Anda di halaman 1dari 62

Panduan Hidroponik

Saat ini, banyak orang beralih ke sistem bertanam yang tidak banyak menggunakan lahan luas
karena lahan semakin sempit. Salah satu sistem yang cocok untuk mengatasi kelangkaan lahan adalah
hidroponik. Hidroponik berasal dari kata hydro  (air) dan ponos  (kerja) yang berarti pengerjaan dengan
air atau lebih luasnya bertanam tanpa tanah.

Hidroponik telah lama dikenal. Sekitar abad XV orang Aztek (Amerika) telah menggunakan cara
ini. Kemudian tahun 1929, Gericke memulai percobaan hidroponik dengan media pasir. Mulai saat
itulah hidroponik berkembang dan akhirnya dikenal sampai ke Indonesia. Hidroponik yang pertama
dilakukan untuk tanaman hias, tetapi kemudian berkembang ke tanaman sayur dan buah.

Cara tanam secara hidroponik tidak hanya terbatas untuk hobiis saja, tetapi para pengusaha
pun dapat menerjuninya. Memang modal yang digunakan untuk usaha hidroponik lebih besar
dibandingkan usaha kebun biasa. Namun, keuntungan yang diperoleh juga lebih besar. Hal ini
disebabkan produk yang dihasilkan oleh sistem hidroponik umumnya berkualitas lebih baik sehingga
harga jualnya pun lebih tinggi.

Apakah Anda ingin memahami lebih jauh mengenai hidroponik serta ingin langsung
mempraktekkannya ?

Berikut ini kami sajikan ulasan mengenai hidroponik. Semoga bermanfaat.


 
Pendahuluan
Dewasa ini, perkembangan industri semakin maju dengan pesat. Perkembangan tersebut banyak yang
menggeser lahan pertanian, lebih-lebih di daerah sekitar perkotaan. Akibatnya, lahan pertanian
semakin sempit. Di sisi lain, kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Bagaimana jalan keluar untuk mengatasi kondisi tersebut ? salah satu
jalan keluar yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan produktivitas tanaman. dengan cara ini
diharapkan dari lahan yang sempit, dapat dihasilkan produksi yang banyak. Salah satu caranya yaitu
dengan hidroponik.

1 Mengapa Harus Hidroponik ?


Dewasa ini perkembangan industri semakin maju dengan pesat. Perkembangan tersebut banyak yang
menggeser lahan pertanian, terlebih di daerah sekitar perkotaan. Akibatnya, lahan pertanian semakin
sempit. Di sisi lain, kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk. Bagaimana jalan keluar untuk mengatasi kondisi tersebut ? Salah satu jalan keluar
yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan produktivitas tanaman. Dengan cara ini diharapkan
dari lahan yang terbatas dapat dihasilkan produksi yang banyak. Salah satu caranya yaitu
dengan hidroponik.

Hidroponik berasal dari kata hydroponick, bahasa Yunani. Kata tersebut merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu hydro  yang artinya air dan ponos yang artinya bekerja. Jadi, hidroponik artinya pengerjaan air
atau bekerja dengan air.
Umumnya orang bertanam dengan menggunakan tanah. Namun, dalam hidroponik tidak lagi
digunakan tanah, hanya dibutuhkan air yang ditambah nutrien sebagai sumber makanan bagi
tanaman.
Apakah hanya dengan air dan nutrien saja dapat memenuhi kebutuhan hidup tanaman ? Jawabannya,
ya. Bahan dasar yang dibutuhkan tanaman adalah air, mineral, cahaya, dan CO2. Cahaya tidak menjadi
masalah karena telah terpenuhi oleh cahaya matahari. Demikian pula CO2, cukup melimpah di udara
bebas. Kebutuhan air dan mineral dapat diberikan dengan sistem hidroponik. Dengan demikian, berarti
keberadaan tanah sebenarnya tidak menjadi hal yang utama.

Sistem penanaman secara hidroponik mempunyai banyak keunggulan dibandingkan sistem


penanaman di tanah. Perbandingan antara sistem penanaman secara hidroponik dengan sistem
penanaman di tanah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan sistem penanaman secara hidroponik dengan di tanah

Penanaman secara Hidroponik Penanaman di Tanah


1. Bekerja secara bersih, semuanya dalam 1. Bekerja tidak bersih, tidak dalam keadaan
keadaan steril steril
2. Nutrien yang diberikan digunakan secara 2. Penggunaan nutrien oleh tanaman kurang
efisien oleh tanaman efisien
3. Nutrien yang diberikan sesuai dengan yang 3. Nutrien yang diberikan dapat bereaksi dengan
dibutuhkan tanaman karena tidak ada zat zat yang mungkin terdapat di dalam tanah
lain yang mungkin dapat bereaksi dengan (karena tanah tidak steril)
nutrien
4. Tanaman bebas dari gulma 4. Gulma sering tumbuh di tanah
5. Tanamah lebih jarang terserang hama dan 5. Tanaman lebih sering terserang hama dan
penyakit penyakit
6. Pertumbuhan tanaman lebih terkontrol 6. Pertumbuhan tanaman kurang terkontrol
7. Tanaman sayuran dapat berproduksi 7. Kuantitas dan kualitas produksi tanaman
dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi kurang
8. Pertanian hidroponik mempunyai ciri: 8. Pertanian dengan tanah mempunyai ciri:
a. Lahan yang dibutuhkan sempit a. Lahan yang dipakai lebih luas,
b. Kesuburan dapat diatur, dan b. Mengandalkan unsur tanah, dan
c. Nilai jualnya tinggi. c. Nilai jualnya tidak begitu tinggi
(hp/yhi).
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

2 Jenis Tanaman yang Dapat Dihidroponikkan


Hidroponik yang pertama dilakukan untuk tanaman hias tetapi kemudian berkembang ke tanaman
sayur dan buah. Kali ini kita akan membahas mengenai jenis-jenis tanaman yang dapat
dihidroponikkan.

Sebetulnya, sampai saat ini batasan jenis tanaman yang dapat dihidroponikkan belum jelas karena
terus mengalami pertambahan baik jumlah maupun jenis. Memang, belum semua jenis tanaman dapat
dihidroponikkan namun tidak menutup kemungkinan ke depannya jumlah tanaman yang dapat
dihidroponikkan kian bertambah seiring makin banyaknya percobaan yang dilakukan.
Jenis tanaman yang telah banyak dihidroponikkan dari golongan tanaman hias di antaranya
philodendron, dracaena, aglaonema, dan spatyphilum. Jenis tanaman buah yang dapat
dihidroponikkan di antaranya melon, jambu air, kedondong bangkok, dan belimbing.

Adapun jenis tanaman sayuran yang dapat dihidroponikkan di antaranya:

Selada

Daun selada menjadi salah satu pilihan terbaik apabila Anda ingin menanam sayuran dengan sistem
hidroponik karena selada tidak membutuhkan perhatian yang terlalu rumit agar bisa tumbuh subur
dan bisa dipanen dengan cara hidroponik. Selain itu, selada tidak membutuhkan perawatan ekstra yang
menyita waktu lama. Dua lembar daun selada akan tumbuh setelah seminggu penyemaian.
Pertumbuhan selada akan semakin cepat apabila dipindahkan ke media utama dan diberi air yang
mengandung nutrisi untuk pertumbuhannya.
Tips untuk merangsang pertumbuhan selada dengan lebih cepat adalah dengan memotong daun
bagian luarnya sehingga daun bagian dalam akan segera tumbuh untuk menggantikannya. Perlu
diperhatikan pula keberadaan hama yang sering menempel di daunnya tersebut. Periksa dan bersihkan
hama tersebut secara rutin.

Sayuran berdaun hijau


Sayuran berdaun hijau contohnya bayam, kangkung, sawi hijau. Selain selada, sayuran berdaun hijau
juga dapat tumbuh baik dengan sistem hidroponik. Akan tetapi bagi Anda yang ingin menanam sayuran
berdaun hijau dengan sistem hidroponik harus memperhatikan pertumbuhan tanaman agar tidak
tumbuh terlalu besar karena dapat mengganggu sirkulasi udara. Kurangnya sirkulasi udara pada suatu
tumbuhan dapat mengakibatkan tumbuhan layu atau mati. Waktu pemanenan juga tergolong cepat
yaitu pada hari ke-26 sampai hari ke-29. Apabila lebih dari hari ke-29, sayuran akan terasa pahit.

Mentimun

Mentimun menjadi salah satu jenis tanaman yang sering ditanam dengan sistem hidroponik. Akan
tetapi mentimun lebih membutuhkan perhatian ekstra dibandingkan selada maupun sayuran berdaun
hijau. Ada hal lain yang harus diperhatikan yaitu intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
tanaman. Cahaya matahari yang masuk dan diserap oleh tanaman harus cukup dan tidak boleh terlalu
berlebihan serta tidak disarankan terkena cahaya matahari langsung.

Selain itu, mentimun yang tumbuh kian besar tentu membutuhkan tempat yang lebih luas. Anda harus
memikirkan hal tersebut agar mentimun tidak rusak dan bentuknya tetap sempurna. Untuk mensiasati
hal tersebut, Anda dapat menggunakan botol plastik yang besar atau menggunakan media tanam
hidroponik lainnya.

Selain tanaman yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat jenis tanaman lain yang biasa ditanam
dengan sistem hidroponik di antaranya pak choy, sawi, brokoli, kailan, tomat, dan bawang.
Demikian penjelasan mengenai jenis-jenis tanaman, khususnya sayuran, yang dapat dibudidayakan
dengan menggunakan sistem hidroponik. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat (: (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

 
Hidroponik Sayuran untuk Usaha Komersial
A. Persiapan Umum
Seperti cara budidaya lain, budidaya secara hidroponik juga membutuhkan beberapa persiapan.
Persiapan itu meliputi pemilihan lokasi, greenhouse, media, pot, dan sarana irigasi serta nutrien.
1 Pemilihan Lokasi Hidroponik (klik selengkapnya)
Sudah siap untuk mempraktekkan bertanam dengan sistem hidroponik ?
Sebelum memulai langkah Anda dalam mempraktekan budi daya tanaman dengan sistem hidroponik,
sebaiknya Anda perhatikan terlebih dahulu persiapan-persiapan yang harus dipenuhi sebelumnya.
Seperti cara budi daya yang lain, bertanam atau budi daya secara hidropnik juga membutuhkan
beberapa persiapan. Persiapan itu meliputi pemilihan lokasi, greenhouse, media, pot, dan sarana irigasi,
serta nutrien.

Pemilihan Lokasi
Di manakah lokasi yang tepat untuk dijadikan tempat budi daya tanaman secara hidroponik ?
Bagaimana kondisinya ? Apa saja kriteria lokasi yang baik untuk budi daya tanaman secara hidroponik ?
Pemilihan lokasi untuk tempat produksi sangat penting, terutama bagi Anda yang akan berbisnis
melalui hidroponik. Dengan menentukan lokasi yang tepat diharapkan dapat menekan biaya produksi
sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi. Bukankah ini yang Anda cari ?

Banyak pilihan lokasi yang ada, tetapi untuk menentukan dan memilih lokasi yang tepat, ada beberapa
kriteria yang diperlukan, di antaranya:
1. sesuai dengan syarat tumbuh tanaman;
2. dekat dengan pusat sarana atau kebutuhan produksi;
3. sarana jalan dan pengangkutan yang mudah, serta
4. dekat dengan pasar.

Kriteria tersebut tidak mutlak harus ada atau terpenuhi, akan tetapi hal tersebut perlu disesuaikan
seoptimal mungkin. Dengan terpenuhinya kriteria tersebut, diharapkan hasil produksi dapat memiliki
kualitas maupun kuantitas yang baik bahkan lebih baik dibandingkan sistem lainnya. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

2 Greenhouse untuk Hidroponik (klik selengkapnya)


Sejauh mana persiapan Anda untuk melakukan budidaya tanaman secara hidroponik ? Apakah Anda
sudah menentukan lokasi yang tepat untuk dijadikan tempat budidaya hidroponik ?
Di dalam artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai kriteria-kriteria ideal yang harus dimiliki
lokasi yang akan dijadikan tempat budidaya tanaman secara hidroponik. Apabila Anda belum sempat
membacanya, let’s check this out yaa..

Seperti yang tercantum dalam pembahasan sebelumnya, ada beberapa poin penting yang dijadikan
persiapan awal yang harus dipertimbangkan saat akan memulai budidaya tanaman secara hidroponik.
Poin pertama adalah pemilihan lokasi. Poin kedua yang akan kita bahas dalam artikel ini
adalah greenhouse. Greenhouse (rumah kaca) pada mulanya terdapat di Belanda. Mengapa
keberadaan greenhouse sangat diperlukan di negara kincir angin tersebut ? Berdasarkan letak
geografisnya, Belanda memiliki empat musim yaitu semi, panas, gugur, dan dingin. Tanaman sukar
hidup pada musim-musim tertentu seperti musim dingin dan salju. Oleh karena itu diperlukan tempat
berlindung untuk tanaman yang umumnya berupa greenhouse. Selain itu, di rumah kaca ini juga dibuat
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman di antaranya kebutuhan sinar matahari,
kelembapan dan suhu. Itulah beberapa alasan yang menyebabkan keberadaan greenhouse sangat
diperlukan di Belanda.

Dewasa ini, greenhouse pun terdapat di Indonesia, keberadaannya tidak terlalu vital seperti halnya di
Belanda. Seperti kita tahu pada dasarnya iklim di Indonesia sudah cocok untuk berbagai jenis tanaman.
Namun tidak dapat dipungkiri, ada beberapa faktor luar yang dapat menghambat pertumbuhan
tanaman seperti angin kencang, hujan deras, terik matahari, atau kelembapan yang tinggi. Oleh karena
itu, terkadang keberadaan greenhouse pun menjadi salah satu hal yang patut
dipertimbangkan. Greenhouse, dalam hal ini, memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai tempat
untuk mengoptimalkan perawatan khususnya tanaman hidroponik yang memerlukan perawatan
khusus, selain itu untuk mengurangi serangan hama dan penyakit karena segala sesuatu yang berada
di dalam greenhouse diusahakan steril.

Berikut ini beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat greenhouse, di antaranya:
1. ditempatkan di tempat terbuka;
2. mempunyai sirkulasi;
3. dapat mengurangi intensitas cahaya matahari;
4. dapat mengurangi air; dan
5. steril.

Greenhouse dapat diperinci menjadi kerangka, dinding, atap, dan lantai. Bahan untuk membuat
kerangka greenhouse dapat berupa kayu atau besi. Tentunya greenhouse yang terbuat dari besi akan
tahan lama dibandingkan daripada greenhouse yang terbuat dari kayu.

Demikianlah pembahasan mengenai greenhouse  yang dapat kami ulas dalam artikel ini. Masih ada
beberapa poin persiapan awal (yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan budidaya tanaman
secara hidroponik) yang akan kita bahas dalam artikel berikutnya.
Semoga bermanfaat (: (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

3 Media Hidroponik (klik selengkapnya)


Poin pertama dan kedua terkait persiapan awal yang harus dipertimbangkan dalam budidaya tanaman
secara hidroponik sudah dibahas dalam artikel sebelumnya yaitu pemilihan lokasi dan greenhouse,
selanjutnya kita akan membahas media yang dapat digunakan dalam budidaya tanaman secara
hidroponik.

Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam, persyaratan utamanya adalah harus ringan dan


porus (memiliki porositas yang baik) karena tiap media mempunyai bobot dan porositas yang berbeda-
beda. Beberapa media yang dapat digunakan di antaranya arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut
(peat moss), dan serbuk sabut kelapa.

Arang Sekam

Arang sekam sebagai media memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki di antaranya
harga relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang
baik. Sedangkan kekurangan yang dimiliki di antaranya jarang tersedia di pasaran, umumnya yang
tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali.

Media ini umumnya digunakan untuk hidroponik tomat, paprika dan mentimun. Tidak menutup
kemungkinan hidroponik sayuran yang lain pun dapat menggunakan media ini, namun hal ini tidak
biasa dilakukan. Ada dua metode pembuatan arang sekam yaitu disangrai dan dibuat arang.
Pasir

Sama halnya dengan arang sekam, pasir sebagai media hidroponik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan yang dimiliki pasir di antaranya mudah diperoleh, harganya tergolong sedang dan dapat
digunakan berulang-ulang setelah dibersihkan. Sedangkan kekurangannya yaitu berat, porositasnya
kurang dan perlu disterilkan. Media pasir biasanya digunakan untuk hidroponik selada, sawi, bayam,
dan kangkung.

Seperti yang sudah disampaikan pada paragraf sebelumnya, salah satu kekurangan pasir adalah perlu
disterilkan. Ada beberapa cara untuk mensterilkan pasir, di antaranya direbus, disangrai, atau dicuci
dengan air. Cara pencucian ini terbilang lebih praktis sehingga banyak digunakan orang. Metodenya
pencucian ini dilakukan di dalam bak yang diberi lubang di bagian samping. Kemudian disiramkan air
ke atas pasir, nantinya air tersebut akan keluar melalui lubang yang berada di bagian samping.

Zeolit

Struktur zeolit ini berbentuk seperti pasir kasar berwarna biru atau semu abu-abu. Media ini
mengandung pupuk, kandungan yang terbanyak adalah kalsium. Oleh karena itu, media ini perlu
dinetralkan dengan cara merendam dan mencucinya beberapa kali hingga air cucian bersih (tidak
keruh), pH sekitar 6-7.

Kelebihan media ini di antaranya mempunyai porositas yang baik, tahan lama dengan kata lain dapat
digunakan berulang-ulang setelah dicuci, serta tidak perlu disterilkan. Selain itu, media ini dapat
menyerap pupuk dan mengeluarkannya sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kekurangannya adalah
berat dan mahal.

Rockwoll

Media ini terbuat dari serabut batu apung gunung, oleh karena itu media ini ringan dan juga memiliki
porositas yang baik serta tidak perlu disterilkan. Sifat-sifat yang dimiliki ini membuat rockwoll sangat
baik untuk digunakan sebagai media hidroponik. Namun tidak ada media yang sempurna, rockwoll
hanya dapat digunakan dua kali, harganya mahal, susah diperoleh, dan disinyalir mengandung asbes
yang dapat menyebabkan penyakit kanker.

Gambut (peat moss)

Media ini telah mengandung pupuk sehingga memberikan keuntungan apabila digunakan sebagai
media hidroponik. Selain itu, gambut juga memiliki porositas yang baik, ringan, harganya sedang, dan
tidak perlu disterilkan. Namun gambut susah dicari, hanya dapat dipakai satu kali, serta terlalu
mengikat air (lembap).

Serbuk Sabut Kelapa

Media ini banyak beredar di pasaran namun juga dapat dibuat sendiri. Bahan yang digunakan yaitu
limbah dari pengolahan sabut kelapa. Metode pembuatannya sebagai berikut:
1. direndam sabut kelapa dalam air kapur/tawas. Perendaman ini bertujuan untuk menghilangkan zat
tanin yang dapat meracuni tanaman;
2. ditiriskan sabut yang telah bersih dari zat tanin;
3. direbus atau diberi uap serbuk sabut kelapa agar steril.
Demikian penjelasan mengenai beberapa jenis bahan yang dapat digunakan sebagai media hidroponik.
Semoga bermanfaat (: (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

4 Pot atau Wadah untuk Hidroponik (klik selengkapnya)


Persiapan umum budidaya tanaman dengan sistem hidroponik di antaranya pemilihan
lokasi, greenhouse, media, pot, dan sarana irigasi serta nutrien. Poin pertama sampai ketiga sudah
dibahas pada artikel sebelumnya. Bahasan kali ini akan mengupas mengenai pot atau wadah untuk
hidroponik.

Pot atau wadah sangat diperlukan untuk menampung media tanam. Hal ini dibedakan menjadi dua
yaitu pot atau wadah untuk sayuran tomat, paprika serta mentimun dan pot atau wadah untuk sayuran
selada, sawi, seledri, kangkung, serta bayam.

Pot atau wadah untuk tomat, paprika dan mentimun

Pot atau wadah yang dipakai sebaiknya mempunyai ventilasi untuk drainase (di samping atau di bawah)
dan tidak menyerap air. Untuk persemaian dapat digunakan bak dari kayu berukuran 1 x 1,5 x 0,1 m.
Bak ini dilapisi lembaran plastik pada bagian dasar dan tepinya untuk mencegah serangga atau hama
pengganggu lainnya. Untuk bibitnya dapat digunakan polibag yang berukuran kecil (7 x 10 cm). Macam-
macam pot hidroponik yang dapat digunakan untuk tanaman dewasa adalah sebagai berikut.

a. Polibag
Polibag yang digunakan berukuran besar (30 x 25 cm). Kelebihan penggunaan polibag yaitu mudah
diperoleh dan murah serta dapat dipakai 3 – 4 kali pemakaian (bila pemakaiannya dilakukan dengan
baik).

b. Karung dan bantalan plastik


Satu bantal mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi sekitar 50 x 20 x 10 cm. Bantalan dengan
ukuran demikian dapat digunakan untuk dua tanaman. Kelebihan memakai bantalan yaitu lebih praktis
dan akar tanaman lebih leluasa dalam bergerak. Kekurangannya bantalan tidak dijual di pasaran
sehingga harus dipesan terlebih dahulu.

c. Plastik yang dibuat cekungan


Tempat tanam ini dibuat di tanah, caranya tanah digali, kemudian di atasnya diberi lembaran plastik
sehingga berbentuk cekungan. Agar plastik tidak bergeser, bagian tepinya diberi batu.

d. Akuarium dari kaca atau plastik

Wadah hidroponik juga dapat terbuat dari kaca atau plastik yang dibentuk seperti akuarium. Cara
pembuatannya sebagai berikut. Tanah digali dengan lebar 70 cm, kedalaman 50 cm, dan panjang
disesuaikan dengan ukuran lahan. Di setiap sisi tanah dibuat tembok dari batako/batubata. Kemudian,
di bagian dalam tembok dilapisi plastik sebagai tempat menampung air. Di bagian atas, kira-kira 12 – 15
cm dari permukaan, dipasang rak net yang berfungsi sebagai pembatas antara larutan/air dengan
ruang udara dan pensuplai oksigen ke perakaran tanaman. di bagian paling atas (di permukaan)
ditutup dengan triplek yang di atasnya diberi styrofoam  atau polystylen. Penutup ini kemudian
dilubangi. Ukuran diameter lubang 4 inci dengan jarak antarlubang sesuai dengan jarak tanam. Dalam
lubang tersebut nantinya ditempatkan tanaman yang akan dipelihara.

Pot atau wadah untuk selada, sawi, seledri, kangkung, dan bayam
Wadah yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wadah untuk semai/bibit dan wadah untuk
penanaman.

a. Wadah untuk semai/bibit


Wadah semai dapat berupa bak plastik yang tingginya 10 cm dan berukuran 1 x 1,5 cm. Wadah ini
dapat dibeli atau dibuat sendiri. Jumlah bak tergantung dari jumlah populasi tanaman (satu bak untuk
satu tanaman).

b. Wadah untuk penanaman

Wadah untuk penanaman dapat berupa pematang/bedeng berlantai semen atau berlapis plastik.
Bedeng berlantai semen mempunyai kelebihan yaitu permanen dan tahan lama. Kekurangannya, untuk
membuat bedeng tersebut dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Kelebihan dari bedeng berlapis plastik
biaya pembuatannya lebih murah, sedangkan kekurangannya bedeng ini tidak tahan lama.

Semoga bermanfaat. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

5 Sarana Irigasi untuk Hidroponik (klik selengkapnya)

Irigasi atau pengairan sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Apalagi dalam sistem hidroponik,
irigasi yang teratur atau rutin sangat dibutuhkan. Secara garis besar, irigasi dalam sistem hidroponik
dapat digolongkan menjadi dua yaitu sistem air menggenang dan sistem air mengalir.

Sebelum berlanjut, bagi Anda yang belum membaca ulasan mengenai persiapan umum hidroponik
pada artikel sebelumnya, dapat melihat berikut ini pemilihan lokasi, greenhouse, media, dan pot atau
wadah untuk hidroponik.
Sistem air menggenang
Dalam sistem irigasi ini air/larutan yang diberikan tertampung dalam wadah/pot sehingga tergenang.
Ketinggian air/larutan harus di bawah akar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terendamnya akar
sehingga dapat menyebabkan pembusukan. Sistem ini biasanya digunakan pada hidroponik yang
memakai wadah akuarium.

Dengan sistem ini, ada kemungkinan zat hara akan mengendap di bawah bak sehingga konsentrasi air
berubah. Oleh karenanya, bila telah terjadi perubahan konsentrasi (dari hasil pengukuran), wadah/pot
dan media harus dicuci.

Sistem air mengalir


Sistem air mengalir mempunyai prinsip air/larutan dialirkan terus sehingga tidak ada yang
menggenang. Sistem ini mempunyai kelebihan yaitu zat hara yang tercampur dalam air tidak
mengendap sehingga akar tetap menyerap zat hara dalam konsentrasi yang sama dan sesuai.

Dua macam cara dalam sistem air mengalir yang banyak digunakan untuk hidroponik yaitu drip
irrigation  (irigasi tetes) dan nutrient film technical  (NFT).

Drip irrigation

Drip irrigation  dewasa ini banyak digunakan karena dianggap lebih efektif dalam menghemat air dan
pupuk. Dalam sistem ini air diberikan tetes demi tetes sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga
kecil sekali air yang terbuang. Walaupun peralatan untuk sistem ini agak rumit dan mahal, tetapi hasil
yang diperoleh dan manfaatnya jauh lebih besar serta dapat dipakai berulang kali. Hal ini yang
membuat para pengusaha sayuran hidroponik banyak memakai sistem ini.

Prinsip kerja drip irrigation yaitu mengalirkan air tetes demi tetes. Caranya, air dari sumber air dipompa
dan disalurkan melalui pipa pendistribusi utama. Pipa tersebut kemudian dihubungkan dengan pipa
cabang (headerline). Pipa cabang dihubungkan lagi dengan pipa penetes (drip tube). Pipa penetes ini
dilengkapi dengan alat berlubang kecil atau emiter yang berfungsi agar air dapat menetes. Pipa
penetes ini ditempatkan dekat tanaman.

Agar sistem ini bekerja dengan baik perlu dilengkapi dengan pompa air, unit filter, dan berbagai macam
klep. Pompa air berfungsi untuk menyedot/menaikan air sehingga air dapat mengairi tanaman yang
berada lebih tinggi dari sumber air. Unit filter berfungsi untuk menyaring segala macam kotoran yang
ada dalam air sehingga tidak menyumbat pipa. Klep berfungsi untuk mengatur banyaknya air yang
mengalir agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

Air yang dialirkan di dalam pipa mengandung nutrien. Oleh karena itu, diperlukan bak atau tabung
pencampur nutrien untuk melakukan pencampuran. Selain dengan sistem pencampuran, dapat pula
nutrien diinjeksikan ke pipa.

Pada pemakaian drip irrigation dapat terjadi pengendapan nutrien di dalam pipa atau kotoran lain yang
dapat menyumbat pipa. Untuk itu perlu dilakukan pembersihan. Pembersihan ini idealnya dilakukan
setelah panen (kira-kira 3 bulan sekali). Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan membersihkan filter
utama, injeksi asam dan klorinasi. Perincian ketiga cara pembersihan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Filter perlu dibersihkan bila selisih tekanan air sesudah dan sebelum filter utama mencapai 0,3 atm.
Cara pembersihannya, kran yang menuju pipa penyalur ditutup dan keran pembuang kotoran
dibuka. Selanjutnya, pompa dijalankan selama 60 menit.
2. Injeksi asam dilakukan untuk melarutkan endapan nutrien karbonat dan mangan yang terjadi.
Caranya, kran ditutup kemudian larutan asam (campuran asam dan air) dengan pH yang masih
cocok untuk tanaman diinjeksikan selama 30 – 60 menit. Sistem dibiarkan berjalan selama selama
24 jam.
3. Klorinasi dilakukan untuk menghilangkan lumut, bakteri, dan lain-lain. Caranya sama seperti injeksi
asam, tetapi bahan yang dipakai berupa klor (dapat pula digunakan bahan pemutih pakaian).
Injeksi klor dilakukan selama 30 menit dan dijalankan selama 60 menit.

Pemakaian drip irrigation di atas cocok untuk usaha skala besar. Dalam skala kecil dapat pula
digunakan drip irrigation  yang lebih sederhana. Cara ini hanya membutuhkan tong untuk menampung
larutan (campuran nutrien dan air), pipa dan kran. Tong yang berisi larutan diletakkan di tempat yang
tinggi. Kemudian, larutan di dalamnya dialirkan melalui pipa ke tanaman. Untuk mengatur besarnya air
yang mengalir, digunakan kran.

NFT

Hidroponik dengan sistem nutrient film technical (NFT) mempunyai prinsip, air/larutan dialirkan di


bawah akar, kemudian ditampung dalam wadah untuk didaur ulang lagi. Dengan cara ini larutan tidak
terbuang percuma. Dalam sistem NFT ada dua macam acara yang digunakan, yaitu dengan bed
system  dan teras.

1). Bed System
Dalam sistem ini digunakan plastik yang dibuat seperti bedengan. Dua sisi plastik diikat ke atas dan
digantung pada seutas kawat yang dibentangkan sepanjang plastik. Tanaman diletakkan di dalam
kedua lipatan. Bedengan dibuat miring agar air dapat mengalir. Dalam plastik tersebut dialirkan nutrien
dari sisi yang tertinggi. Nutrien akan mengalir hingga mencapai ujung lain yang terendah. Nutrien yang
keluar ditampung dalam suatu wadah yang digunakan lagi (dialirkan lagi) sampai larutan habis.

