Anda di halaman 1dari 9

A.

Gaya Kepemimpinan Karismatik

1. Definisi Kepemimpinan Karismatik

Karismatik dalam bahasa Yunani berarti "karunia diinspirasi ilahi. Orang orang
yang karismatik memiliki daya tarik tersendiri bagi orang orang yang ada di sekitamya
sehingga membuat orang orang yang ada di sekitamya secara tidak sadar mengikuti orang
yang karismatik tersebut. Kepemimpinan karismatik membuat para anggota yang di
pimpinnya mengikuti inovasi inovasi yang di ajukan oleh pemimpin ini. Pemimpin
karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan karismatik di
masa krisis. Pemimpin karismatik visioner mengekpresikan visi bersama mengenai masa
depan. Melalui kemampuan komunikasi, Pemimpin karismatik visioner mengaitkan
kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan targaet atau tugas dari organisasi. Mengaitkan
para pengikut dengan target dari pengikut dengan visi, misi, dan tujuan organisasi akan lebih
mudah jika mereka merasa tidak puas atau tidak tertantang dengan keadaan pada saat ini.
Pemimpin karismatik visioner memiliki kemampuan untuk melihat sebuah gambar besar dan
peluang yang ada para gambar besar tersebut.1
Tipe pemimpin karismatik di masa krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika
system harus menghadapi situasi dimana pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada
tidak mencukupi. Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan dengan jelas tindakan apa yang
harus dilakukan dan apa konsekuensi yang dihadapi.

2. Indikator Karisma
Bukti dari kepemimpinan karisma diberikan oleh hubungan pemimpin-
pengikut. Seperti dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin
yang memiliki karisma memiliki pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada
pengikut. Para pengikut merasa mereka bahwa keyakinan pemimpin adalah benar,
mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih saying terhadap
pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau organisasi,
mereka memiliki sasaran kinerja yang tinggi, dan mereka yakin bahwa mereka

1
Ivancevich, dkk. Perilaku dan Manajemen Organisasi,(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 211.
dapat berkontribusi terhadap keberhasilan dari misi itu.2
3. Ciri dan Perilaku

Ciri dan perilaku merupakan penentu penting dari kepemimpinan


karismatik. Para pemimpin karismatik akan lebih besar kemungkinannya memiliki
kebutuhan yang kuat akan kekuasaan, keyakinan diri yang tinnggi dan pendirian
yang kuat dalam keyakinan dan idealism mereka sendiri. Perilaku kepemimpinan
dan perilaku dari pengikut antara lain :
a. Menyampaikan sebuah visi yang menarik
b. Menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat mencapai visi itu
c. Mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu
d. Menyampaikan harapan yangt tinggi
e. Memperlihatkan keyakian akan pengikut
f. Pembuatan model peran dari perilaku yang konsisten dari VISI tersebut
g. Mengelola kesan pengikut akan pemimpin
h. Membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi
i. Memberikan kewenangan kepada pengikut
4. Tipe Pemimpin Karismatik
Pemimpin karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan
karismatik di masa krisis. Pemimpin karismatik visioner mengekpresikan visi bersama
mengenai masa depan. Melalui kemampuan komunikasi, pemimpin karismatik visioner
mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan targaet atau tugas dari organisasi.
Mengaitkan para pengikut dengan target dari pengikut dengan visi, misi, dan tujuan
organisasi akan lebih mudah jika mereka merasa tidak puas atau tidak tertantang dengan
keadaan pada saat ini. Pemimpin karismatik visioner memiliki kemampuan untuk melihat
sebuah gambar besar dan peluang yang ada para gambar besar tersebut.
Sementara tipe pemimpin karismatik di masa krisis akan menunjukkan
pengaruhnya ketika system harus menghadapi situasi dimana pengetahuan, informasi,
dan prosedur yang ada tidak mencukupi. Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan
dengan jelas tindakan apa yang harus dilakukan dan apa konsekuensi yang dihadapi. 3
B. Gaya Kepemimpinan Demokratis

