Anda di halaman 1dari 10

Nama Anggota Kelompok

Said kahlil Gibran

Zein dhia sunni

Wahyu rezky anas

1. Pengertian Budaya Perusahaan (Corporate Culture)


Budaya Perusahaan disini merupakan terjemahan dari kata Corporate
Culture, dari definisi budaya perusahaan yang dikemukakan oleh para ahli,
dapat disimpulkan bahwa budaya perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar
yang dimiliki oleh anggota perusahaan yang berisi nilai-nilai, norma-norma
dan kebiasaan yang mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, tingkah laku,
dan cara kerja karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara pada kualitas
kinerja perusahaan. Dengan demikian, budaya perusahaan merupakan solusi
yang secara konsisten dapat berjalan dengan baik, bagi sebuah kelompok
dalam menghadapi persoalan-persoalan di dalam dan di luar kelompoknya.
Ini adalah beberapa definisi budaya perusahaan (corporate culture)
menurut para ahli :
A. Budaya perusahaan menurut Susanto, AB. (1997:3)

Suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk


menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi ke
dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus
memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak
atau berperilaku.

B. Budaya perusahaan menurut Schein, H. (1992:12)

Budaya perusahaan sebagai suatu perangkat asumsi dasar akan


membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah pokok
dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam lingkungan
eksternal maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok
dalam mencegah ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah
ditemukan ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya sehingga
akan memiliki kesinambungan.

C. Budaya perusahaan menurut Koentjoroningrat (1994 : 5)

Budaya itu sendiri memiliki tiga tingkatan yang saling berinteraksi satu
sama lain. Tingkatan yang pertama berupa benda-benda hasil
kecerdasan dan kreasi manusia (artefacts dan creation). Tingkatan
kedua adalah nilai-nilai dan ideologi yang merupakan aturan, prinsip,
norma, nilai, dan moral yang menuntun organisasi dan merupakan harta
kekayaan yang ingin mereka penuhi. Tingkatan ketiga adalah asumsi
dasar yang tidak disadari mengenai keadaan kebenaran dan kenyataan,
kemanusiaan, hubungan manusia dengan alam, hubungan antar
manusia, keadaan waktu dan alam semesta.

D. Budaya perusahaan menurut Hofstade, Geerst (1990:32)

Budaya perusahaan didefinisikan sebagai perencanaan bersama dari


pola pikir (collective programming mind) yang membedakan anggota-
anggota dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok dari suatu
budaya yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada dalam pikiran
individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan memiliki bentuk.
Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental
para anggota kelompok tersebut.

Budaya adalah kompleks nilai, gagasan, sikap, dan simbol lain yang
bermakna yang melayani manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran
dan mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya dan nilai-nilai
diteruskan dari satu generasi kegenerasi yang lain
Budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian perilaku
yang dapat diterima didalam masyarakat. Beberapa dari sikap perilaku yang
lebih penting yang dipengaruhi oleh budaya adalah sebagai berikut:
1. Rasa diri dan ruang
2. Komunikasi dan bahasa
3. Pakaian dan penampilan
4. Makanan dan kebiasaan makan
5. Waktu dan kesadaran akan waktu
6. Hubungan (keluarga, orgaisasi, pemerintah, dan sebagainya)
7. Nilai dan norma
8. Kepercayaan dan sikap
9. Proses mental dan pembelajaran
10. Kebiasaan kerja dan praktek

Budaya mempengaruhi penggerak yang memotivasi orang untuk


mengambil tindakan yang lebih jauh, bahkan untuk motif yang bermacam-
macam seperti kebebasan, kemampuan baca tulis, atau kegairahan. Budaya
dari suatu masyarakat menentukan bentuk komunikasi apa yang diizinkan
sehubungan dengan masalah ini dan kerap sifat dan tingkat perilaku mencari
yang dianggap sesuai oleh individu.
Prinsip dasar tersebut akan diperjelas dan didukung oleh praktek
manajemen dan perilaku yang ada. Budaya perusahaan menurut Denison
mempunyai pengaruh terhadap keefektifan suatu organisasi. Budaya
perusahaan dapat dilihat dari aspek rasa Keterlibatan (involvement),
Konsistensi (consistency), Adaptabilitas (adaptability), dan Misi (mission).

