Anda di halaman 1dari 19

I.

PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

A. Pemdahuluan
1. Latar Belakang
Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman dengan menggunakan
media tanpa tanah. Media yang digunakan dalam system hidroponik berasal
dari bahan organic dan anorganik yang memiliki syarat-syarat tertentu seperti
tingkat menhan air yang baik, tidak mudah lapuk, tidak mengandung
mikroorganisme merugikan, tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
tanaman. Pemberian nutrisi pada tanaman hidroponik dilakukan melalui
pemberian larutan nutrisi dengan komposisi dan jumlah unsur hara yang telah
ditentukan.
Keunggulan

teknik

hidroponik

dibanding

budidaya

tanaman

menggunakan tanah adalah teknik hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang


sempit karena dan efisiensi pemberian nutrisi bagi tanaman. Budidaya tanaman
hidroponik ini dibagi menjadi beberapa system diantaranya Nutrient Fillum
Technique (NFT), Floating Hydroponik System (FHS), Hidroponik vertikultur,
aeroponik, aquaponik, hidroponik substrat, dll. Berbagai macam system
hidroponik tersebut berkaitan dengan cara pemberian nutisi bagi tanaman yang
pada tiap-tiap system berbeda-beda.
Setiap system hidroponik pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Para pelaku di bidang hidroponik perlu menyesuaikan antara
tanaman yang dibudidayakan dengan system hidroponik yang digunakan agar
kelebihan system hidroponik dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh
karena itu, kita perlu mengetahui berbagai macam system hidroponik tersebut
agar kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
system dan kesesuaiannya dengan tanaman yang kita budidayakan.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara I Pengenalan Sistem Hidroponik ini yaitu:
a. Mendeskripsikan komponen instalasi dan skema cara kerja tiap-tiap jenis
sistem hidropnik,
b. Merinci kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap jenis sistem hidroponik,
c. Menjelaskan contoh teknik aplikasi jenis-jenis sistem hidroponik untuk
budidaya tanaman holtikultura semusim
d. Memberikan contoh-contoh gambar/foto visualisasi modifikasi aplikasi
jenis-jenis sistem hidroponik untuk budidaya tanaman holtikultura.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum hidroponik Pengenalan Sistem Hidroponik dilakukan pada hari
Senin tanggal

Oktober 2014 pukul 09.00 yang bertempat di Rumah Kaca B

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.


B. Tinjauan Pustaka
1. Floating Hydrophonic System (FHS)
Pada sistem FHS larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan
pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol
kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena
dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan
pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti terisolasinya lingkungan
perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah,
dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena
energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin
hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja)
(Randi 2012).
2. Nutrient Film Technique (NFT)

Nutrient Film Technique (NFT) adalah metode budidaya yang akar


tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi yang mengandung
nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Beberapa syarat untuk membuat selapis
nutrisi antara lain : kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi
ke bawah benar-benar seragam, kecepatan aliran nutrisi masuk tidak boleh
terlalu cepat dipertimbangkan dengan kemiringan talang, lebar talang memadai
untuk menghindari terbendungnya aliran nutrisi oleh kumpulan akar, dasar
talang harus rata dan tidak melengkung untuk mencapai kedalaman larutan
nutrisi yang disyaratkan (Chadirin 2006)
3. Substrat dalam kolom bertingkat (vertikultur talang)
Metode substrat yaitu menumbuhkan tanaman dalam media padat
(bukan tanah), umunya digunakan untuk mengusahakan sayuran atau buah
yang bernilai tinggi. Media padat antara lain dapat arang (kayu, sekam padi),
pasir, perlit, zeolit, gambut, kerikil, potongan sabut kelapa, pakis, pecahan
genteng/batu bata, batu apung, dan sebagainya Larutan nutrisi diberikan
dengan cara disiram / dialirkan lewat sistem irigasi. Sistem irigasi yang biasa
dipakai pada Hidroponik Substrat yaitu sistem air mengalir ataupun irigasi
tetes (drip irigation). Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak
mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas
daribakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi
tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban, dapat
menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik
bersifatringan dan dapat sebagai penyangga tanaman (Zulfitri 2005).
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman
dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri
larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan
oksigen secara cukup. Kelebihan hidroponik jenis ini adalah dapat menyerap
dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan
tidak mudah lapuk. Sistem hidroponik substrat pada praktikum ini ditempatkan

pada kolom-kolom yang terbuat dari bambu. Kelebihan dari penggunaan


hidroponik substrat adalah tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi
mudah

untuk

dipantau

dan

biaya

operasional

tidak

terlalu

besar.