2
Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: Index, 2005), h. 26.
3
Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: Index, 2005), h. 29-31.
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi yang didasari oleh
kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak oranglain untuk
berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan tersebut juga berdasarkan
pada akseptansi/penerimaan oleh kelompok, dan pemilikan keahlian khusus. Brown (1936)
berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh
dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech
dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam
kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana
kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok. Kepemimpinan
sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal
dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan
kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Gaya Kepemimpinan Demokratis, yaitu gaya seorang pemimpin yang menghargai
karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang
demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan
mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan berdasarkan demokrasi yang
pelaksanaannya disebut pemimpin partisipasi (partisipative leadership). Kepemimpinan
partisipasi adalah suatu cara pemimpin yang kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari
setiap warga kelompok. Bentuk kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai factor
utama dan terpenting. Setiap orang akan dihargai dan dihormati sebagai manusia yang
memiliki kemampuan, kemauan, pikiran, minat, perhatian dan pendapat yang berbeda
antarsatu dengan yang lainnya. Oleh karena itu setiap orang harus dimanfaatkan dengan
mengikutsertakannya dalam semua kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu disesuaikan dengan
posisinya yang masing-masing memiliki wewenang dan tanggung jawab bagi tercapaianya
tujuan bersama.4

2. Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri:
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak

4
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2003), h. 43.
Yaitu keputusan pimpinan bisa dipengaruhi oleh masukan dari bawahan, bukan
sebagai bentuk interferensi, dalam hal ini lebih ditekankan dari asas musyawarah.
b. Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
Tidak semua keputusan bergantung pada pimpinan semata. Bawahan memiliki
wewenang untuk membuat keputusan, namun masih berada dalam batas sewajarnya.
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Setiap keputusan yang diambil tidak hanya berasal dari pimpinan mutlak, namun
telah dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama bawahannya.
d. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
e. Komunikasi berlangsung timbal balik
Komunikasi antara pimpinan dan bawahan berlangsung dengan baik, tanpa adanya rasa
takut atau canggung karena jabatan.
f. Pengawasan dilakukan secara wajar
Pemimpin tidak melakukan pengawasan kegiatan secara over atau over protective,
sehingga tidak ada tekanan pada bawahan saat melakukan kegiatannya, bawahan pun
menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan atasannya.
g. Prakarsa datang dari pimpinan maupun bawahan
Pemrakarsa dari suatu kegiatan yang bermanfaat bagi organisasi tersebut tidak hanya
berasal dari pimpinan, bawahan pun diberikan hak yang seluas-luasnya untuk
memprakarsai sesuatu yang berdampak positif bagi organisasi tersebut.
h. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat
Bawahan bebas untuk berpendapat sesuai dengan asas demokrasi.
i. Tugas diberikan bersifat permintaan
Tugas yang diberikan pimpinan bisa berasal dari permintaan bawahan yang tentunya
berdampak positif bagi organisasi tersebut.
j. Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan dan bawahan tidak selalu saling memuji atau mengkritik, kedua-duanya
berjalan seimbang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut.
k. Pimpinan mendorong prestasi bawahan
l. Kesetiaan bawahan secara wajar
Bawahan tidak bersifat sebagai budak yang selalu manut pada atasannya, namun
bawahan tetap memiliki rasa hormat yang tinggi pada atasannya.
m. Memperhatikan perasaan bawahan
Pemimpin bersikap mengayomi kepada bawahan, sehingga pemimpin mengerti apa
masalah yang ada pada bawahan, sehingga pemimpin bisa mengambil kebijakan dengan
segera.
n. Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai
Suasana yang selalu harmonis dalam lingkungan organisasi.
o. Tanggung jawab dipikul bersama
Kelebihan yang paling utama, yaitu saling bekerja sama dalam mencapai tujuan
organisasi.5
3. Kelebihan Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis:
a. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin.
c. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat,
dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih
alternatif prosedur yang dapat dipilih.
d. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas
ditentukan oleh kelompok.
e. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
f. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba
menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan
banyak pekerjaan.
4. Kelemahan Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kelemahan gaya kepemimpinan demokratis:
a. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak
b. Sulitnya pencapaian kesepakatan6

C. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

5
Veithzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), h. 78.

6
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2003), h. 45.
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Kata laissez faire tersebut berasal dari bahasa Prancis, yang di dalam manajemen dapat
diartikan sebagai “tanpa kepemimpinan”. Kondisi ini terjadi pada saat di dalam sebuah
komunitas tidak terdapat struktur kepemimpinan. Hal itu dapat terjadi pada kondisi di mana
sang pemimpin menyerah dan membiarkan segala sesuatu berjalan apa adanya seperti yang
sudah-sudah. Kondisi laissez faire juga dapat terjadi pada masa penantian pergantian
pemimpin, di mana pemimpin (adinterm) yang sementara menggantikan pemimpin yang
lama tidak mengambil keputusan yang bersifat mengubah sesuatu sampai munculnya
pemimpin pengganti yang sah.
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahannya. Struktur organisasi
bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung
jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan
maupun menanggulangi masalahnya sendiri. Gaya ini tidak berdasarkan pada aturan-aturan.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh
anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan atau menuntut kewenangan yang
dimilikinya. Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang
penghubung yang menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota
kelompoknya. Jika tidak ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini
akan menjadi tidak terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka
merasa bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai.7
2. Ciri-ciri Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara
keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan.
Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas :
a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi
minimal daripemimpin.
b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat
ditanya.
c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuantugas.
d. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
7
Muhammad Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007). h. 89.
pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
3. Sikap Pemimpin Laissez Faire
Sikap seorang pemimpin yang laissez faire dalam memimpin organisasi:
a. Sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja
bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja
kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai;
b. Kepentingan dan kebutuhan para bawahan mendapat perhatian besar karena
dengan terpeliharanya kepentingannya dan terpuaskan kebutuhannya para
bawahan itu, mereka akan dengan sendirinya berperilaku positif dalam
kehidupanorganisasionalnya;
c. Memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya
sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan
hirarkiorganisasi;
d. Pendelegasian wewenang terjadi secaraekstensif;
e. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih
rendah dan kepada para petugas operasonal, kecuali dalam hal-hal tertentu
yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya secaralangsung;
f. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang
inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang
besangkutansendiri;
g. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan
prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan
organisasi berada pada tingkat yang minimum.8
4. Kelebihan Gaya Kepempinan Laissez Faire
a. Kelebihan Gaya Kepempinan Laissez Faire yaitu:
a. Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok
sehingga keputusan yang dihasilkan menjadi keputusan bersama.
b. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya
kreativitasnya untuk memikirkan dan memecahkahkan serta
mengembangkan rasa tanggung jawab.
c. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang dianggap penting

8
Susilo Martoyo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, (Yogyakarta :BPFE, 1989). h.
56-57.
sehingga proses penyelesaianya lebih cepat.
5. Kekurangan Gaya Kepempinan Laissez Faire:
Kekurangan Gaya Kepempinan Laissez Faire yaitu:
a. Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yangbaik.
b. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi disegani oleh
bawahan.
c. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku dari bawahan serta mengakibatkan salah tindak dan
memaka bayak waktu bila bawahan kurang pengalaman.9

9
Muhammad Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007). h. 92.
DAFTAR PUSTAKA

Ivancevich, dkk. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta


Erlangga.
Martoyo, Susilo. 1989. Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, Yogyakarta :
BPFE.
Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Thoha, Muhammad. 2007. Perilaku Organisasi: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Yukl. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Index

Anda mungkin juga menyukai