Anda di halaman 1dari 9

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN

HIDROPONIK SISTEM FLOATING

MAKALAH

Nugraheni Esti Wulandari 20160210056


Yusuf Nur Ilyas 20160210058
Sri Devi Octavia 20160210061
Bayu Dwi Pambudi 201602100

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan oleh nenek
moyang kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus pada sektor pertanian yang dapat
menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat/petani. Petani telah terbiasa melakukan sistem
konvensional dalam bertani, yaitu dengan mengolahan lahan terlebih dahulu, kemudian
menunggu hujan turun adalah waktu yang tepat untuk menanam. Tentu saja ini bukan lah
kegiatan yang efektif jika dibandingkan antara zaman dahulu dan zaman modern seperti saat
ini. Di Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan praktis, lebih terkontrol dan
terjadwal. Sistem bercocok tanam yang dikembangkan namun telah ada sejak dahulu yaitu
sistem hidroponik.
Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Tanah yang
sejatinya merupakan tempat tumbuhnya tanaman dapat digantikan dengan media inert, seperti
pasir, arang sekam, rockwool, kapas, kerikil, dll. Di daerah dengan lahan yang tidak
produktif/margin, hidroponik menawarkan kegiatan pertanian yang dapat dikembangkan
dengan baik. Pertanian hidroponik mampu memberikan hasil produksi dengan mutu yang
tinggi yang dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut. Sistem hidroponik banyak
macamnya salah satunya adalah hidroponik sistem floating yaitu suatu sistem penanaman
sayuran di atas sterofoam yang mengapung di atas air. Untuk lebih jelasnya lagi tentang
sistem hidroponik floating maka dilakukan penyusunan makalah tentang Hidroponik Sistem
Floating ini.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem hidroponik floating
2. Mengetahui Sejarah mulai munculnya sistem Hidroponik floating
3. Mengetahui bagaimana Sistem dari Hidroponik Floating
4. Mengetahui Alat dan bahan serta cara pembuatannya

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hidroponik berasal dari kata yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang berarti
daya. Hidroponik juga di kenal sebagai soilless cultur atau budidaya tanaman tanpa tanah.
Jadi, hidroponik bisa di artikan sebagai suatu cara budidaya tanaman yang memanfaatkan air
dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. (hendra, 2015)
Hidroponik merupakan salah satu menanam tumbuhan tanpa menggunakan media
tanah. Hidroponik adalah sistem budidaya tanaman yang memanfaatkan air yang di perkaya
dengan unsur hara atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanam hidroponik
berfungsi sebagai kapiler atau pengantar larutan nutrisi ke akar tanaman. Pada metode
hidroponk, pengaturan nutrisi dan tingkat keasamaan (PH) akan lebih mudah dilakukan jika
di bandingkan dengan media tanah, tanaman yang di tanam dengan metode hiroponik akan
menyerap nutrisi dari pada tanaman yang di tanam dengan media tanah. (Hendra, 2015 )

Floating hidroponic system (FHS) merupakan budidaya sayuran pada lubang


styrofoam (gabus) yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak
penampung. (Anonim, 2015). Menurut Endroe (2012) Floating hidroponic system (FHS)
merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan
/menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan larutan
nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau
terendam dalam larutan nutrisi.

B. Sejarah
Sejak 2600 tahun yang lalu, hidroponik diyakini sudah dikenal dan dipraktekkan.
Sejarah mencatat, pada masa pemerintahan raja Nebuchadnezzar di Babilonia, hidroponik
sudah diaplikasikan pada taman gantung yang dikenal dengan Hanging Garden of Babylon.
Hidroponik juga dipraktekkan oleh masyarakat Mesir, China dan suku Astek di Meksiko
dengan model yang disebut Chinampas. Chinampas (sering disebut Floating Garden)
adalah pulau-pulau buatan berbentuk persegi empat yang diapungkan diatas danau untuk
bercocok tanam.( Anonim, 2015). Metode hydroponic floating dikembangkan oleh Jensen
(1980) di Arizona dan Massantini (1976) Italy.

