Anda di halaman 1dari 4

HIDROPONIK KULTUR AIR

Air diketahui merupakan pelarut dari semua bahan yang terdapat di alam.
Tanaman juga membutuhkan air sebagai pelarut nutrisi agar dapat diserap. Hal ini yang
mendasari adanya hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocok tanam yang
sebagian besar mengandalkan kinerja air sebagai media pelarut nutrisi agar nutrisi lebih
mudah tersedia bagi tanaman. hidroponik juga sering disebut dengan kultur air.1
Hidroponik kultur air ialah salah satu cara bercocok tanam tanpa menggunakan
media tanah melainkan dengan menggunakan larutan nutrisi. Terdapat beberapa macam
sistem hidroponik yang dapat digunakan yaitu metode NFT, DFT, dan Rakit Apung.
Hidroponik memiliki beberap macam sistem dimana pemilihan sistem tersebut
didasarkan pada beberapa faktor yaitu :2
a. ketersediaan lahan dan sumber daya yang dibutuhkan,
b. produktivitas yang ditargetkan,
c. ketersediaan media tumbuh yang cocok bagi tanaman dan
d. target kualitas produksi (warna, penampilan, organik, dll). Sistem kultur air yang
sering dikenal ialah metode sirkulasi dan non sirkulasi.
Ada juga istilah pengembangan hidroponik yang kemudian dikenal sebagai
aeroponik:3
1. Metode sirkulasi (closed system)
Metode hidroponik dimana larutan nutrisi dipompa dan dialirkan ke sistem
perakaran tanaman dan larutan nutrisi yang tersisa di tampung dan dialirkan kembali ke
tanaman.
 Nutrient Film Technique (NFT)
Pada sistem NFT, akar tanaman langsung dikenakan pada aliran nutrisi. Larutan
nutrisi tipis (0,5 mm) dialirkan melalui saluran plastik atau pipa. Saluran untuk
larutan nutrisi terbuat dari bahan yang fleksibel. Bibit tanaman diletakkan pada
bagian tengah dan apabila saluran terbuat dari plastik maka ujung-ujung plastik

1
Resh, Hydroponic Food Production, (CRC Press. New York, 2013), h. 77
2
Perwitasari, Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Pakchoi (Brassica juncea L.) Dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor 5(1): 2-9
3
Roidah, Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik, Jurnal Universitas
Tulungagung Bonorowo 1(2): 43-50.
dijepit. Apabila saluran terbuat dari pipa maka pipa diberi lubang untuk tempat bibit.
Media yang diberikan bisa berupa rockwool atau spons. Media tersebut dapat
membantu menyerap nutrisi dari larutan nutrisi yng dialirkan.
 Deep Flow Technique (DFT)
Perbedaan mendasar DFT dan NFT ialah kedalaman aliran larutan nutrisi yang
menggenangi akar. Pada sistem DFT kedalaman nutrisi berkisar 2-3 cm yang
dialirkan melalui pipa PVC dengan diameter 10 cm. Bibit tanaman diletakkan pada
net pot dan dipasangkan pada pipa PVC yang telah dilubangi berdasarkan jarak
tanam tanaman. Penataan tanaman pada pipa dapat berupa garis lurus maupun zig-
zag.
 Ebb and Flow Technique
Dalam sistem hidroponik ebb and flow, tanaman mendapatkan air, oksigen, dan
nutrisi melalui pemompaan dari bak penampung yang dipompakan ke media yang
nantinya akan dapat membasahi akar (pasang). Selang beberapa waktu air bersama
dengan nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan (surut). Waktu pasang
dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman sehingga
tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air.
Hidroponik sistem ebb and flow seperti ini umumnya dilakukan dengan pompa
air yang dibenamkan dalam larutan nutrisi (submerged pump) yang dihubungkan
dengan timer (pengatur waktu). Ketika timer menghidupkan pompa, larutan nutrisi
hidroponik akan dipompa ke grow tray (keranjang/tempat/pot tanaman). Ketika
timer mematikan pompa air, larutan nutrisi akan mengalir kembali ke bak
penampungan. Timer diatur dapat hidup beberapa kali dalam sehari, tergantung
ukuran dan tipe tanaman, suhu, kelembaban, dan tipe media pertumbuhan yang
digunakan. Sistem hidroponik ebb and flow dapat digunakan untuk beberapa media
tanam hidroponik. Media yang dapat menyimpan air cukup baik untuk sistem
hidroponik ini seperti rockwool, vermiculite, coconut fiber
 Hidroponik Rakit Apung
Ialah salah satu metode hidroponik yang mana tanaman ditumbuhkan diatas
permukaan larutan nutrisi dalam sebuah bak atau kolam dengan menggunakan
styrofoam sebagai penompang tanaman. istem ini termasuk sistem yang sederhana
tetapi ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dan termasuk sistem yang
dapat di-scaling up (diperbesar). Sistem ini cocok untuk bagi orang yang ingin
menanam hidroponik sayuran dengan hasil maksimal dengan biaya pembuatan yang
murah dan mudah. Serta di daerah yang sering mati listrik. Karena sistem ini cukup
toleran mati listrik untuk dalam waktu yang lama

2. Metode non sirkulasi (open system)


Metode hidroponik dimana larutan nutrisi tidak disirkulasikan dan hanya digunakan
sekali. Ketika terjadi perunbahan pH dan EC maka larutan nutrisi diganti.
 Root Dipping Technique
Tanaman ditumbuhkan pada net pot yang diletakkan pada wadah. Akar
direndam dengan kedalam larutan nutrisi setinggi 2-3 cm. Sistem ini dapat juga
digunakan untuk tanaman umbi. Pada tanaman berumbi, box yang digunakan leboh
dalam yaitu dengan kedalaman 20-30 cm. Kemudian dilapisi dengan plastik
polythene hitam dan diisi larutan nutrisi 1/3 bagiannya. Pada beberapa sistem root
dipping, digunakan aerator untuk suplai oksigen.
 Floating Technique
Pada sistem ini, digunakan kontainer atau box dengan kedalaman 10 cm.
Tanaman diletakkan pada net pot dan dipasang pada foam sebagai penyangga. Net
pot dapat diisi dengan tambahan media tanam seperti cocopeat.
 Capillary Action Technique/Wick
Sistem ini mengandalkan proses kapilaritas. Oleh karena itu di dalam net pot
sering ditambahkan media yang dapat menyerap air dan mengalirkannya ke sistem
perakaran

3. Aeroponik
Aeroponik adalah metode menumbuhkan tanaman yang dipasang pada lubang
sterofoam dan akarnya dibiarkan menggantung di udara. Akar diletakkan pada ruangan
gelap untuk memacu pertumbuhan perakaran. Larutan nutrisi disemprotkan atau
dikabutkan pada akar selama 2-3 menit sekali. Sistem ini sangat cocok untuk jenis
sayuran daun yang memilki nilai ekonomis tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Perwitasari, B. M., Tripatmasari dan Wasonowati. 2012. Pengaruh Media Tanam dan
Nutrisi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica juncea L.)
Dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor 5(1): 2-9
Resh, H. M. 2013. Hydroponic Food Production. CRC Press. New York
Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo 1(2): 43-50.

Anda mungkin juga menyukai