2). Teras
Pada sistem teras ini air dialirkan dari satu wadah ke wadah lainnya yang disusun seperti teras. Jadi, air
mengalir dari pot yang tertinggi kemudian ditampung oleh pot di bawahnya, demikian seterusnya
hingga pot yang terbawah, air dialirkan ke atas kembali ke pot yang teratas dengan menggunakan
pompa. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

6 Nutrien untuk Hidroponik (klik selengkapnya)

Poin terakhir persiapan umum dalam pembahasan mengenai hidroponik adalah nutrien, setelah
sebelumnya kita membahas pemilihan lokasi, greenhouse,  media, pot atau wadah, serta sarana
irigasi untuk hidroponik. Bagaimana, apakah Anda sudah siap membudidayakan tanaman dengan
sistem hidroponik ?

Tunggu dulu, ada poin yang tidak kalah penting dalam persiapan umum hidroponik yaitu nutrien.

Dalam sistem hidroponik, pemberian nutrien sangat penting karena dalam medianya tidak terkandung
zat
No. Unsur Fungsi
1. Nitrogen memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu
pembentukan akar. Oleh karenanya, unsur ini penting untuk
tanaman sayuran.
2. Fosfor membantu pembentukan bunga dan buah serta mendorong
pertumbuhan akar muda.
3. Kalium membantu pembentukan bunga dan buah serta menguatkan
tanaman.
4. Kalsium membantu pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu
akar.
5, Magnesium ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan menyebarkan unsur
fosfor ke seluruh tanaman.
6. Sulfur (belerang) bersama unsur fosfor dapat meningkatkaan kerja unsur lain dan
memproduksi energi.
7. Ferum ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan menghasilkan klorofil
serta membantu pembentukan enzim pernapasan.
8. Mangan ikut dalam pembentukan zat hijau daun dan membantu penyerapan
nitrogen.
9. Borium membantu pertumbuhan meristem.
10. Seng (Zn) ikut dalam pembentukan auxin (hormon tumbuh).
11. Molibdenum berperan dalam mengikat Nitrogen sehingga penting untuk sayur-
sayuran.
hara yang dibutuhkan tanaman. Berbeda dengan penanaman di tanah. Tanah sendiri telah
mengandung zat hara sehingga pemupukan hanya bersifat tambahan. Jadi, pemberian nutrien untuk
tanaman hidroponik harus sesuai jumlah dan macamnya serta diberikan secara kontinu.

Nutrien yang diberikan ada beberapa macam yang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu nutrien yang
mengandung unsur makro dan yang mengandung unsur mikro. Nutrien yang mengandung unsur
makro yaitu nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti N, P, K, S, Ca, dan Mg. Nutrien yang
mengandung unsur mikro merupakan nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti Mn,
Cu, Mo, Zn, dan Fe. Walaupun dalam jumlah sedikit, unsur mikro ini harus tetap ada.

Unsur-unsur tersebut dibutuhkan tanaman karena mempunyai fungsi sendiri-sendiri dalam membantu
kelangsungan hidup tanaman.

Fungsi tersebut adalah sebagai berikut.


Nutrien untuk hidroponik dapat diperoleh dengan meramu sendiri atau membelinya dalam bentuk jadi.
Nutrien hasil ramuan sendiri biasanya digunakan oleh orang yang menjadikan budi daya hidroponik
sebagai suatu usaha. Dengan meramu sendiri, tanaman mendapatkan unsur-unsur yang benar-benar
dibutuhkan dengan dosis yang tepat. Nutrien jadi yang diperoleh dengan cara membeli umumnya
dilakukan oleh para hobiis. Para hobiis memilih cara ini karena lebih praktis.

Nutrien hasil ramuan sendiri


Banyak resep yang dijadikan patokan. Namun, yang terbaik adalah hasil percobaan sendiri. Dengan
menggunakan resep sendiri, berarti dapat menghasilkan produk berkualitas yang berbeda dengan
yang lain. Perlu diingat bahwa di masa tanaman dalam pertumbuhan vegetatif (batang dan daun),
unsur N diberikan lebih banyak. Sebaliknya di masa pertumbuhan generatif (bunga dan buah), unsur P
lebih banyak. Untuk tanaman sayur yang berdaun karena tidak sampai masa generatif maka selama
pemeliharaan unsur N diberikan lebih dari unsur yang lain.

Cara meramu nutrien pada dasarnya sama yaitu bahan-bahan yang ada harus dicampur secara merata.
Dalam penggunaan hasil ramuan perlu diperhatikan takarannya karena hasil ramuan umumnya
banyak sedangkan penggunaannya hanya sedikit. Sewaktu akan menggunakan nutrien, jumlah yang
dilarutkan disesuaikan kebutuhan karena nutrien tersebut akan aman bila disimpan dalam keadaan
kering. Dalam keadaan basah dikhawatirkan ada unsur-unsur yang berubah.

Membeli nutrien jadi


Nutrien jadi di pasaran telah banyak beredar. Perlu diperhatikan bahwa untuk sayuran diperlukan
unsur N yang tinggi. Oleh karena itu, sebelum membeli sebaiknya dibaca dahulu komposisi unsurnya.
Beberapa contoh nutrien jadi antara lain Margaflor, Hyponex, Vitabloom, Gandasil, dan Supergrow.
Dosis pemakaian disesuaikan dengan yang tertera di label produknya. Namun, untuk bibit atau
tanaman muda, nutrien dapat diberikan setengah dosis. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

7 Jenis Sayuran Komersial yang Cocok Dihidroponikkan (klik selengkapnya)

Bagi pengusaha hidroponik, memilih jenis tanaman yang komersial sangat penting karena yang
diharapkan dari usaha ini adalah keuntungan. Pemilihan jenis sayuran disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dan tujuan pemasaran. Sebagai contoh, di Kalimantan yang daerahnya bertanah gambut
tidak cocok untuk menanam sayuran seperti sawi, selada dan seledri sehingga bila diusahakan secara
hidroponik, sayuran tersebut akan menguntungkan.
Sawi, salah satu sayuran komersial yang cocok dihidroponikkan di wilayah Kalimantan
 

Selada, salah satu sayuran komersial yang cocok dihidroponikkan di wilayah Kalimantan
 

Seledri, salah satu sayuran komersial yang cocok dihidroponikkan di wilayah Kalimantan

Lain halnya dengan di Jakarta, tanaman sayuran tersebut dapat ditanam di tanah sehingga harga
jualnya rendah. Hal ini membuat usaha hidroponik sayuran tersebut tidak akan menguntungkan. Di
Jakarta lebih menguntungkan menanam tomat, paprika dan mentimun karena harga jual komoditas ini
masih dapat bersaing di pasaran. Tomat yang biasa dihidroponikkan yaitu tomat cherry dan tomat
taiwan, sedangkan mentimunnya dari jenis mentimun jepang.
Tomat cherry, salah satu sayuran komersial yang cocok dihidroponikkan di wilayah Jakarta
 

Paprika, salah satu sayuran komersial yang cocok dihidroponikkan di wilayah Jakarta
 

Kyuri (mentimun jepang), salah satu sayuran komersial yang cocok dihidroponikkan di wilayah Jakarta
Semoga bermanfaat (:
(hp/yhi)
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

B. Hidroponik Paprika, Tomat dan Mentimun


Paprika, tomat dan mentimun mempunyai cara hidroponik yang tidak jauh berbeda. Oleh karena itu,
pembahasan ketiganya dijadikan satu.

1 Persemaian dan Pembibitan (klik selengkapnya)

Persemaian dan pembibitan merupakan langkah awal dalam bercocok tanam. Keduanya perlu
dilakukan sebaik-baiknya agar kelak tanaman dapat tumbuh dengan baik. Bibit yang baik akan
menghasilkan tanaman yang baik pula.

Bahan yang dibutuhkan dalam persemaian yaitu media, tempat/wadah, benih, dan greenhouse.


Sedangkan dalam pembibitan dibutuhkan pot transplant atau pot pembibitan.

Media yang dapat digunakan untuk persemaian benih kecil antara lain pasir halus, zeolit, sabut kelapa,
atau campuran pasir gunung, arang sekam, kompos, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1
: 1.

Bila memakai media campuran pasir, arang sekam, kompos, dan pupuk kandang maka perlu dilakukan
sterilisasi terlebih dahulu. Caranya, setelah campuran tersebut tercampur merata, kemudian
ditempatkan ke dalam wadah-wadah persemaian. Setelah itu, wadah disusun dalam lemari sterilisasi
yang terbuat dari plat-plat besi berukuran 2 x 0,27 x 2,5 m. Lemari dihubungkan dengan pemanas.
Pemanas akan bekerja dan uapnya masuk ke dalam lemari sterilisasi. Media disterilkan pada suhu 80⁰C
selama 2,5 jam. Namun, kegiatan sterilisasi ini menjadi 6 jam karena untuk mencapai suhu 80⁰C
diperlukan waktu 3,5 jam. Setelah steril, media didinginkan lebih dahulu sebelum dipakai.

Selain cara tersebut, sterilisasi dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan menyiram media
memakai air panas (mendidih) secara merata. Setelah itu, media ditutup dengan plastik yang rapat
sampai agak dingin. Hal ini dilakukan minimal dua kali berturut-turut sebelum media menjadi dingin.

Benih yang digunakan harus yang berkualitas baik. Lebih baik membeli benih yang telah tersedia di
toko saprotan karena kualitasnya telah teruji. Apabila membuat benih sendiri maka benih tersebut
harus diuji terlebih dahulu. Cara mengujinya cukup dengan merendam benih tersebut di dalam air.
Benih yang baik akan tenggelam, sebaliknya benih yang tidak baik akan terapung.
Sebagai tempat atau wadah persemaian digunakan bak kayu atau tray yang berukuran 100 x 150 x 10
cm. Dasar bak diberi plastik untuk menahan air siraman dan mencegah masuknya serangga atau hama
lainnya.

Persemaian tidak boleh terkena siraman air hujan atau sinar matahari langsung sehingga perlu
naungan. Naungan dapat berupa greenhouse plastik yang tingginya sekitar 1 m. Setengah
bagian greenhouse diberi dinding plastik agar persemaian tidak terkena percikan air hujan.
Plastik greenhouse untuk persemaian harus dapat menahan sinar matahari lebih banyak guna
merangsang pertumbuhan kecambah.

Persemaian dan pembibitan dapat dilakukan secara bersamaan atau terpisah. Untuk bibit yang besar
seperti mentimun, persemaian dan pembibitan dilakukan pada satu tempat. Persemaian dan
pembibitan dilakukan secara terpisah untuk bibit yang kecil seperti paprika dan tomat. (hp/yhi)

Sumber: buku “Bisnis Bibit Jamur Tiram Edisi Revisi”


Penulis: Ir. Sri Sumarsih, M.P

 Persemaian dan Pembibitan Benih Kecil (Paprika dan Tomat) (klik selengkapnya)


Persemaian dan pembibitan benih kecil biasanya dibedakan karena setelah tanaman berkecambah
jarak tanamnya terlalu rapat sehingga perlu dipindah ke tempat yang lebih besar agar tumbuh dengan
leluasa.

Persemaian
Persemaian paprika dan tomat dapat dilakukan sebagai berikut.
 Wadah semai diisi dengan media yang telah dilembapkan setebal 5-7 cm kemudian diratakan
permukaannya.
 Buat alur-alur membujur sedalam 0,5-1 cm dengan jarak antaralur 1,5-2 cm.
 Letakkan benih di dalam alur dengan jarak antarbiji kira-kira 1 cm.
 Di atas benih ditimbun media semai setebal 3-5 mm. Agar penimbunan ini merata dapat digunakan
ayakan yang berlubang besar.
 Permukaan media tersebut ditutup dengan kain tisu yang telah dibasahi. Kemudian wadah semai
ini disimpan dalam greenhouse atau tempat yang mempunyai kelembapan 70-85% dan suhu 25-
30⁰C. Bila kelembapan berkurang, persemaian tersebut dapat disemprot air dengan
menggunakan handsprayer.
 Cara lain yaitu dengan menutup wadah menggunakan plastik transparan agar kelembapan tetap
terjaga dan persemaian menjadi lebih gelap.
 Bila semua daun kecambah telah membuka, tutup plastik dibuka.
 Agar pertumbuhan benih baik, wadah semai perlu dijemur sinar matahari pagi sekitar 1-2 jam.
 Bibit dipindahkan bila dua daun telah membuka.

Pembibitan
Pembibitan perlu dilakukan setelah benih tumbuh menjadi bibit. Umumnya bibit paprika dan tomat
dipindahkan dari persemaian ke pembibitan setelah kecambah tumbuh 15-17 hari atau tinggi
kecambah 2-3 cm. Cara memindahkan bibit tersebut adalah sebagai berikut:
 Kecambah dicabut dengan tangan atau alat seperti garpu dengan hati-hati. Diusahakan akar
kecambah tidak rusak.
 Wadah bibit yang berupa pot atau plastik berdiameter 8-10 cm, diisi media yang bagian tengahnya
dilubangi sebesar diameter perakaran kecambah dengan menggunakan kayu (chopstick) atau
pensil. Bila menggunakan wadah plastik, sebelum digunakan bagian bawah perlu dilubangi untuk
keluarnya air penyiraman.
 Kecambah ditanam/dimasukkan ke dalam lubang tersebut, kemudian ditimbun dengan media
secara hati-hati.
 Penyiraman dilakukan 5-6 kali sehari dengan menggunakan spayer atau gembor berlubang halus.
Air siraman dapat diberi larutan hara yang sama dengan tanaman dewasa, hanya dosisnya
dikurangi setengahnya. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani
 
 Persemaian dan Pembibitan Benih yang Besar (Mentimun) (klik selengkapnya)
Persemaian dan pembibitan untuk benih yang besar dilakukan pada tempat yang sama. Namun,
bila media semai yang dipakai berupa media jadi yang terbuat dari gambut (Jiffy-7) atau campuran
bahan organik dengan serbuk sabut kelapa (cocopot), persemaian dan pembibitan dilakukan dalam
wadah yang berbeda.

Sebelum dilakukan persemaian, lebih baik benih direndam dahulu dalam air hangat kuku selama 2-3
jam. Perendaman ini berguna untuk mempercepat perkecambahan.

Persemaian dan pembibitan media jadi


Gambut yang tersedia telah dibuat dalam bentuk bulat, kecil, gepeng (cocopot), dan dilindungi oleh
jaring/net (Jiffy-7). Sebelum digunakan, media ini harus direndam dahulu dalam air hingga berkembang
maksimal. Benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah ada di tengah media tersebut. Media ditutup
dengan tisu basah dan disusun dalam wadah semai. Perawatan semai yang lain seperti perawatan
semai untuk benih kecil. Setelah benih berkecambah dan memiliki sekitar 5-7 daun, dapat dipindah ke
lapang.

Persemaian dengan bukan media jadi


Media yang digunakan sama seperti media untuk benih kecil. Demikian pula, untuk sterilisasi media
campuran pasir, kompos, arang sekam, dan pupuk kandang.