Kekurangannya adalah populasi tanaman tidak terlalu banyak dan kolomkolom substrat mudah ditumbuhi lumut (Ricardo 2009).
4. Substrat (Sekam dan Pasir)
Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau
menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti
halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat
ini antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media tersebut
dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman
sehingga dapat berfungsi seperti tanah.
Arang sekam mempunyai karakteristik ringan (berat jenis 0.2 kg/l),
kasar

sehingga sirkulasi

udara tinggi, kapasitas

menahan

air

tinggi,

berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan


efektif. Rongganya banyak sehingga aerasi dan drainasenya baik, hal ini
juga mempermudah pergerakan akar tanaman dalam media tanam tersebut.
Arang sekam

telah

steril, karena saat

pembuatannya sekam

telah

mendapat panas yang tinggi karena proses pembakaran sehingga tidak


memerlukan desinfeksi dengan kemikalia apapun. Mempunyai daya melapuk
lambat dan dianggap dapat bertahan kira-kira satu tahun sehingga dapat
digunakan beberapa kali (Wuryaningsih 2008).
5. Ebb and Flow
Hidroponik sistem ebb and flow merupakan salah satu metode yang
populer dari hidroponik. Sistem ini memiliki prinsip kerja menyediakan larutan
nutrisi dengan pola pasang surut. Sistem hidroponik ebb and flow bisa
diibaratkan sebagai sebuah paru-paru. Saat air menggenang dan membasahi
media, gas-gas sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar akan terpompa

keluar. Demikian pula sebaliknya, ketika air meninggalkan media dalam pot,
maka udara baru dari luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot ke
dalam media tanam. Hal ini tentunya menjadikan tanaman semakin tumbuh
subur dan sehat (Rosliani dan Sumarni 2005).
Sistem pasang surut (ebb and flow) juga dinamai flood and drain system
adalah dasar dari teknologi hidroponik dimana tanaman ditumbuhkan di dalam
wadah yang diairi secara berkala dan kemudian dikeringkan8. Sistem ini
merupakan sistem yang cocok untuk digunakan pada berbagai jenis media
tanam. Prinsip dari teknik ini adalah menaikkan larutan berisi nutrisi ke media
tanam dengan bantuan mesin air dan pada batas waktu tertentu atau batas
ketinggian larutan tertentu di dalam media tanam, maka larutan tersebut
dialirkan kembali ke dalam bak penampungan larutan. Pada sistem ini dapat
terjadi proses resirkulasi karena adanya perputaran larutan (Kurniawan 2013).
6. Aeroponik
Sistem Aeroponik adalah sistem hidroponik yang menggunakan
teknologi tinggi. Seperti pada sistem NFT di atas, media tanamnya udara.
Akar-akar menggantung di udara dikabutkan oleh larutan nutrisi. Pengabutan
ini biasanya dilakukan setiap beberapa menit sekali. Karena akar-akar terekpos
di udara seperti pada sistem NFT, akar-akar bisa cepat mengering jika
pengaturan pengabutan terganggu. Sebuah timer mengontrol pompa larutan
nutrisi seperti pada tipe-tipe sistem hidroponik lainnya yaitu sistem
aeroponik memerlukan timer dengan perputaran singkat yaitu beberapa detik
dalam dua menit sekali (Eka 2011).
7. Deep Flow Technique (DFT)
Deep Flow Technique (DFT) merupakan salah satu metode hidroponik
yang menggunakan air sebagai media untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman
dengan pemberian nutrisi dalam bentuk genangan. Tanaman dibudidayakan di
atas saluran yang dialiri larutan nutrisi setinggi 4-6 cm secara kontinyu,
dimana akar tanaman selalu terendam di dalam larutan nutrisi. Larutan nutrisi

akan dikumpulkan kembali ke dalam bak nutrisi, kemudian dipompakan


melalui pipa distribusi ke kolam penanaman secara kontinyu (Chadirin 2006).
8. Hidroponik Vertikultur (Vertikultur Karpet)
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal
disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk
persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa
undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa
paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah
satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di
sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindahpindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar
pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara
lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare,
kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya (Lukman 2013).
9. Aquaponik
Sistem

