Anda di halaman 1dari 0

Daya Tarik Bertanam Hidroponik

Di jaman yang serba modern ini bertanam tak lagi harus menggunakan tanah. Berbagai metode
bercocok tanam bisa digunakan bagi yang ingin menekuninya. Salah satunya adalah bertanam
secara hidroponik. Berasal dari bahasa Yunani, Hydroponic, dimana hydro berarti air dan ponous
berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok
tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.
Tak jarang bertanam hidroponik dijadikan hobi pengisi waktu luang bagi sebagian orang.
Bahkan tak sekedar hobi, ada juga kemudian yang melanjutkan hingga menjadi bisnis.
Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur
dan buah telah umum ditanam secara hidroponik. Sebut saja paprika, timun mini, tomat, dan
sayuran hijau.
Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik
dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Ambil saja salah satu
contoh, bertanam paprika secara hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan
kualitas lebih baik. Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di
tanah harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam
secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim.
Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan
kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat
menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional. Panen dengan cara hidroponik juga
terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, karena para petani tidak perlu
waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen.
Kemahiran dan pengetahuan dalam bidang pertanian bukalah merupakan syarat utama untuk
menjalankan bisnis hidroponik. Karena secara praktik ilmu bisa dipelajari. Salah satu contoh
kasus, pemilik Parung Farm. Seperti ditulis dalam websitenya (parungfarm.com), pemilik usaha
hidroponik di bawah naungan PT Kebun Sayur Segar ini bukanlah sarjana teknik ataupun sarjana
pertanian. Namun karena sangat tertarik dengan teknologi hidroponik ia pun mempelajari
berbagai teknologi hidroponik, dengan mempelajarinya secara otodidak dari buku-buku yang
yang banyak dijumpai pada toko buku online seperti Amazon.com, berlangganan majalah The
Growing Edge serta Aquaponics dari Amerika Serikat, Practical Hydroponics and Greenhouses
dari Australia.
Disamping itu pemilik usaha tersebut juga melakukan pencarian informasi terkini dari internet,
melakukan korespondensi dengan tenaga ahli dari luar negeri, serta berdiskusi dengan para ahli
terkait. Kini hasilnya, produk dengan brand Parung Farm dapat ditemui pada hampir semua
supermarket dan hipermarket di Jabodetabek dan Bandung.
Harga yang dipatok untuk tanaman hasil teknologi hidroponik yang terbilang mahal, pada
umumnya memang bisa ditemui di tempat perbelanjaan seperti supermarket dan hipermarket.
Meski bertanam hidroponik membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan bertanam biasa,
namun harga jual produk yang mahal dengan pangsa pasar khusus merupakan daya tarik khusus
bagi pebisnisnya.
HIDROPONIK
1. 1. Pendahuluan
Kecenderungan konsumen dalam memilih hasil produksi tanaman dan makanan di kota-kota
besar Indonesia adalah mencari produk dengan nilai tambah terhadap manfaat kesehatan,
berpenampilan menarik, dan dengan harga yang rasional. Produk-produk tersebut sebagian besar
dapat terpenuhi oleh produk hidroponik. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang cara
memproduksi tanaman makanan dan non-makanan (seperti bunga atau yang dikenal dengan
ornamental plants) dengan metode hidroponik, secara sederhana hingga otomatis.Hidroponik
atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata hydro yang berarti air dan kata
ponos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau
pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media
tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan
dalam air.
Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah adalah kebersihan lebih
mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
tidak tergantung musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman
dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas ataupun
dipergunakan sebagai bisnis dengan luasan yang cukup, dapat mengurangi jumlah tenaga kerja,
kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara ergonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan
2. Dasar-dasar Teknologi Hidroponik
Dalam upaya memproduksi tanaman atau makanan secara hidroponik, diperlukan beberapa
peralatan dasar agar tanaman dapat tumbuh dengan baik seperti daerah perakaran harus
memperoleh cukup udara, air dan unsur hara/nutrisi, sehingga dapat menghasilkan tanaman dan
makanan yang berkualitas.