C. Sistem Hidroponik
Menurut suhardiyanto (2009) Hidroponik rakit apung termasuk hidroponik kultur
larutan nutrisi. Pada hidroponik rakit apung, tanaman ditanam dengan posisi akar terendam di
dalam larutan nutrisi yang tidak mengalir.karena tidak menggunakan media tanam, tanaman
perlu di topang agar dapat tumbuh tegak. Tanaman di budidayakan dengan cara menempatkan
larutan pada Styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi suatu bak,
sehingga akar-akar tanaman terendam dan dapat menyerap nutrisi dan air. Batang tanaman di
jepitkan pada lubang Styrofoam yang di persiapkan lebih dahulu. Karakteristik sistem ini
antara lain adalah terisolasinya lingkungan perakaran, sehingga fluktuasi suhu larutan nutrisi
tergolong rendah. Fluktuasi suhu larutan dalam sistem ini di pengaruhi oleh kondisi
lingkungan sekitar, umut tanaman, dan kedalaman larutan nutrisi. Larutan nutrisi dapat diatur
ulang sesudah dievaluasi kepekatan larutannya kurang lebih setiap minggu.
Kandungan oksigen dalam larutan nutrisi pada hidroponik rakit apung dapat di jaga
agar tidak turun dengan mengalirkan oksigen kedalam larutan nutrisi. Sistem ini di sebut
static aerated technique (SAT) sedangkan sistem yang tidak dialiri oksigen disebut static
underated technique (SUT). SAT dilengkapi dengan aerator untuk memompa oksigen ke
dalam larutan nutrisi sebagai upaya memenuhikadar oksigen bagi akar tanaman. peralatan
penunjang yang digunakan antara lain adalah bak, aerator dan Styrofoam, SUT dapat
dioperasikan tanpa menggunakan energy listrik,karena penempatan larutan nutrisi kedalam
bak dapat di lakukan secara manual. Penerapan SUT yang mempunyai kelebihan karena
hemat energy ini dapat dilakukan di daerah- daerah yang belum terjangkau oleh jaringan
listrik. (Anas, 2013)
Cara kerja bertanam secara hidroponik dengan sistem rakit apung atau floating system
yaitu menaruh bibit sayuran dalam keadaan terapung tepat di atas larutan nutrisi. Pengaturan
posisi dan ketinggian tanaman sedemikian rupa bertujuan agar akarnya menyentuh larutan
nutrisi, sehingga tanaman sayur mendapat pasokan air dan nutrisi secara terus-menerus, hal
ini akan mempermudah dalam perawatan juga. ( Hendra, 2015)
Menurut anonym (2015) Sistem ini memanfaatkan gaya apung pada papan untuk
menopang tanaman. Papan yang digunakan biasanya berupa papan sterofoam yang dilubangi
dengan lubang seukuran net pot yang digunakan. Tanaman tumbuh dengan akar yang konstan
24 jam berada dalam air nutrisi pada wadah. Dengan kontak dalam larutan nutrisi, akar dapat
langsung menyerap hara yang ada pada air nutrisi dengan instan. Tetapi karena akar berada
dalam air, akar memerlukan oksigen yang terlarut agar masih dapat bernafas. Maka dari itu
salah satu cara agar oksigen terlarut pada air (aerasi) terus ada adalah dengan menggunakan
aerator. Walaupun sistem ini seperti sistem wick, kecepatan tumbuh tanaman pada sistem ini
lebih cepat dibanding wick. Karena akar langsung kontak air nutrisi yang diberi aerator
sehingga kaya oksigen (aerasi) secara menyeluruh.

Dengan menggunakan aerator, tanaman dapat tumbuh lebih cepat dengan sistem ini
dan tidak mudah layu pada siang hari. Maka dari itu sistem ini cukup cocok skalanya
diperbesar untuk sistem yang lebih besar Sistem ini memanfaatkan sifat apung dari papan
atau media untuk menopang tanaman. Jika water level turun atau naik, tanaman juga ikut
turun atau naik menyesuaikan tinggi water level. Selain itu pembuatan sistem ini dari skala
kecil hingga skala besar tidak terlalu memerlukan teknik yang rumit. Walau memerlukan
listrik, sistem ini cukup toleran jika mati listrik seharian. Karena akar tidak mudah kering
karena selalu kontak dengan air. Jadi tanaman tidak langsung mati walau mati listrik lebih
dari 3-4 jam. Dibanding sistem wick, sistem apung lebih mudah untuk mengetahui kapan
harus air diisi kembali. Karena tinggi papan mengikuti ketinggian air yang ada di wadah. Jika
papan berada di bawah, berarti waktunya untuk wadah dikuras dibersihkan dan diisi kembali
dengan air yang baru.
Berikut ini penjelasan tentang alat dan bahanapa saja yang digunakan untuk menanam
hidroponik dengan sistem floating ( Rakit apung ) menurut suhardiyanto (2009)
1. Alat dan bahan
a) Benih sayur yang sudah di semai pada media sekam bakar dan memiliki daun sejati
antara 2 hingga 4 helai.
b) Bak plastik ukuran 50x30 cm dengan tinggi 20 cm untuk menampung larutan nutrisi.
c) Net pot atau gelas air mineral untuk wadah tumbuhnya sayuran.
d) Styrofoam dengan ukuran 50x30 cm
e) Roockwool untuk media tanam.
f) Alumunium foil untuk melapisi styrofoam.
g) Pisau cutter untuk memotong.
h) Paku untuk melubangi gelas mineral

2. Cara Penanaman
Menurut Triyanto (2016) Berikut tahapan membuat hidroponik sistem rakit apung (floating
sistem):
1. Potong styrofoam sesuai ukuran permukaan bak plastik, kemudian lapisi dengan
alumunium foil.

2. Buatlah beberapa lubang kecil dengan menggunakan paku yang sudah dipanaskan di
lembar styrofoam untuk menempatkan net potatau gelas mineral. Untuk tanaman
sayuran seperti kangkung, sawi, selada, jarak antar-lubang dapat dibuat agak rapat.
Selain styrofoam, gelas air mineral pun perlu dilubangi di bagian bawahnya.

3. Letakkan dan atur posisi pot atau gelas air mineral ke lubang styrofoam. Usahakan
bagian dasar net pot menyentuh permukaan larutan nutrisi atau ketinggian net pot
sekitar 5 cm dari dasar bak plastik.
4. Potong rockwool membentuk kubus dengan ukuran 3 x 3 x 3 cm, kemudian gunting
rockwool agar terbentuk celah. Letakkan bibit sayuran yang sudah disemai sebelumnya di
celah rockwool tersebut. Setelah itu, letakkan di dasar net pot atau gelas air mineral. Akan
lebih bagus lagi jika dihembuskan udara ke dalam larutan nutrisi menggunakan aerator
akuarium. Agar suplai oksigen dalam air melimpah,hal ini akan membantu proses
pertumbuhan tanaman sayur.

D. Jenis- Jenis Tanaman Yang di Budidayakan


Tanaman yang bisa ditanam di media tanam hidroponik adalah golongan tanaman
hortikultura, meliputi : tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan
tanaman obat-obatan. Pada hakekatnya berlaku untuk semua jenis tanaman baik tahunan,
biennial, maupun annual. Tapi paling lazim adalah umumnya merupakan tanaman annual
(semusim). Hampir semua tanaman sebenarnya bisa dibudidayakan dengan sistem
hidroponik, mulai dari bunga, (misalnya : krisan, gerberra, anggrek, kaladium, kaktus ), sayur
sayuran ( selada, sawi, pakchoi, tomat, wortel, asparagus, brokoli, cabai, seledri, bawang
merah, bawang putih, bawang daun, terong), buah-buahan ( melon, tomat, mentimun,
semangka, strawberi, paprika ) dan juga umbi-umbian.

E. Kelebihan dan kelemahan


Keuntungan :
1. Biaya lebih murah
2. Pembuatan mudah dan sederhana
3. Toleran terhadap mati lampu
Kelemahan :
1. Nutrisi dibiarkan menggenang tidaka ada sirkulasi
2. Kadar oksigen terbatas
3. Akar mudah busuk
4. Tidak cocok pada tempat outdor atau harus menggunakan greenhouse

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Floating Hydroponic (Hidroponik Rakit Apung).


http://hidrafarm.blogspot.co.id/2015/05/floating-hydroponic-hidroponik-rakit.html.
Diakses pada tanggal 25 april 2017
Anonim. 2015. Prinsip hidroponik rakit apung. http://taman-
berkebun.blogspot.co.id/2015/08/prinsip-hidroponik-rakit-apung.html. Diakses pada
tanggal 25 april 2017
D., Anas Susila. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor: IPB Press.
Endroe. 2012. Cara menanam hidroponik. http://www.kebunhidro.com/2015/01/cara-
menanam-hidroponik-sederhana.html. Diakses pada tanggal 25 april 2017
Hendra Setiawan. 2015. Kiat Sukses Budidaya Cabai Hidroponik. Bio Genesis. Yogyakarta
Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika basah. Pemodelan
dan pengendalian Lingkungan.IPB press. Bogor.
Triyanto.2016. Budidaya Sayuran Secara Hidroponik Rakit Apung Floating System.
https://kabartani.com/budidaya-sayuran-secara-hidroponik-rakit-apung-floating-
system.html. Diakses pada tanggal 25 april 2017

Anda mungkin juga menyukai