teknologi

menggabungkan antara

akuaponik
pemeliharaan

merupakan

teknologi

ikan

tanaman

dan

yang
dengan

memanfaatkan sistem resirkulasi. Sistem ini diharapkan dapat dijadikan


suatu model perikanan perkotaan, sekaligus dapat diterapkan sebagai bahan
dari tata kota dan pertamanan di komplek komplek perumahan (Ahmad et al.
2007). Pada teknologi tersebut, air yang telah terpakai digunakan sebagai
media penyubur pada bagian lainnya berupa usaha penanaman sayuran.
Sistem resirkulasi adalah sistem yang memanfaatkan kembali air yang telah
digunakan dalam usaha pemeliharaan ikan dengan filter biologi dan
fisika berupa tanaman dan medianya. Secara ringkasnya, air yang berasal
dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan pompa air
ke filter yang juga berfungsi sebagai tempat untuk menanam tanaman. Air
yang sudah difilter tersebut dialirkan kembali ke dalam kolam ikan secara

gravitasi. Proses resirkulasi tersebut berlangsung secara terus-menerus dan


penambahan air dari luar hanya dilakukan pada saat tertentu untuk
menjaga agar ketinggian air kolam tidak berkurang (Nugroho & Sutrisno
2008).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a. Alat tulis
b. Kamera
2. Bahan
a. Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung,
b. Nutrient Film Technique (NFT),
c. Substrat dalam kolom bertingkat (Vertikultur Talang),
d. Substrat (sekam dan pasir),
e. Ebb and flow atau penggenangan tiap-tiap jenis sistem dan pengatusan
f. Aeroponik
g. Deep Flow Technique (DFT)
h. Hidroponik Vertikultur
i. Aquaponik
3. Cara Kerja
a. Mengamati bagian-bagian dari bentuk-bentuk modifikasi sistem hidroponik
meliputi : Floating Hydroponic System (FHS) atau Rakit Apung, Nutrient
Film Technique (NFT), Substrat dalam Kolom Bertingkat, Ebb And Flow
atau Penggenangan dan Pengatusan, Aeroponik, Deep Flow Technique
(DFT), serta Hidroponik Vertikultur (vertikultur karpet)
b. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut
c. Mengamati kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap bentuk modifikasi
sistem hidroponik.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan

Gambar 1.1 Hidroponik Rakit Apung

Gambar 1.2 Hidroponik NFT

Gambar 1.3 Hidroponik Metode Vertikultur

Gambar 1.4 Aeroponik

Gambar 1.5 Hidroponik Metode Substrat

Gambar 1.6 Hidroponik ebb and flow

Gambar 1.7 Hidroponik DFT


2. Pembahasan
Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman dengan menggunakan
media tanpa tanah. Media yang digunakan dalam system hidroponik berasal
dari bahan organik dan anorganik yang memiliki syarat-syarat tertentu seperti
tingkat menahan air yang baik, tidak mudah lapuk, tidak mengandung
mikroorganisme merugikan, dan tidak mengandung zat-zat yang berbahaya
bagi tanaman. Pemberian nutrisi pada tanaman hidroponik dilakukan melalui

pemberian larutan nutrisi dengan komposisi dan jumlah unsur hara yang telah
ditentukan. Budidaya tanaman hidroponik ini dibagi menjadi beberapa system
diantaranya Nutrient Fillum Technique (NFT), Floating Hydroponik System
(FHS), Deep Flow Technique (DFT), Hidroponik vertikultur, aeroponik,
aquaponik, hidroponik substrat, dan Ebb and Flow. Berbagai macam system
hidroponik tersebut berkaitan dengan cara pemberian nutisi bagi tanaman yang
pada tiap-tiap system berbeda-beda.
Rakit apung atau Floating Hidroponik Sistem (FHS) adalah salah satu
sistem budidaya secara hidroponik tanaman dengan cara menanam tanaman
pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi
dalam bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terendam dalam
larutan nutrisi. Pada sistem ini larutan tidak disirkulasikan, namun dibiarkan
tergenang dan ditempatkan dalam suatu wadah tertentu untuk menampung
larutan tersebut, sehingga sangat cocok digunakan di daerah yang belum dialiri
listrik. Kelebihannya yaitu dapat memanfaatkan lahan sempit, merupakan
sistem hidroponik yang paling mudah dan sederhana, tidak memerlukan
keahlian mendalam, dan hemat listrik. Kekurangannya adalah kemungkinkan
tanaman akan kekurangan oksigen, cepat terjadi peningkatan suhu, memerlukan
pemantauan pH dan kepekatan lebih rutin, dan pertumbuhan akar sering
terganggu. Teknik yang dilakukan adalah menyiapkan bibit tanaman yang akan
ditanam. Melubangi sterofoam sesuai jarak tanam. Menempatkan tanaman pada
lubang sterofoam dengan dibalut spon terlebih dahulu agar tidak lepas dari
lubang. Kemudian meletakkan sterofoam pada bak apung yang telah diberi
larutan nutrisi. Tanaman akan mendapatkan nutrisi langsung melalui air nutrisi
yang telah disediakan pada bak apung. Hal ini hampir sama dengan sistem
substrat dan NFT, bedanya kalau pada subtrat menggunakan media sedangkan
FHS tidak menggunakan media. Perbedaan dengan NFT adalah larutan nutrisi
pada NFT disirkulasikan.