Peralatan dasar yang diperlukan untuk memenuhi kriteria tersebut di atas adalah :
1. Tempat tumbuh tanaman, seperti bak atau kolam penampung, pot, dan bedengan.
Diusahakan agar tempat tumbuh tanaman dijaga kebersihannya secara berkala dengan
membersihkan dan menghilangkan tumbuhan atau tanaman lain yang tidak diinginkan (terutama
dalam bedengan atau kolam penampung).
2. Aerator
Alat ini dipakai untuk tercukupinya oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran.
Kekurangan oksigen akan mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar dan respirasi [8].
3. Larutan Nutrisi
Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah,
komposisi ion nutrisi dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S,
K, Ca, dan Mg) dan mikro ( B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan
nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Semakin
tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan (karena pekatnya
kandungan garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik
larutan nutrisi tersebut). Larutan nutrisi dapat dibuat sendiri dengan melarutkan Larutan nutrisi
juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Hal ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana
maupun otomatis pada larutan nutrisi. Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH
merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu untuk
optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang
terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi tanaman (terutama dalam hidroponik dengan sistem
yang tertutup) dapat dipertahankan. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan
nutrisi dapat menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi [1], untuk tanaman
sayuran suhu optimal antara 5-15oC dan tanaman buah antara 15-25oC. Beberapa tanaman
sayuran dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC tertentu yang optimal.
3. Tipe Aplikasi Hidroponik
Secara umum tipe aplikasi hidroponik dapat dibedakan menjadi 3 jenis : aeroponik, Floating
Hidroponic System (FHS) dan Nutrient Film Technique (NFT) System.
3.1. Aeroponik.
Prinsip aeroponik cukup sederhana, yaitu menyediakan nutrisi sekaligus memberikan air yang
kaya akan oksigen ke tanaman dengan cara penyemprotan air yang mengandung nutrisi tersebut.
Akar tanaman dikondisikan tidak terendam air atau tergantung pada media stereoform yang
sudah disediakan diatas kolam. Kelebihan dari system ini adalah tumbuhan mendapat suplay
oksigen yag sangat banyak, sehingga proser respirasi menjadi sangat optimal. Hasilnya akan
diketahui bahwa system ini memiliki kapasitas penyediaan yang lebih dari yang lain, baik dari
segi nutrisi ataupun oksigen. Kelemahan system ini adalah penggunaan pompa listrik yang
sangat bergantung pada ketersediaan listrik. Sehingga jika pompa yang diguanakan untuk
menyemprotkan air dan nutrisi tersebut mati, maka yang terjadi adalah tanaman yang di tanam
juga akan mati. Jadi harus benar-benar dipastikan bahwa system cadangan yang membackup
pompa tetap aktif.
3.2. Floating Hidroponics System (FHS)
Floating hidroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran)
dengan cara menanamkan /menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung
diatas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar
tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan pertama kali
oleh Jensen (1980) di Arizona dan Massantini (1976) di Italia [6].
Pada sistem ini larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan
dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu.
Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan
pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang
mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang
sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada
energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi
saja).
Pada Gambar 2 di bawah ditunjukkan pemakaian system FHS pada tanaman daun bawang dalam
greenhouse. Tanaman ditancapkan pada lubang dalam styrofoam dengan bantuan busa (agar
tanaman tetap tegak) serta ditambahkan penyangga tanaman dengan tali. Lapisan styrofom
digunakan sebagai penjepit, isolator panas dan untuk mempertahankan tanaman agar tetap
terapung dalam larutan nutrisi. Agar pemakaian lapisan styrofoam tahan lama biasanya dilapisi
oleh plastik mulsa. Dalam gambar juga ditunjukkan adanya bak larutan nutrisi dengan
penyangganya, biasanya bak penampung ini mempunyai kedalaman antara 10-20 cm dengan
kedalaman larutan nutrisi antara 6-10 cm. Hal ini ditujukan agar oksigen dalam udara masih
terdapat di bawah permukaan styrofoam. Untuk otomatisasi dalam FHS tidak berbeda jauh
dengan cara untuk pot culture system.
