4. Jika aliran listrik padam tnaman masih bisa bertahan. Oleh karena sistem DFT menyisakan
genangan air pada insalasi, maka ketika ada gangguan pada pompa air maupun padamnya
aliran listrik, tanaman masih bisa bertahan, tidak mengalami dehidrasi, atau layu.
5. Perawatan Lebih Mudah. Bagi para pemula yang menggeluti hidroponik, sistem DFT lebih
cocok karena perawatan relatif lebih mudah. Misalnya jika lupa melakukan pengontrolan,
tanaman masih bisa tumbuh sesuai harapan.
1. Lebih mudah dalam mengontrol kandungan pupuk. Sistim NFT jika distribusi
air dimatikan dengan cara mematikan pompa airnya, maka 90% akan akan
kembali ke bak tandon. Disaat itulah pengontrolan kandungan nutrisi dilakukan,
dengan demikian semua tanaman akan mendapatkan pasokan nutrisi yang sama.
Pengontrolan nutrisi bisa dilakukan dengan TDS meter yang akan menghasilkan
nilai Part Per Million (PPM).
2. Hemat air. Tidak seperti sistem DFT, Sistem hidroponik NFT, tidak ada
genangan air didalam instalasi. Air hanya mengalir tipis pada setiap instalasi,
jika pompa dimatikan maka seluruh air dengan cepat akan kembali ke bak
tandon.
3. Hemat nutrisi. Oleh karena sistem NFT hemat air, maka secara otomatis
nutrisi yang diperlukan juga lebih sedikit untuk mencapai PPM tertentu.
1. Tergantung pada pasokan listrik. Sistem hidroponik NFT air mengalir tipis
pada instalasi, dan tidak ada genangan. Jika pasokan listrik mati, maka pompa air
mati dan dengan cepat tanaman juga kekurangan pasokan nutrisi dan akan
dihidrasi.
3. Hidroponik Sistem Wick atau Sumbu
Sistem hidroponik ini menjadi farorit para pemula, bahkan ini menjadi materi
dasar hidroponik. Hidroponik sistem sumbu adalah sistem hidroponik dimana
untuk memberi suplai nutrisi pada akar tanaman digunakan sumbu kapiler yang
menghubungkan air tandon sampai ke akar tanaman. Sumbu pada sistem wick
biasanya digunakan kain flanel atau bahan lain yang mempunyai daya kapiler
tinggi.
4. Tidak tergantung pada aliran listrik, jika hasil lebih maksimal gunakan aerator
agar suplai oksigen lebih maksimal.
1. Ada pekerjaan tambahan yaitu memasang kain flanel pada netpot, jika untuk
skala industri menjadi kurang efektif.
2. Perlu campur tangan manusia khususnya untuk menggerakkan air agar suplai
oksigen tercukupi, dan lumut tidak berkembang biak. Masalah ini bisa diatasi
dengan menambahkan aerator pada setiap bak penampungan.
1. Biaya pembuatan rakit apung hidroponik ini relatif murah. Hidroponik rakit apung hanya
menyiapkan kolam penampungan air, stereofom atau sejenisnya, netpot, dan rockwool, sistem
ini tidak membutuhkan banyak alat penunjang hidroponik sebagaima sistem yang lain.
2. Perawatan lebih mudah. Untuk membersihkan instalasi cukup menguras dan membersihkan
kolam, tidak sesulit membersihkan instalasi hidroponik yang lain.
3. Tidak terlalu bergantung pada aliran listrik. Idealnya sistem rakit apung menggunakan
aerator untuk memebuhi kebutuhan oksigen, namun ketika aliran listrik padam, tanaman tetap
terjaga kesegarannya dan tidak terjadi dehidrasi.
4. Biaya operasi lebih murah. Kesederhanaan sistem rakit apung secara otomatis akan
mengurangi biaya operasionalnya.
1. Rentan terjadi pembusukan akar. Sistem rakit apung sebagian besar akar tanaman terendam
dalam air secara terus menerus, sehingga rentan terjadi pembusukan akar. Oleh karena itu perlu
memilih tanaman yang tahan terdapat air, misalnya kangkung, slada, dan pokcoy. Selain itu
bisa dengan solusi menambahkan kadar oksigen dalam air dengan menambahkan airator.
2. Tidak semua tanaman sayuran yang biasa ditanam secara hidroponik bisa ditanam dengan
sistem ini.
3. Tidak cocok untuk tanaman sayuran buah seperti tomat, cabe, terong, dll.
4. kebutuhan air lebih banyak. Sistem rakit apung harus memenuhi air dalam kolam yang
disiapkan, dan harus konstan, sehingga kebutuhan nutrisi juga relatif lebih banyak.
1. Hemat lahan. Diantara berbagai sistem hidroponik, sistem hidroponik tower yang paling
hemat lahan, dikarenakan cara menanamnya ke atas bukan kesamping. Semakin besar dan
semakin tinggi pipa yang digunakan maka kapasitas tanaman semakin besar pula.
2. Mudah Dipindahkan. Hidroponik sistem tower sangat mudah dipindahkan karena tidak ada
instalasi yang ditanam dalam tanah. Sistem single tower yang berada di permukaan tanah
hanya bak tandon, sehingga untuk memindahkan sangat mudah.
3. Kapasitas lubang tanam lebih banyak. Oleh karena cara menanamnya ke atas maka secara
otomatis kapasitas lubang tanam per meter persegi akan lebih banyak. Lahan ukuran P 50, L
50, Tinggi 30 cm, bisa menampung sekitar 30 sampai 40 lubang tanam.
4. Artistik. Hidroponik tower banyak yang dimodifikasi untuk keindahan taman, misalnya wall
garden, instalasi yang menyerupai huruf abjad, dll.
Kekurangan
1. Tergantung aliran listrik. Irigasi hidroponik sistem tower sangat tergantung oleh air yang
dipompakan ke atas, kemudian di semburkan ke pipa tempat menanam. Jika pompa mati atau
aliran listrik padam makan tanaman cepat terjadi dehidrasi dan stres, dan jika waktunya lama
bisa berakibat kematian tanaman.
2. Instalasi relatif lebih mahal. Belum semua orang bisa mengerjakan sistem hidroponik tower
karena perlu beberapa trik agar sistem bisa berjalan dengan sempurna. Maka instralasi ini
biasanya relatif lebih mahal dibanding instalasi yang lainnya
3. Biaya Operasional Lebih Mahal. Irigasi mengandalkan air yang disemburkan oleh pompa
dengan mengandalkan aliran listrik. Untuk menjaga agar irigasi terus berjalan maka pompa
harus terus dinyalakan. Jadi aliran listrik secara terus menerus terpakai, dan ini adalah menjadi
bertambahnya biaya operasional.
4. Sinar Matahari Tidak Merata. Bentuk hidroponik tower adalah melingkar, akibatnya paparan
sinar matahari tidak merata.
Contoh jenis jenis instalasi Hidroponik
Instalasi hidroponik sistem wick atau sumbu instalasi hidroponik sistem rakit apung
1.Bedeng
2. sepitank & wc
3. sumur
- Pendalaman sumur
4. lubang tanam