Pada sistem hidroponik NFT, air dialirkan ke deretan akar tanaman secara
dangkal kurang lebih 3 mm. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan
sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat
dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun
lembab tetap berada di udara. Adapun keuntungan dan kelemahan tipe NFT
adalah dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan
air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat
konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan
dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali
dengan periode tanam yang pendek. Sedangkan kekurangan NFT yaitu
investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi
listrik, penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
Rangkaian peralatan NFT terdiri dari:
- Pipa pralon
- Besi penyangga
- Pompa air
- Talang
Besi penyangga dibentuk seperti rak dengan kemiringan 5%. Kemudian
talang ditempatkan pada besi penyangga tersebut. Pada ujung talang yang
berada di bawah diberi lubang keluarnya nutrisi. Pralon disambungakan dengan
pompa hingga ujung talang yang berada di atas. Pipa pralon yang di atas
berfungsi sebagai pemasok nutrisi sehingga dibuat horisontal yang berlubanglubang seperti air mancur, satu talang terdapat satu pancuran nutrisi. Pompa
berada pada bak penampung keluarnya nutrisi dari talang. Nutrisi tanaman akan
terpenuhi melalui aliran air tipis yang melewati perakaran tanaman.
Sistem hidroponik vertikultur talang ini masih tergolong sistem
hidroponik substrat. Namun, pada sistem vertikultur talang ini wadah untuk
media tanamnya berupa talang. Media tanam dimasukkan dalam talang
kemudian talang disusun secara bertingkat. Kelebihan dari sistem ini adalalah

hemat lahan dan air, mendukung pertanian organic, wadah media tanam
disesuaikan dengan kondisi setempat, umur tanaman relative pendek,
pemeliharaan tanaman relative sederhana, dapat dilakukan oleh siapa saja yang
berminat. Sedangkan kekurangannya adalah struktur awalnya membutuhkan
investasi yang cukup besar dan sistem ini rawan dari serangan penyakit.
Kekurangan yang disebabkan rawannya serangan penyakit dapat di atasi
dengan teknik budi daya yang tepat. Alat dan bahan yang diperlukan
diantaranya adalah wadah berupa talang/ sejenisnya; penegak wadah; media
tanam seperti arang sekam, pasir, pakis,dll; penyemprot. Media tanam
dimasukkan ke dalam wadah dan menanam tanaman. Kemudian meletakkan
wadah pada penegak yang telah disusun. Pemberian nutrisi pada tanaman
dilakukan dengan cara disemprotkan.
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana
akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi
sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara
cukup. Karakteristik media dari metode ini adalah dapat menyerap dan
menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan tidak
mudah lapuk. Media yang digunakan misalnya arang sekam, pasir, pecahan
batu bata. Lalu bila menggunakan lebih dari satu macam substrat, maka harus
dilakukan perbandingan yang sesuai. Kelebihan dari sistem ini yaitu tanaman
dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, dan biaya
operasional tidak terlalu besar. Sedangkan kekurangannya adalah populasi
tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah, dan udah
ditumbuhi lumut (Setyaningsih 2009). Teknik yang dilakukan, pertama memilih
substrat yang sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan, misalnya arang
sekam, pasir, pecahan batu bata. Bila menggunakan lebih dari satu macam
substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Misalnya sustrat
pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Memasukkan substrat pada
pot/polybag. Menanam bibit tanaman yang disediakan pada pot/polybag.