3.3. Nutrient Film Technique (NFT)
Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik. Konsep dasar
NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan
nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan
oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air
yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah
perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang
dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan
styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan
mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain
: dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi
dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat
diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan
penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai
beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung
terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke
tanaman lain
Pada sistem NFT, kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed (talang), tangki
penampung dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah diproduksi secara massal dan
disediakan oleh beberapa perusahaan supplier greenhouse dan pertanian, di Jepang terbuat dari
styrofoam, namun di Indonesia belum diproduksi sehingga banyak petani Indonesia memakai
talang rumah tangga (lebar 13-17 cm dan panjang 4 meter). Tangki penampung dapat
memanfaatkan tempat atau tandon air. Pompa berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari
tangki penampung ke bed NFT dengan bantuan jaringan atau selang distribusi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah : kemiringan talang (1-5%) untuk pengaliran larutan
nutrisi, kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat (dapat diatur oleh pembukaan kran
berkisar 0.3-0.75 L/menit) dan lebar talang yang memadai untuk menghindari terbendungnya
larutan nutrisi [1, 3, 11].
Dalam gambar dibawah ditunjukkan NFT system dengan tanaman tomat menggunakan suhu,
aliran dan jumlah air (larutan nutrisi) yang terkontrol dengan komputer.
4. Otomasi Hidroponik
Proses pengontrolan dalam hidroponik merupakan proses yang dilakukan secara kontinyu, dalam
jangka waktu yang panjang dan memerlukan akurasi pengontrolan yang tinggi (apalagi kalau
variabel yang dikontrol cukup banyak). Untuk itu perlu dilakukan pengontrolan otomatik agar
tidak terjadi permasalahan seperti pada pengontrolan secara manual antara lain : kelelahan,
subyektifitas, kejemuan, ketidakseragaman dan ketidaktelitian manusia. Pada kontrol otomatik
ini, tahapan kontrol seperti mengukur, membandingkan, menghitung dan mengoreksi dilakukan
oleh instrumen secara berulang. Dengan kontrol otomatik dapat dicapai tujuan kelancaran
operasi, pengendalian keamanan dan mutu produk [11]. Secara umum pengontrolan yang
dilakukan dalam hidroponik dapat dilakukan untuk mengontrol : air (penjadwalan, sirkulasi dan
distribusi), larutan nutrisi (kandungan konsentrasi nutrisi, pH, suhu, EC dan oksigen) dan juga
faktor ekternal seperti lingkungan dalam greenhouse.
Pengontrolan air dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan aksi kontrol on-off
(seperti yang diterapkan dalam gambar 3 untuk sistem NFT). Untuk pengontrolan larutan nutrisi
diperlukan sensor-sensor yang akan membaca kandungan larutan nutrisi (sensor ion), sensor pH,
sensor suhu dan sensor oksigen (DO sensor). Sebagai contoh yang dilakukan oleh beberapa
peneliti dalam mengontrol komposisi larutan nutrisi baik dengan pendekatan matematik maupun
simulasi [4,9] ataupun penerapan dalam sistem NFT [5]. Untuk pengontrolan konsentrasi larutan
nutrisi secara otomatis diperlukan : dispensing technology; tangki pencampur dan pompa
pengukur; sensor untuk mengukur konsentrasi larutan nutrisi (per ion nutrisi atau menggunakan
ISFET (ion selective field effect transistor), EC dan pH; software computer untuk mengukur,
mengontrol dan komunikasi termasuk model dan algoritma untuk menentukan set point dan
kebutuhan air dan nutrisi [5].

Anda mungkin juga menyukai