a. Keterlibatan (involvement)

Tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari karyawan akan


meningkatkan rasa tanggung jawab. Rasa kepemilikan dan tanggung
jawab tersebut akan meningkatkan komitmen karyawan terhadap
perusahaan sehingga tidak memerlukan kontrol yang terbuka. Dengan
rasa keterlibatan yang tinggi juga diharapkan dapat meningkatkan rasa
kebersamaan dan kekeluargaan, dimana hal-hal tersebut penting dalam
membantu menyelesaikan pekerjaan.

b. Konsistensi (consistency)

Konsistensi menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki perusahaan yang


perlu dipahami oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut
meliputi masalah komunikasi, kerjasama dalam melaksanakan
pekerjaan, toleransi, penghargaan terhadap prestasi. Hal-hal tersebut
mempunyai dampak yang positif terhadap proses pencapaian tujuan
organisasi dan perlu dibangun atau dikembangkan dalam perusahaan
secara konsisten.
Komunikasi merupakan sesuatu yang penting, karena komunikasi
mempunyai unsur-unsur antara lain:
 Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti
 Suatu sarana pengaliran informasi
 Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-
individu
Kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan harus dibiasakan, karena
dengan adanya kerjasama maka akan membantu mempermudah
pencapaian tujuan. Penghargaan terhadap prestasi yang dicapai, harus
dibentuk dalam format yang baik, dan tepat, agar dapat dijadikan
motivasi dalam bekerja.

c. Adaptabilitas (adaptability)
Menekankan pentingnya adaptabilitas di dalam perusahaan terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam
lingkungan dapat berwujud perkembangan teknologi, perubahan
kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap karyawan,
tuntutan konsumen terhadap produksi perusahaan. Adaptabilitas tidak
hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup perusahaan tetapi juga
sebagai tantangan pengembangan perusahaan.

d. Misi (mission)
Hal ini menekankan pada pentingnya kejelasan misi dan tujuan dari
suatu organisasi bagi para anggotanya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa pengertian akan misi memberikan dua pengaruh utama pada
fungsi organisasi, yaitu :
 Suatu misi memberikan kegunaan dan arti yang menentukan
peran sosial dan tujuan ekstra dari suatu lembaga dan menentukan
peran-peran individu dari lembaga tersebut. Proses internalisasi
dan identifikasi ini memberikan komitmen jangka pendek dan
jangka panjang serta mengarah pada efektivitas organisasi.
 Pengertian akan misi akan memberikan kejelasan arah pada
tingkat individu, ada rasa percaya bahwa kesuksesan organisasi
membutuhkan adanya koordinasi yang merupakan hasil dari
menentukan tujuan bersama.

Marvin Bowers (1982 : 4) mendefinisikan budaya perusahaan dengan


pernyataan “The way we doing things around here”. Budaya perusahaan
adalah sesuatu yang khas dari suatu perusahaan. Membangun budaya
perusahaan merupakan salah satu cara untuk membantu menemukan arti dan
akhirnya menikmati apa yang dikerjakan seseorang. Budaya perusahaan yang
kuat dapat menumbuhkan kesetiaan dan membangkitkan kesenangan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Budaya perusahaan yang kuat dapat menjadi
pegangan yang mantap bagi setiap karyawan yang bekerja didalam
perusahaan . Budaya perusahaan menggambarkan aturan main yang berlaku
dalam perusahaan. Berisi kesimpulan partisipan (anggota perusahaan) tentang
apa yang dialami mereka, bukan berisi aturan-aturan formal
tertulis. Budaya perusahaan merupakan konsep dari pola-pola pikir yang
direfleksikan dan diperkuat oleh perilaku setiap anggota
perusahaan,merupakan pola-pola asumsi dasar yang meliputi cara berpikir
dan bertingkah laku mengenai tujuan perusahaan. Pola-pola asumsi dasar ini
dikembangkan oleh suatu perusahaan karena dianggap penting diajarkan
kepada seluruh karyawannya sebagai cara yang tepat untuk berpikir, melihat,
merasakan, dan memecahkan suatu masalah. Adanya budaya perusahaan
membuat karyawan mengetahui apa yang harus dilakukan, bagaimana
melakukannya, dan mengapa harus melakukan hal tersebut sehinnga
karyawan lebih yakin dalam bertindak.
Setiap tingkatan budaya memiliki tendensi alamiah untuk mempengaruhi
tingkatan budaya yang lain. Hal ini barangkali paling jelas terlihat dari segi
nilai anutan bersama yang mempengaruhi perilaku suatu kelompok-komitmen
terhadap pelanggan, misalnya, mempengaruhi kecenderungan kecepatan
seseorang menanggapi keluhan pelanggan. Tetapi kausalitas dapat juga
mengalir dengan arah lain juga-perilaku dan praktik dapat mempengaruhi
nilai. Karyawan yang tak pernah memiliki kontak apapun dengan pasar,
apabila mulai berinteraksi dengan para pelanggan dan masalah serta
kebutuhan mereka, maka para karyawan itu sering mulai menilai kepentingan
pelanggan lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada ilustrasi gambar di bawah
ini :

Gambar 1.1. Budaya dalam sebuah organisasi

2. Kepentingan Penerapan Budaya Perusahaan (Corporate Culture) bagi


Kinerja Kepemimpinan

Dengan menguasai/memahami budaya di suatu organisasi Manajer mampu


membuat dan mengambil keputusan tentang penerapan budaya-budaya yang
akan di terapkan itu sesuai dengan kondisi organisasi. Dan bila budaya
organisasi berhasil di terapkan dan dikembangkan dengan baik, ini
memberikan lingkungan yang kondusif bagi individu di dalamnya untuk
saling berbagi. Lingkungan yang kondusif ini bukan hanya diciptakan dari
proses dan sistem yang ada di dalamnya, tetapi terutama pada perilaku
individu dan nilai-nilai yang mereka anut. Organisasi yang membentuk
budayanya menjadi budaya pembelajar akan membentuk perilaku individu-
individu di dalamnya untuk saling berbagi dengan rekan-rekannya secara
sukarela. Mereka juga akan mendokumentasikan dan menjadikan
pengetahuannya sebagai bagian dari proses yang hidup dalam organisasi.

A. Budaya Perusahaan dan Pemimpin (Manager)


Dengan pengertian, Budaya Organisasi (yang baik tentunya) memiliki
peranan yang besar bagi organisasi. Dengan adanya Budaya organisasi,
maka manajer akan bisa ‘mengajak’ setiap anggota organisasinya untuk
berperilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Tanpa
adanya budaya organisasi, manajer perlu melakukan control yang begitu
ketat terhadap masing-masing perilaku anggotanya, satu per satu.
Pentingnya budaya organisasi, secara otomatis berimplikasi pada
pentingnya seorang amnajer untuk menguasai teori pembangunan budaya
organisasi. Dengan menguasai teori pembangunan budaya organisasi,
maka seorang manajer akan dapat melakukan pemilihan budaya yang tepat
untuk konteks organisasinya. Ini penting, karena dengan budaya yang
tepat, maka manajer akan dapat mengarahkan perilaku organisasi para
anggotanya secara tepat pula untuk mencapai tujuannya. Alias
meminimalisir perilaku menyimpang yang berpotensi menghancurkan
organisasi dari dalam.
Tanggung jawab utama untuk budaya organisasi ini berada di pundak
manajemen-para pembuat keputusan dalam organisasi. Para manajer
sukses berusaha menciptakan budaya organisasi yang mendukung
pencapaian tujuan organisasi. Sebagai contoh, pihak manajemen General
Motors (GM) menyadari adanya pengaruh usaha para buruh industri
otomotif terhadap produktivitas perusahaan pada decade terakhir dengan
berusaha megubah budaya perusahaan. Manajemen GM membuang jauh-
jauh budaya yang selama ini memandang para karyawan hanya sebagai
sekrup perusahaan menjadi “sumber daya potensial perusahaan”. “Kami
ingin mereka (para karyawan) dapat mengembangkan sebuah rencana
kerja tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk membuat GM menjadi
perusahaan yang lebih berhasil”, menurut wakil presiden GM bidang
komunikasi.
Seorang ahli mengumpamakan bahwa untuk mengukur tinggi rendahnya
tingkat budaya organisasi adalah seperti pengukuran iklim dalam konsep
meteorologi, dimana untuk mengetahui cuaca harus dapat diidentifikasi
beberapa variabel antara lain temperatur, tingkat kelembaban, curah hujan
dan lain-lain. Begitu pula budaya organisasi, dapat dilihat dari iklim kerja
antara lain motivasi kerja, komunikasi yang termasuk didalamnya rasa
kebersamaan, kepemimpinan para manajer, pemahaman terhadap visi dan
misi organisasi.
Indikator budaya suatu organisasi kuat apabila : pertama, setiap anggota
organisasi menghormati hak dan martabat anggota organisasi sebagai
individu dan posisi profesional anggota lainnya; kedua, nilai-nilai dan
kebiasaan yang hidup dalam organisasi memotivasi anggota organisasi
bekerja dengan ikhlas dan merasa nyaman dalam melaksanakan
pekerjaannya; perbedaan pendapat dapat dikelola dengan baik, sehingga
merupakan dinamika yang mendorong nilai tambah bagi organisasi;
ketiga, anggota organisasi “menari dengan penuh improvisasi dengan
irama gendang yang sama”; keempat, rasa nyaman dari mitra kerja dan
masyarakat yang dilayani oleh organisasi yang bersangkutan; kelima,
terjadinya keselarasan antara budaya organisasi dengan struktur, Visi dan
Misi organisasi.

B. Penanaman Budaya Perusahaan kepada Pimpinan dan Manager


Penerapan budaya organisasi sangat ditentukan oleh pimpinan organisasi
yang bersangkutan. Pimpinan dan manajer harus memiliki komitmen yang
kuat untuk memegang teguh dan menerapkan budaya organisasi. Hal ini
perlu ditanamkan terlebih dulu kepada pimpinan dan manajer, setelah itu
baru dapat disosialisasikan kepada karyawan dan konsumen.
Peran manajerial level dalam melakukan sosialisasi budaya organisasi:

1) Seleksi terhadap calon karyawan


Pimpinan harus lebih selektif dalam menerima calon karyawan.
Karyawan harus memenuhi kualifikasi persyaratan yang telah
ditentukan agar mereka mampu berpedoman pada sisten nilai dan
norma-norma yang terkandung dalam budaya organisasi.
2) Penempatan karyawan
Penempatan karyawan haruslah sesuai dengan kemampuan dan
bidang keahliannya. Dengan begitu, karyawan mampu memegang
teguh budaya organisasi.
3) Pendalaman bidang pekerjaan
Pendalaman bidang pekerjaan karyawan dan pemahaman tugas,
hak dan kewajiban perlu dilakukan oleh pimpinan. Pendalaman
bidang pekerjaan karyawan dapat dilakukan melalui pendidikan
dan pelatihan kerja sesuai dengan analisis kebutuhan dan
permasalahannya.
4) Pengukuran kinerja dan Pemberian penghargaan
Kinerja organisasi perlu diukur secara periodic 6 bulan atau
minimal setiap tahun agar dapat dievaluasi perkembangannya dari
tahun ke tahun berikutnya. Peningkatan kinerja organisasi harus
diimbangi dengan pemberian penghargaan non materi dan materi
secara adil dan layak kepada setiap individu organisasi yang
berprestasi
5) Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi
Kesetiaan kepada nilai-nilai utamaseperti mengutamakan
memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Penanaman
kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi kepada seluruh
individu organisasi agar mereka bekerja berlandaskan pada moral,
mencapai prestasi optimal dan bekerja untuk Tuhan Y.M.E
6) Memperluas Informasi, cerita, danberita tentang budaya perusahaan
Pimpinan dan manager perlu memperluas informasi atau
menceritakan peraturan-peraturan organisasi, kepegawaian dan
sanksi-sanksi kerja kepada karyawan agar mereka mampu
memahami dan mematuhinya.
7) Pengakuan dan Promosi karyawan
Pimpinan perlu memberikan pengakuan dalam bentuk promosi
jabatan bagi karyawan yang berprestasi tinggi, memberikan
predikat karyawan teladan karyawan teladan berdasarkan kondite
dan prestasi mereka. Begitu pula promosi jabatan dan predikat
terbaik agar mereka dapat memegang teguh budaya organisasi.

3. Manfaat Budaya Perusahaan (Corporate Culture) bagi Kinerja


Organisasi

Ada dua sisi manfaat yang diperoleh apabila budaya perusahaan dipahami
oleh seluruh lapisan sumber daya manusia dan bagi perusahaan. Manfaat bagi
sumber daya manusia adalah:

1) Sebagai pedoman berperilaku di dalam perusahaan. Dalam hal ini


karyawan tidak dapat semena-mena bertindak atau berperilaku
sekehendak hati, melainkan harus menyesuaikan diri dengan siapa
dan dimana mereka berada.
2) Adanya kesamaan langkah dan visi di dalam melakukan tugas dan
tanggung jawab masing-masing individu dapat meningkatkan
fungsinya dan mengembangkan tingkat interpendensi antar
individu atau bagian karena Individu atau bagian yang lain saling
melengkapi dalam kegiatan usaha perusahaan.
3) Memberikan dorongan kepada karyawan untuk mencapai prestasi
kerja atau produktivitas yang lebih baik.
4) Mengetahui secara pasti tentang karirnya di perusahaan sehingga
mendorong mereka untuk konsisten dengan tugas dan tanggung
jawab.
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan antara lain:

1) merupakan salah satu unsur yang dapat menekan tingkat perputaran


(turn over) karyawan, karena budaya perusahaan mendorong
karyawan memutuskan untuk tetap berkembang bersama
perusahaan tersebut.
2) Sebagai pedoman di dalam menentukan kebijakan yang berkenaan
dengan ruang lingkup kegiatan intern perusahaan seperti tata tertib
administrasi, hubungan antar bagian, penghargaan prestasi
karyawan, penilaian kerja dan lain-lain.
3) Untuk menunjukkan pada pihak eksternal tentang keberadaan
perusahaan dari ciri khas yang dimiliki, di tengah-tengah
perusahaan yang ada di masyarakat.
4) merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan perusahaan
(corporate planning).
5) Dapat membuat program-program pengembangan usaha dan
pengembangan sumber daya manusia dengan dukungan penuh dari
seluruh jajaran sumber daya manusia yang ada.

4. Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Penerapan Budaya


Organisasi (Corporate Culture) Secara Efektif

Dalam penerapan Corporate Culture Management ini memiliki tujuan


untuk memastikan bahwa budaya perusahaan yang diinternalisasikan tersebut
menjadi budaya yang sehat diperusahaan. Hal tersebut dilakukan dengan
melakukan proses pengukuran budaya dan meletakkan pada satu norma yaitu
Corporate Culture Index (CCI), sebagai acuan capaian internalisasi budaya
perusahaan pada karyawan pada suatu perusahaan.

Ciri Corporate Culture Management yang harus dimiliki oleh suatu


perusahaan, idealnya harus memenuhi beberapa kondisi, yaitu :

1. Pengelola Corporate Culture Management harus orang-orang yang


secara khusus menangani proses ini, sehingga Corporate Culture
Management masuk dalam struktur formal perusahan. Hal tersebut
untuk memberikan keyakinan bahwa proses Corporate Culture
Management ini adalah aktivitas yang continous.
2. Harus disusun target – target yang jelas apa yang harus dicapai
sebelum proses penyusunan Corporate Culture Management,
sehingga langkah serta tujuan Corporate Culture Management yang
hendak dicapai itu jelas.
Langkah kerja yang dilakukan Corporate Culture Management
Dalam tanggung jawab kerjanya, Corporate Culture Management memiliki
tanggung jawab untuk memastikan bahwa budaya perusahaan yang dibangun
itu dalam tingkatan yang sehat, artinya budaya tersebut telah terinternalisasi
dengan baik kepada seluruh karyawan sehingga, untuk dapat mencapai
budaya perusahaan yang sehat perlu disusun rangkaian aktivitas yang
dilakukan secara bertahap. Aktivitas tersebut secara garis besar terdiri dari :

1. Proses pemetaan dan penyusunan Budaya Perusahaan.


2. Proses Sosialisasi Budaya Perusahaan.
3. Proses Internalisasi Budaya Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai