Anda di halaman 1dari 6

Budidaya Tanaman Sawi dengan Hidroponik Sistem DFT

KELOMPOK 7
NAMA ANGGOTA : - MARVI - -

- MARC - -

KELAS : VII.1

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah (soiless).


Hidroponik berasal dari dari kata Hydroponic, yang di dalam bahasa Yunani terbagi menjadi
dua kata, yaitu hydro dan ponous. Hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai arti
tersebut, maka bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang
menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik. Di antaranya, produksi
tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan
pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan
tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil yang kontinu.

Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik adalah jenis sayuran (baik
daun dan buah, seperti: Bayam, Pakcoy, Sawi, Kangkung, Tomat, Cabai, Paprika, dll); jenis
tanaman bunga; tanaman buah: Melon, Strawberry, dll; dan bahkan sampai dengan tanaman obat
untuk keluarga, seperti: Binahong, Pegagan, Sendok-sendokan, dll.
Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang
tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang
bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Pada pertanian hidroponik nutrisi
sangat menentukan keberhasilan, karena tanaman mendapat unsur hara dari apa yang diberikan.
Terdapat pupuk hidroponik yang siap pakai di pasaran, ini akan lebih mudah, tinggal dicampur
dengan air dan aplikasikan. Contoh pupuk yang ada di pasaran adalah pupuk AB Mix, Ferti-Mix,
dll. Pupuk ini mengandung unsur hara mikro dan makro yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk
tersebut diformulasikan secara khusus sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanaman.
Keistimewaan nutrisi hidroponik ini yaitu selain mengandung semua unsur hara yang diperlukan
tanaman, adalah menggunakan bahan bahan yang 100% dapat larut dalam air. Cara
penggunaannya pun juga sangat praktis dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Pada kesempatan kali ini, Kami kelompok 7 akan membahas tentang budidaya tanaman sayuran
menggunakan salah satu sistem hidroponik, yaitu sistem DFT (Deep Flow Technique). Teknik
hidroponik sistem DFT menggunkan sterofoam sebagai tempat untuk meletakkan tanamannya
dimana steroformnya diberi lubang-lubang kecil sebagai tempat untuk memasukkan akar
tanaman agar tergenang pada larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang
diberi kapas agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut disirkulasikan dengan
bantuan aerator dan pompa. Pada dasarnya hidroponik system DFT sama dengan rakit apung
tetapi pengaplikasiannya berbeda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak
tersirkulasi dengan baik. Sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flow.
Teknik hidroponik sistem DFT ini cocok untuk membudidayakan tanaman yang berbuah.,
misalnya tomat.

Beberapa tahapan yang perlu dipersiapkan dalam budidaya hidroponik kurang lebih hampir sama
dengan sistem konvensional. Tahapan dalam budidaya hidroponik, seperti pemilihan/seleksi
benih tanaman yang akan ditanam, penyemaian benih tanaman, penyiapan tempat tanam (rumah
plastik, nutrisi, dll), transplantasi ke sistem hidroponik, perawatan sampai dengan panen. Jadi
yang berbeda adalah larutan nutrisi dan sistem hidroponik yang digunakan.

Berikut ini adalah beberapa perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam budidaya sayuran
dengan sistem hidroponik (seperti terlihat dalam Gambar 1).
Gambar 1. Perlengkapan yang Diperlukan dalam Sistem DFT

Jadi sistem DFT memerlukan pasokan listrik untuk mensirkulasikan air ke dalam talan-talang

tersebut dengan menggunakan pompa dan untuk menghemat penggunaan listrik, kita dapat

menggunkan timer (untuk mengatur waktu hidup dan mati pompa). Sebagai contoh pada pagi

hari pompa hidup dan sore hari pompa mati, begitu seterusnya.

Kelebihan dari teknik hidroponik sistem DFT ini adalah pada saat aliran arus listrik padam maka

larutan nutrisi tetap tersedia untuk tanaman, karena pada sistem ini kedalam larutan nutrisinya

mencapai kedalaman 6 cm. Jadi pada saat tidak ada aliran nutrisi maka masih ada larutan nutrisi

yang tersedia. Sedangkan untuk kekurangannya adalah pada sistem DFT ini memerlukan larutan

nutrisi yang lebih banyak dibandikan dengan sistem NFT (nutrient Film Technique).

Perkembangan tanaman yang dibudidayakan menggunakan sistem DFT dapat tumbuh dengan

baik dan memiliki kualitas buah/sayuran yang lebih baik dibandingkan dengan metode

konvensional. Berikut ini adalah gambaran pertumbuhan tanaman sawi dalam sistem DFT dalam

setiap Minggu Setelah Tanam (MST).


Gambar 2. Pertumbuhan Tanaman Sawi per Minggu Setelah Tanaman

Pada minggu ke-4 setelah tanam, tanaman sudah besar dan harus segera dipanen. Oh iya, pada
sistem DFT ini kami hanya menanam satu tanaman untuk satu lubang.

Gambar 3. Tanaman Sawi Siap Dipanen

Anda mungkin juga menyukai