Merendam pot/polybag tersebut dalam wadah yang berisi nutrisi sedalam 5


cm. Mekanismenya, kebutuhan nutrisi tanaman akan terpenuhi melalui media
yang menyerap larutan nutrisi sehingga penggunaan media yang tepat sangat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sistem hidroponik Ebb and Flow merupakan sistem hidroponik genang
dan alir, larutan nutrisi dialirkan ke bak tanaman hingga merendam akar lalu
dialirkan keluar bak untuk selang waktu tertentu. Ada juga yang menyebutnya
sebagai flood and drain sistem. Pada umumnya sistem ini terdiri dari bedengan
kedap air, wadah/pot yang berlubang di bagian bawahnya dan berisi media
tanam, tangki untuk larutan nutrisi, pompa, pipa nutrisi, klep inlet dan outlet.
Untuk memberi kesempatan larutan nutrisi menembus ke dalam media
tanaman, biasanya digunakan patokan waktu perendaman sekitar 10 menit
setelah larutan nutrisi memenuhi bak tanaman (Suhardiyanto 2009). Kelebihan
sistem ini adalah lebih hemat nutrisi, dan dapat digunakan sebagai penghias
ruangan. Namun juga memiliki kekurangan yaitu rangkaiannya rumit,
membutuhkan tenaga ahli untuk menanganinya, dan membutuhkan kecermatan
lebih tinggi dalam pemeliharaan. Pada sistem ini perlu diperhatikan dalam
waktu penggenangan dan pengeringan karena jika terlambat pertumbuhan
tanaman akan terganggu.
Sistem aeroponik merupakan sistem hidroponik yang cara pemberian
nutrisi pada tanaman yaitu dengan cara menyemprotkan larutan nutrisi melalui
sprayer sehingga nampak seperti kabut. Keunggulan dari sistem ini yaitu
mempunyai prospek yang sangat baik karena dapat mempersingkat umur panen
dan produktivitas tanaman cukup tinggi. Selain itu hemat dalam pemakaian air
jika dikelola secara baik dan benar. Sedangkan kekurangannya diantaranya
adalah membutuhkan biaya tambahan untuk pengendali waktu, sistem irigasi,
pompa, serta jadwal perawatan, yang jumlahnya cukup besar yakni mencapai
jutaan bagi petani pada umumnya. Pada sistem aeroponik konvensional yang
menggunakan pompa dan nozzle untuk mendapatkan efek penyemprotan spray,

tekanan pompa yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan mineral pada


nozzle dan penyumbatan, sedangkan bila tekanan pompa rendah akan
menyebabkan penurunan kecepatan penyerapan nutrisi. Pada saat nozzle
tersumbat atau terjadi kerusakan sistem aeroponik, maka tanaman mengalami
kerusakan dalam pertumbuhannya. Instalasi dari sistem aeroponik adalah
tanaman diletakkan pada suatu wadah dengan akar yang menggantung.
Memasang pompa dan wadah larutan nutrisi kemudian memasang dan
meletakkan sprinkler dibawah akar tanaman dengan mengusahakan agar
sprinkler tepat mengenai akar tanaman. Sistem ini bekerja dengan cara larutan
nutrisi disemprotkan melalui sprinkler dengan pompa yang kemudian nutrisi
akan keluar dalam bentuk titik-titik air dan mengenai akar tanaman.
Teknik hidroponik sistem DFT menggunkan sterofoam sebagai tempat
untuk meletakkan tanamannya dimana sterofoamnya diberi lubang-lubang
kecil sebagai tempat untuk memasukkan akar tanaman agar tergenang pada
larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang diberi kapas
agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut disirkulasikan dengan
bantuan aerator dan pompa. Pada dasarnya hidroponik sistem

DFT sama

dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berbeda. Perbedaannya adalah


pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik. Sedangkan DFT
tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flow. Tahapan dalam budidaya
hidroponik, seperti pemilihan/ seleksi benih tanaman yang akan ditanam,
penyemaian benih tanaman, penyiapan tempat tanam (rumah plastik, nutrisi,
dll), transplantasi ke sistem hidroponik, perawatan sampai dengan panen. Jadi
yang berbeda adalah larutan nutrisi dan sistem hidroponik yang digunakan.
DFT memerlukan pasokan listrik untuk mensirkulasikan air ke dalam talangtalang tersebut dengan menggunakan pompa dan untuk menghemat penggunaan
listrik, kita dapat menggunkan timer (untuk mengatur waktu hidup dan mati
pompa). Sebagai contoh pada pagi hari pompa hidup dan sore hari pompa mati,
begitu seterusnya.

