A. Pemdahuluan
1. Latar Belakang
Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman dengan menggunakan
media tanpa tanah. Media yang digunakan dalam system hidroponik berasal
dari bahan organic dan anorganik yang memiliki syarat-syarat tertentu seperti
tingkat menhan air yang baik, tidak mudah lapuk, tidak mengandung
mikroorganisme merugikan, tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
tanaman. Pemberian nutrisi pada tanaman hidroponik dilakukan melalui
pemberian larutan nutrisi dengan komposisi dan jumlah unsur hara yang telah
ditentukan.
Keunggulan
teknik
hidroponik
dibanding
budidaya
tanaman
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara I Pengenalan Sistem Hidroponik ini yaitu:
a. Mendeskripsikan komponen instalasi dan skema cara kerja tiap-tiap jenis
sistem hidropnik,
b. Merinci kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap jenis sistem hidroponik,
c. Menjelaskan contoh teknik aplikasi jenis-jenis sistem hidroponik untuk
budidaya tanaman holtikultura semusim
d. Memberikan contoh-contoh gambar/foto visualisasi modifikasi aplikasi
jenis-jenis sistem hidroponik untuk budidaya tanaman holtikultura.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum hidroponik Pengenalan Sistem Hidroponik dilakukan pada hari
Senin tanggal
untuk
dipantau
dan
biaya
operasional
tidak
terlalu
besar.
Kekurangannya adalah populasi tanaman tidak terlalu banyak dan kolomkolom substrat mudah ditumbuhi lumut (Ricardo 2009).
4. Substrat (Sekam dan Pasir)
Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau
menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti
halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat
ini antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media tersebut
dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman
sehingga dapat berfungsi seperti tanah.
Arang sekam mempunyai karakteristik ringan (berat jenis 0.2 kg/l),
kasar
sehingga sirkulasi
menahan
air
tinggi,
telah
pembuatannya sekam
telah
keluar. Demikian pula sebaliknya, ketika air meninggalkan media dalam pot,
maka udara baru dari luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot ke
dalam media tanam. Hal ini tentunya menjadikan tanaman semakin tumbuh
subur dan sehat (Rosliani dan Sumarni 2005).
Sistem pasang surut (ebb and flow) juga dinamai flood and drain system
adalah dasar dari teknologi hidroponik dimana tanaman ditumbuhkan di dalam
wadah yang diairi secara berkala dan kemudian dikeringkan8. Sistem ini
merupakan sistem yang cocok untuk digunakan pada berbagai jenis media
tanam. Prinsip dari teknik ini adalah menaikkan larutan berisi nutrisi ke media
tanam dengan bantuan mesin air dan pada batas waktu tertentu atau batas
ketinggian larutan tertentu di dalam media tanam, maka larutan tersebut
dialirkan kembali ke dalam bak penampungan larutan. Pada sistem ini dapat
terjadi proses resirkulasi karena adanya perputaran larutan (Kurniawan 2013).
6. Aeroponik
Sistem Aeroponik adalah sistem hidroponik yang menggunakan
teknologi tinggi. Seperti pada sistem NFT di atas, media tanamnya udara.
Akar-akar menggantung di udara dikabutkan oleh larutan nutrisi. Pengabutan
ini biasanya dilakukan setiap beberapa menit sekali. Karena akar-akar terekpos
di udara seperti pada sistem NFT, akar-akar bisa cepat mengering jika
pengaturan pengabutan terganggu. Sebuah timer mengontrol pompa larutan
nutrisi seperti pada tipe-tipe sistem hidroponik lainnya yaitu sistem
aeroponik memerlukan timer dengan perputaran singkat yaitu beberapa detik
dalam dua menit sekali (Eka 2011).
7. Deep Flow Technique (DFT)
Deep Flow Technique (DFT) merupakan salah satu metode hidroponik
yang menggunakan air sebagai media untuk menyediakan nutrisi bagi tanaman
dengan pemberian nutrisi dalam bentuk genangan. Tanaman dibudidayakan di
atas saluran yang dialiri larutan nutrisi setinggi 4-6 cm secara kontinyu,
dimana akar tanaman selalu terendam di dalam larutan nutrisi. Larutan nutrisi
teknologi
menggabungkan antara
akuaponik
pemeliharaan
merupakan
teknologi
ikan
tanaman
dan
yang
dengan
pemberian larutan nutrisi dengan komposisi dan jumlah unsur hara yang telah
ditentukan. Budidaya tanaman hidroponik ini dibagi menjadi beberapa system
diantaranya Nutrient Fillum Technique (NFT), Floating Hydroponik System
(FHS), Deep Flow Technique (DFT), Hidroponik vertikultur, aeroponik,
aquaponik, hidroponik substrat, dan Ebb and Flow. Berbagai macam system
hidroponik tersebut berkaitan dengan cara pemberian nutisi bagi tanaman yang
pada tiap-tiap system berbeda-beda.
Rakit apung atau Floating Hidroponik Sistem (FHS) adalah salah satu
sistem budidaya secara hidroponik tanaman dengan cara menanam tanaman
pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi
dalam bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terendam dalam
larutan nutrisi. Pada sistem ini larutan tidak disirkulasikan, namun dibiarkan
tergenang dan ditempatkan dalam suatu wadah tertentu untuk menampung
larutan tersebut, sehingga sangat cocok digunakan di daerah yang belum dialiri
listrik. Kelebihannya yaitu dapat memanfaatkan lahan sempit, merupakan
sistem hidroponik yang paling mudah dan sederhana, tidak memerlukan
keahlian mendalam, dan hemat listrik. Kekurangannya adalah kemungkinkan
tanaman akan kekurangan oksigen, cepat terjadi peningkatan suhu, memerlukan
pemantauan pH dan kepekatan lebih rutin, dan pertumbuhan akar sering
terganggu. Teknik yang dilakukan adalah menyiapkan bibit tanaman yang akan
ditanam. Melubangi sterofoam sesuai jarak tanam. Menempatkan tanaman pada
lubang sterofoam dengan dibalut spon terlebih dahulu agar tidak lepas dari
lubang. Kemudian meletakkan sterofoam pada bak apung yang telah diberi
larutan nutrisi. Tanaman akan mendapatkan nutrisi langsung melalui air nutrisi
yang telah disediakan pada bak apung. Hal ini hampir sama dengan sistem
substrat dan NFT, bedanya kalau pada subtrat menggunakan media sedangkan
FHS tidak menggunakan media. Perbedaan dengan NFT adalah larutan nutrisi
pada NFT disirkulasikan.
Pada sistem hidroponik NFT, air dialirkan ke deretan akar tanaman secara
dangkal kurang lebih 3 mm. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan
sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat
dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun
lembab tetap berada di udara. Adapun keuntungan dan kelemahan tipe NFT
adalah dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan
air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat
konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan
dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali
dengan periode tanam yang pendek. Sedangkan kekurangan NFT yaitu
investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi
listrik, penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
Rangkaian peralatan NFT terdiri dari:
- Pipa pralon
- Besi penyangga
- Pompa air
- Talang
Besi penyangga dibentuk seperti rak dengan kemiringan 5%. Kemudian
talang ditempatkan pada besi penyangga tersebut. Pada ujung talang yang
berada di bawah diberi lubang keluarnya nutrisi. Pralon disambungakan dengan
pompa hingga ujung talang yang berada di atas. Pipa pralon yang di atas
berfungsi sebagai pemasok nutrisi sehingga dibuat horisontal yang berlubanglubang seperti air mancur, satu talang terdapat satu pancuran nutrisi. Pompa
berada pada bak penampung keluarnya nutrisi dari talang. Nutrisi tanaman akan
terpenuhi melalui aliran air tipis yang melewati perakaran tanaman.
Sistem hidroponik vertikultur talang ini masih tergolong sistem
hidroponik substrat. Namun, pada sistem vertikultur talang ini wadah untuk
media tanamnya berupa talang. Media tanam dimasukkan dalam talang
kemudian talang disusun secara bertingkat. Kelebihan dari sistem ini adalalah
hemat lahan dan air, mendukung pertanian organic, wadah media tanam
disesuaikan dengan kondisi setempat, umur tanaman relative pendek,
pemeliharaan tanaman relative sederhana, dapat dilakukan oleh siapa saja yang
berminat. Sedangkan kekurangannya adalah struktur awalnya membutuhkan
investasi yang cukup besar dan sistem ini rawan dari serangan penyakit.
Kekurangan yang disebabkan rawannya serangan penyakit dapat di atasi
dengan teknik budi daya yang tepat. Alat dan bahan yang diperlukan
diantaranya adalah wadah berupa talang/ sejenisnya; penegak wadah; media
tanam seperti arang sekam, pasir, pakis,dll; penyemprot. Media tanam
dimasukkan ke dalam wadah dan menanam tanaman. Kemudian meletakkan
wadah pada penegak yang telah disusun. Pemberian nutrisi pada tanaman
dilakukan dengan cara disemprotkan.