Wadah yang digunakan berupa plastik atau pot pembibitan berdiameter 8-10 cm. Apabila
menggunakan plastik, bagian bawahnya harus dilubangi agar air siraman dapat keluar. Cara
persemaian adalah sebagai berikut:
 Wadah diisi media setinggi ¾ bagian yang sebelumnya telah disiram air. Bagian tengahnya dibuat
lubang dengan kedalaman sekitar 0,5-1 cm dari permukaan.
 Benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah tersedia secara horizontal dengan bantuan pinset.
Selanjutnya benih ditutup dengan media tipis-tipis sampai permukaannya rata.
 Supaya kelembapan tetap terjaga, pot disiram dengan gembor halus atau sprayer.
 Air siraman dicampur dengan pupuk bila daun telah membuka. Dosis pupuk ½ dari dosis
untuk tanaman dewasa.
 Benih mentimun akan cepat berkecambah. Setelah umur 15 hari atau tanaman mencapai tinggi 12-
15 cm, bibit dapat dipindah ke tempat penanaman. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

2 Penanaman (klik selengkapnya)

Pembesaran merupakan kegiatan utama dari hidroponik. Bibit yang telah tumbuh, harus segera
dipindahkan ke lapangan untuk dibesarkan sehingga nantinya dapat menghasilkan buah seperti yang
diharapkan.

Sebelum dilakukan pemindahan bibit, perlu dipersiapkan tempat dan media tanamnya. Tempat


penanaman (greehouse) perlu disterilkan, kira-kira satu bulan sebelum
penanaman. Greenhouse berlantai semen dibersihkan dengan menyikat lantai dan bedengan dengan
air sabun. Selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan fungisida atau desinfektan. Desinfektan yang
dapat digunakan yaitu formalin 40% dengan konsentrasi 20 mL/L atau KI dengan konsentrasi 2 g/L.
Apabila greenhouse yang digunakan berlantai tanah maka cukup dengan penyemprotan herbisida,
misalnya Roundup.

Langkah selanjutnya, media dimasukkan ke dalam pot/polibag satu minggu sebelum penanaman.


Pemasukan media lebih baik dilakukan di dalam greenhouse agar tetap steril. Banyaknya media yang
dimasukkan kira-kira ¾ volume polibag atau mencapai tinggi 15 cm.

Polibag yang telah diisi media diletakkan di atas guludan atau rak penanaman. Jarak antarpolibag 60
cm. Dalam satu guludan yang berukuran 60 cm ditempatkan dua baris polibag yang diatur secara
selang-seling sehingga tiga polibag yang berdekatan akan membentuk segitiga sama kaki dengan sisi
berukuran 43 cm.

Jarak antar guludan sebaiknya dibuat sekitar 80-100 cm. Dengan jarak tersebut diharapkan para
pekerja dapat lewat tanpa mengganggu tanaman yang ada. Bibit dapat dipindahkan ke polibag dengan
cara sebagai berikut:
 Bibit dilepas dari pot dengan cara membaliknya secara perlahan dan tanaman beserta media
ditahan oleh tangan dengan menjepit tanaman di antara jari telunjuk dan jari tengah.
 Bila memakai plastik, tanaman tidak perlu dibalik, cukup dengan menggunting bagian bahwah
plastik sehingga tanaman beserta medianya dapat keluar secara tergelincir.
 Polibag yang telah berisi media dilubangi di bagian tengah dengan ukuran sebesar bibit (beserta
medianya) yang akan dipindahkan.
 Bibit yang telah keluar dari pot/plastik dimasukkan ke dalam lubang yang telah disediakan. (hp/yhi)
3 Perawatan
 Penyiraman (klik selengkapnya)

Perawatan tanaman hidroponik meliputi penyiraman, pemangkasan, penyerbukan buatan, pengikatan,


pemberian zat tumbuh, serta pengendalian hama dan penyakit.

1. Penyiraman
Tanaman harus disiram secara rutin untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air dan nutrien karena
air yang disiramkan sekaligus mengandung nutrien. Pemberian air dapat dilakukan dengan cara
manual, mengandung sprinkel, atau menggunakan drip irrigation system.

Ramuan atau resep yang dapat diberikan untuk tanaman tomat, paprika, dan mentimun adalah
sebagai berikut.
a). Resep Theo Hadinata untuk tomat
Bahan a:
0,918 L HNO3 (38%)
22.275 kg Ca(NO3)2
378 g Fe DTPA

Bahan b:
0,783 L H3PO4 (59%)
10,908 kg KNO3
11,637 kg MgSO4
9,8 kg K2SO4
4,59 kg KH2PO4
45,9 g MnSO4
37,8 g ZnSO4
64,8 g Borax
5,4 g CuSO4
3,24 g NaMo

Bahan c: 290 g Urea

Cara pembuatan:
Masing-masing bahan tersebut dilarutkan dalam 90 L air dalam wadah terpisah. Dari setiap larutan
diambil 1 L (bila akan digunakan) dan dimasukkan dalam tangki yang telah berisi 297 L air.
Pencampuran tidak boleh dalam konsentrasi pekat untuk mencegah terjadinya reaksi. Pencampuran
baru dilakukan pada saat melakukan pemupukan.
 
b). Resep Theo Hadinata untuk paprika
Bahan a:
0,918 L KNO3
21,6 kg Ca(NO3)2
378 g Fe (DTPA)

Bahan b:
0,783 L H2PO4
17,064 kg KNO3
9,99 kg MgSO4
4,59 kg KH2PO4
45,9 g MnSO4
37,8 g ZnSO4
64,8 g Borax
5,4 g CuSO4
3,24 g NaMo

Bahan c: 145 g Urea

Cara pembuatan: sama dengan cara pembuatan resep untuk tomat.


 
c). Resep Theo Hadinata untuk mentimun
Bahan a:
0,918 L KNO3
20,25 kg Ca(NO3)2
378 g Fe (DTPA)

Bahan b:
0,783 L H3PO4
18,414 kg KNO3
8,316 kg MgSO4
0,648 L MgNO3
4,59 kg KH2PO4
45,9 g MnSO4
37,8 g ZnSO4
64,8 g Borax
5,4 g CuSO4
3,24 g NaMo

Bahan c: 290 g Urea


Cara pembuatan: sama dengan cara pembuatan resep untuk tomat.

Penyiraman secara manual cukup dengan menyiramkan air sebanyak 150-200 cc per tanaman.
Penyiraman tersebut dilakukan 8-10 kali dalam sehari. Banyaknya penyiraman ini tergantung dari cuaca
dan umur tanaman. Pada saat cuaca mendung atau hujan, cukup disiram 8 kali sehari. Semakin panas
cuacanya semakin banyak frekuensi penyiramannya.

Penyiraman dengan sprinkel/semprot hampir sama dengan penyiraman manual, tetapi caranya
berbeda. Penyiraman dengan drip irrigation system atau sistem tetes lebih efektif dibandingkan sistem
manual dan sprinkel, terutama untuk usaha skala besar. Banyaknya volume dan frekuensi penyiraman
dengan sistem ini juga dipengaruhi oleh cuaca dan umur tanaman. Pada cuaca yang semakin panas
tanaman membutuhkan lebih banyak penyiraman untuk menggantikan air yang menguap. Tanaman
yang berumur muda juga membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit. Misalnya, pada cuaca cerah
paprika dan tomat berumur 3 minggu membutuhkan air 50-75 cc per tanaman per sekali siram dan
yang berumur 2 bulan membutuhkan 150-200 cc sekali siram. Lama setiap penyiraman 7-20 menit,
sedangkan frekuensinya 30-40 kali sehari. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”

 Pemangkasan (klik selengkapnya)

Pemangkasan tanaman ada dua macam, yaitu pemangkasan untuk memilih batang produksi dan
pemangkasan untuk pemeliharaan.

a. Pemangkasan untuk memilih batang produksi


Batang yang tumbuh kadang-kadang lebih dari satu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan batang
agar tanaman dapat berproduksi secara maksimal.

Batang produksi yang dipelihara untuk tanaman mentimun umumnya hanya satu. Pada tanaman
paprika dan tomat yang dipelihara dapat satu atau dua batang. Untuk mendapatkan dua batang
produksi, batang utama dipangkas terlebih dahulu. Pemotongan pucuk tanaman dilakukan segera
sesudah tanaman dipindah ke lapang. Di bawah pangkasan tersebut akan keluar beberapa cabang, bila
cabangnya lebih dari dua, berarti harus dilakukan pemilihan cabang (batang produksi).

Cara memilih batang produksi adalah sebagai berikut.


1. Dipilih dua batang yang sehat, pertumbuhannya baik, dan mempunyai jarak berjauhan.
2. Batang yang tidak terpakai dipatahkan dengan tangan. Sebaiknya tidak menggunakan alat bantu
lainnya karena dengan memakai tangan, luka yang terjadi sama dengan luka alami sehingga proses
penyembuhannya lebih cepat.

b. Pemangkasan untuk Pemeliharaan


Pemangkasan untuk pemeliharaan yaitu pemangkasan bagian-bagian tanaman yang tidak berguna
(produktif). Bagian yang dipangkas antara lain sebagai berikut.

Daun semu di antara ketiak batang paprika perlu dipangkas karena daun tersebut hanya menyerap
energi yang banyak tetapi tidak berguna.
Sulur yang tumbuh di ketiak daun mentimun lebih baik dibuang karena fungsi sulur dapat digantikan
dengan tali penopang tanaman.
1. Daun-daun bagian bawah yang tua dan tidak aktif lagi, tunas air, cabang yang tidak dipelihara,
bunga yang layu, dan buah yang busuk perlu dibuang.
2. Bunga tomat dan paprika yang tumbuh terlalu banyak perlu diperjarang dengan memelihara bunga
secara berselang-seling. Misalnya cabgan 5 dipelihara, cabang 6 dibuang, cabang 7 dipelihara, dan
seterusnya.
3. Dengan membuang bagian-bagian tersebut berarti energi dapat dialihkan untuk bagian lain seperti
pembungaan, pembuahan, atau pembesaran buah. (hp/yhi)

 Penyerbukan Buatan (klik selengkapnya)


Penyerbukan buatan sangat dibutuhkan oleh tanaman mentimun karena bunga jantan dan betina
terletak pada bunga yang berbeda. Namun, paprika dan tomat yang ditanam dalam greenhouse juga
perlu penyerbukan buatan karena di dalam greenhouse tidak ada angin dan serangga.

Cara penyerbukan pada ketiga tanaman tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pada tanaman tomat


Batang tomat diketuk-ketuk tiap 1-3 hari sekali pada pagi hari. Dengan pengetukan ini diharapkan
serbuk sari akan jatuh ke kepala putik.

b. Pada tanaman paprika


Serbuk sari dioleskan pada kepala putik dengan bantuan kuas kecil. Hal ini dilakukan pada pagi hari,
sekitar pukul 10.00.

c. Pada tanaman mentimun


Caranya hampir sama dengan penyerbukan pada tanaman paprika. Untuk keberhasilan penyerbukan
ini digunakan dua bunga jantan untuk satu bunga betina. Tahap pertama yaitu memilih/membedakan
bunga jantan dan betina. Bunga jantan tidak membungai bakal buah atau bagian bawah tidak
mengembung, sedangkan bunga betina adalah sebaliknya. Bunga jantan diambil, kemudian serbuka
sari diambil dengan ujung kuas kecil. Lakukan ini pada bunga jantan yang lainnya. Serbuk sari yang ada
di kuas kemudian diletakkan di atas kepala putik dengan memutar kuas secara perlahan. (hp/yhi)

 Pengikatan Tanaman (klik selengkapnya)


Ketiga jenis tanaman (mentimun, paprika dan tomat) mempunyai pertumbuhan ke atas. Apabila hal
tersebut dibiarkan, tanaman akan roboh. Oleh karena itu, setelah tanaman berada sekitar 7 hari
di polibag, perlu disangga/ditopang dengan tali yang dililitkan pada batang tanaman dan diikat di
bagian atas greenhouse.

Tali yang digunakan untuk pengikatan harus dipilih yang tidak membahayakan tanaman. Tali tersebut
bersifat mudah kering dan tidak mengiris tanaman (tidak tajam). Contohnya, tali rafia atau benang
kasur. Dari kedua jenis tali tersebut yang umum dipakai adalah benang kasur karena lebih awet.

Pengikatan tali pada batang tanaman mempunyai cara tersendiri. Cara ini dibuat agar tali tidak
mengganggu perkembangan batang yang bertambah besar dan tinggi. Cara pengikatannya adalah
sebagai berikut.

 Tali diikatkan pada batang dengan simpul seperti pada gambar. Simpul tersebut sebaiknya tidak
terlalu kencang.
Ikatan tali di bagian bawah batang

 Tali dililitkan pada batang sampai ujungnya, sisanya ditarik ke atas kemudian diikatkan di tempat
pengikatan yang ada di bagian atas greenhouse.

Ikatan tali di bagian atas greenhouse

 Pemasangan tali sebaiknya tidak terlalu kendor atau kencang. Kekencangan tali dapat diukur
dengan cara menarik tali dengan jari. Tali yang tertarik idealnya mempunyai jarak sekitar 4-5 cm
dari tempat semula.

Pemberian atau pengikatan tali dilakukan sejak tanaman masih kecil sehingga untuk selanjutnya dapat
dilakukan pelilitan batang pada tali. Pelilitan ini untuk meneruskan penopangan. Jadi, bukan tali yang
dililitkan, tetapi batang tanaman. Pelilitan dilakukan dua hari sekali karena pada waktu itu batang
tanaman masih lunak sehingga mudah dililitkan. (hp/yhi)
 Pemberian Zat Tumbuh (klik selengkapnya)
Zat perangsang tumbuh diberikan untuk memacu pertumbuhan tanaman seperti
pembentukan tunas, pembungaan, pembuahan, dan mempercepat kematangan buah. Pada waktu
masih muda, tanaman dapat diberi zat perangsang tumbuh, misalnya Atonik dengan dosis 2 cc/L. Zat
perangsang tumbuh diberikan 3 hari setelah tanam dan selanjutnya 1-2 kali seminggu.

Setelah tanaman agak dewasa (saatnya berbunga), tanaman disemprot dengan pupuk yang
mengandung P dan K tinggi seperti Vitablom, Dharmasri, Gandasil, atau Dekamon. Dosisnya sesuai
dengan yang tercantum pada label kemasan. Penyemprotan dilakukan satu minggu sekali sampai satu
bulan sebelum tanaman dibongkar (tidak produktif).

Untuk memacu perkembangan buah, dapat dilakukan pemotongan pucuk tanaman setelah
tingginya sekitar 2 m. Dengan pemotongan ini, pertumbuhan vegetatif akan terhenti dan energi yang
digunakan dapat disalurkan untuk perkembangan buah.

Khusus untuk tanaman yang buahnya berwarna (paprika dan tomat), pemerahan buah dapat
dipercepat dengan pemberian Ethrel. Ethrel diberikan dengan mengoleskannya pada buah
menggunakan kuas. Konsentrasi Ethrel yang sesuai 25 mL/L. (hp/yhi)

C. Hidroponik Seledri, Sawi dan Selada


Sistem hidroponik untuk sayuran seledri, sawi dan selada mempunyai prinsip yang sama, hanya ada
perbedaan sedikit di persemaian.

1 Persemaian (klik selengkapnya)
Persemaian dapat dibedakan menjadi dua yaitu persemaian yang menggunakan media yang sama
dengan media untuk tanaman besar dan persemaian yang menggunakan media yang tidak sama.