Kelebihan dari teknik hidroponik sistem DFT ini adalah pada saat aliran
arus listrik padam maka larutan nutrisi tetap tersedia untuk tanaman, karena
pada sistem ini kedalam larutan nutrisinya mencapai kedalaman 6 cm. Jadi pada
saat tidak ada aliran nutrisi maka masih ada larutan nutrisi yang tersedia.
Sedangkan untuk kekurangannya adalah pada sistem DFT ini memerlukan
larutan nutrisi yang lebih banyak dibandikan dengan sistem NFT (Nutrient Film
Technique). Perkembangan tanaman yang dibudidayakan menggunakan sistem
DFT dapat tumbuh dengan baik dan memiliki kualitas buah/sayuran yang lebih
baik dibandingkan dengan metode konvensional (Rizal 2013).
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture,
maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya
pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan
yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter
mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal
bisa untuk 20 batang tanaman (Lukman 2009). Sistem vertikultur ini biasanya
menggunakan bahan berupa karpet sebagai wadah medianya. Karpet telah
diatur sedemikian rupa sehingga memilki kantong-kantong. Media kemudian
dimasukkan pada kantong-kantong tersebut dan setelah itu tanaman dapat
ditanam. Pemenuhan nutrisi tanaman dilakukan dengan menggunakan aerator/
pompa yang mengalirkan larutan melalui bak penampung dan telah diatur
waktunya. Larutan nutrisi keluar dalam bentuk tetes-tetes air dan akan
membasahi media dan karpet.
Aquaponik adalah kombinasi dari akuakultur (budidaya ikan) dan
hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah). Dalam aquaponik, air yang
mengandung nutrisi yang dihasilkan dari budidaya ikan merupakan sumber
pupuk alami untuk tanaman yang tumbuh. Tanaman sendiri mengkonsumsi
nutrisi, dan membantu untuk memurnikan air bagi kehidupan ikan, sehingga
menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dimana kedua tanaman dan ikan

dapat berkembang. Pada

sistem ini,

air

yang

telah terpakai digunakan

sebagai media penyubur pada bagian lainnya berupa usaha penanaman


sayuran. Sistem resirkulasi adalah sistem yang memanfaatkan kembali air yang
telah digunakan dalam usaha pemeliharaan ikan dengan filter biologi dan
fisika berupa tanaman dan medianya. Secara ringkasnya, air yang berasal
dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan pompa air
ke filter yang juga berfungsi sebagai tempat untuk menanam tanaman. Air
yang sudah difilter tersebut dialirkan kembali ke dalam kolam ikan secara
gravitasi. Proses resirkulasi tersebut berlangsung secara terus-menerus dan
penambahan air dari luar hanya dilakukan pada saat tertentu untuk
menjaga agar ketinggian air kolam tidak berkurang (Nugroho & Sutrisno
2008).
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum

hidroponik

mengenai

Pengenalan

Sistem

Hidroponik dapar disimpulkan bahwa :


a. Budidaya tanaman hidroponik ini dibagi menjadi beberapa system
diantaranya Nutrient Fillum Technique (NFT), Floating Hydroponik System
(FHS), Deep Flow Technique (DFT), Hidroponik vertikultur, aeroponik,
aquaponik, hidroponik substrat, dan Ebb and Flow.
b. Komponen dan instalasi dari tiap-tiap sistem berbeda-beda. Pada
prinsipnya, sistem FHS adalah memberikan nutrisi pada tanaman melalui
penggenangan larutan nutrisi yang akan diserap langung akar tanaman.
Sistem NFT pemberian nutrisi dilakukan dengan mengalirkan nutrisi secara
dangkal sekitar 3 mm pada akar tanaman. Pada sistem vertikultur talang,
wadah disusun secara bertingkat dan meletakkan media pada wadah.
Pemberian nutrisi dilakukan dengan cara disemprotkan langsung ke
tanaman. Sistem substrat menggunakan media yang memenuhi kriteriakriteria tertentu. Media dimasukkan pada wadah dan diletakkan pada suatu

wadah yang digenangi larutan nutrisi. Sisem Ebb and Flow menggunakan
prinsip menggenangi dan mengeringkan. Wadah yang bereisi media dan
tanaman, telah diatur waktu penggenangan dan pengeringan nutrisinya.
Sistem aeroponik dilakukan dengan meletakkan tanaman dengan akar yang
menggantung

kemudian

memberikan

nutrisinya

dengan

cara

menyemprotkan nutrisi melalui sprinkler dengan menggunakan pompa.


keluar dalam bentuk titik-titik air dan mengenai akar tanaman.
c. Sistem DFT menggunkan sterofoam sebagai tempat untuk meletakkan
tanamannya dimana sterofoamnya diberi lubang-lubang kecil sebagai
tempat untuk memasukkan akar tanaman agar tergenang pada larutan
nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang diberi kapas agar
tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut disirkulasikan dengan
bantuan aerator dan pompa. Sistem vertikultur ini biasanya menggunakan
bahan berupa karpet sebagai wadah medianya. Karpet telah diatur
sedemikian rupa sehingga memilki kantong-kantong. Media kemudian
dimasukkan pada kantong-kantong tersebut dan setelah itu tanaman dapat
ditanam. Pemenuhan nutrisi tanaman dilakukan dengan menggunakan
aerator/ pompa yang mengalirkan larutan melalui bak penampung dan telah
diatur waktunya. Larutan nutrisi keluar dalam bentuk tetes-tetes air dan
akan membasahi media dan karpet. Sistem aquaponik merupakan teknik
hidroponik yang memanfaatkan air budidaya ikan sebagai tempat
tumbuhnya tanaman.
d. Tiap sistem pada budidaya tanaman hidroponik memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu diperlukan pemahaman
yang mendalam dari tiap-tiap sistem sehingga dapat disesuaikan dengan
tanaman apa yang akan dibudidayakan
2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah lebih diperjelas dan
ditunjukkan mengenai sistem-sistem hidroponik tersebut sehingga praktikan

dapat lebih paham dan dapat membedakan antara sistem satu dengan sistem
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad T, Sofiarsih L, and Rusmana. 2007. The growth of patin (Pangasius
hypopthalmus) in a close system tank. Indonesian Aquaculture Journal. 2 (1):
67-73.
Chadirin, Y. 2006. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat kuliah.
Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Eka S 2011. Pengaruh Media Tanam Hidroponik Dan Bibit Irigasi Tetes Terhadap
Mutu Bunga Krisan Di Desa Serang Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Purbolingga. Fakultas pertanian UNSOED. Purwekerto.
Kurniawan A 2013. Akuaponik: Sederhana Berhiasi Ganda. Pangkalpinang: Penerbit
UBB Press.
Lukman L 2009. Budidaya Tanaman Sayuran secara Vertikultur.
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/. Diakses pada 8 November 2014
Lukman L 2013. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran secara Vertikultur.
Lembang, Bandung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Nugroho E & Sutrisno. 2008. Budidaya ikan dan sayuran dengan sistem akuaponik.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Randi 2012. Membuat Arang Sekam Sederhana untuk Media Hidroponik).
http://randifarm.blogspot.com/2012/02/membuat-arang-sekam-sederhana.
html. Diakses pada 8 November 2014
Ricardo 2009. Hydroponics Substrat. http://bscstlouis1.blogspot.com/2009/05/
hidroponik-substrat-by ricardo.html. Diakses pada 8 November 2014
Rizal

2013. Budidaya Tanaman Sawi dengan Hidroponik Sistem


Http://aderarizal.blogspot.com/. Diakses pada 8 November 2014

DFT.

Rosliani R dan N Sumarni 2005. Budidaya tanaman Sayuran dengan Sistem


Hidroponik. http://balitsa.litbang.deptan.go.id//. Diakses pada 8 November
2014
Setyaningsih NN 2009. Hidroponik. Http://nafinur2.blogspot.com/. Diakses pada 8
November 2014
Suhardiyanto H 2009. Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. IPB Press.
Bogor.
Zulfitri 2005. Analisis Varietas dan Polybag Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai
(Capsicum annum L.) Sistem Hidroponik. Buletin Penelitian 8(1).

Anda mungkin juga menyukai