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana
akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi
sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara
cukup. Karakteristik media dari metode ini adalah dapat menyerap dan
menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan tidak
mudah lapuk. Media yang digunakan misalnya arang sekam, pasir, pecahan
batu bata. Lalu bila menggunakan lebih dari satu macam substrat, maka harus
dilakukan perbandingan yang sesuai. Kelebihan dari sistem ini yaitu tanaman
dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, dan biaya
operasional tidak terlalu besar. Sedangkan kekurangannya adalah populasi
tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah, dan udah
ditumbuhi lumut (Setyaningsih 2009). Teknik yang dilakukan, pertama memilih
substrat yang sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan, misalnya arang
sekam, pasir, pecahan batu bata. Bila menggunakan lebih dari satu macam
substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Misalnya sustrat
pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Memasukkan substrat pada
pot/polybag. Menanam bibit tanaman yang disediakan pada pot/polybag.
DFT sama
Kelebihan dari teknik hidroponik sistem DFT ini adalah pada saat aliran
arus listrik padam maka larutan nutrisi tetap tersedia untuk tanaman, karena
pada sistem ini kedalam larutan nutrisinya mencapai kedalaman 6 cm. Jadi pada
saat tidak ada aliran nutrisi maka masih ada larutan nutrisi yang tersedia.
Sedangkan untuk kekurangannya adalah pada sistem DFT ini memerlukan
larutan nutrisi yang lebih banyak dibandikan dengan sistem NFT (Nutrient Film
Technique). Perkembangan tanaman yang dibudidayakan menggunakan sistem
DFT dapat tumbuh dengan baik dan memiliki kualitas buah/sayuran yang lebih
baik dibandingkan dengan metode konvensional (Rizal 2013).
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture,
maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara
vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya
pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan
yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter
mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal
bisa untuk 20 batang tanaman (Lukman 2009). Sistem vertikultur ini biasanya
menggunakan bahan berupa karpet sebagai wadah medianya. Karpet telah
diatur sedemikian rupa sehingga memilki kantong-kantong. Media kemudian
dimasukkan pada kantong-kantong tersebut dan setelah itu tanaman dapat
ditanam. Pemenuhan nutrisi tanaman dilakukan dengan menggunakan aerator/
pompa yang mengalirkan larutan melalui bak penampung dan telah diatur
waktunya. Larutan nutrisi keluar dalam bentuk tetes-tetes air dan akan
membasahi media dan karpet.
Aquaponik adalah kombinasi dari akuakultur (budidaya ikan) dan
hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah). Dalam aquaponik, air yang
mengandung nutrisi yang dihasilkan dari budidaya ikan merupakan sumber
pupuk alami untuk tanaman yang tumbuh. Tanaman sendiri mengkonsumsi
nutrisi, dan membantu untuk memurnikan air bagi kehidupan ikan, sehingga
menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dimana kedua tanaman dan ikan
sistem ini,
air
yang
hidroponik
mengenai
Pengenalan
Sistem
wadah yang digenangi larutan nutrisi. Sisem Ebb and Flow menggunakan
prinsip menggenangi dan mengeringkan. Wadah yang bereisi media dan
tanaman, telah diatur waktu penggenangan dan pengeringan nutrisinya.
Sistem aeroponik dilakukan dengan meletakkan tanaman dengan akar yang
menggantung
kemudian
memberikan
nutrisinya
dengan
cara
dapat lebih paham dan dapat membedakan antara sistem satu dengan sistem
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad T, Sofiarsih L, and Rusmana. 2007. The growth of patin (Pangasius
hypopthalmus) in a close system tank. Indonesian Aquaculture Journal. 2 (1):
67-73.
Chadirin, Y. 2006. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat kuliah.
Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Eka S 2011. Pengaruh Media Tanam Hidroponik Dan Bibit Irigasi Tetes Terhadap
Mutu Bunga Krisan Di Desa Serang Kecamatan Karangrejo Kabupaten
Purbolingga. Fakultas pertanian UNSOED. Purwekerto.
Kurniawan A 2013. Akuaponik: Sederhana Berhiasi Ganda. Pangkalpinang: Penerbit
UBB Press.
Lukman L 2009. Budidaya Tanaman Sayuran secara Vertikultur.
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/. Diakses pada 8 November 2014
Lukman L 2013. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran secara Vertikultur.
Lembang, Bandung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Nugroho E & Sutrisno. 2008. Budidaya ikan dan sayuran dengan sistem akuaponik.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Randi 2012. Membuat Arang Sekam Sederhana untuk Media Hidroponik).
http://randifarm.blogspot.com/2012/02/membuat-arang-sekam-sederhana.
html. Diakses pada 8 November 2014
Ricardo 2009. Hydroponics Substrat. http://bscstlouis1.blogspot.com/2009/05/
hidroponik-substrat-by ricardo.html. Diakses pada 8 November 2014
Rizal
DFT.