PENDAHULUAN
1
Selain media tanam yang menjadi faktor utama yang menentukan
keberhasilan dalam sistem hidroponik, faktor utama lainnya adalah tinggi
rendahnya air yang mengalir pada sistem hidroponik NFT (Lubis, 1994), karena
akan berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi oleh media tanam. Menurut Lingga
(2002) kelebihan air dapat mengurangi jumlah oksigen, lapisan nutrisi dalam
sistem hidroponik NFT maksimal 3 mm oleh karena itu perlu di lakukan
penelitian untuk mengetahui berapa kemiringan talang yang ideal pada sistem
hidroponik NFT.
Bahan-bahan yang digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara
lain Cocopeat, rockwool, dan sebagainya. Pada sistem ini, sebagian akar tanaman
terendam dalam larutan nutrisi dan sebagian lagi berada dipermukaaan larutan
yang bersirkulasi selama 24 jam. Tanaman sayur yang cocok untuk diterapkan
pada sistem ini adalah sayuran daun salah satunya adalah tanaman pakcoy.
Tanaman pakcoy adalah tanaman yang sangat berguna bagi kesehatan dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena kandungan gizinya yang tinggi
sangat di butuhkan untuk tubuh kita. Menurut Prasetyo (2010) cit. Perwtasari et
al. (2012) tanaman pakcoy mengandung betakaroten yang dapat mencegah
penyakit katarak. Selain mengandung betakaroten yang tinggi, pakcoy juga
mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati, karbohidrat, serat,
kalsium, Magnesium, sodium, vitamin A dan vitamin C. Kandungan gizi yang
tinggi pada pakcoy, memungkinkan jenis sayuran ini mempunyai prospek yang
baik untuk dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah penelitian untuk mengetahui
pengaruh penambahan serbuk sabut kelapa dan kemiringan talang terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (brassica chinensis l.) sitem hidroponik
nft (nutrient film technique) pada media rockwool.
2
2. Bagaimana pengaruh kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT?
3. Pada takaran berapa dari penambahan cocopeat pada media rockwool yang
memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy
(Brassica chinensis l.) secara hidroponik NFT?
4. Pada kemiringan talang berapa yang memberi pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT?
1.3 Tujuan
Tujuan peneliti adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan cocopeat terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
3. Untuk mengetahui takaran penambahan cocopeat pada media rockwool
yang dapat memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman
pakcoy (Brassica chinensis l.) secara hidroponik NFT.
4. Untuk mengetahui pada kemiringan talang berapa yang dapat memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica
chinensis l.) secara hidroponik NFT.
1.4 Hipotesis
1. Terdapat interaksi antara penambahan cocopeat pada media tanam
rockwool dan kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy dalam sistem hidroponik NFT.
2. Penambahan cocopeat pada media tanam rockwool pada sistem
hidroponik NFT berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pakcoy pada sistem hidroponikNFT.
3. Kemiringan talang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produk
sitanaman pakcoy pada sistem hidroponik NFT.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dibandingkan dengan sawi hijau (Haryanto dkk., 2007). Tanaman pakcoy dapat
dilihat pada gambar 1.
5
2.1.3 Kebutuhan hara pakcoy
Pakcoy merupakan tanaman sayuran yang memerlukan unsur hara nitrogen
lebih banyak untuk pertumbuhannya atau sering disebut heavy feeders (Pracaya,
2007). Kebutuhan pupuk tanaman petsai/sawi per hektar yaitu 300 kg urea (138
kg N), 200 kg SP-36 (72 kg P), dan 100 kg KCL (Sunarjono, 2013). Pupuk yang
biasanya diberikan dalam budidaya tanaman petsai/sawi hanya unsurN (urea) dan
P (SP-36) dengan perbandingan 2:1. Pemupukan unsur N diberikan bertahap
sebanyak dua kali, sedangkan pemupukan P diberikan satu kali bersama
pemupukan pertama unsur N. Akan tetapi ada juga yang hanya memberikan
pemupukan unsur N dengan dosis 250-300 kg urea per hektar, dikarenakan
petsai/sawi merupakan tumbuhan yang memerlukan unsur hara nitrogen yang
lebih banyak (Setyaningrum dan Saparinto, 2011).
6
5 Serat (g) 0.7 -
6 Abu (g) 0.9 -
2.2 Hidroponik
Hidroponik atau Hydrophonics berasal dari bahasa latin (Greek), yaitu
hydro yang berarti air dan kata Phonos yang berarti kerja (Istiqomah, 2007).
Sistem bercocok tanam ala hidroponik kini makin banyak dipilih karena
merupakan budidaya tanaman tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang
7
lebih banyak menggunakan air sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya
dilakukan di dalam green house. Ide awal kebun hidroponik muncul dalam
menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara pemeliharaan.
Menurut Istiqomah (2007) bahwa selain air, medium lain yang bisa
digunakan dalam sistem bertanam hidroponik ini ialah air, kerikil, pasir, spon,
atau gel, sedangkan tanaman yang bisa tumbuh dengan sistem hidroponik pun
juga bermacam-macam, yang biasa ditanam dengan menggunakan sistem
hidroponik umumnya adalah tanaman apotik hidup, sayuran, dan tanaman hias.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik.
Diantaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan
penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada
tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan
tanaman memberikan hasil yang berkelanjutan (Suwantoro, 2008). Kualitas daun,
bunga, atau buah pun lebih sempurna dan tidak kotor. Selain itu, pengerjaannya
juga lebih mudah tidak memerlukan banyak biaya dan waktu (Ariyanto, 2008).
Karena manfaat dan perawatannya yang mudah, sistem ini telah diterapkan di
gedung-gedung bertingkat, tempat-tempat perbelanjaan modern, dan di
apartemen. Selain itu, penempatan tanaman di gedung yang tidak ada sirkulasi
udaranya juga bertujuan mencegah sick building syndrome (Hadisoeganda, 1996).
Menurut Guntoro (2011), kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah
penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa penggunaan tanah,
tidak ada resiko pengelolahan lahan untuk penanaman terus menerus sepanjang
tahun, kualititas lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih
efisien, tidak ada gulma, periode tanam lebih pendek, pengendalian hama dan
penyakit lebih mudah.
Dalam budidaya hidroponik hal yang perlu diperhatikan adalah larutan
nutrisi. Larutan nutrisi merupakan sumber pasokan nutrisi bagi tanaman untuk
mendapatkan makanan dalam budidaya hidroponik. Selain larutan nutrisi, faktor
lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu media tanam. Fungsi dari
media tanam pada budidaya hidroponik adalah sebagai tempat tumbuh dan tempat
penyimpanan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Tim
Karya Tani Mandiri, 2010).
8
Media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia,
kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat
menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun
bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam
hidroponik antara lain Cocopeat, rockwool, dan sebagainya. Bahan yang
digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan media
(Douglass, 1976).
Kekurangan pada sistem hidroponik adalah modalnya besar, jika tanaman
terserang patogen maka dalam waktu singkat tanaman akan terinfeksi, pada kultur
substrat jika kapasitas memegang air media substrat lebih kecil dari media tanah
akan menyebabkan media cepat kering. Sedangkan pada kultur air, volume air dan
jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan titik layu sementara
sampai titik layu permanen pada tanaman (Chow, 1990, Del Rosario dan Santos,
1990 dalam Rosliani dan Sumarni, 2005).
2.3 NFT
NFT adalah teknik hidroponik dimana aliran yang sangat dangkal air yang
mengandung semua nutrisi terlarut diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang
kembali beredar melewati akar tanaman di sebuah alur kedap air. Dalam sistem
yang ideal, kedalaman aliran sirkulasi harus sangat dangkal, sedikit lebih dari
sebuah film air. Sebuah sistem NFT yang dirancang berdasarkan pada
penggunakan kemiringan saluran yang tepat, laju aliran yang tepat, dan panjang
saluran yang tepat. Keuntungan utama dari sistem NFT dari bentuk-bentuk lain
dari hidroponik adalah bahwa akar tanaman yang terkena kecukupan pasokan air,
oksigen dan nutrisi. Kelemahan dari NFT adalah bahwa NTF ini memiliki
gangguan dalam aliran, misalnya, pemadaman listrik.Prinsip dasar dalam sistem
NFT merupakan suatu keuntungan dalam pertanian konvensional. Artinya, pada
kondisi air berlebih, jumlah oksigen diperakaran menjadi tidak memadai. Namun,
pada sistem NFT yang nutrisinya hanya selapis menyebabkan ketersediaan nutrisi
dan oksigen pada akar selalu berlimpah. Untuk membuat selapis nutisi,
dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut:
9
1. Kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi ke bawah harus
benar-benar seragam.
2. Kecepatan aliran yang masuk tidak boleh terlalu cepat, disesuaikan dengan
kemiringan talang (Lingga, 1984).
Sistem NFT dapat menghasilkan lebih tanaman dengan sedikit ruang,
sedikit air dan sedikit nutrient. Selain itu, ada aerasi yang baik dan suplai oksigen
di sebagian besar sistem hidroponik. Sistem NFT juga sangat mudah dalam
pembuatan dan pemeliharaan.
Menurut Cooper (1996 dalam Koerniawati 2003) mengemukakan bahwa,
konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar
tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga
tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh
dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi
larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa (Morgan,
2000 dalam Koernawati, 2003).
Menurut Nadiah (2007), daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat
berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas
akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan media tanam, adanya
bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan
mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian
NFT antara lain, dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman,
kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan
tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat
disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa
kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan
penelitiandan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan
memungkinkan untukmeningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting
density.
Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya
perawatan yangmahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang
menjangkititanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain. Sistem
hidroponik NFT dapat dilihat pada gambar 2.
10
Gambar 2. Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa larutan nutrisi pada tangki (bak)
akandisalurkan menggunakan pompa melewati selang inlet yang terhubung
dengan pipa penanaman dan aliran nutrisi di dalam pipa akan keluar dengan
melewati selang outlet, aliran nutrisi akan kembali ke tangki (bak) penampung
nutrisikemudian di sirkulasikan kembali dengan menggunakan pompa secara terus
menerus (Anonim, 2012).
Gambar 3.Rockwool
11
b. Cocopeat
Cocopeat adalah media tanam yang bersifat organik. Biasanya cocopeat
terbuat dari serbuk sabut kelapa. Terkadang cocopeat ini juga dicampur dengan
sekam bakar. Selain ramah lingkungan, cocopeat juga memiliki daya serap air
yang tinggi (Sani, 2015).
Cocopea tmengandung klor yang cukup tinggi, bila klor bereaksi dengan air
maka akan terbentuk asam klorida. Akibatnya kondisi media menjadi asam,
sedangkan tanaman membutuhkan kondisi netral untuk pertumbuhannya. Kadar
klor pada cocopeat yang dipersyaratkan tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh
karena itu pencucian bahan baku cocopeat sangat penting dilakukan (Sukendro,
2013).
Keunggulan cocopeat sebagai media tanam antara lain yaitu: dapat
menyimpan air yang mengandung unsur hara, sifat cocopeat yang senang
menampung air dalam pori-pori menguntungkan karena akan menyimpan pupuk
air sehingga frekuensi pemupukan dapat dikurangi dan di dalam cocopeat juga
terkandung unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, daya serap air
tinggi, menggemburkan tanah dengan pH netral, dan menunjang pertumbuhan
akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan (Agoes, 1994). Kekurangan
cocopeat adalah banyak mengandung tanin. Zat tanin diketahui sebagai zat yang
menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghilangkan zat tanin yang
berlebihan maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air
bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya
buang air rendaman dan diganti dengan air bersih yang baru, hal ini dilakukan
beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi (Fahmi, 2013).
12
antara lain ruang pori, ukuran partikel media dan ketinggian container, ketinggian
kontainer (pot) mempengaruhi rasio antara air dan udara dalam media perakaran.
Menurut Lingga (2002) kelebihan air dapat mengurangi jumlah oksigen,
lapisan nutrisi dalam sistem hidroponik NFT maksimal 3 mm. Sehingga
kebutuhan nutrisi dan oksigen dapat terpenuhi, ada beberapa penelitian tentang
pengaruh kemiringan talang pada pertumbuhan dan hasil produksi terhadap
tanaman pakchoy yang terbaik kemiringan 5 %, ini kesimpulannya apilkasi sistem
hidroponik NFT pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kemiringan talang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pakcoy.
Menurut Untung (2000), semakin miring talang pada sistem hidroponik
NFT maka produktivitas tanaman semakin besar. Dalam penelitian ini kemiringan
talang dalam konstruksi hidroponik NFT yang diterapkan besarnya yaitu 1%, 3%,
5%, dan 7%. Terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman
pakcoy dengan menggunakan talang NFT yang berbeda. Kemiringan talang NFT
yang berpengaruh paling baik terhadap pertumbuhan tanaman (jumlah daun,
tinggi tanaman, dan panjang akar) dan produksi tanaman pakcoy (berat tanaman)
terdapat pada kemiringan 5%. Hasil rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman
pada kemiringan talang NFT5% untuk setiap tanamannya yaitu jumlah daun 9,1
helai tinggi tanaman 18,4 cm panjang akar tanaman 41,5 cm, dan berat tanaman
34,49 gr. Hal yang harus diperhatikan dalam sistem Hidroponik NFT adalah:
Kemiringan talang 2 - 5 % dari panjang talang
Debit air 1-2 liter per menit
Banyaknya air tandon diukur : setiap 3 tanaman per 1 liter
Pada sistem hidroponik NFT untuk jenis-jenis tanaman yang
banyakmembutuhkan air, semakin tinggi aliran/ denit air maka semakin maksimal
pertumbuhandan produksinya (Lingga, 2002).
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
menggunakan metode observasi (pengamatan), pengukuran langsung dan dibantu
dengan kamera. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
a. Pertambahan jumlah daun (helai), jumlah daun yang dihitung adalah
daun yang sudah membuka sempurna.
b. Pertambahan panjang daun (cm), mengukur panjang daun dari pangkal
sampai ujung daun.
c. Pertambahan lebar daun(cm), mengukur lebar daun dari samping kanan
kekiri.
d. Panjang akar (cm), mengukur panjang akar tanaman pada saat panen.
e. Bobot basah (gr), menghitung bobot basah setelah dibersihkan dari
kotoran kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik.
Mulai
Penelitian pendahuluan
Pelaksanaan penelitian
Pengukuran P, L, T pakcoy
pada masing-masing
perlakuan
Analisis data
Selesai
15
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitian yang di lakukan secara rancangan petak terbagi (split plot design)
dengan tiga kali ulangan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), perlakuan pada
petak utama adalah kemiringan talang yang di atur dengan tinggi rendahnya ujung
talang yang terdiri dari beberapa level dan pada anak petak adalah media tanam
yang terdiri dari tiga macam perlakuan penambahan cocopeat. Petak utama adalah
kemiringan talang yang terdiri dari tiga level yaitu :
T1 : kemiringan 3% dari panjang talang
T2 : kemiringan 5% dari panjang talang
T3 : kemiringan 7% dari panjang talang
Anak petak media tanam terdiri dari tiga macam perlakuan penambahan cocopeat
yaitu :
M1= Cocopeat (1:2)
M2= Cocopeat (2:1)
M3= Cocopeat (1:1)
Dari kedua faktor dapat di peroleh 9 kombinasi perlakuan (tabel 3.1).
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan Media Tanam Dengan Kemiringan Talang.
Kemiringan Talang
Media Tanam
T1 T2 T3
M1 M1T1 M1T2 M1T3
M2 M2T1 M2T2 M2T3
M3 M3T1 M3T2 M3T3
Adapun denah tata letak percobaan ini dapat dilihat pada gambar 3.
T3 T1 T2 T1 T2 T3 T3 T2 T1
M2 M1 M3 M2 M1 M2 M3 M1 M3
M3 M2 M1 M3 M3 M1 M2 M2 M1
M1 M3 M2 M1 M2 M3 M1 M3 M2
16
3.7 Analisis Data
Data yang di peroleh dianalisis dengan varian dalam model Rancangan
Petak Terbagi (split plot design). Apabila hasilnya berpengaruh nyata maka
dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5%.
17
DAFTAR PUSTAKA
Agoes DS. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Jakarta: Penebar
swadaya, 1994. Hal 98.
Ariyanto. 2008. Analisis Tata Niaga Sayuran Bayam. [Skripsi] Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Douglas JS. Advanced Guide to Hydroponics. Garland Publ. New York, 1976.
Fahmi ZI. Media tanam sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Balai besar perbenihan dan proteksi tanaman
perkebunan Surabaya, 2013.
Guntoro, 2011. Budidaya Sayur Hidroponik. Pos Daya edisi 128/ Tahun XII/
Agustus.
Gustia, H. 2013. Pengaruh Penambahan Sekam Bakar Pada Media Tanam
TerhadapPertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.).
E-journalwidya kesehatan dan lingkungan. Vol.1(1) : 12.
HasrianiI, Kalsim DK, Sukendro A. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa
(Cocopeat) Sebagai Media Tanam.
Harjoko D. 2009. Studi Macam Media dan Debit Aliran Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Bayam Merah Secara Hidroponik NFT. J.Agrosains 11
(2) : 58-62.
Irawan A, Kafiar Y. Pemanfaatan Cocopeat dan Arang Sekam Padi Sebagai
MediaTanam Bibit Cempaka Wasian (Elmerrilia ovalis) use of saw dust and
rice husk as a growth media of cempaka wasian (elmerrilia ovalis). Pros
sem nas masy biodiv indon. Vol.1(4) : 805-808.
Istiqomah S. 2007. Menanam Hidroponik. Azka Press. Jakarta
Koernawati Y.2003. Desain Panel dan Jenis Media Pada Teknologi Hidroponik
Sistem Terapung Tanaman Selada (Lactuca Sativa var. Grand Rapids).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lingga P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
18
Lubis, I. 2009. Pertanian Organik untuk meminimalisir Residu Pestisida pada
Produk Pertanian dan Undang – Undang. [Skripsi] Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nadiah, A. 2007. Sistem Perakaran Pada Hidroponik NFT. POPT Ahli Pertama
BBP2TP. Surabaya.
Rosliani R, dan Sumarni N. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem
Hidroponik. (monografi No.27) Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Bandung.
Sani B. Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya, 2015.
Silvina F. Dan Syafrinal. 2008. Penggunaan Berbagai Medium Tanam dan
Konsentrasi Pupuk Organik Cair Pada Pertumbuhan dan Produksi
Mentimun Jepang (cucumissativus) Secara Hidroponik. J. Sagu 7 (1) : 7-12.
Tim Karya Tani Mandiri, Pedoman budidaya secara hidroponik. Bandung;
Nuansaauli, 2010. 160 hlm.
Untung, 2000. Kemiringan Talang paida Sistem Hidroponik NFT Terhadap
Tanaman Pakcoy (Skripsi). Institut Pertanian, Bogor. Bogor.
19