1. Persemaian untuk seledri dan sawi


a. Persemaian dengan media yang sama
Langkah-langkah persemaian dengan media ini adalah sebagai berikut.
 Bak semai diisi dengan media steril setinggi 5-7 cm.
 Benih dan pasir kering dicampur dengan perbandingan 1:10, kemudian diaduk sampai merata.
 Campuran tersebut ditaburkan di atas media yang telah dibuat larikan. Jarak antarlarikan sekitar 3-
5 cm.
 Di atas larikan tersebut kemudian ditimbun lagi dengan media halus setebal 3-5 mm secara merat.
Supaya merata dapat digunakan ayakan.
 Bak semai ditutup dengan tisu basah atau dengan plastik rapat-rapat.
 Bak semai disimpan dalam ruangan yang gelap dengan kelembapan 80-90% dan suhu 18-25⁰C.
Penyimpanan dilakukan selama 3-7 hari karena dalam waktu tersebut biasanya benih telah
berkecambah.
 Bak semai dipindahkan ke tempat yang agak terang (cahaya matahari 10-20%) atau terkena
matahari pagi/sore selama 1-2 jam.
 Tutup dibuka berangsur-angsur untuk menyesuaikan diri terhadap matahari sampai daunnya
muncul. Selanjutnya dilakukan penyiraman dengan nutrien ½ dosis.
 Apabila bibit telah mempunyai 3-4 helai daun atau berusia sekitar 3-4 minggu sejak penyemaian,
bibit dipindahkan ke tempat penanaman. Caranya dengan mengangkat akar bersama-sama
dengan medianya. Bibit yang baik adalah bibit yang sehat dan berukuran seragam.

b. Persemaian untuk media yang tidak sama


Caranya hampir sama dengan cara persemaian untuk media yang sama. Namun, pada tahap akhir ada
perbedaan sebagai berikut.
1. Persemaian tidak perlu diberi nutrien karena media telah mengandung unsur hara yang cukup.
2. Pemindahan bibit ke tempat penanaman dengan cara dicabut secara hati-hati dan diusahakan
tidak banyak media yang menempel/terbawa.

2. Persemaian untuk selada


Ukuran biji selada cukup besar sehingga sejak di persemaian jarak tanamnya dapat diatur. Hal ini
dilakukan untuk mengefisienkan tempat persemaian dan agar pertumbuhannya tidak berdesakan
sehingga bibit yang tumbuh dapat seragam.
Pada dasarnya cara persemaian ini sama dengan di atas hanya dalam persemaian ini jarak tanamnya
telah diatur. Caranya sebagai berikut.
1. Setelah permukaan media di dalam bak semai diratakan, dibuat lubang tanam sedalam 5 mm
dengan menggunakan tugal atau pensil runcing. Jarak tanam masing-masing lubang yaitu 3 x 5 cm.
2. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam. Masing-masing lubang diisi 1-2 benih.
3. Lubang tanam ditutup dengan media halus.
4. Cara selanjutnya sama dengan persemaian untuk sawi atau seledri. (hp/yhi)

2 Penanaman (klik selengkapnya)
Apabila bibit telah mempunyai 3-4 helai daun atau berusia 3-4 minggu sejak penyemaian, bibit
dipindahkan ke tempat penanaman. Bibit yang akan ditanam sebaiknya dipilih dari bibit yang baik. Bibit
yang baik adalah bibit yang sehat dan berukuran seragam.
Bibit yang siap dipindahkan dicabut secara hati-hati dari medianya. Karena umumnya memakai media
pasir maka pencabutan bibit tidak susah dilakukan. Bila bibit berada di polibag maka polibag tersebut
disobek dan bibit ditanam beserta medianya.
Sebelum bibit ditanam, media di lahan produksi dibasahi dengan air. Setelah itu, dibuat lubang tanam
dengan ukuran sama dengan ukuran polibag atau kedalamannya sekitar 10 cm. Masukkan bibit ke
lubang tersebut dan ditimbun dengan media lagi. Jarak tanam antartanaman 25-30 x 25-30 cm.
Langkah-langkah penanaman tersebut lebih jelasnya sebagai berikut.
 Media di lahan produksi dibasahi dengan air.
 Bibit dicabut secara hati-hati dari persemaian. Bila memakai polibag, polibag disobek dan bibit
dikeluarkan bersama medianya.
 Pada media tanam dibuat lubang tanam seukuran polibag.
 Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam kemudian ditimbun dengan media. (hp/yhi)
 
Sumber: Buku “Tanaman Buah Untuk Hobi Dan Bisnis”
Penulis: Heru Prihmantoro dan Yovita Hety Indriani

3 Perawatan (klik selengkapnya)
1. Penyiraman dan pemberian nutrien
Penyiraman dilakukan bila lahan telah menunjukkan gejala kering. Biasanya dalam satu hari dapat
dilakukan 5-6 kali penyiraman. Hal ini disebabkan media tanam yang dipakai biasanya berupa pasir.
Untuk penyiraman dapat digunakan drip irrigation system, memakai springkel yang berputar atau
dengan gembor. Dari ketiganya yang lebih efisien memakai drip irrigation system atau gembor karena
pemberian air maupun nutrien dapat langsung pada akar (sekitar akar) sehingga air maupun nutrien
tidak banyak yang terbuang. Berbeda dengan sistem springkel berputar, semua lahan disirami sehingga
ada air dan nutrien yang terbuang percuma. Namun, dari segi waktu dan tenaga, penyiraman dengan
gembor dinilai kurang efisien.

2. Pengendalian hama dan penyakit


Perawatan ini dilakukan kira-kira sampai satu bulan (sampai tanaman siap dipanen), kecuali seledri
yang dipanen pada umur dua bulan. (hp/yhi)

D. Hidroponik Bayam dan Kangkung (klik selengkapnya)


Bayam dan kangkung yang merupakan sayuran “rakyat” dapat juga dihidroponikkan. Memang jarang
orang menghidroponikkan bayam dan kangkung untuk suatu usaha. Namun, bukan berarti tidak ada
yang melakukannya. Usaha hidroponik bayam dan kangkung dapat dilakukan dengan lahan yang tak
begitu luas. Dengan luasan sekitar 0,25 ha sudah menguntungkan, bila usaha ini dilakukan dengan
cermat dan dijaga kualitasnya sehingga harga jual dapat menutupi biaya produksi.

Baik hidroponik bayam maupun kangkung, keduanya tidak memakai persemaian. Hal ini disebabkan
umurnya yang pendek atau singkat sehingga bila menggunakan cara persemaian kurang praktis dan
efisien (baik tenaga maupun biaya). Namun, penanaman langsung biasanya mempunyai kelemahan,
yaitu tanaman yang tumbuh dapat tidak seragam.
Mengingat benih bayam dan kangkung mempunyai ukuran yang berbeda (benih bayam kecil dan benih
kangkung besar) maka cara penanamannya ada sedikit perbedaan. Karena benih bayam kecil, cara
penanamannya dicampur dengan pasir kering agar penyebarannya merata dan tidak tumpang tindih.
Berbeda dengan benih kangkung yang besar, dapat ditanam langsung dalam lubang tanam. Setelah
penanaman, perlakuan untuk keduanya sama.
Cara penanaman bayam secara lengkap adalah sebagai berikut.
1. Media di lahan produksi disiram air agar lembap.
2. Dibuat alur-alur sedalam 0,5 cm dengan lebar 10-20 cm, panjangnya sesuai dengan panjang lahan.

3. Campurkan benih bayam dan pasir kering dalam satu wadah.


4. Campuran benih bayam dan pasir disebarkan dalam alur secara merata.

5. Alur yang telah disebari benih ditutup dengan pasir halus sehingga permukaannya rata.
6. Permukaan media ditutup dengan plastik transparan untuk menjaga kelembapan sampai benih
berkecambah.

7. Setelah benih berkecambah, plastik dibuka secara bertahap untuk memberi kesempatan kecambah
beradaptasi. Caranya, setiap pagi dan sore hari plastik dibuka, sedangkan pada siang hari plastik
ditutup. Lamanya pembukaan plastik dilakukan secara bertahap. Pertama kali hanya dilakukan
beberapa saat, kemudian bertambah lama dan akhirnya plastik terbuka terus.

Penanaman kangkung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.


1. Pada media yang telah disediakan, dibuat lubang tanam sedalam 0,5-1 cm dan jarak tanam 5 x 10
cm. Jarak tanam ini dapat lebih rapat lagi.
2. Benih kangkung dimasukkan sebanyak 2 biji per lubangnya. Cara selanjutnya sama dengan
penanaman bayam (no. 5-7).

Pada cara penanaman tersebut ada kemungkinan penutupan media dengan plastik terlalu sukar
dilakukan. Bila hal ini terjadi maka selama benih ditanam sampai berkecambah, dilakukan penyiraman
hanya dengan air (tidak dicampur nutrien) untuk menjaga kelembapan media. Penyiraman ini
dilakukan setiap media menunjukkan gejala kekeringan, yaitu 3-4 kali sehari.

Setelah bibit tumbuh (mempunyai daun sempurna), dapat dilakukan penyiraman dengan air yang
mengandung nutrien. Nutrien yang diberikan dapat berupa pupuk urea dengan dosis 1 g/L air.
Pemberian pupuk dapat dilakukan secara manual atau dengan gembor. Usahakan pupuk atau nutrien
tidak mengenai daun. Hal tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan daun terbakar. Khusus untuk
tanaman bayam, penyiraman tidak boleh berlebihan karena akarnya dapat cepat membusuk. Oleh
karena itu, tanaman bayam cukup disiram 3-4 kali sehari. Untuk kangkung yang lebih tahan terhadap
air, penyiramannya dilakukan 5-6 kali sehari. Frekuensi penyiraman tidak mutlak (kaku) karena
penyiraman yang benar seharusnya mempertimbangkan keadaan cuaca (panas terik matahari) dan
kelembapan daun.

Penyiraman dilakukan secara rutin sampai tanaman siap dipanen atau berumur sekitar 3-4
minggu. (hp/yhi)

E. Panen dan Pascapanen


1. Panen (klik selengkapnya)
Panen merupakan saat yang dinantikan. Hasil yang melimpah dengan kualitas yang prima idaman
semua orang. Dengan teknik yang benar, keinginan ini dapat terpenuhi. Waktu panen untuk tanaman
paprika, tomat, dan mentimun berbeda-beda. Kadang-kadang satu tanaman dipanen pada saat
berbeda pula, tergantung permintaan pasar.

Paprika merah dan hijau bertumbuh di dalam greenhouse

Paprika dapat dipanen saat buah masih hijau atau setelah matang (berwarna merah atau kuning). Bila
dipanen saat buah masih hijau maka dipilih buah yang masih hijau tetapi sudah tua. Buah yang telah
tua jika diketuk akan berbunyi nyaring. Ciri lain buah tua yaitu berwarna hijau tua, kulitnya licin
mengilap, daging buah tebal dan keras, serta lekukan buah hampir tidak kelihatan. Kematangan buah
dapat pula diperhitungkan berdasarkan umurnya. Biasanya buah yang telah matang berumur 4-5
minggu setelah polinasi.
Panen paprika yang matang ditandai dengan buah yang 90% berwarna merah, atau umurnya 3 minggu
setelah buah tua berwarna hijau (dipanen hijau).
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan dilakukan secara manual (dengan tangan). Buah
yang sudah cukup umur untuk dipanen umumnya waktu dipetik mudah terlepas dan luka yang timbul
akan mudah sembuh.
Dalam satu tanaman paprika dapat dipanen sekitar 10-12 buah. Berat rata-rata per buah 200 g. Berarti
satu tanaman mampu menghasilkan sekitar 2 kg buah (selama 6 bulan).
Buah tomat juga dapat dipanen sewaktu masih berwarna hijau sebagian atau setelah semua berwarna
merah. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 6-7 minggu setelah tanam. Ciri buah tomat yang
telah siap dipanen berwarna sesuai dengan yang diinginkan (hijau, orange atau merah), bentuk buah
telah sempurna, dan buah tidak terlalu keras lagi. Sebatang tanaman tomat dapat menghasilkan sekitar
5 kg buah (selama 6 bulan).

Mentimun biasanya berbunga setelah berumur 2,5- 3 bulan. Selanjutnya 7-10 hari (maksimal 2 minggu)
kemudian buah mentimun telah dapat dipetik. Panen mentimun pun tergantung dari permintaan.
Mentimun dapat dipanen sewaktu buah masih muda dan berukuran kecil atau setelah besar dan agak
tua. Dalam satu tanaman mentimun dapat dipanen sekitar 5-10 buah atau sekitar 6 kg (selama 3
bulan).
Pemanenan selada dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan. Tanaman sawi dapat dipanen pada
umur 1 bulan setelah tanam atau dapat pula pada umur 10 hari untuk dijadikan baby caisim. Seledri
dipanen pada umur 2 bulan, sedangkan kangkung dan bayam pada umur 25-30 hari.

Cara memanen selada, sawi, seledri, kangkung, dan bayam cukup dengan mencabutnya. Oleh karena
medianya berupa pasir maka pencabutan tersebut dapat dilakukan dengan mudah. (hp/yhi)

2. Pascapanen (klik selengkapnya)
Pascapanen meliputi sortasi, pembersihan, pengemasan, dan pengangkutan.

1. Sortasi
Sortasi diperlukan apabila hasil panen akan dijual. Sortasi dilakukan berdasarkan keseragaman ukuran,
kematangan buah, kesehatan, bentuk, dan kerusakan. Buah-buah bermutu akan dapat dipasarkan ke
pasar luar negeri atau ke pasar swalayan. Sebaliknya, golongan buah yang kurang bermutu hanya
dapat di pasarkan ke pasar tradisional.
Umumnya buah digolongkan menjadi tiga macam kelas mutu yaitu kelas ekstra, kelas I, dan kelas II.
Kelas ekstra terdiri atas buah yang sehat, baik, serta bentuk dan warnanya menarik. Kelas ini
mempunyai toleransi 5% (penyimpangan kondisi maksimal 5%). Kelas I mempunyai anggota yang
kualitasnya hampir sama dengan kelas ekstra, tetapi toleransinya 10%. Buah yang berkualitas rendah
digolongkan ke dalam kelas II.

Penggolongan buah dapat pula dilakukan berdasarkan tingkat kematangannya. Dengan penggolongan
ini dapat ditentukan saat yang tepat untuk penjualan. Misalnya, buah yang sudah matang tetapi masih
hijau dapat ditunda penjualannya. Penundaan tersebut dapat disebabkan karena perlunya buah
tersebut dikirim ke tempat yang jauh, misalnya ke luar negeri. Namun, buah yang sudah matang harus
cepat dijual sehingga alternatif pasarnya adalah yang terdekat. Meskipun demikian, ada buah yang
memang dikonsumsi dalam keadaan matang tetapi masih hijau, seperti paprika. Ada masyarakat yang
menyukai paprika hijau untuk campuran sayurannya.

2. Pembersihan
Pembersihan dilakukan sebelum buah dikemas. Pembersihan ini bertujuan untuk membebaskan buah
dari kotoran dan hama/penyakit. Sayuran yang dipanen dengan cara dicabut, dibersihkan dari kotoran
dengan mencucinya menggunakan air bersih. Setelah itu, daun-daun yang kering atau kuning karena
tua dihilangkan.

