Dalam sistem wick, tanaman akan ditempatkan pada sebuah wadah yang
diletakkan tepat pada sebuah tempat penyimpanan air.
Wadah penyimpanan air tersebut sebelumnya sudah diberikan larutan nutrisi
seperti pupuk dan penyubur tanaman. Sistem ini bisa dibuat dengan mudah
hanya dengan menggunakan tali atau kain wol dan wadah yang terbuat dari
plastik.
Sistem wick ini menggunakan metode kapiler dimana tali atau kain akan
menyerap air secara perlahan layaknya spon dan akan mentransfer air dan
Nutrisi pada tanaman.
2. Ebb & Flow (Pasang Surut)
Hidroponik ebb & flow atau flood and drain adalah salah satu sistem yang
memanfaatkan prinsip pasang surut pada teknik irigasinya.
Disebut sistem hidroponik pasang surut karena dalam cara kerja sistem ini
memiliki 2 fase, yaitu fase saat tanaman dialiri oleh larutan nutrisi hingga
banjir (fase pasang) dan kemudian fase penyurutan larutan nutrisi (fase
surut).
Pada metode ini terdapat sebuah timer yang akan mengatur waktu untuk
mengaliri air yang sudah diberikan nutrisi dalam waktu yang sudah
ditentukan.
3. Floating (Rakit Apung)
Sistem Hidroponik rakit apung terdiri dari bak/ kolam dengan ketinggian air
nutrisi dalam bak air biasanya sekitar 20 cm sudah cukup.
Tanaman diapungkan diatas air dengan memakai selembar styroform yang telah
di bolong-bolongi sesuai ukuran net pot.
Nutrient Film Technique adalah sistem budidaya tanaman pada air yang mengalir.
Kata film dikarenakan tanaman tumbuh pada aliran tipis yang menyerupai
lapisan film. Sistem ini paling mudah dijumpai ketika ingin belajar hidroponik.
Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar
tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga
tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen.
Sistem hidroponik NFT dapat digunakan di lahan terbatas dan dapat
mengoptimalkan lahan yang tersedia.
6. Drip Irrigation (Irigasi Tetes)
Cara kerja sistem irigasi tetes adalah pompa air akan menghisap air, kemudian
ditampung dalam tempat penampungan/ wadah air. Sistem ini sering
dikombinasikan dengan sitem fertigasi.
Air selanjutnya dialirkan ke dalam kolam fertigasi. Pada tahapan ini, air
ditambahkan nutrisi yang selanjutnya dialirkan menuju saluran primer, dalam
tahap ini air tersebut dapat dialirkan menggunakan pompa air maupun hanya
mengandalkan gaya gravitasi saja.
Sistem ini lebih menekan pada tingkat keefektifan serta keefisienan air irigasi
yang diaplikasikan pada lahan budidaya.
Organik Media
( Arang sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, akar pakis, vermikulit, gambut dll )
Non-Organik Media
( Rock Wool, pasir, krikil, hidroton, zeloit, perlit, batu apung, dll )
Hydroponics