelanjutan memperoleh perhatian besar dari pakar lingkungan,

pertanian dan konsumen. Bentuk pertanian yang berkelanjutan adalah pertanian

organik. Pertanian organik banyak  diterapkan di negara-negara berkembang seperti

Korea, Hongkong, Cina, Thailand dan Indonesia. Pemakaian pupuk organik atau

substansi-substansi yang mencirikan produk alamiah merupakan ciri-ciri utama

pertanian organik (Higa dan Wididana, 2003).

Sifat fisik, kimia dan biologi tanah banyak berpengaruh dalam membangun

kesuburan tanah. Pertanian konvensional dalam menggunakan pupuk kimia

merupakan praktek pengelolaan yang cukup dominan. Penggunaan mesin pertanian,

varietas unggul, melupakan usaha perbaikan lahan dan pengelolaan bahan organik

tidak dapat dihindarkan oleh petani konvensional. Keseimbangan pengelolaan tanah

diperlukan dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan (Sutanto, 2002).

Pupuk organik, tanah yang subur dan mengandung hara yang cukup

merupakan syarat mutlak bagi tanaman mentimun. Hara NPK juga di perlukan oleh

tanaman mentimun. Produksi maksimum tanaman akan tercapai apabila kandungan

nutrisi di dalam tanah pada kondisi cukup dan seimbang. Keseimbangan penggunaan

pupuk organik dan anorganik akan memberikan stimulan yang cukup untuk

mengaktualkan potensi genetik produksi (Simatupang et al., 2008).

Mentimun juga dikenal dalam dunia kesehatan sebagai obat batuk, penurunan

panas dalam, bahkan mentimun yang dikukus dan di simpan sehari semalam lalu di
4

diamkan langsung akan berkhasiat mengurangi sakit tenggorokan dan batuk - batuk.

Dalam proses pengembangan tanaman mentimun sering mengalami kendala, terutama

dalam hal sifat fisik dan kimia tanah. Tanah yang kurang subur menyebabkan

produksi menurun. Untuk itu dalam penanaman mutlak diperlukan pengolahan tanah

dan penambahan usur hara. Dalam hal ini dapat dilakukan pemanfaatan pupuk

kandang dan pemupukan anorganik sebagai solusi yang dapat dilakukan.

Pupuk kandang juga berperan untuk pertumbuhan dan hasil produksi tanaman

mentimun. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan yang mengalami

penguraian oleh mikroorganisme. Komposisi unsur hara pupuk kandang sangat

dipengaruhi beberapa faktor antara lain, yaitu jenis hewan, umur hewan, keadaan

hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan dan penyimpanan

sebelum diaplikasikan. Fungsi pupuk kandang yaitu untuk mengemburkan lapisan

tanah permukan (top soil), meningkatan populasi jasad renik, mempertinggi daya

serap dan daya simpan air, yang keseluruhan dapat meningkatkan daya kesuburan

tanah (Musnamar, 2006).

Manfaat pupuk kandang bagi tanaman semusim selain untuk menyuburkan

tanaman juga dapat meningkatkan efisensi pengunaan pupuk kimia, sehingga dosis

pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat

secara nyata dikurangi. Kemampuan pupuk kandang untuk menurunkan dosis

penggunaan pupuk konvensional sekaligus mengurangi biaya pemupukan telah


5

dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian, baik untuk tanaman pangan (padi, jagung

dan kentang) maupun tanaman sayur – sayuran (kacang panjang, timun, terong

(Rusmaili, 2011).

Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman mentimun menurut (Nurtika, 2001)

30 ton/ha atau sama dengan 3 kg/tanaman. Pupuk Kandang kambing merupakan

pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir, dalam keadaan demikian

peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk

menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah, juga mencukupi keperluan

pertumbuhan dan meningkatkan hasil produksi tanaman seperti jenis sayura-sayuran

buah (timun, labu-labuan, belewah). Pupuk kandang kambing, karena pupuk ini

merupakan pupuk panas sebaiknya pemakaian dilakukan 2 minggu sebelum tanam

(Intan, 2010).

Pada penelitian ini pemberian pupuk akan sangat mempengaruhi dari

pertumbuhan tanaman tersebut selain faktor-faktor yang lain, hal ini dikarenakan

pupuk sebagai salah satu pemberian unsur-unsur nutrisi yang diperlukan oleh

tanaman. Penggunaan pupuk pada penelitian ini adalah pupuk NPK Mutiara 16-16-16

dan Pupuk Kandang Sapi. Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 adalah pupuk yang

mempunyai kombinasi nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) yang dirancang untuk

memaksimalkan hasil dan kualitas tanaman. Pupuk NPK Mutiara 16-16-16

merupakan pupuk majemuk yang di buat dari bahan-bahan bermutu dan berkualitas.
6

Komposisi unsur hara pada pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dapat disesuaikan dengan

jenis tanah dan jenis tanaman yang di budidayakan. (Mulyani¸ 2008)

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dibuat melalui proses industri berteknologi

sehingga dihasilkan butiran yang homogen. Dalam pertanian unsur mikro dan makro

harus seimbang, hal ini dikarenakan tanaman menyerap unsur-unsur tersebut untuk

melakukan pertumbuhan . Pertumbuhan tanaman itu sebagian besar terdiri atas tiga

unsur yaitu C 43,6 %, O 44,4 % dan H 6,2 %. Unsur-unsur tersebut diambil oleh

tanaman dari udara berupa CO2 dan O2 serta dari tanah berupa H2O.

(Mulyani¸ 2008)

Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian “Respon

Pemberian Pupuk Kandang Kambing Dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas

Hercules ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk Kandang Lembu terhadap

pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L)

Varietas Hercules?
7

2. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 terhadap

pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L)

Varietas Hercules?

3. Apakah ada interaksi pengaruh pemberian pupuk Kandang Lembu dan

pupuk NPK Mutiara 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan produksi

Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pupuk Kandang

Lembu terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pupuk Kandang

Kambing terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

3. Untuk mengetahui interaksi antara pengaruh pemberian pupuk Kandang

Lembu dan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan

produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.


8

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.

2. Sebagai bahan informasi pada semua pihak yang membutuhkannya,

terutama yang bergerak dibidang budidaya Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus. L).

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek

penelitian itu ditujukan hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang

secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang telah diidentifikasi melalui proses secara penelitian langsung.

Kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang di teliti yaitu

Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 merupakan variabel

bebas, serta pertumbuhan dan produksi tanaman Mentimun merupakan variabel

terikat, secara sederhana kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat

dalam gambar berikut:


9

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk Kandang
Lembu
Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman
Mentimun

Pupuk NPK Mutiara


16-16-16 Pelaksanaan Penelitian

Parameter yang diamati yaitu : - Umur Berbunga (hari)


Umur Panen (hari)
Jumlah Buah (buah)
Berat Buah Per Tanaman Sampel (gr)
Panjang Buah (cm)

Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
10

1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pemberian pupuk Kandang Lembu terhadap pertumbuhan

dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

2. Ada pengaruh pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 terhadap

pertumbuhan dan produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus. L)

Varietas Hercules.

3. Ada interaksi pengaruh pemberian pupuk Kandang Lembu dan pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman

Mentimun (Cucumis sativus. L) Varietas Hercules.

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di lahan Bapak I Sitompul, Desa Aek Kota Batu,

Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan tofografi datar dan jenis

tanah top soil yang berada pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Tanaman mentimun

Klasifikasi tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Nawangsih, 2001)

dalam tatanama tumbuhan, diklasisfikasikan kedalam :

Kingdom : Plantarum

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Clas : Dikotyledonae

Sub klas : Symperalae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativa L.

2.1.1. Beberapa jenis varietas tanaman mentimun

Tanaman mentimun termasuk jenis tanaman sayur-sayuran buah

(Cucurbitaceae). Beberapa jenis tanaman lain yang masih satu famili dengan

mentimun diantaranya semangka, wuluh belewah, dan melon. Berdasarkan cara


12

pemeliharaan mentimun terbagi dua jenis yaitu varietas hibrida diantaranya Hercules

dan OP/open polingated (Nawangsih, 2001).

Varietas Hercules diproduksi oleh Chia Tai Seed, Thailand. Tanaman ini

pertumbuhanya kuat dan bercabang banyak, tahan terhadap penyakit embun pagi.

Buah beragam, tidak berongga, cukup tebal, dan rasanya tidak pahit. Buah berbentuk

panjang silindris dan kulitnya berwarna hijau tua. Buah memiliki ukuran panjang 18

cm dan diameter 4 cm, berat buah 350 – 400gr. Setiap tanaman dapat menghasilkan

5 – 5,5 kg dengan jumlah buah 10 – 16. Umur panen tanaman 35 hts

(Cahyono, 2003).

Untuk produksi mentimun hijau yang diramalkan akan mampu menduduki

posisi brand image diareal Sumbagsel ini, PT. Tanindo Subur Prima memiliki produk

handal, yakni Hercules 56. Hercules 56 adalah mentimun hibrida yang merupakan

hasil persilangan yang kini dikembangkan oleh PT. BISI (Benih Inti Subur Intani),

Kediri Jawa Timur (Harist, 2001).

Bila dilihat dari segi hasilnya dapat mencapai 5 kg per tanaman, dengan

jumlah buah antara 10 – 16 buah pertanaman. Panen pertama biasanya dimulai pada

umur 35 hts, sedangkan masa panen mampu bertahan hingga 60 hari setelah tanam.

Bila tanaman dalam kondisi yang baik dapat dipanen hingga 17 kali. Ada pun

kelebihan lainya adalah penggunaan benih / kebutuhan benih yang cukup hemat yakni

antara 750 hingga 800 gr/ha dengan jarak tanam 40 cm x 50 cm (Harist 2001).
13

Keungulan komperatif dibandingkan timun sejenis diantaranya : daya tahan

terhadap serangan hama penyakit Downy Mildew relatif kuat, penampilan tanaman

maupun vigornya kuat dan bercabang banyak, bahkan ada kecendrungan

pertumbuhanya kesamping. Pertubuhan menyamping ini tentu sangat positif karena

berarti banyak cabang – cabang yang lebih produktif. Di samping, itu buah seragam

tidak berongga dengan warna yang hijau tua dan tidak berasa pahit sedikit pun.

Potensi tumbuhnya pun cukup luas, yakni dari dataran renda hingga pada dataran

yang cukup tinggi (Harist, 2001).

Selama ini timun Hercules lebih menguasai pasar, hal ini dikarnakan pertama

sejarah perkembangan dalam pengenalan produk yang memang lebih didahulu

daerah, kemudian yang kedua oleh karena orang – orang di daerah ini mengenal lebih

dahulu tentang karakteristik timun ini, yakni yang lebih tahan lama, tidak muda

keriput sehingga pedagang lebih menyukainya karena memiliki waktu yang lebih

panjang untuk memasarkanya (Harist, 2001).

Mentimun hibrida terdiri dari Asian Star 22 dan Pretty swallau. Asian star

memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1) banyak percabangan,

2) warna buah putih,

3) panjang buah 15 - 19 cm,

4) diameter 3 - 4 cm,
14

5) dipanen umur 35 hst.

Hercules 56 memiliki ciri - ciri sebagai berikut :

1) percabangan yang banyak,

2) warna buah hijau,

3) panjang buah 15 - 20 cm,

4) diameter 4 cm,

5) umur panen 35-60 hst (Rukmana, 1994).

Pretty Swallow mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :

1) buah berbentuk lurus,

2) berwarna hijau,

3) berduri putih,

4) panjang 20 - 21 cm,

5) jenis ini cocok untuk asinan.

Shout Swallow mempunuyai ciri - ciri sebagai berikut :

1) warna buah hijau,

2) panjang 45 cm,

3) diameter 3,5 cm.

Yang kedua jenis mentimun OP (Open polingated) terdiri dari mars, Pluto dan

local. Varitas mars memiliki ciri - ciri sebagai berikut : Umur panen 34 hst, buah

muda berwarna hijau dan buah tua berwarna coklat bersisik, panjang 15 - 18 cm.
15

Pluto memiliki ciri - ciri sebagai berikut : umur panen 33 hst, buah muda berwarna

hijau muda, buah tua berwarna kuning sampai coklat bersisik, panjang 11 - 1 3 cm.

Venus : umur panen 32 hst, buah muda berwarna hijau keputihan dan buah tua

berwarna putih sampai kuning, panjang 14 - 18 cm. Lokal : umur panen 30 - 35 hs,t

warna buah beragam arna putih, hijau keputihan, kuning, coklat panjang antara 12 -

19 cm (Sumpena, 2001).

2.1.2. Akar

Tanaman mentimun terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Tanaman mentimun memiliki akar tunggang dengan bulu akar, tetapi daya tembusnya

relatif dangkal dangan kedalaman sekitar 30 - 60 cm. Untuk membantu

pertumbuhanya penggemburan tanah perlu dilakuan minimal kedalaman tersebut

tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air

(Imdad, 2001).

2.1.3. Biji

Biji mentimun berbentuk pipih, kulitnya berwarna putih atau putih kekuning -

kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman.

Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, lunak, menjalar, dan

berbulu berair, berbentuk pipih, berambut halus, berbuku – buku, berwarna hijau
16

segar, batang utama dapat menumbuhkan cabang anakan. Luas batang atau buku -

buku berukuran 7 - 10 cm dan diameter 10 - 15 mm tergantung varietasnya

(Nawangsih, 2001).

2.1.4. Daun

Daun mentimun berbentuk bulat lebar, persegi mirip jantung, dan bagian

ujung daunya meruncing. Daun ini tumbuh berselang - seling keluar dari buku - buku

(ruas) batang. Bunga mentimun berbentuk terompet berwarna kuning bila suda mekar

mentimun termasuk tanaman berumah satu artinya bunga jantan dan bunga betina

letaknya terpisah, tetapi masih dalam satu tanaman (Rukmana, 1994).

2.1.5. Bunga

Bunga betina mempunyai bakal buah yang bengkok terletak dibawah mahkota

bunga, sedangkan pada mahkota bunga jantan tidak mempunyai bakal buah yang

membengkok. Bunga jantan keluar beberapa hari lebih dulu baru bunga betina

muncul pada ruas ke enam setelah bunga jantan. Buah mentimun menggantung dari

ketiak antara daun dan batang bentuk ukuranya bermacam - macam antara 12 - 25 cm

dan diameter 2 - 5 cm. Kulit buah mentimun ada yang berbintik - bintik, ada pula

yang halus. Warna kulit buah antara hijau keputih - putihan, hijau muda dan hijau

gelap sesuai dengan varietas (Cahyono, 2003).


17

2.2. Syarat Tumbuh Mentimun

Mentimun dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah, dataran menengah,

sampai dengan dataran tinggi. Mentimun diusahakan sebagai tanaman utama atau

sebagai tanaman sela setelah panen padi dan palawija. Di dataran tinggi mentimun

diusahakan setelah tanaman cabai atau tomat dan dalam budidayanya digunakan

teknologi mulsa plastik hitam perak.

Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas

sayuran komersial lainnya. Penerapan usaha tani yang intensif, kondisi iklim yang

cocok, dan penerapan kultur teknis tanaman di lapangan secara tepat merupakan hal

yang perlu diperhatikan dan tidak dapat diabaikan.

2.2.1. Kecocokan tanah dan ketinggian tempat

Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap

lingkungan tumbuhan dan tidak membutuhkan perawatan dengan khusus, tanaman

mentimun dapat ditanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi 1000 M di atas

permukaan laut (dpl).

selama masa pertumbuhanya, tanaman mentimun membutuhkan iklim, sinar

matahari cukup (tempat terbuka), temperatur berkisar 21,1 - 26,7˚ C (Prajnata, 2001).

Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Hal ini

akan mengakibatkan bunga - bunga yang terbentuk berguguran, sehingga gagal


18

membentuk buah. Demikian juga daerah temperatur siang dan malam harinya

berbeeda sangat mencolok, sering memudahkan penyakit tepung atau powdery

mldew maupun busuk daun (Kalie, 2001).

2.2.2. Iklim yang sesuai

Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup terhadap lingkungan

tumbuhanya. Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga mentimun dapat di tanam dari

dataran rendah sampai dataran tinggi (1000m dpl) (Smadi, 2002).

Pada masa pertumbuhan, tanaman sangat cocok ditanam di lahan terbuka

dengan suhu berkisar antara 21˚ C - 27˚ C. Panjang atau lama penyinaran, intensitas

penyinaran, dan suhu udara, merupakan faktor yang penting karena berpengaruh

terhadap munculnya bunga betina. Panjang penyinaran lebih dari 12 jam perhari

dengan intensitas dan suhu udara yang tinggi, tanaman mentimun lebih banyak

membentuk bunga jantan (Gynoecious ). Sebaliknya, pada panjang penyinaran

kurang dari 12 jam perhari, dengan intensitas sinar dan suhu udara yang rendah

ternyata tanaman mentimun lebih banyak membentuk bunga betina (monoecious)

(Sumpena, 2001).
19

2.2.3. Tanah

Tanah merupakan media dasar bagi tanaman, maka harus mampu memberikan

lingkungan yang cocok bagi tanaman agar akar tanaman dapat menyerap unsur hara

dan air dengan baik. Tanaman mentimun tidak dianjurkan ditanaman pada tanah

becek karena akan menyebabkan kematian (Sarief, 1996).

Semua tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk di tanami

mentimun. Supaya produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman mentimun

membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak

menggenang dan memiliki pH 6 - 7 (Sarief, 1996).

Tanah yang memiliki sifat kimia dan biologinya kurang baik sering kali

menghambat partumbuhan mentimun sehingga produksinya menurun dan kualitasnya

merendah. Pada tanah masam (di bawah 5) dapat menyebabkan tanaman mentimun

unsur hara dan kekurangan garam - garam mineral. Tanah yang becek dapat

memudahkan berjangkitnya penyakit layu bakteri. Oleh karena itu pengolahan lahan

untuk tanaman mentimun perlu perbaikan drainase, pengolahan tanah, pemberian

bahan organik dan pengapuran (Hardjowigeno, 1997).

Apabila tanah bersifat asam perlu diberi kapur dolamit dosisnya ditentukan

oleh tingkat keasaman tanah. Semakin rendah pH tanah, semakain banyak kapur

dolamit atau kalsiat yang harus diberikan pada tanah. Namun demikian, pada tanah

yang terlalu asam tidak dianjurkan untuk di tanami mentimun.


20

2.3. Peranan Pupuk Kandang Lembu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi


Mentimun

Menurut ( Lingga, 2007). Pupuk Kandang Lembu merupakan pupuk

yang berasal dari campuran kotoran Lembu dari urine, serta sisa –sisa

makanan yang tidak dapat dihabiskan.

Pupuk Kandang Lembu mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari

pupuk alam lainnnya maupun dari pupuk buatan. Sifat – sifat baik ini antara

lain :

a. Merupakan humus (bunga tanah), yang merupakan zat-zat organis yang

terdapat didalam tanah yang terjadi karena proses pemecahan sisa-sisa

tanaman dan hewan, terdiri dari zat organis yang sedang mengalami

pelapukan, zat organis peralihan yang masih dan sedang mengalami

pemecahan yang tidak pecah lagi menjadi susunan yang lebih sederhana.

b. Sebagai sumber hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang amat penting

bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

c. Menaikkan daya menahan air (water capacity).

d. Banyak mengandung mikroorganisme.

Menurut ( Lingga, 2007). Biasanya kandungan dari Pupuk Kandang

Lembu yaitu 86 % H2O, 0,60 % N, 0,15 % P2O5, 0,45 %K2O. Ini merupakan

gambaran rata-ratanya. Hal ini sangat bervariasi dan tergantung pada keadaan
21

sekitarnya dan dapat dilihat jenis-jenis pupuk kandang dan presentase hara

yang dikandungnya pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1. Jenis-jenis Pupuk Organik dan Persentase Hara yang Dikandung.

Jenis Pupuk Persentase Kandungan Hara %


Organik Nitrogen Posfor Kalium
Sapi/Lembu 0,8 - 1,2 0,44 – 0,88 0,4 – 0,8
Domba/Kambing 2,0 -3,0 0,88 2,1
Ayam (Unggas) 1,5 – 3,0 1,15 – 2,25 1,0 – 1,4
Sumber : Darmono dan Tripanji, 2009.
Pupuk Kandang Lembu, disamping mengandung unsur makro seperti

nitrogen, phosphor, dan kalium, juga mengandung unsure mikro seperti kalsium,

magnesium, tembaga, dan sejumlah kecil mangan, coper, dan boron. Adapun dosis

pemupukan untuk bibit tanaman mentimun adalah 30 ton/ha atau sama dengan 3

kg/tanaman (Nurtika, 2001).

2.4. Peranan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Mentimun

Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang

diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor

dan kalium. Sedangkan unsur sulfur, kalsium, magnesium, besi, tembaga, seng, dan

boron merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (mikronutrien).

Pupuk NPK 16-16-16 adalah pupuk yang mempunyai kombinasi nitrogen (N),

fosfor (P), dan kalium (K) yang dirancang untuk memaksimalkan hasil dan kualitas.
22

Pupuk NPK ini terdiri dari 4 jenis yaitu NPK 16-16-16, NPK 15-15-15, NPK 25-7-7,

NPK 14-14-21. Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 ini diberikan 2 minggu sekali terhadap

tanaman dengan dosis 15 gr/tanaman (Lingga, 2007).

Tanaman yang kekurangan pupuk NPK 16-16-16 akan memperlihatkan

gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun

tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak merah coklat.

Selanjutnya, daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil,

mutu jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan. Maka pupuk NPK 16-16-16

sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan, kualitas dan produksi tanaman

cabai. Pada penelitian ini digunakan pupuk NPK 16-16-16 sebab unsur haranya lebih

tinggi meskipun kandungan zat haranya sama. Ada Beberapa Unsur hara yang

terkandung dalam pupuk NPK adalah sebagai berikut :

2.4.1. Nitrogen

Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman ialah untuk merangsang

pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu

nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna

dalam pembentukan Fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan

berbagai persenyawaan organik lainya. Pupuk nitrogen atau pupuk buatan adalah

jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia
23

sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara

yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal

dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya

satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya

mengandung unsur nitrogen.

Pupuk nitrogen dalam bentuk urea sudah menjadi kebutuhan bagi tanaman.

Untuk mengetahui kebutuhan hara pada tanaman mentimun perlu dilakukan

pemupupukan. Karena pupuk merupakan salah satu unsur hara yang di butuhkan

tanaman terutama unsur N.

Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman mentimun di perlukan

pemupukkan yang tepat sesuai anjuran. Strategi pemberian unsur hara N yang

optimal bertujuan agar pemupupukan dilakukan sesuai kebutuhan tanaman sehingga

dapat mengurangi kehilangan N dan meningkatkan serapan N oleh tanaman. Untuk

mencukupi hara tanaman, maka peningkatan kesuburan tanah secara alami melalui

daur ulang nutrisi tanaman, harus di optimalkan mengandalkan perbaikan aktivitas

biologis, serta fisik dan kimia tanah.

Nitrogen berasal dari organik (sisa-sisa tanaman / sampah tanaman) yang

melapuk, yang ternyata dapat menyuburkan tanah sehingga tanah tersebut mampu

untuk pertumbuhan tanaman dan memberikan hasil bagi pertumbuhan mentimun.


24

Pelapukan-pelapukan yang telah melangsung membentuk pupuk organik, sedangkan

N yang berasal dari pupuk buatan, misalnya Urea dan ZA.

Tanaman yang kekurangan unsur N (Nitrogen) menyebabkan tanaman

tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat. Daun menjadi hijau muda, terutama daun

yang suda tua, lalu berubah menjadi kuning. Selanjutnya daun mengering mulai dari

bawah kebagian atas. Jaringan-jaringanya mati, mengering, lalu meranggas. Bila

tanaman sempat berubah, buahnya akan tumbuh kerdil kekuningan dan lekas matang.

Kalau pada tanah tersebut tidak diberi pupuk yang mengandung unsur nitrogen maka

selamanya tanaman akan tumbuh kerdil (Lingga, 2007).

Gejalahnya berupa menguningnya daun. Kadang-kadang disertai dengan

berubahnya warna daun menjadi kemerahan sebagai akibat terbentuknya anthocyanin.

Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman melon warna ini mulai

dari ujung daun menjalar ketulang daun selanjutnya berubah warna kuning lengkap,

sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan. Jaringan daun mati

dan ini lah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan brwarna merah

kecoklatan.Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil. Perkembangan buah tidak

sempurna atau tidak baik, sering kali masak sebelum waktunya.Dapat menimbulkan

daun penuh dengan serat, hal ini disebabkan menebalnya membran sel daun,

sedangkan selnya sendiri berukuran kecil-kecil. Dalam keadaan kekurangan yang

parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus kebagian atas.
25

2.4.2. Fosfor

Fosfor (P) juga berperan penting bagi pertumbuhan mentimun, fosfor terdapat

dalam bentuk phitin, nuklein dan fatide.Merupakan bagian dari protoplasma dan inti

sel, sebagai bagian dari inti sel sangat penting bagi pembelahan sel, demikian pula

bagi perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk

H2PO¯4, dan HPO¯4.

Kekurangan unsur hara (P) ini akan menimbulkan hambatan pada

pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang seperti pada tanaman mentimun, melon

dan semangka. Daun-daunnya berwarna hijau tua atau keabu-abuan mengkilap sering

pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, tangkai-tangkai daun kelihatan

lancip-lancip, pembentukan buah jelek merugikan hasil selanjutnya mati. Hal ini di

karenakan pertumbuhan sistem perakaran yang buruk dan kurang berfungsi.

Tanah yang kekurangan fosfor pun akan jelek akibatnya bagi tanaman.

Gejalah yang tampak adalah warna daun seluruhnya berubah kelewat tua dan sering

tanpak mengkilap kemerahan. Tepi daun cabang dan batang terdapat warna merah

ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Kalau tanaman berubah buahnya

kecil, tampak jelek dan lekas matang. Pada tanah seperti itu perlu diberi pupuk yang
26

mengandung unsur fosfor. Kalau tidak, tanaman akan tetap bernasib jelek dan ahirnya

mati (Nurhayati, 1996).

Fosfor terdapat dalam bentuk phitim, nuklein dan fosfatide, merupakan bagian

dari protoplasma dan inti sel. Sebagai dari bagian inti sel sangat penting dalam

pembelahan sel, fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO¯4, dan HPO¯4.Bahwa

fosfor di dalam tanah dapat di golongkan dalam dua bentuk, yaitu bentuk organis dan

bentuk anorganis. Di dalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah sebagai zat

pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis (Soepardi, 1995).

Fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman mempercepat pertumbuhan akar semai,

dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman

dewasa pada umumnya, dapat mempercepat pembungaan, pemasakan buah, biji atau

gabah dan juga dapat meningkatkan produksi biji-bijian.

Bahwa fosfor didalam tanah dapat digolongkan dalam 2 bentuk yaitu bentuk

organis, dan bentuk anorganis. Di dalam tanah pungsi P terhadap tanaman adalah

sebagai zat penbangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis. Dengan

demikian statis, hanya sebagian kecil saja sesungguhnya yang terdapat dalam bentuk

anorganis sebagai ion-ion fosfat, sebagai bahan pembentuk fosfor terpencar-pencar

dalam tubuh tanaman semua inti mengandung fosfor dan selanjutnya sebagai

senyawa-senyawa fosfat di dalam sitoplasma dan memberan sel. Bagian-bagian tubuh

tanaman yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti dau-daun bunga,


27

tangkai-tangkai sari, kepala-kepala sari, butir-butir tepung sari, daun buah serta bakal

biji ternyata mengandung P jadi bagian maksud mendorong pembentukan bunga dan

buah sangat banyak di perlukan unsur P (Prajnata, 2002).

2.4.3. Kalium

Pupuk (K) kalium juga penting bagi tanaman mentimun khususnya pada

pembentukan daun, tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium

akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengkrut atau keriting terutama pada

daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak-bercak

merah coklat. Selanjutnya daun akan mengeriting, lalu mati.Buah tumbuh tidak

sempurna kecil, jelek, hasilnya rendah, dan tidak tahan simpan. Kalau menemukan

tanda-tanda seperti itu maka segeralah melakukan pemupukan kalium

(Rahardi, 1999).

Elemen ini dapat dikatakan elemen yang langsung pembentuk bahan organic,

dalam hal ini dapat di tegaskan, bahwa kalium berperan membantu pembentukan

protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman,

meningkatkan risistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan kualitas biji/buah.

Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda), menurut

penelitian kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang

banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Pada se-sel zat
28

ini terdapat sebagai ion didalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan

bagian penting dalam melaksanakan turgor, yang disebabkan oleh tekanan osmotis.

Selain itu kalium mempunai pungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang,

ang berarti apabila tanaman sama sekali tidak diberi kalium, maka asimilasi akan

terhenti (Mulyani, 2010).

Kebutuhan (K) ini sesungguhnya cukup tinggi dan dalam hal ini apabila akan

K tidak tercukupi akan terjadi translokasi K dari bagian-bagian tanaman yang tua

kabagian muda. Berbeda kebagian unsur-unsur N, S dan P (terdapat dalam protein)

tetapi kalium tidak terdapat dalam protein. Protoplasma, selulosa, sehingga diduga

bahwa K hanya bersipat sebagai katalisator. Terlepas dari kenyataan ini K

mempunyai peranan penting dalam tanaman yaitu dalam peristiwa-peristiwa

fisiologis (Marsono, 2003).

Tanaman yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejalah-

gejalah seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walau pun tidak

merata. Kemudian pada daun akan menimbul bercak-bercak merah coklat,

selanjutnya daun akan mengering, lalu mati. Buah tumbuh tidak sempurna, kecil,

mutunya jelek, hasilnya renda, dan tidak tahan simpan. Kalau menemukan tanaman

tanda-tanda seperti ini maka segera lah melakukan pemupukan kalium.


29

2.5. Hama Dan Penyakit Dominan Pada Mentimun

Hama penting yang menyerang tanaman mentimun, yaitu:

1. Aulocophora similis oliver (oteng-oteng).

Hama ini berupa kumbang daun yang panjangnya ± 1 cm, bersifat pemangsa

segala jenis tanaman (polifag) serta dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman

lain dengan terbang. Hama ini merusak dan memakan daging daun, sehingga

menimbulkan gejala bolong-bolong dan jika serangan cukup berat maka semua

jaringan daun habis dimakan dan tinggal tulang-tulang daunnya. Pengendaliannya

dengan cara melakukan rotasi tanaman, waktu tanaman serempak dan disemprot

dengan insektisida atau pengendalian natural BVR atau PESTONA.

2. Thrips dan Aphids

Dua jenis kutu pengisap cairan tanaman, yaitu Thrips sp. dan Myzus persicae.

Thrips suka mengisap pucuk tunas dan bunga, sehingga daun mengeriting serta

bentuk buah menjadi abnormal dan berbercak cokelat. Hama Aphids ini akan

mengisap cairan tanaman dari pucuk hingga daun bagian bawah. Serangan hama ini

lebih sporadis dan menyebabkan daun mengeras, menggulung ke bawah, dan

berembun jelaga berwarna hitam sehingga, proses fotosintesis menjadi terganggu.

Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik hitam perak. (b) hindari

menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih tua dan terserang
30

penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan tanaman sefamili

lainnya, seperti melon, semangka, dan waluh. Pemberantasannya melalui (a) jika

serangan banyak dilakukan oleh Thrips sp., lakukan penyemprotan insektisida yang

tepat pada sore hingga malam hari. Jika hanya aphids yang menyerang, penyemprotan

bisa dilakukan pada pagi atau sore hari, (b) beberapa contoh insektisida yang bisa

digunakan adalah Arrivo 30 EC, Marshal 200 EC, Pounce 20 EC dan Confidor 5 WP.

Gunakan dosis sesuai anjuran yang tertera di labelnya.

3. Mites

Bisa disebabkan oleh Tarsonomus sp.,Tretahichus sp., dan Hermitarsonemus

sp.Hama ini termasuk jenis akarina. Bentuk tubuhnya seperti laba-laba; berukuran 1 -

2 mm; serta berwarna cokelat, merah, dan kuning. Binatang ini disebut juga tungau.

Biasanya, tungau akan mengisap cairan tanaman. Perilakunya seperti aphids,

bergerombol di balik daun. Serangan hama ini akan menyebabkan daun mengeras dan

muncul karat di balik daun. Pencegahannya dengan cara (a) gunakan mulsa plastik

hitam perak, (b) hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang lebih

tua dan terserang penyakit. Selain itu, hindari juga menanam berdekatan dengan

tanaman sefamili, seperti melon, semangka dan waluh. Pemberantasannya melalui:

(a) semprot dengan akarisida (pestisida untuk jenis akarina) yang tepat sasaran.

Lakukan penyemprotan pada pagi atau sore hari. Arahkan mata spray ke balik daun.

(b) contoh beberapa akarisida yang bisa digunakan adalah Kelthane 200 EC,
31

Morestan 25 WP, Meothrin 50 EC, dan Omithe 570 EC. Gunakan dosis sesuai

dengan anjuran yang tertera di label kemasan.

Sedangkan beberapa penyakit yang dominan pada tanaman mentimun yaitu:

1. Downy Mildew atau Embun Bulu

Penyakit ini disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis. Serangan penyakit

ini menimbulkan gejala awal berupa bercak kuning yang berbentuk kotak mengikuti

alur tulang daun. Serangannya dimulai dari daun yang sudah tua. Semakin lama,

bercak kuning semakin lebar dan daun mengering, Pencegahannya dengan cara: (a)

hindari menanam berdekatan dengan tanaman mentimun yang umurnya lebih tua, (b)

perbaiki saluran drainase, terutama pada musim hujan, dan (c) lakukan sanitasi lahan

secara rutin. Pemberantasannya dengan cara (a) jika tampak gejala awal, segera

semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan mata spray ke permukaan daun bagian

atas dan bawah, (b) beberapa contoh fungisida yang bisa digunakan adalah Anvil 50

5C, Nimrod 250 EC dan Score 250 EC. Gunakan dosis yang sesuai dengan anjuran.

2. Powdery Mildew atau Embun Tepung

Penyakit ini disebabkan oleh Erisiphe sp. Gejalanya hampir sama dengan

gejala downy mildew tetapi terdapat serbuk putih seperti tepung yang muncul di balik

daun.Pencegahannya dengan cara (a) hindari menaman berdekatan dengan tanaman

mentimun yang umurnya lebih tua, (b) perbaiki saluran drainase, terutama pada

musim hujan dan, (c) lakukan sanitasi lahan secara rutin.Pemberantasannya melalui
32

(a) ketika gejala awal muncul, segera semprot dengan fungisida yang tepat. Arahkan

mata spray lebih dominan ke permukaan daun bagian bawah. (b)fungisida yang bisa

digunakan di antaranya Afugan 300 EC, Score 250 EC, dan Morestan 25 WP.

Gunakan dosis sesuai dengan anjuran yang tertera di label kemasan.

3. Antraknose.

Penyebabnya adalah cendawan Colletotrichum Lagenarium Pass. Gejala mua

bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk agak bulat atau bersudut-sudut sehingga

daun mati, gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara

lembab, ditengah bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah.Pengendaliannya

pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

4. Bercak Daun Bersudut.

Penyebabnya cendawan Pseudomonas Lachrynmans, Menyebar pada musim

hujan. Gejalanya, berupa daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan

berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering

dan berlubang. Pengendalian dengan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

Penyakit lain yang menyerang tanaman mentimun, yaitu virus, kudis (scab) dan

busuk buah (Lasarus, Pusluhtan).


33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah Benih

Mentimun, Tanah topsoil, Pupuk Kandang Lembu, Pupuk NPK Mutiara 16-16-16,

Insektisida (Perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Thiodan 35 EC dan Decis 2,5

EC), Fungisida Derasol 60 Wp dan Dithane M-45, Baktersida Agrimycin/Agrept, dan

Air. Sedangkan alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Cangkul, Parang,

Parang babat, Gembor, Schliper, Alat ukur, Hand sprayer, Timbangan, Gergaji, dan

Alat tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1. Faktor pemberian pupuk Kandang Lembu dengan 4 taraf yaitu :

- K0 : Tanpa perlakuan

- K1 : Pemberian pupuk Kandang Lembu 2,5 kg / tanaman

- K2 : Pemberian pupuk Kandang Lembu 3 kg / tanaman (Nurtika, 2001)

- K3 : Pemberian pupuk Kandang Lembu 3,5 kg / tanaman


34

2. Faktor pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dengan 3 taraf yaitu :

- N0 : Tanpa perlakuan

- N1 : pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 15 gr/tanaman (Lingga,2007)

- N2 : pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 17 gr tanaman

3.3. Analisa Data

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yijk : μ + pi + aj + βk + (aβ) jk + ∑ijk

Dimana :

Υijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-1, di perlukan pupuk Kandang


Lembu pada taraf ke-j dan pengaruh diperlukan pupuk NPK
Mutiara 16-16-16 taraf ke-k.
μ = Efek dari nilai tengah

Sl = Eefek dari ulangan ke-1

Lj = Efek dari pupuk Kandang Lembu taraf ke-j

βk = Efek dari pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada taraf ke-k

Jk = Efek dari pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada taraf ke - 1

(Lβ)jk = Efek dari pupuk Kandang Lembu interaksi pada taraf ke-j dan
pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada taraf ke-k
Σ (ijk) = Efek acak pada ulangan ke-i perlakuan pupuk Kandang Lembu
taraf ke-j dan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 taraf ke-k
(Hanafiah, 2010).
35

Tabel 3.1. Daftar Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok.

SK Db JK KT Fhit F0,05
Ulangan r-1 = 2 JKR KTR KTR/KTG 3,44
Perlakuan t-1 = 11 JKT KTT KTT/KTG 2,26
Galat (r-1)(t-1) = 22 JKG KTG    
Total 35 JKT      
Sumber : Gomez & Gomez (2007)

Keterangan :

Apabila F hitung pada analisis ragam menunjukan keragaman nyata maka untuk

melihat perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji

Scott Knott pada taraf 0,05. Terlebih dahulu menyusun nilai rata-rata perlakuan

menurut urutan besarnya, dimulai dari yang terkecil sampai yang terbesar atau dari

yang terbesar sampai yang terkecil. Menghitung total kumulatif positif dan total

kumulatif negatif dari nilai rata-rata perlakuan. Menghitung nilai Boi untuk setiap

pasangan gugus, kemudian nilai yang maksimum dijadikan sebagai batasan untuk

membagi gugus menjadi dua jika seandainya data perlakuan berbeda nyata maka diuji

lanjut menggunakan Scott Knott (Wijaya, 2011)

Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :

1. K0N0 4. K1N0 7. K2N0 10. K3N0


2. K0N1 5. K1N1 8. K2N1 11. K3N1
3. K0N2 6. K1N2 9. K2N2 12. K3N2
Jumlah ulangan (n) adalah :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(12-1) (n-1) ≥ 15
36

11 (n-1) ≥ 15

11- n (11) ≥ 15

11- n ≥ 15 + 11

n ≥ 26/11

n = 2,36

n = 3 ulangan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 12 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 432 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN
37

4.1. Persemaian

Persemaian dilakukan sebelum penanaman langsung di lapangan. Benih di

semai di polibag ukuran 4x7 cm. Media polibag terdiri dari campuran tanah : pupuk

organik dengan perbandingan 1 : 1. Selama dalam persemaian, bibit disiram air 1–2

kali sehari, serta disemprot dengan fungisida atau insektisida untuk mencegah

serangan hama atau penyakit dengan dosis rendah. Pindah tanam dilakukan setelah

bibit berumur 5-7 hari (Agus, 2002).

4.2. Pengolahan Lahan

Lahan yang tersedia dibajak dan digaru untuk menciptakan kondisi tanah yang

berstruktur gembur, kemudian di bentuk bedengan. Dalam bedengan ditambah pupuk

kandang Lembu dan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 sesuai dengan dosis perlakuan.

bedengan dicangkul untuk meratakan campuran pupuk.

4.3.. Pindah.Tanam
38

Satu hari sebelum pindah tanam, lahan diairi untuk menambah kelembaban

tanah. Pindah tanam dilakukan sore hari untuk memperpendek masa stress tanaman

akibat pindah tanam.

4.4.. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengairan, pemasangan para-

para, pengikatan, serta pengendalian hama dan penyakit.

4.4.1. Pemupukan

Pemupukan susulan dilakukan dengan pupuk kandang Lembu dan pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 yang di aplikasikan tiga kali dengan dosis sesuai perlakuan,

aplikasi pertama pada umur 12 hari setelah tanam (Hst), aplikasi kedua 25 Hst, dan

aplikasi ketiga dilakukan 45 Hst. Pemupukan dilakukan dengan cara di benamkan

pada sekeliling tanaman (Prihmantoro, 2005),

4.4.2. Pengairan

Pengairan rutin diberikan dengan melihat kondisi tanah, pada musim hujan,

yang harus diperhatikan adalah drainase yang harus terbuka untuk membuang air dari

dalam areal tanaman,

4.4.3. Pemasangan Para-para


39

Pemasangan para-para dilakukan sebelum pindah tanam. Hal ini untuk

mencegah kerusakan pada akar tanaman,

4.4.4. Pemangkasan.dan.Pengikatan

Pemangkasan adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh diruas

ketiga atau keempat. Dampak positif dari pemangkasan ini adalah mempercepat

pertumbuahan tanaman ke atas, pemangkasan dilakukan 3 minggu setelah tanam,

sedangkan pengikatan tanaman ke para-para dilakukan 5 Hst,

4.4.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan jenis hama dan

penyakit yang menyerang, di kontrol setiap 3 hari sekali, dan

4.5. Pemanenan

Panen pertama mentimun dapat dilakukan saat tanaman berumur 31 hari dan di

hentikan setelah 11 kali panen, dengan selang waktu pemetikan sehari sekali. Untuk

mempercepat pengeringan luka bekas pemotongan dan mencegah pembusukan pada

tangkai yang terpotong buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara

memotong tangkai buah dengan pisau tajam.

4.6. Pengumpulan Data


40

Setiap plot jumlah tanaman sampel yang diamati sebanyak 3 dari jumlah

tanaman 16 per plot. Parameter pengamatan  yang diamati sebagai berikut :

4.6.1. Umur berbunga (hari)

Umur berbunga di hitung pada saat tanaman berbunga mekar pada masing-

masing plot penelitian tanaman mentimun, yang diambil satu tanaman contoh.

Dimana setiap tamanan sampel dihitung umur berbunga dan kemudian dirata-ratakan

Pengukuran dilakukan setelah tanaman berumur 12 minggu setelah tanaman. 

4.6.2. Umur panen (hari)

Umur panen dihitung sejak pemanenan buah pertama dari masing - masing

plot penelitian sampai ke akhir pemanenan yang dapat di hitung. Dimana setiap

tamanan sampel dihitung umur panen dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran

dilakukan setelah tanaman berumur 12 minggu setelah tanaman atau pada saat panen. 

4.6.3. Jumlah buah (buah)

Dihitung pada saat setiap panen pada masing-masing tanaman

sampel/tanaman contoh sampai pada saat akhir pemanenan. Dimana setiap tamanan

sampel dihitung jumlah buah dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran dilakukan

setelah tanaman berumur 12 minggu setelah tanaman atau pada saat panen.
41

4.6.4. Berat buah pertanaman sampel (kg)

Berat buah/tanaman sampel dihitung dengan menimbang buah yang di panen

pada setiap tanaman contoh/sampel. Dimana setiap tamanan sampel dihitung berat

buah/tanaman sampel dan kemudian dirata-ratakan Pengukuran dilakukan setelah

tanaman berumur 12 minggu setelah tanaman atau pada saat panen.

4.6.5 Panjang buah (cm)

Pengukuran panjang buah dilakukan dengan cara pilih buah yang besar dan

panjang, diukur dari pangkal buah sampai diujung buah setelah itu dijumlahkan

dirata-ratakan. Pengukuran panjang buah pertanaman sampel dilakukan setelah

tanamanberumur 12 minggu atau pada saat panen

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


42

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh

pemberian Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 serta interaksi

keduanya pada parameter yang diamati seperti umur berbunga, umur panen, berat

buah pertanaman sample, berat buah perplot dan panjang buah dapat dilihat pada

Lampiran 4 sampai dangan Lampiran 8.

5.1.1. Umur berbunga (hari)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam umur berbunga umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 4. Untuk perlakuan Pupuk Kandang

Lembu pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang tidak nyata

dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata , sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh

yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari umur berbunga mentimun pada

perlakuan Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dapat dilihat

nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah

tanam yaitu nilai tertinggi pada K3N2 sebesar 9,55 hari dan nilai terendah pada

K0N0 sebesar 7,33 hari. Dari hasil rataan pada umur berbunga mentimun tersebut

dapat dilihat pada Tabel 5.1.


43

Tabel 5.1. : Rataan Umur Berbunga Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan N0 N1 N2 Rataan

K0 7.33 8.29 9.11 8.25

K1 8.21 8.61 9.23 8.68

K2 8.28 8.29 8.99 8.52

K3 8.28 8.66 9.55 8.83

Rataan 8.03 8.46 9.22 8.57

5.1.2. Umur Panen (hari)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam umur panen umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada lampiran 5. Untuk perlakuan Pupuk Kandang Lembu

pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh tidak nyata dan Pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh

yang nyata sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari umur panen mentimun pada

perlakuan Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dapat dilihat

nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu yaitu

nilai tertinggi pada K3N2 sebesar 166,88 hari dan nilai terendah pada K0N0 sebesar

125,55 hari. Dari hasil rataan pada umur panen mentimun tersebut dapat dilihat pada

Tabel 5.2.

Tabel 5.2. : Rataan Umur Panen (hari) Mentimun Umur 12 MST.


44

Perlakuan N0 N1 N2 Rataan

K0 125.55 128.66 141.11 131.77

K1 140.88 154.88 148.44 148.07

K2 148.66 150.66 155.77 151.70

K3 158.00 164.66 166.88 163.18

Rataan 143.27 149.72 153.05 148.68

5.1.3. Jumlah buah (buah)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam jumlah buah umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 12. Untuk perlakuan Pupuk Kandang

Lembu pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang tidak nyata

dan untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada umur 12 minggu setelah

tanam menunjukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan interaksinya juga menunjukkan

pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari jumlah buah mentimun pada

perlakuan Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dapat dilihat

nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah

tanam yaitu nilai tertinggi pada K3N2 sebesar 176,86 buah dan nilai terendah pada

K0N0 sebesar 114,18 buah. Dari hasil rataan pada jumlah buah mentimun tersebut

dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. : Rataan Jumlah Buah (buah) Mentimun Umur 12 MST.


45

Perlakuan N0 N1 N2 Rataan

K0 114.18 142.00 147.56 134.58

K1 151.11 156.30 158.87 155.43

K2 159.41 163.81 164.80 162.67

K3 168.13 169.09 176.86 171.36

Rataan 148.21 157.80 162.03 156.01

5.1.4. Berat buah/ tanaman sampel (gr).

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah/tanaman sampel umur

12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 13. Untuk perlakuan Pupuk

Kandang Lembu pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata dan untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada umur 12

minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan interaksinya

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah/tanaman sampel

mentimun pada perlakuan Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16

dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12

minggu setelah tanam yaitu nilai tertinggi pada K3N2 sebesar 26,54 gr dan nilai

terendah pada K0N0 sebesar 20,98 gr. Dari hasil rataan pada berat buah/tanaman

sampel tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.


46

Tabel 5.4. : Rataan Berat Buah/Tanaman Sampel (gr) Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan N0 N1 N2 Rataan

K0 20.98 22.49 23.64 22.37

K1 24.44 24.04 24.14 24.21

K2 24.86 24.92 26.32 25.37

K3 26.12 26.26 26.54 26.31

Rataan 24.10 24.43 25.16 24.56

5.1.5. Panjang buah (cm).

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam panjang buah umur 12 minggu

setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 15. Untuk perlakuan Pupuk Kandang

Lembu pada umur 12 minggu setelah tanam menunjukkan pengaruh yang sangat

nyata dan untuk perlakuan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada umur 12 minggu

setelah tanam menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan interaksinya

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari panjang buah mentimun pada

perlakuan Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dapat dilihat

nilai tertinggi dan nilai terendah pada tanaman mentimun berumur 12 minggu setelah

tanam yaitu nilai tertinggi pada K3N2 sebesar 22,92 cm dan nilai terendah pada

K0N0 sebesar 13,85 cm. Dari hasil rataan pada panjang buah tersebut dapat dilihat

pada tabel 5.6.


47

Tabel 5.6. : Rataan Panjang Buah (cm) Mentimun Umur 12 MST.

Perlakuan N0 N1 N2 Rataan

K0 13.85 15.16 15.80 14.49

K1 16.51 17.59 17.10 17.06

K2 17.52 18.48 21.24 19.08

K3 22.84 22.82 22.92 22.86

Rataan 17.68 18.51 19.27 18.49

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengaruh pupuk Kandang Lembu terhadap pertumbuhan dan produksi


tanaman mentimun

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk Kandang Lembu

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun, secara keseluruhan dapat

dijelaskan bahwa perlakuan pupuk Kandang Lembu berpengaruh sangat nyata

terhadap parameter berat buah pertanaman sampel dan panjang buah, sedangkan

terhadap parameter umur berbunga, umur panen dan jumlah buah tidak menunjukkan

hasil yang nyata pada umur 12 minggu,

Pupuk Kandang Lembu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap

berat buah pertanaman sampel. Hal ini di akibatkan pemberian pupuk Kandang

Lembu yang mengandung banyak Nitrogen dapat mengakibatkan pada proses

fotositensis, dengan adanya Nitrogen maka lebih banyak hasil fotosintesis di alirkan

ke buah untuk pembesarannya. Sehingga fotosintesis yang berupa karbohidrat,


48

protein, lemak vitamin dan zat lainnya akan disimpan dalam pembentukan buah. Hal

ini disebabkan karena pupuk Kandang Lembu juga berpengaruh sangat nyata

terhadap panjang buah yang merupakan komponen dari berat buah pertanaman

sampel. Atau dengan kata lain berat buah pertanaman sampel merupakan konversi

dari panjang buah.

Pengaruh pemberian pupuk Kandang Lembu sangat nyata terhadap berat buah

pertanaman sampel merupakan komponen dari panjang buah. Apabila panjang buah

semakin tinggi maka akan mengakibatkan berat buah pertanaman sampel akan

semakin tinggi juga. Dalam hal ini panjang buah sangat nyata akibat pemberian

pupuk Kandang Lembu, dengan demikian dapat dimengerti bahwa berat buah

pertanaman sampel sangat nyata.

Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti

umur berbunga, umur panen dan jumlah buah di akibatkan karena dipengaruhi oleh

factor genetik dan faktor lingkungan (Mulyani, 2010). Hal ini dapat dimengerti

bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari satu varietas,

sehingga potensi genetiknya sama.

5.2.2. Pengaruh pupuk NPK Mutiara 16-16-16 terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman mentimun.

Dari hasil analisa statistik menunjukakan bahwa pupuk NPK Mutiara

16-16-16 memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan berat buah pertanaman


49

sampel dan panjang buah. Namun demikian umur berbunga, umur panen dan jumlah

buah pengaruhnya tidak nyata.

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 berpengaruh nyata pada umur 12 MST

terhadap berat buah pertanaman sampel dan panjang buah. Hal in disebabkan oleh

jumlah populasi tanaman per satu satuan luas, dimana semakin banyak populasi

tanaman per satu satuan luas akan mengakibatkan timbulnya persaingan ketat

diantara tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan cahaya matahari. Dengan

cahaya yang kurang maka auksin tanaman aktif sehingga berat buah pertanaman

sampel dan panjang buah.akan meningkat. Terlihat bahwa tanaman yang terbaik

adalah pada perlakuan N2 (17 gr/tanaman). Hal ini menunjukkan bahwa semakin

padat populasi tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin banyak jumlah

daun untuk berusaha mendapatkan cahaya matahari dengan memberikan respon

tanaman pada berat buah pertanaman sampel dan panjang buah..

Perlakuan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap berat buah pertanaman sampel. Hal ini di duga karena pupuk Kandang

Kambing yang semakin banyak, dimana tanaman dapat memanfaatkan energi hasil

tersebut digunakan untuk meningkatkan panjang buah.

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 yang berpengaruh tidak nyata terhadap umur

berbunga, umur panen dan jumlah buah. Hal ini di duga karena umur berbunga, umur

panen dan jumlah buah dikendalikan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan
50

tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (2007), yang menyatakan

genotif dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah dan menentukan potensial

untuk jumlah bunga , jumlah asimilasi yang diproduksi dan pembagian fotosintesa.

5.2.3. Interaksi pemberian pupuk Kandang Lembu dengan pupuk NPK Mutiara 16-
16-16 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun.

Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk Kandang Lembu dan Pupuk

NPK Mutiara 16-16-16 menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua

parameter yang diamati. Menurut Mulyani (2010) menyatakan bahwa dibandingkan

faktor lain, sehingga faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-masing faktor

bekerja sendiri-sendiri. Atau dengan kata lain masing masing perlakuan baik Pupuk

Kandang Lembu tidak dipengaruhi oleh Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 demikian

sebaliknya.

Menurut Lingga (2007), bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesuburan tanaman, yaitu :

- Struktur tanah

- Derajat keasaman tanah (pH), dan

- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman.

Menurut Mulyani (2010), bahwa pada Pupuk Kandang Lembu terdapat unsur

Natrium yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi atau

mencegah pengisapan kalium (K) yang berlebihan.


51

BAB VI

KESIMPU`LAN DAN SARAN


52

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Perlakuan pemberian pupuk Kandang Lembu berpengaruh sangat nyata

terhadap parameter berat buah pertanaman sampel dan panjang buah,

sedangkan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter umur berbunga,

umur panen dan jumlah buah.

2. Perlakuan pemberian pupuk NPK Mutiara 16-16-16 menunjukkan

pengaruh yang nyata terhadap parameter berat buah pertanaman sampel,

dan panjang buah, Sedangkan yang tidak menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap parameter umur berbunga, umur panen dan jumlah buah.

3. Interaksi pupuk Kandang Lembu dan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 tidak

berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :


53

1. Untuk sementara pemberian Pupuk Kandang Lembu dianjurkan dengan

dosis 3,5 kg/tanaman (K3).

2. Untuk sementara pemberian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 lebih baik

dengan dengan dosis 17 gr/tanaman (N2).

3. Perlu penelitian lebih lanjut dianjurkan memberi pupuk Kandang Lembu

dengan taraf diatas 3,5 kg/tanaman dan untuk penggunaan pupuk NPK

Mutiara 16-16-16 dengan taraf dimulai 17 gr/tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
54

Agus. 2002. Budidaya Mentimun Dengan Menggunakan Pupuk Organik. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Cahyono, 2003. Budidaya Tanaman Mentimun. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Gomez, Kwanchai A. Dan Arturo A. Gomez. 2007. Prosedur Statistik Untuk


Penelitian Pertanian; Penerjemah Endang Sjamsuddin, Justika S. Baharsjah.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI – Press).

Hardjowigeno, 1997. Dasar-Dasar ilmu tanah. Erlangga. Jakarta.

Harist, 2001. Menuju Pertanian Tangguh, Jakarta

Hanafiah. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta.

Hembing, 2000. Diktorat Bina Program Tanaman Pangan. Yogyakarta

Higa dan Widan. 2003. Pedoman Bertanam Mentimun. CV. Yrama Widya, Bandung.

Intan, 2010. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaanya. Penebar Swadaya Jakarta.

Imdad, 2001. Sayuran Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kalie, 2001. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisisu. Yogyakarta.

Lingga, 2007. Aneka Jenis Tanam dan Pengunaanya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marsono, 2003. Serapan Unsur Kaliun di Dalam Tanah. Depok Estate.

Musnamar, 2006. Pranan Pupuk Kandang. Penebar Swadaya. Jakarta.


55

Mulyani, 2002. Pranan Pupuk fosfor Terhadap Tanaman Sayuran. Sinar Baru
Algesindo. Bandung.

Nawangsih, 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya Jakarta

Nurtika, 2001. Dosis Pupuk Kandang Untuk Tanaman Semusim. CV. Simelex Argo
Media Pustaka. Depok Estate.

Nurhayati, 1996. Pranan Pupuk fosfor Untuk Tanaman Semusim. PT. Argo Media
Pustaka. Depok Estate.

Prajnanta. 2002. Kiat Sukses Bertanam Mentimun di Musim Hujan. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Prihmantoro. 2005. Mengatasi Permasalahan Bertanam Mentimun. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Rahardi, 1999. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Unipersitas Gajah Mada Press.


Yogyakarta.

Rukmana, R 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta.

Rusmaili, 2011. Manpaat Dari Penggunaan Pupuk Organik. Erlangga. Jakarta.

Sarif, 1996. Kunci Bercocok Tanaman Sayur-Sayuran Penting di Indonesia. Sinar


Baru Algessindo. Bandung.

Simatupang et, al, 2008. Berbagai Macam Jenis Pupuk kandang. Abdi Tani. Edisi IX.
Vol. 2.no.6.

Susilo, 2009. Pemupukan Yang Efektif. PT. Agro Media Pustaka. Depok.

Sumpena, 2001. Kiat Bercocok Tanam Sayuran Organik. Lembaga Sehat Dompet
Dhuafa Republika.
56

Sutanto, 2000. Pengaruh Komposisis Media Tanam dan Pemberian Pupuk Kascing
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Melon. Kaninsius. Yogyakarta.

Sunarjono, 2011. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta. Penebar Swadaya

Smadi, 2002. Teknik budidaya mentimun. Deptan. Jakarta.

Soepardi, 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Tanah. Erlangga. Jakarta.

Wijaya. 2011. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya


Gunung Jati. Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai