DI
OLEH.
NAMA : NORMAINI
NIM : 12420326
FALKUTAS EKONOMI
T.A. 2013
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI (DIKTAT)
BAB I
KUHPerdata atau biasa di sebut juga dengan BW (Burgerlijk Wetboek) adalah suatu
Kitab Undang-undang yang berisi ketentuan yang mengatur hubungan hukum antara
orang (person) atau Badan Hukum (rechtspersoon) dengan orang atau Badan Hukum
lainnya .
Dalam hal ini hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang terjadi itu pada umumnya
berkaitan dengan suatu kepentingan perseorangan (privtas/sipil). Sehungga
KUHPerdata/BW merupakan undang-undang yang mengatur tentang hubungan hukum
perseorangan, berbeda dengan KUHPidana yang bersifat Publik (KepentinganUmum).
Sistematika KUHPerdata/BW terdiri dari 4 Buku yaitu :
Buku : I Mengatur tentang Orang dan keluarga (Van Persoon)
a. Subyek Hukum atau Hukum Orang
b. Perkawinan dan Hak Suami Istri
c. Kekayaan Perkawinan
d. Kekuasaan Orang Tua
e. Perwalian dan pengampuan
II Mengatur tentang Perihal Benda (Van Zaken)
a. Berit (Hak Punya)
b. Eigendom (Hak Milik Mutlak)
c. Opstal (Hak Pemilikan benda tidak bergerak)
d. Erfpacht (Hak mengusahakan tanah pertanian, perkebunan)
e. Hipotik (Pengalihan Benda Tidak Bergerak)
f. Gadai (Pengalihan Benda Bergerak)
III Mengatur tentang “Perikatan (Van Verbintenissen)
a. Jual Beli
b. Tukar menukar
c. Sewa menyewa
d. Perjanjian perburuhan
e. Badan Usaha
f. Borgtoch (perjanjian terikat pihak ketiga)
g. Perbuatan melanggar Hukum
IV. Mengatur tentang “Pembuktian dan Kadaluarsa” (Van Bewijs en Verjaring).
a. Macam-macam pembuktian seperti
- Surat;
- Saksi;
- Persangkaan;
- Pengakuan;
- Sumpah.
b. Lewat waktu (Daluarsa).
Sehubungan dengan KUHPerdata adalah merupakan hukum yang mengatur tentang
hubungan orang atau badan, maka sudah pasti akan terjadi suatu perjanjian atau
perikatan, maka dalam hal ini sesuai dengan Buku III KUHPerdata.
Pengertian Perikatan
adalah Hubungan hukum antara dua oargn atau lebih yang menimbulkan hak pada satu
pihak dan kewajiban pada pihak lainnya.
Pengertian perjanjian /persetujuan sesuai dengan Pasal 1313 KUHPerdata :
Perbuatan Hukum yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang saling mengikatkan diri.
Dalam sistem KUHPerdata Buku III adalah dengan sistem Terbuka dan mempunyai azas-
azas yang dikenal dalam Buku III yaitu :
Azas Konsensual (Pasal 1332)
Azas Kebebasan berkontrak (Pasal 1338 (1))
Azas Itikad Baik (Pasal 1338 (3))
Causa dimaksud adalah isi perjanjian/ tujuan diperjanjian Dalam perjanjian tersebut.
Maka bila dalam perjanjian/perikatan ada komponen dalam pasal 1320 KUHPerdata
tersebut tidak terpenuhi atau kurang, maka perjanjian tersebut tidak syah.
Menurut Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja, SH.LLM, bahwa anggapan bahwa hukum
bersifat statis yaitu menganggap hukum itu tidak dapat memainkan suatu peranan yang
berarti dalam proses pembaharuan itu sangatlah “SALAH” bahwa hukum itu sangat
mempunyai peranan dalam pembaharuan itu dapat kita lihat pada Amerika Serikat (1930)
dimana AS mempergunakan hukum sebagai dasar/alat untuk mewujudkan perubahan-
perubahan dibidang sosial. Jadi adigum bahwa “hukum tidak dapat mengkaper perubahan
sosial berkaitan dengan perubahan yang sangat cepat dimayarakat” tidaklah terbukti,
malah hukum memberikan motivasi terjadinya perubahan-perubahan dalam tatanan
kehidupan sosial.
Berbicara masalah bisnis seringkali orang akan mengatakan “Dagang”, memang kata
bisnis itu sendiri berasal dari Bahasa Inggris “Business” yaitu kegiatan usaha, tetapi
pengertian bisnis itu sendiri diartikan “sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang
dijalankan oleh orang atau badan secara teratur dan terus menerus, yaitu berupa kegiatan
mengadakan barang-barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjual
belikan, dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan
Tetapi dalam kegiatan bisnis itu sendiri dapat kita klasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Bisnis dalam arti kegiatan perdagangan (Commerce)Yaitu “keseluruhan kegiatan jual
beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan hukum , baik di dalam negeri
maupun di luar negeri dalam rangka mendapatkan keuntungan” Contoh : Produsen,
Dealer, agen, grosir toko dll.
2. Bisnis dalam arti kegiatan industri (Industry) yaitu : “kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya”contoh Industri
pertambambangan, perhutanan, perkebunan dll.
3. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (Service) yaitu “kegiatan yang menyediakan jasa-
jasa yang dilakukan oleh orang maupun badan” contoh jasa perhotelan, konsultan,
asuransi Pengacara, dll.
Dalam bisnis yang dilakukan lazimnya bisa dilakukan oleh perseorangan dan juga dengan
suatu perkumpulan dalam arti perkumpulan yang berbentuk badan hukum, maupun yang
tidak berbadan hukum. Sedangkan dasar Hukum Badan Hukum adalah:
a. BW (Burgeljk Wet Book) KUHPerdata Pasal 1818 – 1952
b. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) Pasal 16 – 19
c. UU No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan terbatas (PT)
(*)Semua UU di atas masih Sistem PT. Klasik
Menurut Undang-undang nomor I/1995 tentang PT yang mulai berlaku pada tanggal 7
Maret 1995, disebutkan dengan jelas definisi PT yaitu :Badan Hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
serta peraturan pelaksanaannya. Dengan keluarnya UU No. 1 Tahun 1995, maka otomatis
Pasal 26 s/d 56 KUHDagang tentang PT tidak berlaku lagi.
Jenis Perusahaan
Macam – macam PT :
(a) Perseroan dengan sistem tertutup
(b) Perseroan dengan sistem terbuka (TBK)
(c) Perseroan dengan sistem Umum
(d) Perseroan dengan sistem perseorangan
Bentuk / atau sistem PT tersebut merupakan suatu sistem yang baku yang berlaku di
dunia baik itu RI dengan dasar hukum KUHP, KUD, UU No.1/95, atau Asean +
Yuridiksi (Wilayah kekuasaann hukumnya) maupun Dunia dengan WTO (isu
perdagangan dunia = HAM, Lingkungan, Buruh, dan Upah). Ini semua merupakan sistem
Perseroan terbatas yang Modern
Sistem PT Klasik
Sistem PT Modern
Karakteristik PT
Dalam PT modal dapat sejumlah orang atau satu orang . Dalam hal ini Asosiasi Modal =
menghimpun modal yang sangat besar dari sejumlah orang yang banyak (lebih dari 1
orang), tetapi perkembangan selanjutnya PT dapat saja didirikan oleh satu orang /satu
kelompok.
Maksudnya : Mengambil manfaat dari karakteristik PT di belanda
- Bescaten Venndorbach (BV)
- Naarloze Vennoatschap (NV)
¨ Tanggung jawab terbatas
¨ Modal dapat dialihkan
¨ Keperluan Join Venture
¨ Delication of Autrority
b. Secara Empiris
· Kenyataan Lapangan (Hasil baru)
· Kebiasaan
· Tuntutan: Luar Negeri,Dlm.Negeri. Perkembangan
c. Hukum sbg. Alat penyelesaian masalah / kasus, dimana pada biasanya saat timbulnya
perjanjian bisnis, orang hukum tidaklah dilibatkan, tetapi bila dalam bisnis tersebut
timbul masalah, baru ahli hukum dilibatkan untuk menyelesaikan masalah tersebut
seperti : Arbitrase, Pengadilan. dll
Untuk memberikan perlindungan dan jaminan dalam pergaulan baik dalam masyarakat
/internasional dan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat, dan hukum itu
harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu azas keadilan dari masyarakat itu.
Pengertian Hukum itu sendiri bermacam-macam, walaupun pada intinya berbentuk
perintah maupun larangan. Dalam hal ini kedua hal tersebut mempunyai makna sbb:
· Perintah adalah yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang baik.
· Larangan yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik
Oleh karena itu walaupun para pakar hukum memberikan beberapa definis yang belum
memuaskan semua pihak, akan tetapi tidaklah salah bila kita mengetahui beberapa
definisi para pakar hukum yaitu :
Ciri-ciri Hukum
· Adanya perintah dan / atau larangan
· Perintah dan/atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang.
Sifat Hukum
· Memaksa dan mengatur.
Sumber –sumber Hukum formil adalah :
· Undang-undang
· Kebiasaan
· Keputusan2 Hakim (Yurisprudensi= Hukum baru)
· Tratktat (perjanjian)
· Fungsi Hukum
Ø Stabilitas Negara merupakan satu-satunya fungsi hukum yang sangat penting , karena
tanpa ada stabilitas negara, maka segala kegiatan ekonomi tidak akan berjalan dengan
baik /lancar
· Aspek Hukum
Ø Aspek yuridis
Ø Aspek Ekonomis
Ø Aspek Politis
Ø Aspek Sosiologis
Ø Aspek Historis
Ø Aspek Cultural/kebiasaan
Ø Aspek Agama/Kepercayaan.
Ø Aspek Phylosofis
Sejauhmana aktualitas suatu hukum
· Sistem Hukum :
Dalam sistem hukum di dunia hanya ada 4 bentuk yaitu :
ü Civil Law
ü Common Law Islamic Law,
ü Natural Law (Hukum kebiasaan),
· Jangka Waktu (merupakan keberlakuan suatu UU, bila ditentukan waktunya)
· Tingkat kebutuhan (sejauh mana suatu uu diperlukan oleh suatu masayarakat)
· Tuntutan dari WTO (LN), Regional atau Dalam negeri
BAB VI
UKUM PERBURUHAN/KETENAGAKERJAAN
Dalam pasal ini menghendaki agar tiap orang yang ingin bekerja dapat memperoleh
penghasilan yang cukup dan layak bagi diri dan keluarganya. Oleh karena itu kata kerja
mempunyai makna menurut hukum Islam adalah bekerja mencari nafkah yang halal
adalah kewajiban pokok manusia setelah kewajiban beribadah sholat lima waktu.
Paham Marxisme
menempatkan kepentingan masyarakat dari pada individu tidak mempunyai kebebasan
mutlak individu, pertentangan kelas buruh/pengusaha sangat tajam oleh karena itu
doktrinini selalu mempersoalkan konflik buruh dengan pengusaha. Buruh menganggap
pengusaha adalah orang yang menekan dan buruh orang yang ditekan. Kadang kala unjuk
rasa dan pemogokan merupakan senjata untuk menekan pengusaha.
Dari kedua paham tersebut Indonesia mempunyai paham sendiri tentang perburuhan yaitu
Hubungan Industrial Pancasil, dimana Dalam Hubungan kerja, sangat erat hubungan
perburuhan yang di dalamnya ada 3 partied yaitu :
1. Buruh
2. Pengusaha
3. Pemerintah
Dalam hubungan industrial pancasila 3 azas yang mempengaruhi yaitu ;
1. Mintra dalam berproduksi/partner in production , buruh,pengusaha mempunyai
kepentingan sama yaitu mensejahterakan buruh.
2. Mitra dalam mencapai keuntungan/partner in profit. Hasil yang dicapai dari produksi
semata-mata tidak untuk pengusaha, buruh juga menikmati keuntungan.
3. Mitra dalam tanggung jawab / Partner in responsibility, tanggung jawab tidak untuk
kepentingan pengusaha dan buruh saja, tapi juga masyarakat sekeliling dalam penyerapan
tenaga kerja.
b. Pengertian buruh/ tenaga kerja :
Pengertian buruh/ tenaga kerja oleh banyak pakar didefinisikan sebagai berikut :
Molennar :
Adalah bagian dari hukum yang berlaku pada pokoknya mengatur hubungan buruh
dengan majikan, atau buruh dengan buruh, buruh dengan penguasa.
Mr. Neh Van Esveld
Suatu pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan yang meliputi pula pekerjaan yang
dilakukan oleh Swa pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan resiko
sendiri
Mr. MG. Levenbach
Suatu yang meliputi hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah
pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkutan paut dengan
hubungan kerja.
Mr. S. Mok
Hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang lain
dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bergandengan dengan pekerjaan itu.
Prof. Imam Soepomo, SH.
Himpunan peraturan baik tertulis/ tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian dimana
seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
“Kejadian atau kenyataan dimana seseorang biasanya disebut buruh, bekerja pada orang
lain, biasanya disebut majikan dengan memberi upah dengan mengeyampingkan
pekerjaan bebas (diluar hubungan kerja) dan pekerjaan yang dilakukan di bawah
pimpinan (bekerja pada orang lain yang mengeyampingkan pula persoalan antara
pekerjaan (arbeit) dan pekerja (arbrider).
Bagi seorang tenaga kerja (buruh), yang menjadi tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan upah, agar dapat meneruskan kehidupan baik untuk dirinya maupun untuk
keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, maka sering kali permasalahan upah menjadi
hal yang rumit (seperti upah minimum di daerah bekasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah /UMR, sangatlah tidak mencukupi untuk membiayai kehidupannya, hal ini
berkaitan dengan tingginya biaya hidup di daerah bekasi yang sudah menjadi daerah
berkembang). Maka dalam hal ini para pakar memberikan beberapa definisi tentang upah
yaitu :
Oleh karena itu yang tidak termasuk dalam ruang lingkup Hukum Perburuhan adalah :
1. Melakukan pekerjaan atas dasar resiko sendiri tanpa ada yang perintah (atasan)
2. Melakukan pekerjaan atas sukarela untuk kepentingan orang lain atau masyarakat
3. Melakukan pekerjaan karena melakukan suatu kewajiban atau sanksi (kerja paksa).
d. Penyelesaian Kasus
Dalam penyelesaian kasus-kasus perburuhan , sudah ada lembaganya yaitu :
Dalam Negeri :
¨ P-4/PD = Panitia Penyelesaian perselisihan perburuhan (daerah atau Pusat (D,P).
¨ Damai
¨ Bani (badan khusus di luar peradilan yang ada)
¨ Peradilan (Umum (UU No.14/70 Jo UU No. 30/98, Tinggi, PTUN (UU No. 5/85), MA)
Luar Negeri :Damai (Mediasi, negoisasi, Konsiliasi)Lembaga Arbitrase (UU No. 30/99)
BAB VIII
ISTEM HUKUM PAJAK
Dalam pembahasan masalah pajak ini, kita bukanlah mempelajari bagaimana cara
menghitung pajak, tetapi kita mempelajari tentang bagaimana sistem hukum pajak itu dan
untuk apa diambil pajak oleh negara dan apakah ada dasar hukumnya.
Oleh karena itu dalam sistem hukum pajak Indonesia mengenal dua landasan hukumnya
yaitu secara :
Pajak pertama kali dilakukan berdasarkan undang-undang yaitu mulai tahun 1982,
dimana unsur pajak yaitu :
- Undang-undang
- Lembaga negara (Budget-anggaran)
- Pengeluaran negara
Sedangkan dalam penyelesaian kasus pajak dapat dilakukan dengan didasari oleh UU
sbb;
- Pasal 23 (2) UUD 1945
- UU No. 14/70 Yo UU No. 33/99 tentang ketentuan pokok kehakiman ( PA, PM, PTUN,
PU)
- UU No. 5/86 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
- UU No. 17/99 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP).
(Yang perlu diperhatikan bahwa dana yang masuk (pajak) tidak boleh dipergunakan
untuk hal-hal lain seperti di Depositokan dan mendapatkan bunganya.)
Teori kepentingan:
Beban pembagian pajak yang harus dipungut dari penduduk yang harus di dasarkan atas
kepentingan orang masing-masing dalam tugas pemerintahan (bermanfaat) baginya,
termasuk perlindungan atas jiwa atas orang berseta harta bendanya.
Teori Gaya Pikul
Dasar pungutan pajak yang dirasa adil terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara
kepada warganya yaitu perlindungan atas jiwa dan harta benda wajib pajak.
Teori atas Gaya Beli
Penarikan pajak yang dilakukan para aparat pajak kepada wajib pajak dari segi efektifnya
dengan guna efektifnya inilah sebagai kunci dasar keadilannya.
Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Bakti)
Hak negara untuk memungut pajak kepada masyarakat, terlebih memperhatikan syarat-
syarat keadilan bertugas, kepentingan umum, dan melakukan tindakan-tindakan dalam
perpajakan. Hal ini terletak dalam hubungan rakyat dengan negara yang memungut pajak
dari padanya.
Dari teori-teori di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam pemungutan pajak harus
mempunyai beberapa aspek yaitu
Aspek Adil
Aspek Efektif
Aspek Kepentingan Pembangunan
Aspek Manfaat.
Asas Yuridis
Pasal 23 (2) UUD 1945 yang berpengaruh sangat dalam, yaitu syarat menentukan nasib
rakyat secara final harus dipungut berdasarkan UU.
Tercapainya keadilan seperti :
(1) Hak Fiksus (Dirjen Pajak) dalam pembuatan ketentuan perundang-undangan lancar
diketahui oleh umum, meyempurnakan UU Pajak lengkap dengan sanksi-sanksinya.
(2) Wajib pajak harus mendapat jaminan hukum supaya tidak diperlakukan sewenang-
wenang oleh fiskus dengan aparaturnya.
(3) Jaminan terhadap tersimpan rahasia menjalani kebenaran mengenai diti / atau
pemeriksaan wajib pajak yang telah ditentukan bagian institusi pajak dan tidak
sisalahgunakan oleh aparat pajak
Azas Financial
Sesuai dengan fungsinya budgeting, maka sudut tertentu biaya yang digunakan untuk
pemungutan pajak harus sekecil-kecilnya dari perbandingan pendapatannya.
(1) Azas tempat tinggal : didasarkan atas tempat tinggal para wajib pajak.
(2) Azas kebangsaan : dikenakan pada wni sebagai wajib pajak termasuk wajib pajak
asing yang melakukan usaha yang sudah berbadan hukum di Indonesia.
(3) Azas Sumber : penarikan pajak penghasilan, pendapatan berdasarkan atas sumber
objek pajak berasal dari wilayah Indonesia.
1. Falsafah Hukum, yaitu harus mengabdi kepada keadilan baik dalam UU dan
pelaksanaanya, Dalam Pembuatan harus memperhatikan teori-teori bakti, asuransi,
kepentingan, gaya pikul, gaya beli.
2. Yuridis, yaitu dapat memberikan jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan
keadilan bagi negara dan rakyatnya berdasarkan UU dan ada kepastian hukum
3. Ekonimis, yaitu Kebijakan pemungutan pajak harus diusahakan jangan sampai
menghambat lancarnya produksi dan perdagangan (dijaga keseimbangan roda ekonomi)
4. Finacial, yaitu Sesuai dengan Budgeter, maka biaya dalam pemungutan pajak harus
seminimal mungkin, dan hasil mencukupi untuk menutupi pengeluaran negara serta
pengenaan pajak harus sedekat mungkin dengan terjadinya perbuatan peristiwa, keadaan
yang menjadi dasar pengenaan pajak
Bermula dengan ditetapkan Ordonansi Pajak Rumah Tangga tahun 1908, ordonansi
vervending 1923, ordonansi pajak jalan 1942 Ps. 14 huruf j, k dan UU darurat
No.11/1957 huruf 1 tentang Peraturan Umum Pajak daerah, IPEDA (Iuran pembangunan
Daerah)
Tahun 1980
Adanya Kebijakan politik Pemerintah dalam perpajakan setelah era kemerdekaan yaitu
pada tahun 1980, dengan pertimbangan :
1. Keseragaman penarikan potensi suatu daerah
2. Menghindari beragam objek pajak dan cukup satu pajak saja.
3. Ada kepastian hukum dibidang perpajakan
4. Ada kemudahan penarikan pajak
5. Demi untuk kepentingan anggaran negara dan pembiayaan pembangunan
Dengan adanya kebijakan tersebut, maka tidak ada lagi dualisme pengaturan Perpajakan.
Tetapi setelah Tahun 1982
terjadi ketidak konsistenan Pemerintah, maka terbukti mengeluarkan UU No. 12/1984 jo
UU no. 12/1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, UU No. 18/1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) dan masih banyak lagi pajak-pajak yang lain.
BAB VIII
Ultrech berpendapat bahwa Hukum Agraria menguji hubungan hukum istimewa yang
diadakan akan memungkinkan para pejabat yang ditugaskan mengurus soal-soal agraria/
melakukan tugas mereka.
Oleh karena itu dalam setiap peraturan-peraturan yang menyangkut pertanahan (agraria),
maka ketiga aspek ini harus termaktum di dalam peraturan tersebut.
Dalam sistem pertanahan (agraria) di Indonesia diatur beberapa hak yaitu seperti :
- Hak Milik (Pasal 20) yaitu pemilikan tanah oleh warga negara yang bersifat terkuat dan
terpenuhi dengan pengelolaan hak eigendom dengan fungsi sosial.
- Hak Guna Usaha (Ps. 28) yaitu Pemakian tanah bukan miliknya sendiri yang digunakan
dalam usaha pertanian, peternakan, dengan luas minimal 5 Hektar dan mempunyai batas
waktu dan dapat diperpanjang.
- Hak Guna Bangun (Pasal 35 ) yaitu Pemakaian tanah secara perorangan bebas
menetukan dan meletakkan bangunan di atas tanah dengan berstatus tanah milik.
- Hak Guna Pakai (Pasa. 41), yaitu Pemakaian tanah yang dilakukan oleh Warga negara
RI maupun Orang asing (WNA) dalam jangka waktu tertentu seperti Kedutaan, Join
venture dll.
- Hak Sewa (Pasal 16 jo. Psl 53) yaitu Pemakaian tanah kepada warga negara RI
manapun bukan warga negara Indonesia (WNA) yang ada hubungan dengan
perdagangan, hanya untuk hak sewa pertanian. Dalam hal ini negara tidak dapat
menyewakan tanah, karena negara bukan pemilik tanah.
Dalam Sistem penanaman modal di Indonesia di bagi dalam 2 bentuk yaitu Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal asing (PMA), dimana peraturan-
peraturan yang n\menjadi Landasan Hukumnya berbeda seperti tersebut di bawah ini :
Transaksi
Membeli Menjual
Tujuan dari Pendirian Pasar Modal adalah :
§ Menciptakan Fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan perusahaan dalam
memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Peranan Pasar Modal itu sendiri adalah :
§ Memberi Informasi secara lengkap tentang Surat berharga (SB).
§ Kemudahan untuk menentukan harga saham.
§ Memberi kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
§ Memberi kesempatan investor menjual kembali surat berharga yang dimilikinya.
§ Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam
pembangunan industri.
Bila kita ingin mengetahui apa itu Pasar Modal, maka sudah sepatutnya kita juga harus
tahu institusi yang terlibat dalam Pasar Modal tersebut. Adapun hal tersebut adalah sbb:
1. Emiten adalah perusahaan emisi yang melakukan penawaran umum, dimana syarat
suatu perusahaan untuk dapat dijual sahamnya di pasar modal harus telah memenuhi
persyaratan UU No. 8 / 1995 sbb:
§ Berbadan Hukum (BH)
§ Berkedudukan di Indonesia
§ Modal dasar Rp. 100.000.000,- Modal disetor Rp. 25.000.000.
§ Laba bersih 10 % selama 2 tahun dari modal sendiri
§ Laporan keuangan diperiksa oleh Akuntan Publik dengan predikat WTS (Wajar Tanpa
Syarat)
§ Mendaftarkan Perusahaannya ke BAPEPAM
§ Membuat Profektus dengan benar dan jelas (jujur)
2. Investor adalah orang yang bertujuan untuk :
§ Memperoleh Deviden
§ Berdagang
§ Pemilikan Saham
§ Spekulasi (sekuritas Bursa)
§ Orang / Badan yang berkeinginan menanam modal di suatu perusahaan yang
melakukan Go Publik
3. Lembaga Penunjang seperti :
§ Penjamin Emisi (underwriter) Lembaga/perusahaan yang mengambil resiko untuk
menjual sekuritas dengan mendapat imbalan.
§ Penanggung /Guarantor adalah penengah antara yang memberikan kepercayaan dan
yang membutuhkannya mirip seperti Bank garansi, dimana berfungsi menjamin
pembayaran tepat waktu atas bunga, pengembalian pinjaman pokok
§ Wali Amanat (trusteq) adalah Pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang
bersifat hutang
§ Perantara Perdagangan Efek/Pialang/Broker adalah orang yang melakukan transaksi
jual beli di lantai Bursa atas nama pemodal. Perusahaan yang bergerak di bidang ini harus
dengan syarat Berbadan Hukum, Mempunyai tenaga Ahli dibidang tersebut, Modal
disetor Rp. 25 Juta serta Izin Menteri keuangan. Dengan Wewenang Membeli/menjual
diluar harga yang ditentukan asal lebih menguntungkan dan mendapat keuntungan 1%
dari nilai transaksi
§ Lembaga Kliring dan penjaminan yaitu pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa.
§ Akuntan Publik, terdaftar di BAPEPAM yang mempunyai fungsi mengaudit keuangan
perusahaan yang akan go publik, dimana akuntan publik tersebut akan menyatakan
pendapat : Wajar Tanpa Syarat (Unqualified opinion), Wajar tetapi tidak sesuai dengan
akuntansi Indonesia (Qualified opinion),Pendapat tidak setuju (Adverse), Menolak
memberikan pendapat (Dicliner of Opinion)
§
§ Konsultan Hukum
§ Notaris untuk mencatat kejadian di bursa saham.
BAB X
ERLINDUNGAN ONSUMEN (UU No. 8 Tahun 1999).
Landasan Hukum
YURIDIS
- Pancasila
- UUD 1945
- GBHN
- UU No. 8/99, PP, Kepmen, DLL
NORMATIF
- Teori
- Azas
- Manfaat
- Keadilan
- Keseimbangan
- Keamanan
- Keselamatan Konsumen
- Kepastian Hukum
erlindungan Konsumen :
adalah segala usaha yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
Konsumen adalah :
Setiap orang yang memakai barang dan /atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain maupun mahluk hidup lain dan
tidak untuk diperdagangkan.
Pelaku Usaha :
Setiap orang atau Badan Usaha, baik yang berbentuk Badan Hukum maupun bukan
Badan Hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum Negara RI, baik berdiri sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Barang
Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan. Dapat untuk diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen
Jasa
Setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat
untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
Promosi
Kegiatan pengenalan/ penyebaran informasi suatu barang dan atau jasa untuk menarik
minat beli konsumen terhadap barang dan atau jasa yang akan atau sedang
diperdagangkan.
Hak Konsumen
- Hak atas keyamanan, keamanan, keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.
- Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar
dan kondisi serta jaminan.
- Hak untuk informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi barang atau jasa.
- Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang yang digunakannnya.
- Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
- Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi, penggantian apabila barang atau jasa
tidak sesuai perjanjian atau kesepakatan.
Kewajiban Konsumen
- Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
- Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa.
- Membayar sesuai dengan nilai yang disepakati.
- Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
(benar).
- Pidana
- Penjara paling lama 5 tahun
- Pidana dengan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (juta).
- Beban Pembuktian sesuai Pasal 19 UUPK merupakan Beban Pelaku Usaha untuk
membuktikan benar atau tidak
§ Pasal 65 UUPK tersebut mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun sejak diundangkan yaitu
baru berlaku efektif tanggal 20-4-2000.
§ UU yang mengatur tentang Perlindungan Konsumen
§ Lebih banyak mengatur tentang prilaku Pelaku Usaha.
§ Sejarah manusia dalam kerugian yang dialami konsumen barang/ jasa acapkali
merupakan akibat dari prilaku Pelaku Usaha.
1. Pembentukan AD/ART.
2. Nama Perusahaan
3. Operasional dan objek perusahaan
4. Modal dasar/awal perusahaan
5. Posisi modal keseluruhan
6. Cara Transper
7. Posisi pimpinan Direktur
8. Eksistensi pemegang saham
9. Direksi penentu dalam setiap keputusan.
10. Keuntungan dan peran acounting
11. Bonafide para deviden
12. Cara-cara pertolongan kontrak
13. Siapa penguasa perusahaan
14. Siapa penjamin perusahan
15. Klausula – klausula dalamkotrak/perjanjian
16. Tingkat kepercayaan
17. Kemampuan menghadai goncangan/transisi
18. Penyelesaian perselisihan (arbitrase dagang)
19. Pemutus secara sepihak dalam kontrak
20. Penetapanpenyerahan barang
21. Analogi hukum (pengertian Hukum secara Universal)
22. Perubahan kontrak atas dasar kegentingan
23. Pembayaran Dolar AS (US $)
24. Peringatan/ pemberitahuan jatuh tempo kredit.
25. Tempat penyerahan kredit atas permintaan pimpinan penentu keputusan perusahaan.
26. Keseriusan/ ketaatan kesepakatan/ perjanjian/ persetujuan secara sah/legitimit.
Bila Penegak Hukum tidak terwujud/ berjalan dengan baik, Maka Menurut Prof. Dr.
Wirjono Prodjodikoro, SH dan Prof. Daniel S.Lev, Phil, maka yang dilakukan adalah
sbb:
1. Penguasa wajib ganti kerugian
2. Terjadi kekotoran dalam tubuh manusia, masyarakat
3. Terjadi kegoncangan stabilitas suatu negara
4. Terjadinya keganjilan neraca ekonomi negara termasuk sektor usaha lainnya.
Peraturan yang tidak memenuhi 5 aspek hukum di atas, maka akan menghadapi sbb:
1. Direvisi/disempurnakan
2. Di tunda berlakunya
3. Di batalkan
4. Tidak perlu ditaati bila tetap diberlakukan.
BAB XIII
Dengan terjadinya Repormasi yang digerakkan oleh para mahasiswa, maka jatuhlah
Pemerintahan Orde Baru menjadi Pemerintahan era Reformasi, dimana pada era tersebut
mendendangkan lagu Otonomi Daerah hampir sama dengan Orde Baru ( UU No. 5/1974
tentang Pemerintahan daerah dan UU No. 5/1979 tentang Pemerintahan Desa)
Landasan Hukum Pemda adalah
Yuridis Normatif yaitu
§ Pancasila (Pasal 3, 5 )
§ Konstitus (UUD 1945 Pasal 18)
§ TAP MPR/GBHN
§ Peraturan perundang-undangan
§ UU No. 5/1974 tentang Pemerintahan Daerah
§ UU No. 5/1979 tentang Pemerintahan Desa
§ Kedua UU tersebut direvisi dengan :
§ UU No. 22/1999 tentang PemDa (Otoda)
§ UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
§ Yurisprudensi (Keputusan yang dilakukan oleh Hakim)
§ Keppres
§ Kepmen
§ Perda
§ SK.Gubernur
Yuridis Empirif
§ Teori
§ Azas Integralistik (Pemerintahan yang jujuhr),
§ Doktrin Trias Politika (Pemisahan kekuasaan)
Operarional
Sistem Kenegaraan Otoriter (Militer)
Monarchi (Jepang, Inggris)
Agama (Roma)
Sosialis (China, Kuba)
Demokrasi
Untuk mendekati Demokrasi yang bertanggung jawab kepada rakyat, maka Pemerintahan
daerah bergerak di KABUPATEN.
Mr. Wongsoneoro (1948 Surabaya)
Menyetujui adanya satu macam pemerintahan daerah saja yaitu KABUPATEN yang
langsung di bawah pengawasan pusat.
Mr. Nasroen
Pembentukan daerah aturan yang dapat dikenal yaitu Kabupaten dan Desa karena
mempunyai kelebihan sbb:
1. Pemerintah lebih sanggup dan nyata memperhatikan kepentingan rakyat dan rakyat
lebih jelas merasakan adanya pemanfaatan pemerintahan.
2. Lebih sanggup nyata mengetahui, menyediakan dan kesiapan mengurus rumah
tangganya sendiri
Tingkat I Sentralistik
Gubernur Propsional
Kanwil
Menteri
Kabupaten Bupati
Camat
Desa Kapung
Desa
Kodya Walikodya
Camat
Kelurahan RW.
RT
Kotif Walikotif
Camat
Desa Kampung
Dusun
BAB XIV
UU No. 14/1970 tentang Undang-Undang Pokok kehakiman dan direvisi dengan UU No.
38/1999 tentang hal yang sama. Dalam UU tersebut menyebutkan bahwa pada prinsipnya
TIDAK BOLEH setiap perkara/masalah diselesaikan di luar lembaga pengadilan resmi
(PN,PT,MA)
Pasal 3 (2) UU No. 14/1970 :
Hanya Badan peradilan Negara yang berwenang menetapkan dan menegakkan hukum
dan peradilan di Negara Indodnesia”
Tetapi penjelasan Pasal 3 UU No. 14/1970 memberikan kemungkinan dilakukan di luar
pengadilan seperti :
“ …Penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit
(arbitrase0 tetap diperbolehkan”.
Maka melihat isi dari penjelasan Pasal 3 tersebut, maka merupakan jalan keluar hukum
untuk melakukan perjanjian arbitrase, tetapi dengan syarat :
Ada Kata Sepakat (Mutual Consent) /Kesepakatan Bersama (1320 KUHperdata).
Bersifat tertulis bila perjanjian Arbitrase bersifat lisan, maka dianggap tidak pernah ada
(never existed) Pasal 618 Rv.
Landasan Hukum Arbitrase adalah Pasal 377 HIR atau 705 RBG yang berbunyi :
“Jika orang Indonesia dan orang timur asing menghendaki perselisihan mereka
diputuskan oleh juru pisah, maka mereka wajib menuruti peraturan pengadilan perkara
yang berlaku bagi bangsa eropah”
“ Suatu perikatan adalah bersarat manakala ia digantungkan pada suatu peristiwa yang
masih akan datang, dan yang belum tentu akan terjadi. Baik secara menangguhkan
perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan
perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa itu.”
Perjanjian arbitrase adalah merupakan tambahan yang diletakkan pada perjanjian pokok.
Cacat/batalnya perjanjian arbitrase tidak berakibat batal/cacatnya perjanjian pokok
tersebut.
Klausula Arbitrase pada prinsipnya tidak boleh melampau isi perjanjian Pokok. Dalam
hal ini haraus mengenai masalah penyelesaian perselisihan yang relevan dengan pokok
perjanjian.
(Bila perjanjian Pokoknya adalah mengatur tentang textil, maka perjanjian arbitrase
hanya mengatur tentang textil tidak lain.
1. Az. Nasution, SH. Konsumen dan Hukum, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1995.
2. C.S.T. Kansil, Drs, SH. Hukum Perusahaan Indonesia, Penerbit PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1994.
3. Muhamad Djumhana, Drs, SH. Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1996.
4. Munir Fuady, SH.MH.LLM, Hukum Bisnis, Penerbit Alumni, Bandung, 1986
5. Sudargo Gautama, Prof. Mr. Dr. Arbitrase Dagang Internasional, Penerbit Alumni,
Bandung, 1986
6. __________________, Perdagangan, perjanjian Hukum Perdata Internasional dan Hak
Milik Intelektual, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
7. Yose Rizal Sidi Marajo, Aneka Konsep Surat perjanjian dan Kontrak, Penerbit Pustaka
Setia , Jakarta 1996.
8. Undang-undang Perseroan terbatas, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1998
9. R. Subekti, Prof. SH, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW),
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta 1958
10. Rozali Abdullah, SH, Pancasila sebagai dasar negara dan Pandangan Hidup bangsa,
Penerbit PT. Raja Grafika Persada, Jakarta, 1993
11. M. Yahya Harahap, SH. Arbitrase, Penerbit Pustaka Kartini, Jakarta, 1991