3. Pengemasan
Setelah disortir, hasil panen tersebut perlu dikemas. Pengemasan bertujuan untuk melindungi buah
dari pengaruh lingkungan (sinar matahari dan kelembapan) serta kerusakan fisik (misalnya goresan).
Selain itu, pengemasan juga dapat meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk yang
dipasarkan.

Mengingat tujuan tersebut, kemasan dapat disebut baik bila memenuhi syarat: higienis, melindungi
buah dari kerusakan, terbuat dari bahan yang kuat dan ringan, penampilannya menarik, serta murah
dan mudah diperoleh.
Pengemasan yang memenuhi syarat tersebut biasanya banyak digunakan untuk konsumsi pasar
swalayan. Pengemasan yang banyak dipakai antara lain kantong plastik yang dilubangi atau plastik
polietilen.

4. Pengangkutan
Pengangkutan hasil pertanian dari kebun sampai pasar melalui beberapa tahap yaitu pengangkutan
dari kebun ke tempat sortasi dan dari tempat sortasi ke pasar. Selain menyangkut alat angkut, dalam
pengangkutan tersebut juga melibatkan pemilihan wadah untuk tempat angkut.

Wadah berfungsi untuk memudahkan pengangkutan, baik dari kebun ke tempat sortasi atau dari
tempat sortasi ke pasar. Untuk mengangkut hasil pertanian dibutuhkan tempat yang besar agar dapat
terisi dengan banyak buah. Selain besar, tempat tersebut harus dapat menjaga buah dari goncangan
atau benturan.

Wadah yang biasa dipergunakan untuk pengangkutan dapat terbuat dari plastik, bambu, atau kayu.
Untuk menjaga buah dari benturan atau goncangan, wadah dilapisi dengan potongan kertas atau
jerami yang bersih sebelum buah dimasukkan. Kemudian antara buah yang satu dengan yang lain
diberi penyekat yang juga berupa potongan kertas atau jerami yang bersih.

Pengangkutan dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut darat, laut atau udara. Untuk
memilih jenis angkutan tersebut, perlu mempertimbangkan jauh-dekatnya pasar, biaya, dan ketahanan
buah yang diangkut.

Tempat yang jauh (luar pulau) hanya dapat dijangkau dengan angkutan laut dan udara. Untuk lokasi
dalam satu pulau dapat dipilih angkutan darat atau udara. Biasanya semakin cepat komoditi itu sampai
di tujuan, biaya angkutnya semakin mahal, misalnya biaya angkutan udara lebih mahal dari angkutan
darat. Oleh karena itu, untuk komoditi yang tahan lama akan lebih hemat menggunakan angkutan
darat. Namun, bila komoditi yang diangkut cepat busuk maka lebih efisien memilih angkutan
udara. (hp/yhi)

F. Pengendalian Hama dan Penyakit G Sayuran Hidroponik


Hama dan penyakit sangat mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga dapat menurunkan kualitas
hasil. Penanaman paprika, tomat, dan mentimun umumnya dilakukan di dalam greenhouse sehingga
hama yang sering menyerang berupa kutu (hama berukuran keci). Sawi, selada, kangkung, dan bayam
jarang ditanam di dalam greenhouse. Apabila menggunakan greenhouse juga hanya
berupa greenhouse setengah tertutup (tanpa dinding) sehingga hamanya sama dengan yang umum
menyerang tanaman tersebut.

1. Hama (klik selengkapnya)
Hama merupakan pengganggu tanaman yang berasal dari hewan/binatang yang berukuran relatif
besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Beberapa hama yang sering menyerang sayuran
hidroponik adalah sebagai berikut.
1. Hama cabai/paprika
a. Kutu daun
Gejala
Daun menguning secara perlahan-lahan hingga seluruh daun berwarna kuning, kecuali yang di dekat
tulang daun. Populasi kutu berwarna hijau hitam. Selain menyerang daun juga menyerang pucuk dan
bunga muda. Akibat serangannya, bagian tersebut tidak dapat tumbuh lebih lanjut.
Penyebab
Sebagai penyebabnya adalah Aphids sp. Selain menyerang paprika juga tanaman yang lain seperti
tomat dan kedelai.

Pengendalian
Cara pencegahan dan pengendaliannya yaitu dengan mengadakan pergiliran tanaman atau
menyemprotnya dengan insektisida. Insektisida yang dapat digunakan antara lain Azordin 60 WSC
sebanyak 2-3 cc/L air dan volume semprot 400-600 L/ha.

b. Thrips  sp.

Gejala
Daun yang berwarna hijau akan bebercak putih kemudian berubah menjadi kuning dan akhirnya
berwarna kecokelatan. Selanjutnya, daun tersebut mengerut, mengeriting dan kerdil.
Penyebab
Gejala penyakit ini disebabkan oleh Thrips  sp. Hama ini menyerap cairan tanaman. Serangga dewasa
berwarna cokelat kelabu kehitaman dan berukuran 1-1,2 mm. Perkembangbiakannya hanya
memerlukan waktu 3-5 minggu mulai dari telur hingga dewasa.

Pengendalian
Pengendalian hama ini antara lain dengan penyemportan insektisida Dicarzol 25 SP dengan dosis 2-4
g/L air, Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/L air, atau Bayrusil 250 EC dengan dosis 2 cc/L air.

2. Hama tomat
Hama yang sering menyerang tomat hidroponik adalah kutu daun (lihat pada hama paprika).

3. Hama sawi
Ulat tritip
Gejala
Daun tampak memutih yang sebenarnya merupakan epidermis atau kulit daun yang tipis. Serangan
selanjutnya, daun tersebut akan berlubang dan tinggal tulang daunnya saja.

Penyebab
Adanya gejala tersebut menandakan tanaman diserang oleh hama Plutella maculipennis atau yang
dikenal dengan nama ulat tritip. Ulat ini berwarna hijau pucat bila masih muda dan setelah tua
berwarna hijau tua dengan bintik-bintik cokelat. Untuk menghindari sinar matahari, ulat ini sering
berada di bawah daun. Bila ada bahaya, ulat tritip menjatuhkan diri dengan membuat benang dahulu.
Benang yang bergelayut tersebut melindungi dirinya saat menjadi kepompong. Dari kepompong keluar
ngengat. Selanjutnya, ngengat betina akan bertelur sebanyak 180-320 butir dalam satu kali bertelur.

Pengendalian
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memutus daur hidupnya, yaitu dengan cara menanam
secara rotasi dengan tanaman yang bukan inangnya (selain sawi, kubis dan lobak). Pemberantasannya
dapat dilakukan dengan memakai obor atau lampu teplok. Obor diletakkan di beberapa tempat. Di
bawah obor ditempatkan wadah yang berisi air. Karena ngengat hama ini suka akan cahaya maka
ngengat tersebut akan mendekati obor sehingga terbakar dan akhirnya jatuh ke dalam wadah.

Pemberantasan juga dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang dapat
dipergunakan antara lain Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/L air dan volume semprot 400-500 L/ha
atau Sevin dengan dosis 1-2 kg/ha.

4. Hama kangkung dan bayam


Tanaman kangkung dan bayam tergolong jarang diserang hama dan penyakit. Hal ini disebabkan
umurnya yang pendek (sekitar 25-30 hari), sehingga hama dan penyakit belum sempat berkembang.
Namun, ini bukan berarti tidak ada hama dan penyakit yang menyerangnya.

Hama yang sering menyerang tanaman kangkung dan bayam yaitu ulat grayak (Spodoptera litura).
Gejala serangan ulat grayak ditandai dengan adanya daun yang berlubang-lubang dan tepi daun
bergerigi karena gigitan ulat. Ulat grayak dapat diberantas dengan penyemprotan insektisida Ambush 2
EC, Cymbush 50 EC, atau Diazinon sebanyak 1-2 cc/L air. (hp/yhi)

2. Penyakit
Penyakit merupakan pengganggu tanaman yang bukan disebabkan oleh hewan/binatang, umunya
penyakit ini disebabkan oleh jamur, bakteri, atau kekurangan unsur hara.
 Penyakit pada paprika (klik selengkapnya)
a. Bercak daun
Bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora capsisi
 

Daun mengalami serangan lanjutan dengan gejala berlubangnya bagian tengah bercak, kemudian daun menguning dan
layu

Gejala
Mula-mula daun bebercak cokelat dengan bagian tengah berwarna kuning pucat sampai putih. Bercak
tersebut umumnya berdiameter 0,5 cm. Serangan selanjutnya ditandai dengan berlubangnya bagian
tengah bercak, kemudian daun menguning dan layu. Selain menyerang daun, bercak juga dapat
menyerang batang, tangkai daun, dan tangkai buah, walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit.

Tangkai buah paprika pun bisa mengalami serangan jamur Cercospora capsisi
Penyebab
Penyebabnya adalah jamur Cercospora capsisi. Jamur ini banyak menyerang tanaman cabai. Dalam
masa istirahatnya, jamur ini dapat tinggal dalam biji atau tanaman yang sakit selama satu musim.

Pengendalian
Cara untuk mengendalikan serangan ini dengan membuat drainase yang baik dan menjaga kebersihan
kebun. Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan fungisida. Jenis fungisida yang
dapat digunakan antara lain Masalgin 50 WP dengan dosis 1-2 g/L air dan volume semprot 500-700
L/ha, Antracol 70 WP dengan dosis 2 g/L air dan volume semprot 300-800 L/ha, serta Topsin M 70 WP
dengan dosis 2 g/L air.

b. Antraknosa

Antraknosa yang ditandai dengan bercak cokelat kehitaman pada daun, kemudian bercak tersebut meluas dan
membusuk

Gejala
Pada buah terdapat bercak cokelat kehitaman, kemudian, bercak tersebut meluas dan membusuk. Di
bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan jamur penyebabnya. Gejala selanjutnya
buah akan mengerut, kering dan gugur. Serangan ini tidak hanya di kebun/lapangan, tetapi juga
menyerang buah di tempat penyimpanan.

Antraknosa pada buah paprika yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsisi

Penyebab
Sebagai penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum capsisi. Serangan jamur ini biasanya banyak
menimbulkan kerugian karena menurunkan kualitas di penyimpanan. Umumnya, penyakit ini
menyerang pada musim hujan.
Pengendalian
Sebagai pencegahan sebelum tanam dapat dilakukan dengan merendam benih dalam tiram 0,2%,
misalnya Benlate T 20/20 WP. Pengendalian setelah tanam dapat dilakukan dengan menyemprotkan
fungisida. Contoh fungisida yang dapat dipakai yaitu Antracol 2 g/L dengan volume semprot 300-800
L/ha, Delsene MX-200 dengan dosis 1-2 g/L dan volume semprot 400-800 L/ha, atau Velimex dengan
dosis 2-2,5 g/L dan volume semprot 400-800 L/ha.

c. Layu Fusarium
Gejala
Pada mulanya tulang daun menguning. Selanjutnya gejala ini menyebar ke helaian daun dan tangkai
daun sehingga daun gugur. Serangan yang hebat terjadi bila batang telah terserang dan tanaman pun
menjadi layu serta mati. Bila tanaman sempat berbuah, umumnya buah yang dihasilkan akan
berukuran kecil-kecil. Serangan yang terjadi pada tanaman muda akan menyebabkan tanaman kerdil.
Gejala akan lebih jelas bila batang tanaman dipotong melintang. Dalam potongan itu akan tampak
berkas pembuluh yang dilingkari oleh cincin berwarna cokelat.

Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penyakit ini sering ditemukan dan banyak
menimbulkan kerugian. Jamurnya hidup di dalam tanah sehingga yang terserang lebih dahulu
sebenarnya akar tanaman, baru kemudian menjalar ke seluruh bagian.

Pengendalian
Pengendalian yang tepat sampai saat ini belum ditemukan, hanya dapat disarankan untuk menanam
bibit yang sehat. Lebih baik sebelum menanam, akar bibit dicelupkan ke dalam larutan benomyl dengan
dosis 1.000 ppm. (hp/yhi)

 Penyakit pada tomat (klik selengkapnya)


a. Bercak daun

Gejala penyakit bercak daun pada tanaman tomat yang disebabkan oleh jamur Alternaria solani

Gejala
Gejala awal tampak pada daun berupa bercak kecil berwarna cokelat yang kemudian meluas. Bercak ini
dicirikan dengan adanya lingkaran yang konsentris. Bercak yang besar mempunyai bagian tengah yang
berlubang. Daun yang terserang berat akan cepat tua dan akhirnya gugur. Selain menyerang daun,
penyakit ini juga menyerang batang, bibit, dan buah. Batang yang diserang umumnya bagian bawah
sehingga mudah roboh. Demikian pula, buah yang diserang akan membusuk, ditandai dengan adanya
bagian yang melekuk berwarna hitam.

Penyebab
Penyebabnya adalah jamur Alternaria solani. Jamur ini biasanya menyerang di saat musim hujan.

Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Jenis fungisida yang dapat
digunakan antara lain Daconil 74 WP dengan dosis 15 g/10 L air, Difolatan 4 F dengan dosis 2-3 cc/L air,
atau Dithane M-45 dengan dosis 180-240 g/100 L air.

b. Layu Fusarium

Gejala penyakit layu fusarium pada tanaman tomat yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum

Lihat pada penyakit yang menyerang paprika.


c. Busuk daun

Gejala penyakit busuk daun pada tanaman tomat yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestan. Penyebarannya
sangat aktif di musim hujan

Gejala
Daun bebercak cokelat dengan tepi kuning. Di bagian bawah bercak akan terlihat adanya lapisan putih
seperti beludru. Bercak ini kemudian meluas ke seluruh daun, selanjutnya menjalar ke tangkai daun,
batang, dan buah. Bila semuanya telah terserang maka tanaman akan mati. Buah yang terserang akan
memperlihatkan gejala seperti ini, pada buah ada bercak yang berwarna hijau kelabu, terlihat basah,
dan bentuknya tidak beraturan. Kulit buah kemudian mengerut. Daging buah mengeluarkan banyak
cairan sehingga buah lebih lunak. Serangan ini tidak hanya terjadi di lapangan tetapi dapat juga
menyerang buah di penyimpanan.

Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora infestan. Penyebarannya sangat aktif di musim hujan,
terutama pada suhu lingkungan 18-20⁰C dan kelembapan 91-100%.

Pengendalian
Pengendalian untuk penyakit ini dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Fungisida yang
dapat digunakan antara lain Antracol dengan dosis 1,5-2,5 kg/ha dan volume semprot 400-800 L/ha,
Daconil 75 WP dengan dosis 15 kg/ha, Difolatan 4F dengan dosis 0,2-0,3% atau 2-3 kg/ha, atau Dithane
M-45 dengan dosis 180-240 g/100 L air.

d. Kekurangan unsur Ca

Buah tomat muda yang berwarna cokelat, kemudian membusuk, dan akhirnya kerdil. Gejala yang mengindikasikan
kekurangan unsur Ca

Gejala
Gejalanya tampak pada buah muda yang berwarna cokelat, kemudian membusuk, dan akhirnya kerdil.

Penyebab
Penyebab gejala ini karena kekurangan unsur kalsium (Ca).

Pengendalian
Penanggulangan dengan memberi nutrien yang mengandung unsur Ca dalam larutan
siraman. (hp/yhi)

 Penyakit pada mentimun (klik selengkapnya)


. Busuk daun

Gejala penyakit downy mildew pada tanaman mentimun yang disebabkan oleh jamur Pseudoperonospora cubensis
Gejala
Daun bebercak kuning di permukaan bagian atas. Pada daun bagian bawah terdapat bulu-bulu
berwarna ungu. Daun nantinya akan gugur.

Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pseudoperonospora cubensis. Penyakit yang disebut juga dengan
“downy mildew” menyebabkan kerugian yang besar, sekitar 5-20%. Penyebaran penyakit didukung oleh
keadaan lingkungan yang mempunyai kelembapan 100% dan suhu 10-28⁰C (suhu optimum 16-22⁰C).

Pengendalian
Pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu dekat
sehingga kelembapan udara dapat berkurang. Tanaman yang sakit segera dibuang/dibersihkan atau
disemprot dengan fungisida Velimex 80 WP dengan dosis 2-2,5 g/L dan volume semprot 400-800 L/ha.

b. Antraknosa

Gejala penyakit antraknosa yang dialami tanaman mentimun disebabkan oleh jamur Colletrotrichum langenarium

Gejala
Mulanya daun bebercak cokelat kecil yang dimulai dari tulang daunnya, kemudian meluas ke helaian
daun. Oleh karena perkembangan jaringan yang terkena bercak lebih lambat maka daun menjadi
bergelombang. Daun yang terserang berat akan segera mati. Selain menyerang daun, penyakit ini juga
menyerang batang dan tangkai buah. Pada batang dan tangkai buah, bercak tampak memanjang dan
kebasahan.

Penyebab
Penyakit yang disebut antraknosa ini disebabkan oleh jamur Colletrotrichum langenarium. Jamur ini
dapat bertahan hidup pada tanaman yang telah mati. Lingkungan yang disukai mempunyai suhu 22-
27⁰C serta keadaannya lembap.

Pengendalian
Pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menanam bebih yang baik atau
sebelumnya benih direndam dalam larutan berbahan aktif tiram seperti Benlate T 20/20 WP. Selain itu,
tanaman dapat disemprot dengan Velimex 80 WP dengan dosis 2-2,5 g/L air dan volume semprot 400-
800 L/ha atau Difolatan 4 F dengan dosis 2-3 cc/L air.
c. Virus mosaik

Tulang daun menjadi kuning. Helaian di sela tulang daun menjadi belang antara hijau tua dan hijau muda. Gejala awal
penyakit virus mosaic pada tanaman mentimun

Gejala
Tulang daun menjadi kuning. Helaian di sela tulang daun menjadi belang antara hijau tua dan hijau
muda. Pertumbuhan daun menjadi terhambat sehingga lebih kecil dibandingkan daun sehat.
Umumnya buah yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan buah yang sehat.

Kenampakan buah mentimun yang mengalami penyakit virus mosaic

Penyebab
Penyebabnya adalah virus mosaik mentimun atau Cucumber mosaic virus (CMV). Infeksi virus ini dibantu
oleh kutu daun Aphis  sp. dan Myzus persicae. Penyebaran virus ini dibantu oleh serangga, manusia, dan
Nematoda.

Pengendalian
Cara pengendalian untuk virus belum ditemukan. Pengendalian yang dapat dilakukan hanya dengan
menjaga kebersihan kebun, kebersihan alat pertanian, memberantas vektor virus (kutu daun), dan
mencabut serta membakar tanaman yang sakit.

d. Layu fusarium
Lihat penyakit layu Fusarium pada tanaman paprika. (hp/yhi)

 Penyakit pada sawi (klik selengkapnya)


Penyakit Sawi
Virus mosaik turnip
Gejala
Daun berwarna belang-belang (seperti mosaik) antara hijau tua dengan hijau muda sampai kuning.
Warna tulang daun juga berubah menjadi lebih muda.

Penyebab
Yang menyebabkan adanya gejala ini adalah virus mosaik turnip (Turnip Mosaic Virus atau TuMV). Virus
ini tahan berada di tanaman yang sakit sampai 4 hari. Sebagai penyebar virus ini adalah kutu
daun Aphis craccivora  atau Myzus persicae.

Pengendalian
Penyakit yang disebabkan virus sangat susah dikendalikan. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu
tanaman yang sakit dicabut serta dibakar, kutu daun diberantas, dan kebersihan lahan dijaga dengan
baik.
Penyakit Selada
a. Bercak daun

Penyakit bercak daun pada selada yang disebabkan oleh jamur Cercospora longissima

Gejala
Daun tampak bebercak cokelat basah. Mula-mula bercak tersebut di bagian tepi kemudian meluas ke
tengah. Di tengah-tengah bercak tersebut ada bintik-bintik hitam. Gejala ini banyak ditemui pada
tanaman selada.

Penyebab
Sebagai penyebab gejala di atas adalah jamur Cercospora longissima. Penyakitnya disebut bercak daun.

Pengendalian
Sebagai tindakan pencegahan, dilakukan pergiliran tanaman. Bila tanaman telah terserang, daun
dipangkas dan kemudian dibakar. Pemberantasan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
fungisida, seperti Tiezene 80 WP, P.P. Zineb 80 WP, atau Velimex 80 WP dengan dosis 2-2,5 g/L air dan
volume semprot 400-800 L/ha.

b. Busuk daun
Gejala penyakit busuk daun pada selada yang disebabkan oleh jamur Bremia lactucae

Gejala
Gejala pertama tampak dengan adanya bercak bersudut yang berwarna hijau muda pucat sampai
kuning. Bercak tersebut kemudian berhubungan satu dengan yang lain sehingga melebar. Di bawahnya
terlihat ada gambaran seperti rambut. Serangan yang hebat dapat menyebabkan tanaman kerdil.

Penyebab
Penyakit dengan gejala di atas dikenal dengan nama busuk daun. Penyakit ini disebabkan oleh
jamur Bremia lactucae. Jamur ini hidup dengan baik di dataran tinggi dengan suhu 1-19⁰C atau suhu
optimal 15-17⁰C dan kelembapan sekitar 90%. Dalam kondisi lingkungan seperti itu, umur jamur ini
tergolong lama yaitu dapat hidup dari musim ke musim.

Pengendalian
Jamur dapat diberantas dengan menyemprotkan fungisida yang berbahan aktif zineb atau maneb.
Misalnya, Tiezene 80 WP, Vondozeb 75 WP, atau Velimex 80 WP. Dosis pemberian seperti pada label
fungisida tersebut.

c. Busuk rhizoctonia

Daun ini mempunyai bercak cokelat yang mengendap. Lama kelamaan bercak tersebut basah, berlendir, dan busuk.
Penyakit bottom root ini disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani

Gejala
Daun yang tua atau dekat dengan tanah sering terserang gejala ini. Daun tersebut mempunyai bercak
cokelat yang mengendap. Lama kelamaan bercak tersebut basah, berlendir, dan busuk. Gejala ini
menular dengan cepat di lingkungan yang lembap.

Penyebab
Penyakit dengan gejala di atas dikenal dengan penyakit busuk rhizoctonia atau bottom root. Penyakit
ini disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani. Jamur ini banyak ditemukan di permukaan tanah dengan
miselium berwarna putih dan kelihatan seperti sarang laba-laba. Penularan ke daun selada terjadi bila
daun bersinggungan dengan tanah atau tertular lewat air yang mengandung jamur tersebut.

Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan hanya dengan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu dekat,
menghilangkan daun-daun yang bersinggungan dengan tanah, dan mengatur pergiliran tanaman. di
Filipina pencegahan penyakit ini dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida Terrachlor untuk
tanaman yang masih kecil. Pemberian fungisida tersebut dilakukan dengan selang waktu 10-12 hari.

d. Busuk basah

Gejala penyakit busuk basah yang disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora pv carotovora

Gejala
Daun bebercak cokelat dan basah. Bila keadaan lembap, bercak tersebut menyebar dan menimbulkan
bau yang tidak sedap. Dalam bercak tersebut terdapat butir-butir putih yang diperkirakan penyebab
penyakit. Tanaman yang banyak diserang adalah selada.

Penyebab
Gejala di atas disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora  pv carotovora. Penyakit yang ditimbulkan
disebut penyakit busuk basah. Bakteri ini hidup di lingkungan yang lembap dan suhu tinggi. Infeksi ke
tanaman melalui stomata, lentisel, hidatoda, dan luka.

Pengendalian
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat, menjaga
kebersihan kebun, menghindarkan terjadinya luka sewaktu pemeliharaan, penyimpanan, dan
pengangkutan, mencuci hasil panen dengan klorin atau borax 7,5%, serta mengurangi kelembapan di
dalam gudang pendinginan. (hp/yhi)

 Penyakit pada selada (klik selengkapnya)

 Penyakit pada Kangkung (klik selengkapnya)


Penyakit Kangkung
Karat putih
Gejala penyakit karat putih yang menyerang bayam. Penyakit ini disebabkan oleh Albugo ipomea-reptans

Gejala
Gejala penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak putih tebal pada daun yang lama kelamaan
akan menjadi cokelat.

Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Albugo ipomea-reptans.

Pengendalian
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan Dithane M-45 atau Antracol, konsentrasi 2-3 g/L
air.

Penyakit Bayam
Rebah kecambah

Tanaman bayam yang mengalami gejala penyakit rebah kecambah. Penyakit ini disebabkan oleh Rhizoctonia solani

Gejala
Kecambah tumbuh tidak normal, batangnya lemah, dan kemudian rebah. Dekat pangkal batang terjadi
pembusukkan.

Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Rhizoctonia solani.

Pengendalian
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan fungisida Dithane M-45, konsentrasi 2-3 g/L
air. (hp/yhi)

 Penyakit pada Bayam (klik selengkapnya)


G. Analisis Usaha Tanaman Hidroponik
Walaupun biaya per satuannya lebih besar pengusahaan tanaman sayur hidroponik ternyata cukup
menguntungkan. Bahkan, keuntungan yang diraih lebih banyak dibandingkan budidaya biasa di tanah.

Di bawah ini diberikan perhitungan analisis usaha dari tanaman tomat yang dihidroponikkan. Dalam
analisis tersebut data yang perlu diketahui adalah sebagai berikut.
1. Tomat yang dihidroponikkan adalah varietas TW.
2. Luas lahan yang digunakan 500 m2.
3. Jumlah populasi 1.000 tanaman.
4. Tanaman berbuah pertama kali saat berumur 3 bulan dan dapat dipanen secara terus menerus
hingga 6 bulan.
5. Rata-rata total produksi (dari panen pertama sampai terakhir) 5 kg/tanaman.
6. Harga tomat per kg Rp 2.500,00 (tahun 1994).
7. Perhitungan ini tidak termasuk harga tanah/sewa tanah.

Analisis Usaha Hidroponik Tanaman Tomat


A. Biaya Investasi
1 Greenhouse  500 m2 @Rp 4.000,00 Rp 2.000.000,00
2 Sprayer  gendong Rp 75.000,00
3 Peralatan siram dan lain-lain Rp 1.000.000,00
4 Higrometer Rp 25.000,00
5 Termometer Rp 25.000,00
6 Tong untuk sterilisasi Rp 10.000,00
7 Kompor minyak untuk sterilisasi Rp 25.000,00
8 Tempat semai dari papan 1 m2 Rp 5.000,00 +
Rp 3.165.000,00
Biaya investasi ini dapat digunakan selama 3 tahun. Dalam 3 tahun tersebut dapat dilakukan
penanaman sebanyak 6 kali sehingga biaya untuk sekali tanam adalah Rp 3.165.000,00 : 6 = Rp
527.500,00.
9 Greenhouse semi permanen untuk persemaian 13 m2 @Rp 2.000,00 Rp 26.000,00
10 Polibag untuk tanaman besar 1.000 buah @Rp 50,00 Rp 50.000,00
11 Tali rafia/benang kasur 20 gulung @Rp 500,00 Rp 10.000,00 +
Rp 86.000,00
Biaya investasi ini dapat digunakan selama 1 tahun (2 kali tanam) sehingga biaya sekali tanam adalah
Rp 86.000,00 : 2 = Rp 43.000,00.
Total biaya investasi adalah Rp 527.500,00 + Rp 43.000,00 = Rp 570.500,00.
 
B. Biaya Bahan Baku
1 Minyak tanah 15 L @Rp 300,00 Rp 4.500,00
2 Arang sekam 5 m3 @Rp 10.000,00 Rp 50.000,00
3 Pasir kali 1 m3 Rp 20.000,00
4 Pupuk kandang 1 m3 Rp 40.000,00
5 Humus 1 m3 Rp 40.000,00
6 Polibag untuk bibit 1.100 buah @Rp 3.500,00/110 polibag Rp 35.000,00
7 Benih 40 g @Rp 500,00 Rp 20.000,00
8 Larutan hara Rp 1.800,00/tanaman Rp 1.800.000,00
9 Pupuk daun Rp 200.000,00
10 Pestisida Rp 50.000,00 +
Rp 2.259.500,00
 
C. Biaya Tenaga Kerja
1 Sterilisasi 2 HOK @Rp 2.500,00 Rp 5.000,00
2 Penyemaian dan pembibitan 4 HOK Rp 10.000,00
3 Pengisian media ke polibag 10 HOK Rp 25.000,00
4 Penanaman 30 HOK Rp 75.000,00
5 Perawatan rutin 40 HOK Rp 100.500,00
6 Pemasangan tali 20 HOK Rp 50.000,00
7 Pemangkasan 10 HOK Rp 25.000,00
8 Pengawinan 10 HOK Rp 25.000,00
9 Penyeleksi buah 10 HOK Rp 25.000,00
10 Panen dan pascapanen 30 HOK Rp 75.000,00
11 Pengawas 1 orang (6 bulan) Rp 950.000,00
12 Supervisi 1 orang (6 bulan) Rp 1.800.000,00 +
Rp 3.115.500,00
 
Total biaya produksi (A + B + C) = Rp 5.945.500,00
 
D. Biaya Tak Terduga
10% x Rp 5.945.500,00 = Rp 594.550,00
 
Biaya produksi + biaya tak terduga Rp 6.540.050,00
 
E. Produksi
1.000 tanaman x 5 kg x Rp 2.500,00 = Rp 12.500.000,00
Biaya risiko hasil panen 5% Rp 625.000,00 _
Rp 11.875.000,00
 
F. Keuntungan yang Diperoleh
Rp 11.875.000,00 – Rp 6.540.050,00 = Rp 5.334.950,00
Keuntungan Rp 5.334.950,00 merupakan keuntungan selama 6 bulan. Apabila dihitung per bulannya
maka diperoleh keuntungan sebesar Rp 889.750,33.
Dalam analisis ini akan lebih baik dihitung juga break even point (BEP), ROI, dan B/C untuk mengetahui
kelayakannya.

1. Break even point (BEP)


Break even poin merupakan titik impas. Pada titik tersebut, usaha tidak untung dan tidak rugi. Untuk
menghitungnya digunakan rumus:
BEP = Biaya tetap
Biaya variabel
1–
Hasil penjualan
 
BEP = Rp 570.500,00
Rp 5.375.000,00
1–
Rp 11.875.000,00
= Rp 1.042.259,40
 
Hasil yang diperoleh tersebut berarti usaha akan impas pada hasil penjualan sebesar Rp 1.042.259,40.

Dari angka tersebut dapat diketahui juga harga penjualan minimal dan jumlah produksi minimalnya.
Harga penjualan minimal dapat diketahui dengan membagi BEP dengan jumlah produksi. Bila
produksinya 5 kg/tanaman dan jumlah tanaman 1.000 maka harga penjualan minimal Rp 1.042.259,40 /
(5 x 1.000) = Rp 208,45. Bila harga jualnya Rp 2.500,00 maka jumlah produksi minimalnya Rp
1.042.259,40 / Rp 2.500,00 = 416,90 untuk 1.000 tanaman, atau per tanamannya menghasilkan 0,42 kg.

Berdasarkan data di atas berarti bila ingin mendapatkan keuntungan, harga jual harus di atas Rp 208,45
per kg untuk produksi 5.000 kg. Atau dengan jumlah produksi di atas 0,42 kg/tanaman bila harga
jualnya Rp 2.500,00 per kg.

2. Return of Investmen (ROI)


ROI = Hasil penjualan / total biaya produksi
= Rp 11.875.000,00 / Rp 6.540.050,00
= 1,82
Hasil ROI sebesar 1,82 mempunyai arti, dari uang yang diinvestasikan sebesar Rp 1,00 akan kembali
atau menghasilkan Rp 1,82.

3. Benefit Cost Ratio (B/C)


B/C = Keuntungan / total biaya
= Rp 5.334.950,00 / Rp 6.540.050,00
= 0,82
Hasil B/C sebesar 0,82 mempunyai arti: dari uang yang diinvestasikan sebesar Rp 1,00 akan didapat
keuntungan Rp 0,82. (hp/yhi)

Hidroponik Sayuran untuk Hobiis


A. Persiapan Hidroponik Sayuran untuk Hobiis (klik selengkapnya)
Sistem penanaman hidroponik tidak hanya untuk usaha, tetapi juga untuk hobi. Bahkan, kebanyakan
pengusaha hidroponik bermula dari hobi dahulu. Hobi menanam sayuran secara hidroponik
mempunyai kepuasan tersendiri. Biasanya hobiis akan puas bila tanaman sayurnya berbuah atau dapat
memanennya, walaupun hanya sedikit.

Bertanam hidroponik untuk hobi tentunya lebih mudah dibandingkan untuk skala usaha karena segala
keperluan yang dipilih merupakan keperluan-keperluan yang praktis. Biasanya para hobiis tidak
mementingkan harga, artinya harga mahal pun tetap dibeli karena yang diharapkan adalah suatu
kepuasan dari hasil berhidroponik ini.

Segala bahan yang telah diuraikan pada Bagian I dapat juga digunakan dalam hidroponik untuk hobiis
ini. Namun, uraian lebih jelasnya seperti di bawah ini.

A. Persiapan Lahan
Menanam secara hidroponik tidak memerlukan tempat yang banyak. Oleh karena itu, para hobiis yang
ingin menanam sayur secara hidroponik tidak perlu berkecil hati bila lahannya sempit. Tempat yang
dipergunakan tidak banyak karena penanaman dilakukan di pot sehingga dapat ditempatkan di teras,
di atas atap, atau diatur secara vertikal (vertikultur).
Tanaman hidroponik vertikultur

Cara membuat hidroponik vertikultur dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut. Siapkan pipa PVC berdiameter 10 cm dengan panjang 120 cm. Jumlah pipa tersebut tergantung
keinginan kita. Masing-masing ujung pipa yang berlubang ditutup dengan bekas tutup deterjen yang
berdiameter 10 cm. Agar tutup itu kuat, antara tutup dan pipa dapat diberi lem. Salah satu sisi pipa
dilubangi sebagai lubang tanam, dengan diameter 5 cm. Jumlah lubang 3 buah dengan jarak
antarlubang sekitar 30 cm. Jumlah lubang tergantung jarak tanam, semakin rapat jumlahnya semakin
banyak. Selanjutnya, buat rak berkaki segitiga yang diberi tempat untuk pipa. Rak ini dapat dibuat dari
besi yang dilas atau dari kayu.

Penanaman di pipa dapat dilakukan sebelum pipa ditempatkan di rak. Jadi, pipa diisi dengan media
dahulu, kemudian dilakukan penanaman. Setelah selesai penanaman, pipa ditempatkan di rak. Untuk
penyiramannya, tempatkan wadah ait/nutrien pada rak bagian atas, kemudian air/nutrien diberikan
dengan sistem tetes atau air mengalir. Bila cara penyiraman ini dirasakan sulit maka tanaman dapat
disiram secara manual, asal rajin menyiramnya.

B. Media
Media yang digunakan untuk usaha komersial seperti arang sekam, pasir, zeolit, dan serbuk sabut
kelapa, dapat pula digunakan untuk hobi. Namun, para hobiis mempunyai kecenderungan untuk
menampilkan tanamannya seindah mungkin. Oleh karena itu, umumnya mereka memilih media pasir
yang di atasnya dicampur dengan zeolit karena zeolit mempunyai penampilan yang bersih.

Dalam penggunaan media, perlu dilakukan pembersihan terlebih dahulu. Cara


membersihkan/perlakuan sebelum digunakan untuk media tersebut sama dengan yang diuraikan
di Bagian I Bab 1.

C. Wadah/Pot
Sebagai wadah untuk tanaman hidroponik dapat digunakan berbagai jenis. Mulai dari wadah yang
sederhana dan murah sampai wadah yang cantik dan mahal. Contoh wadah-wadah tersebut antara lain
wadah plastik yang berbentuk baki, keranjang, paralon yang diberi lubang, ember plastik, dan pot-pot
hidroponik. Selain itu, dapat juga digunakan wadah dari papan. Bila menggunakan wadah dari papan,
bagian dalamnya dialasi plastik agar terhindar dari jamur yang sering muncul di papan dan salah satu
sudutnya diberi lubang untuk keluarnya air yang berlebihan.
D. Nutrien
Nutrien untuk hidroponik dapat dibuat/diramu sendiri atau dibeli yang sudah jadi. Untuk hobiis lebih
praktis dengan membeli nutrien jadi. Nutrien jadi memang lebih mahal dibandingkan nutrien yang
diramu sendiri. Namun, nutrien yang diramu sendiri dapat menjadi mahal bila hanya dibutuhkan
sedikit karena untuk membeli bahan-bahannya harus dalam ukuran tertentu sehingga setelah diramu
akan diperoleh nutrien dalam jumlah yang banyak sekali. Nutrien jadi yang dapat dibeli antara lain
Gandapan, Hyponex, Margaflor, Vitabloom, dan Supergrow. Nutrien tersebut merupakan nutrien yang
mengandung unsur hara makro, sedangkan untuk unsur mikronya dapat digunakan Metalik dan
Lauxin.

E. Jenis Sayuran yang Sesuai untuk Hobiis


Semua jenis sayuran untuk usaha komersial dapat digunakan juga oleh hobiis. Namun, ada hobiis yang
ingin menanam sayuran berumur panjang dan mempunyai buah. Jenis yang cocok untuk hobiis
tersebut adalah tomat, paprika, cabai, dan mentimun. Sedangkan hobiis yang ingin cepat memetik
hasilnya dapat menanam kangkung, bayam, selada, sawi, atau seledri. (hp/yhi)

B. Hidroponik Tomat, Paprika, Cabai, dan Mentimun


Pada dasarnya cara penanaman hidroponik untuk hobiis sama dengan penanaman hidroponik untuk
komersial, tetapi lebih sederhana. Oleh karena itu, uraian mengenai cara penanaman di sini hanya
dijelaskan penekanannya saja. Penanaman tomat, paprika, cabai, dan mentimun untuk hobiis juga
perlu penyemaian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena bibitnya tidak dijual di toko saprotan, yang
dijual hanya benihnya.

1. Persemaian dan Pembibitan Hidroponik Tomat, Paprika, Cabai, dan Mentimun untuk Hobiis (klik
selengkapnya)

Pada dasarnya cara penanaman hidroponik untuk hobiis sama dengan penanaman hidroponik untuk
komersial, tetapi lebih sederhana. Oleh karena itu, uraian mengenai cara penanaman di sini hanya
dijelaskan penekanannya saja. Penanaman tomat, paprika, cabai, dan mentimun untuk hobiis juga
perlu penyemaian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena bibitnya tidak dijual di toko saprotan, yang
dijual hanya benihnya.

Persemaian dan Pembibitan


Persemaian dan pembibitan untuk tanaman paprika, cabai, tomat, dan mentimun dapat dilakukan
pada pot dan media yang sama karena jumlah yang ditanam tidak banyak. Wadah yang digunakan
dapat berupa gelas plastik (bekas air mineral), pot, atau polibag. Media untuk persemaian sebaiknya
tidak menggunakan zeolit. Hal ini disebabkan zeolit mempunyai sudut-sudut yang runcing sehingga
dapat melukai batang tanaman yang muda. Cara persemaiannya adalah sebagai berikut.
Wadah berisi media disiram dengan air (keadaannya lembap).

Redesigned by Refi
 
Dalam satu wadah diisi 1-2 benih sayuran.

Redesigned by Refi
 
Tempatkan wadah ini di tempat yang agak gelap (terlindung dari matahari).

Redesigned by Refi
 
Kelembapan media dijaga dengan menyemprotkan air dengan sprayer.
Redesigned by Refi
 
Apabila benih telah berkecambah, wadah dapat ditempatkan di tempat yang terang. Penyiraman
dengan pupuk pun telah dapat diberikan. Pupuk diberikan dengan dosis setengahnya dari dosis untuk
tanaman dewasa.

Redesigned by Refi
 
Apabila telah mempunyai 4 helai daun, bibit dapat dipindah ke pot/wadah yang lebih besar, diameter
25-30 cm.

Redesigned by Refi
(hp/yhi)
2. Penanaman Hidroponik Tomat, Paprika, Cabai, dan Mentimun untuk Hobiis (klik selengkapnya)
Pada dasarnya cara penanaman hidroponik untuk hobiis sama dengan penanaman hidroponik untuk
komersial, tetapi lebih sederhana. Oleh karena itu, uraian mengenai cara penanaman di sini hanya
dijelaskan penekanannya saja.
Penanaman
Wadah yang akan dipergunakan disiapkan terlebih dahulu. Misalnya memakai ember plastik (emplas)
berdiameter 25-30 cm, emplas tersebut dilubangi bagian bawahnya untuk mengalirkan air yang
berlebih. Di dasar emplas diberi plastik strimin agar media tidak keluar lewat lubang. Apabila memakai
media zeolit, media tersebut harus dalam keadaan netral karena zeolit yang tersedia (dijual) masih
dalam keadaan basa. Pemberian media ini hendaknya tidak sampai penuh karena setelah bibit
bertambah besar, media dapat ditambahkan lagi sehingga tanaman kuat/tidak mudah roboh.

Pemindahan bibit ke pot penanaman dilakukan dengan cara melepaskan bibit dari potnya terlebih
dahulu. Untuk memudahkan terlepasnya bibit, pot diketuk-ketuk dindingnya. Setelah medianya kendur,
pot dibalik sehingga bibit dapat keluar dari pot. Bibit tersebut kemudian ditanam dalam pot
penanaman yang telah diberi lubang pada medianya. Dalam satu wadah/emplas cukup diisi 1-2 bibit
saja. Bila menanam 2 bibit, setelah tanaman agak besar salah satu tanaman yang kurang sehat atau
pertumbuhannya kurang baik dapat dibuang. Setelah bibit ditanam, media dan tanaman disiram
dengan air. (hp/yhi)

3. Perawatan Hidroponik Tomat, Paprika, Cabai, dan Mentimun untuk Hobiis (klik selengkapnya)
Pada dasarnya cara penanaman hidroponik untuk hobiis sama dengan penanaman hidroponik untuk
komersial, tetapi lebih sederhana. Pembahasan sebelumnya sudah diulas mengenai persemaian dan
pembibitan, serta penanaman hidroponik tomat, paprika, cabai, dan mentimun.

Perawatan
Perawatan tanaman tidak hanya dengan menyiram air saja, tetapi dapat dimulai dengan pemberian
pupuk. Dosis pemberian pupuk sesuai dengan yang dianjurkan pada label. Sebaiknya tidak memakai
satu macam pupuk karena pupuk tersebut mempunyai kekurangan dan kelebihan. Untuk mengatasi
kekurangan tersebut sebaiknya digunakan pupuk lainnya (merk lain). Pupuk ini diberikan 2-3 kali
sehari.
Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan kondisi tanaman. Tanaman muda membutuhkan unsur
nitrogen (N) yang tinggi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif. Pupuk berunsur N tinggi antara lain
Gandasil D, Hyponex merah, dan Vitabloom leaf tonic. Tanaman yang telah mengalami fase generatif
atau mulai berbunga membutuhkan pupuk dengan unsur fosfor (P) yang tinggi. Contoh pupuk
berunsur P tinggi antara lain Gandasil B, Hyponex biru, dan Vitabloom blossom booster.
Pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan bila tampak gejala serangan.

Tanaman yang semakin lama bertambah tinggi akan memerlukan ajir untuk menyangganya.
Pemasangan ajir dilakukan sejak tanaman dipindah ke pot pembesaran. Bila tanaman ini ditanam di
halaman, ajir dapat dibuat dari tali yang bagian atasnya diikat di teras rumah atau dibuatkan seperti
para-para.

Khusus untuk mentimun, saat tanaman berbunga (umur 2,5-3 bulan) dilakukan seleksi bunga jantan
dan betina. Bunga jantan perlu dihilangkan karena tidak akan menghasilkan buah. Ciri bungan jantan
adalah di bagian bawahnya tidak ada bakal buah (bagian yang mengembung). Sebaliknya bunga betina
harus dipelihara karena dari bunga ini akan dihasilkan buah. Ciri bunga betina yaitu adanya bakal buah
di pangkal bunga.

Pemangkasan tunas dan penyerbukan sama dengan yang dilakukan pada hidroponik sayuran untuk
usaha komersial. (hp/yhi)
4. Panen Hidroponik Tomat, Paprika, Cabai, dan Mentimun untuk Hobiis (klik selengkapnya)
Pemanenan tidak terlalu penting di sini karena hobiis umumnya bangga dan puas bila tanamannya
berbuah serta senang melihat hasil karyanya. Oleh karena itu, saat panen tiba ada hobiis yang tetap
membiarkan buah tomat, paprika, dan mentimun tumbuh hingga tua. Namun, bila ingin memanennya
juga tidak ada salahnya. Cara pemanenan sama dengan cara yang dilakukan pada hidroponik untuk
bisnis. Paprika dan cabai dipanen setelah umur 3 bulan, mentimun umur 40 hari, dan tomat umur 3
bulan. Panen dapat dilakukan berulang-ulang hingga tanaman berumur sekitar 6 bulan untuk paprika
dan tomat, sedangkan untuk mentimun sampai umur 70 hari. (hp/yhi)
 

Anda mungkin juga menyukai